cover
Contact Name
Khoiruddin
Contact Email
khoiruddin@che.itb.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jtki@cheitb.id
Editorial Address
https://www.aptekim.id/jtki/index.php/JTKI/about/contact
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Teknik Kimia Indonesia
ISSN : 16939433     EISSN : 26864991     DOI : http://dx.doi.org/10.5614/jtki
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Kimia Indonesia (JTKI) merupakan majalah ilmiah yang diterbitkan oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik Kimia Indonesia (APTEKIM). Versi cetak JTKI telah diterbitkan secara berkala sejak tahun 2001 (p-ISSN 1693-9433). Mulai Volume 18 No. 2 Agustus 2019, terbitan berkala versi daring telah memiliki no. ISSN 2686-4991 (SK ISSN: 0005.26864991/JI.3.1/SK.ISSN/2019.11, 4 November 2019). Seluruh artikel yang diterbitkan telah melalui proses penilaian. Proses ini dilakukan oleh para akademisi dan peneliti pada bidang terkait untuk menjaga dan meningkatkan kualitas penulisan artikel yang dimuat, pada skala nasional khususnya dan internasional umumnya.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 1 (2012)" : 8 Documents clear
Chamois leather tanning accelerated by oxidizing agent of Hydrogen Peroxide Ono Suparno; E Gumbira Sa’id; Ika A Kartika; M Muslich; Shiva Amwaliya
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 1 (2012)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2012.11.1.2

Abstract

A weakness of chamois leather production practiced nowadays is its oxidation process taking relatively long time, i.e. nine days to two weeks. The use of an oxidizing agent was reported to shorten the oxidation process of the tanning. Appropriate condition for the tanning needs to be applied in order to improve the process efficiency and to obtain satisfactory quality leather. In this study, the best oxidation times inside and outside the rotary drum of the tanning accelerated by hydrogen peroxide were investigated. The experiment was conducted by tanning of pickled goatskin for 4, 6, and 8 hours oxidation times inside the rotary drum and 1, 2, and 3 days of oxidation times outside the drum. The physical and organoleptic properties of the leathers were tested. The physical and organoleptic properties of the leathers resulted by this study met the quality requirements for the chamois leather. The best conditions for the tanning were oxidation times of eight hours inside the rotary drum and one day outside the rotary drum. Keywords: acceleration, chamois leather, hydrogen peroxide, oxidation time, rubber seed oil, tanningAbstrakKelemahan dari produksi kulit samoa yang dipraktekkan saat ini adalah proses oksidasinya yang memerlukan waktu yang relatif lama, yaitu sembilan hari sampai dua minggu. Penggunaan bahan pengoksidasi dilaporkan dapat mempersingkat proses oksidasi pada penyamakan tersebut. Kondisi yang sesuai untuk penyamakan tersebut diperlukan untuk meningkatkan efisiensi proses dan untuk mendapatkan kulit samak bermutu tinggi. Dalam studi ini, diteliti waktu oksidasi terbaik di dalam dan di luar drum berputar pada penyamakan kulit samoa yang dipercepat menggunakan hidrogen peroksida. Penelitian dilakukan dengan menyamak kulit pikel kambing selama 4, 6, dan 8 jam waktu oksidasi di dalam drum berputar dan 1, 2, dan 3 hari waktu oksidasi di luar drum. Sifat-sifat fisik dan organoleptik dari kulit samak diuji. Sifat-sifat fisik dan organoleptik dari kulit samoa yang dihasilkan dari peneltian ini memenuhi persyaratan mutu kulit samoa. Waktu oksidasi terbaik adalah delapan jam oksidasi di dalam drum berputar dan satu hari oksidasi di luar drum berputar.Kata kunci: percepatan, kulit samoa, hidrogen peroksida, waktu oksidasi, minyak biji karet, penyamakan
Hidrolisis serat selulosa dalam buah bintaro sebagai bahan baku bioetanol Tony Handoko; G Suhandjaja; H Muljana
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 1 (2012)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2012.11.1.4

