cover
Contact Name
Theodorus Miraji
Contact Email
jojo.luvjesus@gmail.com
Phone
+6282134184629
Journal Mail Official
jurnalberea@gmail.com
Editorial Address
Jalan Cemara No.72 Salatiga
Location
Kota salatiga,
Jawa tengah
INDONESIA
LOGIA : Jurnal Teologi Pentakosta
ISSN : 27164322     EISSN : 27162834     DOI : https://doi.org/10.37731/log.v2i1.47
LOGIA : Jurnal Teologi Pentakosta adalah jurnal nasional yang dikelola oleh Sekolah Tinggi Teologi Berea dan berfokus pada isu-isu kebaruan Teologi Pentakosta. Sebagai wadah publikasi, LOGIA menerima hasil penelitian ilmiah para akademisi dan praktisi. Semua artikel yang masuk akan di-review oleh reviewer yang ahli di bidangnya dengan menerapkan proses double blind review. Jurnal yang terbit 2 kali setahun ini (Juni dan Desember) memiliki scope: Teologi Biblika Teologi Sistematika Teologi Praktika Pendidikan Kristen yang semuanya memiliki ciri khas Pentakosta
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 48 Documents
Pandemi Covid-19 adalah 666? Endah Christina
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 1, No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v1i2.40

Abstract

Hampir di setiap peristiwa sejarah, ketika terjadi krisis politik, ekonomi, sosial atau pandemi, seringkali diikuti adanya Teori Konpirasi. Pada pertengahan Februari, ketika WHO menyatakan bahwa corona Covid-19 adalah pandemi, Teori Konspirasi Corona muncul. Versi pertama menyebutkan bahwa virus ini tidak berbahaya. Pencetusnya adalah Presiden Donald Trump. Versi kedua yang tak kalah populer menyebutkan bahwa virus ini dibuat di lab Wuhan sebagi senjata biologi. Menurut teori ini, Bill Gates dkk atau China atau WHO adalah para konspirator jahat yang nantinya akan menyediakan vaksinnya. Vaksin itu akan diisi dengan teknologi 5G dan ditanamkan di dahi atau telapak tangan manusia. Lambangnya 666. Hasilnya, 666 dalam Kitab Wahyu menunjuk Kaisar Domotianus, Si Nero Redivivus. Arti 666 pada masa sekarang tidak menunjuk pada Bill Gates dkk atau corona. Orang Kristen tidak perlu takut disuntik vaksin Covid-19 jika seandainya vaksin itu sudah ditemukan, sebab vaksin itu tidak berhubungan dengan teknologi 5G dan 666, tanda di dahi dan telapak tangan. Dalam menghadapinya, orang Kristen harus kritis dan analitis terhadap berita di media sosial, sebab Teori Konspitasi itu bersifat pseudoscience. Pseudoscience adalah pengetahuan tentang fenomena material yang mengklaim sebagai" sains "namun menggunakan proses pembuktian yang tidak ilmiah. Kata kunci: 666, tanda di dahi, Teori Konspirasi, Corona, Covid-19
Memaknai Kisah Ayub Bagi Orang Kristen Dalam Menghadapi Penderitaan Kalis Stevanus; Stefanus Marbun
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 1, No 1 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v1i1.20