Abstract

Cellulose Fiber Hydrolysis of Bintaro Fruit as Bioetanol Raw Material Sea mango Cerbera odollam) is commonly planted to provide shade on roadsides. It can grow in an extreme environment and is easily found throughout Indonesia. The fruit will change its color after being peeled which indicates glucose content. It shows that the fruit has a value as a source for bioethanol production. The purposes of this research were to determine the optimum hydrolysis time and substrate concentration and the contents of lignin and cellulose. The benefits of this research were information about cellulose and lignin contents, optimum time and substrate concentration in enzyme hydrolysis, and an alternative utilization of sea mango as a prospective source in bioethanol production. The research methods consists of analyzing cellulose and lignin contents, determining the dilution of enzyme solution, the optimum time and the optimum substrate concentration in enzyme hydrolysis. Cellusoft L was used in hydrolysis with 5 g/L buffer concentration. The result showed that diluting enzyme solution would reduce the yield of glucose. The optimum time for enzyme hydrolysis is 72 hours and the optimum substrate concentration is 80 g/L. Cellulose and lignin contents are 36.945% and 38% respectively. Keywords: bioethanol, cellulose, enzyme hydrolysis, sea mango (Cerbera odollam)AbstrakPohon bintaro (Cerbera odollam) merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini dapat tumbuh di lingkungan ekstrim dan banyak tersebar di Indonesia. Buah bintaro yang telah dikupas akan mengalami perubahan warna menjadi coklat yang menunjukkan adanya kandungan glukosa, yang berarti memiliki potensi sebagai sumber bioetanol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu dan konsentrasi substrat optimum yang memberikan perolehan glukosa tertinggi dan banyaknya kandungan selulosa dan lignin dalam buah bintaro. Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan data kandungan selulosa dan lignin buah bintaro dan menambah pengetahuan berkaitan dengan proses hidrolisis enzim buah bintaro, berupa waktu hidrolisis optimum enzim dan konsentrasi substrat optimum, serta memberikan alternatif pemanfaatan buah bintaro sebagai salah satu bahan baku yang berprospek dalam pembuatan bioetanol. Metode penelitian terdiri dari penentuan kandungan selulosa dan lignin, penentuan pengenceran larutan enzim, waktu optimum dan konsentrasi substrat optimum dalam hidrolisis enzim. Hidrolisis menggunakan enzim Cellusoft L dengan konsentrasi 5 g/L buffer sitrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengenceran larutan enzim saat hidrolisis enzim akan mengurangi perolehan glukosa. Waktu hidrolisis optimum enzim buah bintaro adalah 72 jam dan konsentrasi substrat optimum adalah 80 g/L. Kandungan selulosa dan lignin buah bintaro berturut-turut adalah 36,945% dan 38%.Kata kunci: bioetanol, buah bintaro (Cerbera odollam), hidrolisis enzim, selulosa
Parameter kinetika reaksi dekomposisi katalitik metana menjadi karbon nanotube dengan katalis Ni-Cu-Al Praswasti PDK Wulan; Widodo W Purwanto; Yuswan Muharam; Anindya Adiwardhana
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 1 (2012)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2012.11.1.5

Abstract

Kinetic Parameter of Methane catalytic Decomposition Reaction into Nanotube Carbon with Ni-Cu-Al Catalyst. Development of production technology of nanotubes carbon through catalytic conversion of hydrocarbons will be efficient and effective if based on knowledge of the nucleation and growth mechanism of carbon nanotubes. Most of the research that focused on identifying the main products of reaction and estimate the activation energy. Growth kinetics and mechanism data of carbon nanotubes not completely available, so that process kinetics models are always based on experimental kinetic data. The objective of this research is to obtain kinetic parameters of catalytic decomposition of methane using the catalyst Ni-Cu-Al with composition of 2:1:1 which was prepared by co-precipitation method using natrium carbonate solution precipitant. Experimental kinetic data were taken in the temperature range of 650-750 °C and pressure of 1 atmosphere. Kinetic data were tested by micro-kinetic model derived from the catalytic surface reaction mechanism. The most appropriate kinetic model with experimental result is the adsorption stage which shows that consumption of intermediate (reaction surface) faster than the formation of intermediate (adsorption of methane). Kinetic parameters obtained are activation energy of 40,6 kJ/mole and pre-exponential factor of 8,625 x 106. Keywords: methane decomposition, hydrogen, carbon nanotubes, co-precipitation, kinetics of reactionAbstrak Pengembangan teknologi produksi karbon nanotube melalui konversi katalitik hidrokarbon akan efisien dan efektif jika didasarkan pada pengetahuan mekanisme nukleasi dan pertumbuhan karbon nanotube. Sebagian besar studi melakukan riset yang difokuskan pada identifikasi produk utama reaksi dan estimasi energi aktivasi. Data kinetika dan mekanisme pertumbuhan karbon nanotube tidak tersedia dengan lengkap sehingga model kinetika proses selalu didasarkan pada data kinetika eksperimen. Pada penelitian ini, dilakukan studi untuk memperoleh parameter kinetika reaksi dekomposisi katalitik metana menggunakan katalis Ni-Cu-Al dengan target komposisi 2:1:1 yang dipreparasi dengan metode kopresipitasi menggunakan presipitan larutan natrium karbonat. Data kinetika eksperimen diambil pada rentang temperatur 650-750 oC dan tekanan 1 atmosfer. Data kinetika diuji dengan model kinetika mikro yang diturunkan dari mekanisme reaksi permukaan katalis. Model kinetika yang paling sesuai dengan hasil percobaan adalah tahap adsorpsi yang menunjukkan bahwa konsumsi intermediate (reaksi permukaan) lebih cepat dari pembentukan intermediate (adsorpsi metana). Parameter kinetika yang diperoleh berupa Energi aktivasi sebesar 40,6 kJ/mol dan faktor pre-eksponensial 8,625 x 106.Kata kunci: dekomposisi metana, hidrogen, karbon nanotube, kopresipitasi, kinetika reaksi
In situ trans-esterification of oil-containing Jatropha curcas seeds to produce biodiesel fuel I Amalia Kartika; M Yani; D Ariono; Ph Evon; L Rigal
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 1 (2012)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2012.11.1.6

Abstract

The objective of this study was to investigate in situ trans-esterification allowing direct production biodiesel from jatropha seed. The influences of amount of KOH catalyst, methanol to seed ratio, amount of n-hexane to methanol and seed ratio, stirring speed, temperature and reaction time were examined to define the best performance of biodiesel yield and quality. Generally, methanol to seed ratio, amount of KOH and n-hexane to methanol and seed ratio affected biodiesel yield. An increase of biodiesel yield was observed as methanol to seed ratio, amount of KOH and n-hexane to methanol and seed ratio were increased. Stirring speed, temperature and reaction time did not affected biodiesel yield. Highest biodiesel yield (89%) was obtained under 6:1 methanol to seed ratio, 0.075 mole/L KOH in methanol, 3:3:1 n-hexane to methanol and seed ratio, 600 rpm stirring speed, 40 °C temperature and 6 h reaction time. The effect of process parameters on biodiesel quality was less important. In all experiments tested, the biodiesel quality was very good (acid value < 0.3 mg of KOH/g, viscosity < 5.5 cSt, saponification value > 183 mg of KOH/g). The quality of biodiesel produced under optimum reaction condition was in accordance with the Indonesian Biodiesel Standard. Keywords: biodiesel, in situ, jatropha seed, transesterificationAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memproduksi biodiesel secara langsung dari biji jarak pagar melalui proses transesterifikasi in situ. Parameter proses yang dipelajari adalah pengaruh konsentrasi katalis KOH, rasio metanol terhadap bahan, rasio n-heksan terhadap metanol dan bahan, kecepatan pengadukan, suhu dan waktu reaksi terhadap rendemen biodiesel dan kualitasnya. Rasio metanol terhadap bahan, konsentrasi KOH dan rasio n-heksan terhadap metanol dan bahan berpengaruh nyata terhadap rendemen biodiesel. Semakin tinggi rasio metanol terhadap bahan, konsentrasi KOH dan rasio n-heksan terhadap metanol dan bahan, rendemen biodiesel semakin meningkat. Kecepatan pengadukan, suhu dan waktu reaksi tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen biodiesel. Rendemen biodiesel tertinggi (89%) diperoleh dari perlakuan rasio metanol terhadap bahan 6:1, 0.075 mol/L KOH dalam metanol, rasio n-heksan terhadap metanol dan bahan 3:3:1, kecepatan pengadukan 600 rpm, suhu 40 °C dan waktu reaksi 6 jam. Kualitas biodiesel yang dihasilkan dari proses transesterifikasi in situ biji jarak pagar pada seluruh perlakuan yang diuji sangat baik (bilangan asam < 0.3 mg KOH/g, viskositas < 5.5 cSt, bilangan penyabunan > 183 mg KOH/g), dan tidak dipengaruhi oleh parameter-parameter proses. Kualitas biodiesel yang dihasilkan dari kondisi proses optimum memenuhi Standar Biodiesel Indonesia.Kata kunci: biodiesel, in situ, biji jarak, transesterifikasi
Separation of oil-in-water emulsion using slotted pore membrane Sutrisna, P.D.; Lingganingrum, F.S.; Wenten, I.G.
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 1 (2012)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2012.11.1.8