Abstract

Penderitaan bisa dialami bagi semua orang baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda, sampai kepada anak-anak. Setiap orang ataupun keluarga pernah menghadapi tragedi hidupnya masing-masing, misalnya peristiwa kematian, sakit, krisis keuangan, penyakit, dan sebagainya. Dalam rangka merefleksikan penderitaan orang percaya, salah satu kitab yang menarik perhatian untuk dibahas adalah kitab Ayub. Kisah Ayub hingga kini masih tetap menjadi bahan pembicaraan ketika seseorang menghadapi penderitaan. Ayub adalah seorang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan dapat mengalami penderitaan yang begitu berat. Dengan pendekatan menggunakan metode analisis naratif terhadap kitab Ayub ini diharapkan orang percaya masa kini dapat memaknai penderitaan dengan bercermin dari pengalaman Ayub tersebut, dan selanjutnya penting melakukan refleksi diri. Tujuannya agar orang Kristen termotivasi untuk bertahan dalam iman, manakala berhadapan langsung dengan realitas penderitaan yang tak terhindari. Berdasarkan kajian analisis naratif terhadap kisah penderitaan Ayub maka diperoleh beberapa makna penderitaan sebagai refleksi bagi iman orang percaya, antara lain: pertama, bahwa orang Kristen tidak terlepas dari realitas penderitaan. Kedua: Iman orang Kristen akan diuji Tuhan. Ketiga: Tuhan adalah Tuhan yang Mahaadil, tidak ada kecurangan dalam diri-Nya. Keempat: Penderitaan orang Kristen ada dalam batas dan pengawasan Tuhan, sehingga tidak satu pribadi maupun kuasa apapun yang dapat menjamah orang percaya, jika tidak mendapat ijin-Nya. Kata-kata Kunci: Ayub, makna, penderitaan, refleksi, orang Kristen
Urgensi dan Model Penginjilan di Masa Pandemi Covid-19 Daud Alfons Pandie; Liem Kok Han
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 2, No 1 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v2i1.46

Abstract

Penginjilan pada hakekatnya adalah pemberitaan kabar baik tentang keselamatan yang kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus. Penginjilan menjadi bagian esensial dari eksistensi gereja dan semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat PribadiNya. Dengan perkataan lain, eksistensi gereja dan semua orang percaya ditentukan oleh pelaksanaan tugas penginjilan. Meskipun demikian, dari masa ke masa, tugas penginjilan seringkali hanya sampai pada tataran percakapan. Ada berbagai faktor yang menjadi penghambat tugas penginjilan. Apalagi saat ini di mana gereja-gereja dan semua orang percaya sedang bergumul dengan pandemi Covid-19, tentunya tugas penginjilan jemaat menjadi suatu pergumulan bagi gereja dan semua orang percaya. Artikel ini bertujuan mengemukakan urgensi dan model penginjilan Jemaat dalam masa pandemi covid 19 saat ini. Metode yang dipakai adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa urgensi penginjilan tidak pernah berubah dari masa ke masa, meskipun pergumulan dan tantangan dalam melaksanakan tugas penginjilan semakin dinamis dan kompleks. Sedangkan model penginjilan dapat berubah dan perlu direlevansikan dengan kontes, dan saat ini yang menjadi konteks adalah pandemi. Dan dalam masa pandemik Covid-19 ini, model penginjilan yang dapat dilakukan oleh gereja adalah dengan membangun networking di antara gereja dan semua orang percaya dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk melaksanakan tugas penginjilan dan penginjilan melalui pelayanan sosial.
Peran Roh Kudus Bagi Hamba Tuhan Dalam Merintis Gereja Simon Simon
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 1, No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v1i2.33

Abstract

Salah satu instrument pertumbuhan gereja secara kuantitas dilihat dari pertambahan gereja baru yang berdiri. Bila ingin terjadi mutiplikasi gereja, maka harus ada hamba Tuhan yang merintis, dengan terlebih dahulu mereka dibekali dan dipersiapkan. Ini sejalan bila melihat perkembangan gereja mula-mula, para rasul merintis gereja dan mengirim tenaga-tenaga untuk melakukannya. Di tengah kompleksitas tantangan dalam merintis gereja di masa kini, maka perlu meyakinkan calon hamba Tuhan agar tidak takut serta semangatnya tidak surut walau hambatan menghadang. Artikel ini membahas bagaimana peran Roh Kudus kepada hamba Tuhan dalam merintis gereja dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dikaitkan dari pengalaman para rasul dalam merintis gereja dalam Kisah Para Rasul. Hasil dari ulasan artikel ini didapatkan suatu jawaban, peran Roh Kudus dalam merintis gereja jika diltelusuri dari pengalaman para Rasul, Ia berperan menyingkapkan pekerjaan tipu muslihat, memberikan kebijkasaan, menggerakkan orang untuk berkorban finansial. Roh Kudus juga memberikan sikap ketenangan dikala menghadapi permasalahan, dan meluputkan dari ancaman bahaya. Kata Kunci: Merintis, Gereja, Roh Kudus, Hamba Tuhan
Keterkaitan Kedewasaan Rohani dengan Penatalayanan yang Maksimal dalam Gereja dan Dunia Market Place Paulus Kunto Baskoro; Indra Anggiriati
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 2, No 2 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v2i2.52

Abstract

Kehadiran orang percaya seharusnya bukan saja menjadi dampak di kalangan gereja, namun juga harus berada dalam kalangan market place atau sukelur yaitu dalam dunia bisnis. Yesus menghendaki setiap orang percaya menjadi berkat dimananpun berada. Namun tidak bisa dipungkiri, kedewasaan rohani menjadi bagian terpenting untuk kegerakan dalam gereja dan dunia market place. Inilah yang dinamakan sebuah penatalayanan yang sesungguhnya. Sebab banyak sekali didapati orang-orang percaya hanya hebat di gereja atau diantara kalangan orang Kristen saja. Namun tidak bisa membawa dampak yang besar dalam dunia sekuler, dunia bisnis, dunia pendidikan dan pengaruh yang lebih besar lagi. Pemahaman penatalayanan yang efektif terjadi ketika kedewasaan rohani bertumbuh dengan maksimal. Sehingga sentuhan orang percaya menjadi seimbang antara gereja dan market place. Sebab dalam dunia market place, lebih banyak orang yang merindukan sentuhan penatalayanan secara maksimal. Metode yang akan digunakan secara deskritif untuk memahami prinsip ini adalah dengan studi kasus dan studi pustaka yang berfokus membahas kegerakan penatalayanan di gereja dan market place, sehingga menghasilkan sebuah jawaban yang maksimal. Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk menyatakan keterkaitan antara kedewasaan dengan penatalayanan yang maksimal dalam gereja dan market place, sehingga setiap orang percaya memahami ketika rohani dewasa, maka bisa melihat sebuah pelayanan bukan saja di gereja, namun juga menjadi berkat bagi market place. Memberikan jawaban juga bahwa market place juga bisa menjadi dampak kegerakan gereja Tuhan yang lebih mudah dinikmati. Abstract The presence of believers should not only be an impact the church circle, but must also be in the market place of sukelur, namely in the business world. Jesus wants every believer to be a blessing wherever they are. However, it cannot be denied that spiritual maturily is the most important part of movement in the church and the wolrld of the market place. This is that real stewardship is all about. It is because there are so many people who believe that they are only great in the church or among Chirstians. However, it cannot have a big impact in the secular world, the world of business, the world of education and a bigger influence. The understanding of effective stewardship occurs when spiritual maturity is maximized. So that the believers’s touch become a balance between the church and the market place. Because in the wolrd of market plave, more people miss the maximum stewardship touch. The methods that will be used descriptively to understand this principle are case studies and literature studies that fokcus on discussing the movement of stewardship in churches and market places, so as to pruduce a maximum answer.The purpose of this discussion is to state relationship between maturity and maximum stewardship in the church and market place, so that every believer understands that when spiritually matures, he can a servise not only in the church, but also a blessing for that market place. He alson gave an answer that the market place cam also be an impact of the movement of God’s church is easier to enjoy.
Dampak Hati yang Gembira Terhadap Kesehatan Jasmani : Eksposisi Amsal 17:22 Felicia Irawaty
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 1, No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v1i2.41

Abstract

Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia, dapat dikatakan bahwa kesehatan merupakan bagian dari kesejahteraan di samping sandang,pangan dan papan. Namun di dalam kehidupan manusia terdapat hal - hal yang menjadi penyebab terganggunya kesehatan, dimana terganggunya kesehatan seseorang disebut dengan sakit. Konsep sehat dan sakit dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti faktor biologis, yaitu pemahaman seseorang tentang kondisi fisiologis, faktor psikologis, namun bagi orang Kristen ada sebuah faktor yang tidak kalah penting yaitu faktor religius/kepercayaan mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Teologi Biblika. Teologi Biblika mencakup pendekatan hermeneutik untuk pengkajian Alkitab dengan tujuan memahami makna teks dalam konteks penulis mula-mula sehingga akan menemukan hasil penelitian berupa makna hati yang gembira di dalam Amsal 17:22 dan terbukti bahwa hati yang gembira berdampak positif bagi kesehatan jasmani manusia. Kata kunci : Kesehatan jasmani, hati yang gembira, Amsal 17:22
Misi Kristologi Dalam Konteks Kebudayaan Firman Panjaitan; Hendro Hariyanto Siburian
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 1, No 1 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v1i1.19