Abstract

Nowadays, oil-in-water (O/W) emulsion has become an important topic in many industries. Petroleum industry is one of these industries. O/W emulsion produced in crude oil recovery causes problems at different stages in petroleum industry. Produced water can not be injected again into the well, because it contains high concentrations of oil, grease and suspended particles. Recently, membrane technology has been applied in separation of O/W emulsion. One membrane that has been developed special for oil filtration is slotted true surface filter. This research investigated influences of pore size and initial concentration of feed emulsion during oil filtration using slotted pore membrane. From the experiment, oil rejection will be higher if we use membrane with smaller pore size, emulsion with high stability and small trans membrane pressure. Based on the slot width it can be concluded that 33 microns membrane gives better oil rejection than 80 microns membrane. Initial concentrations of challenge emulsion also influence value of flux and oil rejection, which will also influence our decision to choose suitable membrane in relation with hydrophilicity of the membrane. During microfiltration process, there was deformation of oil particle through slot of membrane, which can be analyzed by observing size of oil drops in feed and permeate sides. Keywords: emulsion, microfiltration, slotted pore membraneAbstrakSaat ini penanganan limbah emulsi minyak dalam air menjadi topik penting di berbagai industri. Salah satunya adalah industri perminyakan. Emulsi yang dihasilkan dalam proses penambangan minyak mentah menimbulkan masalah pada beberapa tahapan proses di industri. Air yang mengandung minyak tidak dapat digunakan kembali untuk meningkatkan perolehan minyak karena mengandung minyak, lemak dan partikel tersuspensi dalam konsentrasi tinggi. Sehingga dibutuhkan proses pemisahan emulsi minyak dalam air. Akhir–akhir ini teknologi membran telah digunakan untuk memisahkan emulsi tersebut. Salah satu membrane yang dikembangkan adalah membrane berslot seperti yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini telah berupaya mengamati pengaruh variasi ukuran pori dan konsentrasi umpan terhadap performa membrane berslot dalam memisahkan emulsi minyak dalam air. Dari percobaan, diperoleh hasil bahwa rejeksi membran terhadap minyak meningkat jika digunakan membrane dengan ukuran ori lebih kecil, emulsi dengan kestabilan yang tinggi, dan beda tekanan yang kecil. Disimpulkan bahwa membrane dengan ukuran pori 33 mikrometer memberikan rejeksi membrane lebih tinggi dibandingkan membrane dengan ukuran pori 80 mikrometer. Konsentrasi awal umpan mempengaruhi fluks dan rejeksi serta mempengaruhi pilihan kita dalam memilih jenis membran yang digunakan. Selama proses filtrasi, terjadi perubahan bentuk atau deformasi partikel minyak melewati slot atau pori membrane yang diamati melalui distribusi ukuran partikel.Kata kunci: emulsi, mikrofiltrasi, membran berslot
Simulasi absorpsi multikomponen gas dalam larutan K2CO3 dengan promoter MDEA pada packed column Ningsih, Erlinda; Pudjiastuti, Lily; Wulansari, Dessy; Anggraheny, Nurul; Altway, Ali; Budhikarjono, Kuswandi Kusno
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 1 (2012)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2012.11.1.3