Abstract

Seringkali kegiatan misi mengabaikan kebudayaan yang ada di masyarakat, dan hal ini yang mengakibatkan kegiatan misi menjadi tidak efektif dan bahkan menemukan kegagalan. Padahal sebuah tindakan misi harus benar-benar dapat diterima oleh masyarakat yang menjadi sasaran misi, dan jalan masuk untuk bisa hidup di tengah masyarakat adalah dengan hidup dalam kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut. Oleh karena itu, pemahaman tentang kebudayaan sangat dibutuhkan oleh setiap orang yang hendak menjalankan misi. Terlebih kalau mau dipahami lebih dalam lagi, kebudayaan merupakan sendi dasar bagi terbentuknya kehidupan dalam sebuah komunitas atau masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan adalah rancang bangun kehidupan dan worldview dari sebuah masyarakat. Oleh sebab itu tindakan misi harus memahami nilai kebudayaan yang hidup di tengah masyarakat. Namun hal ini bukan berarti bahwa misi hanya bergantung pada kebudayaan. Misi harus memiliki dasar pijakan yang kuat, sebelum bersentuhan dengan kebudayaan. Dasar pijakan yang harus dimiliki saat hendak bermisi adalah pemahaman yang benar tentang Kristologi, dengan tujuan agar tindakan misi yang dilakukan benar-benar dapat mentransformasi kebudayaan dalam nilai-nilai Kristologi. Dengan menggunakan pendekatan Kristologi untuk bermisi dalam sebuah kebudayaan, maka akan terjadi sebuah bentuk misi yang kontekstual; yang bisa dipertanggungjawabkan secara Alkitabiah sekaligus sesuai dengan konteks/budaya yang ada. Kata kunci: Misi, kebudayaan, konteks. Masyarakat, worldview
Baptisan Roh Kudus dalam Perspektif Pentakotal Kalis Stevanus; Firman Panjaitan
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 2, No 1 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v2i1.36

Abstract

Baptisan Roh Kudus merupakan salah satu doktrin penting dalam iman Kristen. Tulisan ini hendak mendeskripsikan sejarah lahirnya gerakan Pentakostalisme dan pendapat Pentakostal tentang ajaran baptisan Roh Kudus. Tujuannya agar para pembaca baik kelompok Pentakostal maupun non Pentakostal dapat mengetahui sejarah lahirnya gerakan Pentakostalisme dan secara khusus dapat memahami pandangan Pentakostal mengenai ajaran baptisan Roh Kudus. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi literatur. Hasil penelusuran literatur dari sumber primer, yaitu para tokoh Pentakostal, maka diperoleh kesimpulan: pertama, baptisan Roh Kudus sebagai berkat kedua setelah lahir baru atau diselamatkan. Kedua, baptisan Roh Kudus diperuntukkan bagi semua orang percaya sebagai perlengkapan pelayanan, dan ketiga, baptisan Roh Kudus harus diminta dan diupayakan dengan iman dan sungguh merindukan melalui doa dan penyerahan diri pada Tuhan. Keempat, baptisan Roh Kudus selalu ditandai dengan berbahasa lidah. Terakhir, karunia bahasa roh tidak berhenti pada zaman para Rasul, melainkan terus berlanjut hingga sekarang.
Mengajarkan Sikap Patriotisme Melalui Pemaknaan Roma 9:3 Nidia Anggraini; Dicky Dominggus
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 1, No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v1i2.34