Abstract

Simulation of multi-component gas absorption in the K2CO3 solution with promoter MDEA in packed column This research aims to study theoretically the performance of packed column to absorb CO2 and H2S from acid gas using MDEA promoted K2CO3 solution by considering solubility of other gases. Performance is expressed as CO2 recovery percentage. Research was carried out by developing simulation program of gases absorption with chemical reaction in packed column under isotherm condition. Prediction results were validated with petrochemical plant data. The simulation program can predict concentration distribution of dissolved gases and reactants in liquid phase at packed column and also the percentage of CO2 and H2S recovery. Results show that CO2 and H2S recovery increase with the increasing pressure and liquid flow rate. The study also depicts presence of an optimum temperature where CO2 recovery increases with increasing temperature below optimum temperature and decrease with increasing temperature above optimum temperature. The absorption rate increase or decrease with increasing temperature depending on relative effect of temperature on reaction rate, gas diffusivity and solubility. For CO2 absorption into MDEA promoted 30% K2CO3 solution at packed column 3 m in diameter, and 30 m in height filled with 7 cm IMPT packing, the highest CO2 removal efficiency is 99.947% on 100 oC, 32 atm, liquid flow rate of 5900 m3/hr, and gas flow rate of 308 kNm3/hr. Keywords: reactive absorption, isothermal, multi-component, promoter, two-film modelAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara teoritis kinerja packed column untuk absorpsi CO2 dan H2S dari gas asam dengan larutan K2CO3 dan promotor MDEA dengan memperhatikan kelarutan gas-gas yang lain, yang dinyatakan dengan %-recovery CO2. Penelitian ini dilaksanakan dengan membuat program simulasi untuk absorpsi gas CO2 disertai reaksi kimia dalam kondisi isothermal. Hasil prediksi simulasi ini divalidasi dengan data lapangan. Dengan menggunakan model packed column ini, diperoleh distribusi konsentrasi gas-gas terlarut, distribusi konsentrasi reaktan dalam fasa cair dalam kolom absorber dan prediksi %-recovery CO2 dan H2S. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan dan laju alir absorben %-penghilangan CO2 dan H2S semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan adanya suhu optimum. Di bawah suhu optimum kenaikan suhu menyebabkan kenaikan %-penghilangan sedangkan di atas suhu optimum kenaikan suhu menurunkan %-penghilangan. Laju absorpsi meningkat tergantung pada pengaruh relatif temperatur pada konstanta kecepatan reaksi, difusivitas dan kelarutan gas yang terserap. Untuk absorpsi gas CO2 kedalam larutan K2CO3 30% dengan promotor MDEA pada packed column dengan diameter 3 m dan tinggi 30 m yang diisi dengan packing IMPT 7 cm diperoleh penghilangan CO2 tertinggi 99,947% pada kondisi laju alir larutan 5900 m3/jam, temperatur 100 oC, laju alir gas 308 kNm3/jam serta tekanan 32 atm.Kata kunci: absorpsi reaktif, isothermal, multikomponen, promoter, model dua film.
Synthesis of diesel-like hydrocarbon from Jatropha oil through catalytic pyrolysis Bambang Heru Susanto; Muhammad Nasikin; Ayuko Cheeryo Sinaga; F Fransisca
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 1 (2012)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2012.11.1.7