Abstract

Patriotisme merupakan sikap yang perlu dimiliki orang percaya dalam kaitan memiliki beban bagi orang-orang yang belum menerima keselamatan. Hal ini menjadi penting bahkan sikap patriotisme harus diajarkan kembali di dalam gereja. Semua ini disebabkan oleh menurunya penginjilan yang di lakukan oleh orang percaya, kurangnya kepedulian terhadap orang-orang yang belum menerima keselamatan hingga pada akhirnya mengakibatkan gereja lupa akan tugas utamanya di dunia. Di dalam Roma 9:3, Paulus menuliskan sikap patriotisme kepada bangsanya. Ia menuliskan bahwa mau terkutuk dan terpisah dari Kristus. Dengan penelitian kualitatif dan metode historikal gramatikal ditemukan bahwa maksud dari Paulus menuliskan ia mau terkutuk dan terpisah dari Kristus sebagai ekspresi kepedulian seseorang terhadap keselamatan bangsanya. Dari tulisan Paulus, orang percaya dapat memiliki sikap patriot bagi orang yang belum menerima keselamatan dan gereja dapat mengajarkan pentingnya patriotisme melalui kotbah, seminar dan pelatihan. Kata Kunci: patriotisme; Paulus; Roma 9:3
Konsep Menggembalakan Di Dalam Perjanjian Baru Dan Implikasinya Bagi Gereja Masa Kini Yuferi Waruwu; Hisikia Gulo
LOGIA: Jurnal Teologi Pentakosta Vol 2, No 2 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berea, Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37731/log.v2i2.50

Abstract

Konsep ποιμαινω “menggembalakan” gereja berdasarkan kitab Perjanjian Baru dan implikasinya bagi gereja masa kini merupakan topik penting yang perlu dimengerti dan dipahami dalam kehidupan kekristenan masa kini. Konsep ποιμαινω merupakan perintah penting Tuhan Yesus dalam kitab Perjanjian Baru. Namun, pada kenyataannya perintah itu tidak diberikan perhatian khusus oleh gereja-gereja masa kini. Tuhan memanggil gembala untuk bersedia menggembalakan umat-Nya supaya semua orang bisa dipersatukan dengan diri-Nya sebagai Kepala Gereja dan Gembala Agung. Allah mempercayakan dan memilih gembala untuk bekerjasama dengan-Nya melaksanakan penggembalaan. Allah memilih gembala bukan karena kelebihan atau pontensi yang dimilikinya tetapi justru dalam setiap kelemahan kuasa Allah menjadi nyata. Bersama Tuhan gembala bisa, karena gembala bekerja untuk melayani Tuhan. Mengerjakan perintah-Nya dengan kekuatan yang Ia berikan tanpa mengkhawatirkan akan hasilnya karena hasil atau pertumbuhan Allah yang memberikan. Maka dengan itu, peneliti akan menggunakan metode eksegesis untuk merumuskan konsep ποιμαινω berdasarkan kitab Perjanjian Baru. Hasil penelitian menemukan beberapa konsep ποιμαινω dalam Perjanjian Baru sebagai berikut: pertama, inisiatif dan otoritas Allah. Kedua, sinergi dengan Allah. Ketiga, bukti mengasihi Yesus. Keempat, tindakan mengawasi diri dan jemaat. Kelima, perintah dan kehendak Allah. Dan keenam, ποιμαινω merupakan kasih dan karya Allah. Keenam konsep di atas merupakan kunci penggembalaan dalan kitab Perjanjian Baru.Kata Kunci: Menggembalakan, Gereja, Perjanjian Baru, Pertumbuhan AbstractThe concept of ποιμαινω “shepherding” the church based on the New Testament and its implications for the church today is an important topic that needs to be understood and understood in Christian life today. The concept of ποιμαινω is an important command of the Lord Jesus in the New Testament. However, in reality the commandment is not given special attention by churches today. God calls the pastor to be willing to shepherd His people so that all people can be united with Him as Head of the Church and Great Shepherd. Allah entrusts and chooses a shepherd to cooperate with Him in carrying out the shepherding. God chooses a shepherd not because of his strengths or potentials, but instead in every weakness the power of God becomes real. With God, shepherds can, because pastors work to serve God. Doing His commandments with the strength He gives without worrying about the results due to the results or growth God gives. So with that, researchers will use the exegetical method to formulate the concept of ποιμαινω based on the New Testament. The research found several concepts of ποιμαινω in the New Testament as follows: first, God's initiative and authority. Second, synergy with Allah. Third, proof of loving Jesus. Fourth, the act of monitoring oneself and the congregation. Fifth, the commands and will of Allah. And sixth, ποιμαινω is God's love and work. The six concepts above are the key to pastoral care in the New Testament.Keywords: Pastoral, Church, New Testament, Growth