Abstract

Due to economical, social and ecological reason, several studies have been done in order to obtain alternative fuel sources. In this respect, fermentation, trans-esterification and pyrolysis if biomass have been proposed as alternative solutions. Among these different approaches, pyrolysis seems to be a simple and efficient method fuel production. Pyrolysis, assisted by solid catalysts, has also been reported and it was recognized that the product selectivity is strongly affected by the presence and the nature of heterogeneous catalysts. The catalytic pyrolysis of straight Jathropha curcas oil (SJO) over nanocrystalline NiO/Al2O33 at 475 OC was studied. NiO/Al2O3 catalyst was used in pyrolysis for purpose of selectively cracking of triglyceride. Nanocrystalline NiO/Al2O3 was prepared by simple heating method with polymer solution as growth inhibitor. The liquid product (bio-oil) were analyzed by GC-FID and FTIR, showing the formation of carboxylic acids, paraffin, olefins, and ketones. Measured physical properties of bio-oil is comparable to those specified for diesel oil. Keywords: SJO, nanocrystalline, simple heating method, catalytic pyrolysis, bio-oilAbstrakAdanya pertimbangan keekonomian, sosial, dan ekologi, menyebabkan dilakukannya penelitian guna mendapatkan sumber bahan bakar alternatif. Berkaitan dengan hal tersebut, maka reaksi-reaksi seperti permentasi, transesterifikasi dan pirolisis dari biomasa telah digunakan sebagai alternatif solusi. Diantara pendekatan-pendekatan yang berbeda tersebut, pirolisis merupakan metode yang sederhana dan efesien untuk menghasilkan bahan bakar. Pirolisis, yang dibantu dengan katalis padat, telah juga dilaporkan dan diketahui bahwa selektifitas produknya sangat dipengaruhi oleh kehadiran dan sifat dari katalis-katalis heterogen yang digunakan. Pirolisis berkatalis dari minyak jarak pagar (straight Jathropha curcas oil, SJO) melalui nanokristal NiO/Al2O3 pada suhu 475 OC telah dilakukan percobaanya. Katalis NiO/Al2O3 digunakan dalam pirolisis dengan tujuan untuk perengkahan selektif dari trigliserida. Nanokristal NiO/Al2O3 dibuat dengan menggunakan metode simple heating dengan pelarut polimer sebagai penghambat pertumbuhan. Produk cair yang dihasilkan (bio-oil) telah dianalisa dengan menggunakan GC-FID dan FTIR, memperlihatkan adanyanya gugus asam-asam karboksilat, parafin, olefin dan keton. Sifat fisik yang diukur dari biooil dapat diperbandingkan kesetaraanya dengan spesifikasi dari minyak solar.Kata kunci: SJO, nanokristal, metode simple heating, pirolisis berkatalis, bio-oil
Aqueous liquid membrane process for recovery of BTX aromatics I Dewa Gede Arsa Putrawan
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 1 (2012)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2012.11.1.1

Abstract

An aqueous liquid membrane process has been developed for extracting BTX aromatics in catalytic reformate. The process mainly involved a multistage liquid-membrane permeator and two distillation towers. Continuous stirred vessels were utilized as contactors for permeation. Aqueous solution of saponin and light oil were used as liquid membrane and receiving phase, respectively. The equations of material balance, permeation, and constrain have been solved to study the effects of operating variables on the product yield and BTX purity. BTX purity up to 95% and yield of 90% could be achieved. The larger the values of solvent-to-feed ratio, stirring rate, number of permeation stages, permeator reflux ratio, or permeator volume, the greater the energy requirement. The energy supplied to the process is mainly utilized to recover solvent. Solvent-to-feed ratio was found to be the most influential variable on energy demand. The purity of BTX aromatics increases as the permeator reflux ratio and solvent-to-feed ratio increase or the stirring rate, number of permeation stages, and permeator volume decrease. The opposite trends are observed for the yield of BTX aromatics. The raffinate obtained was found to be a good blendstock for clean motor gasoline. Keywords: Liquid membrane, BTX Aromatic, Stirred vesselAbstrakProses membran cair akuatik telah dikembangkan untuk ekstraksi aromatik BTX dari reformat katalitik. Proses tersebut melibatkan permeator multitahap dan dua kolom distilasi sebagai alat utama. Tangki berpengaduk kontinyu digunakan sebagai alat kontak permeasi. Larutan saponin dalam air digunakan sebagai membran cair dan minyak ringan digunakan sebagai fasa penerima. Persamaan-persamaan neraca massa, permeasi dan kendala proses telah diselesaikan untuk mengkaji pengaruh berbagai variabel operasi terhadap perolehan produk dan kemurnian BTX. Kemurnian BTX hingga 95% dan perolehan hingga 90% dapat dicapai. Jika rasio pelarut-terhadap-umpan, laju pengadukan, jumlah tahap permeasi, rasio refluks permeator, atau volume permeator ditingkatkan, maka kebutuhan energi menjadi semakin besar. Energi yang dipasok ke dalam proses didominasi oleh pemulihan pelarut. Rasio pelarut-terhadap-umpan diketahui sebagai variabel yang paling berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kemurnian aromatik BTX semakin meningkat jika laju pengadukan, jumlah tahap permeasi, rasio refluks permeator, atau volume permeator dikurangi. Hal sebaliknya ditemukan untuk nilai perolehan aromatik BTX. Rafinat yang diperoleh diketahui sebagai bahan yang baik untuk gasolin motor ramah lingkungan.Kata kunci: Membran cair, Aromatik BTX, Tangki berpengaduk

Page 1 of 1 | Total Record : 8