cover
Contact Name
Harianto GP
Contact Email
hariantogp@sttexcelsius.ac.id
Phone
+6282115511552
Journal Mail Official
hariantogp@sttecelsius.ac.id
Editorial Address
Barata Jaya IV No. 26, 28 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi dan Pendidikan
ISSN : 26848724     EISSN : 26850923     DOI : https://doi.org/10.51730/ed.v4i2
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi, misiologi, dan Pendidikan Agama Kristen dengan nomor ISSN: 2684-8724 (print) dan e-issn: 2685-0923 (online) yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Excelsius dengan lingkup kajian penelitian adalah: Teologi Biblikal (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) Teologi Sistematika dengan pendekatan non-doktrinal Teologi dan Kontekstual Teologi Pastoral dan Etika Pelayanan Gerejawi Teologi dan Etika Kontemporer Misiologi Biblikal dan Praktikal Pendidikan Kristiani dalam Gereja, Keluarga, dan Sekolah Section Policies
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2021): Desember 2021" : 8 Documents clear
TEOLOGI “PUASA” DALAM PERSPEKTIF KESEHATAN, PSIKOLOGIS DAN SPIRITUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MANUSIA HIDUP GP Harianto
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i2.82

Abstract

Fasting is not for pleasure, intoxication, fattening the body or beautifying oneself, but eliminating feelings of hunger so that they can live in peace. The question that arises is: What is Fasting in Health Growth? What is Fasting Psychologically? What is Fasting Spiritually? How can Theology of Fasting in Health, Psychological and Spiritual Perspectives Improve the Basic Quality of Human Life? This research method uses qualitative through literature study with content analysis approach. The results of the study: (1) Fasting in health means that a person trains himself to have an awareness of increasing his body to be healthy and away from all diseases. (2) Fasting psychologically means that a person trains himself to be able to control himself from all matters or situations encountered so that he has a wise reaction in making all decisions. (3) Fasting spiritually means a person trains himself to live more focused only on Allah. He had constant encounter with God by fasting, praying, and reading the Bible. (4) Theology of Fasting forms holistic thinking about the fasting paradigm from a health, psychological and spiritual perspective into a single entity that cannot be separated. Health, psychology and spiritual growth are the meaning of fasting theology: success on earth and success in heaven.Puasa bukan bukan untuk kesenangan, memabukkan, menggemukkan badan atau memperindah diri, tetapi menghilangkan perasaan lapar  sehingga dapat hidup dengan tentram. Persoalan yang muncul adalah: Apakah Puasa secara Pertumbuhan Kesehatan?  Apakah Puasa secara Psikologis? Apakah Puasa secara Spiritual? Bagaimanakah Teologi “Puasa” dalam Perspektif Kesehatan, Psikologis dan Spiritual dapat Meningkatkan Kualitas Dasar Manusia Hidup? Metode penelitian in menggunakan kualitatif melalui studi pustaka dengan pendekatan analisis isi. Hasil penelitian: (1) Puasa secara kesehatan berarti seseorang melatih diri sendiri untuk mempunyai kesadaran  meningkatkan tubuhnya menjadi sehat dan jauh dari segala penyakit. (2) Puasa secara psikologi berarti seseorang melatih diri sendiri untuk mampu mengotrol diri dari segala perkara atau situasi yang dihadapi sehingga ia mempunyai reaksi yang bijak dalam mengambil segala keputusan. (3) Puasa secara spiritual berarti seseorang melatih diri sendiri semakin  hidup fokus hanya kepada Allah. Ia mengadakan perjumpan terus-menerus dengan Allah dengan cara berpuasa, berdoa, dan membaca Alkitab. (4) Teologi “Puasa” membentuk berpikir secara holistik tentang paradigma puasa dalam perspektif kesehatan, psikologis dan spiritual menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pertumbuhan kesehatan, psikologi dan spiritual adalah makna dari teologi puasa: berhasil di dunia dan berhasil di surga.  
STUDI BERPIKIR SECARA LEADER TENTANG KUALITAS TINGKAT PELAYANAN TERHADAP SPIRITUALITAS KAUM MUDA Sodiniat Waruwu; Jenny Gabriela
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i2.83

Abstract

Youth ministry today is a ministry that has very different challenges and struggles than youth ministry in previous decades. Young people are expected to be able to contribute to the church to carry out the mentoring process in the church because they are able to give influence in the process of change and development of faith. The method used is descriptive analysis, to get a clear picture of the study of thinking leaders about the quality of service levels for the spirituality of young people. The research objectives are: 1). quality Quality of Service in the Church? Service quality is being able to serve others to become a 'whole human being' by empowering others to rise from their weaknesses. 2). What is the Role of Youth in Ministry? The role of the youth is to serve in church service activities, become agents of moving the growing body of Christ, become future successors of the church, become witnesses of Christ 3). installed Building Youth Spirituality in the Church? Youth spirituality is young people who understand and feel the presence of God in their lives.Pelayanan Kaum Muda pada masa kini merupakan pelayanan yang memiliki tantangan dan pergumulan yang amat berbeda dibandingkan pelayanan kaum muda dalam dekade sebelumnya. Kaum muda diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk melaksanakan proses pendampingan di gereja karena mereka mampu memberikan pengaruh dalam proses perubahan dan pengembangan iman di gereja. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang Studi berfikir secara leader tentang kualitas tingkat pelayanan terhadap spritualitas kaum muda. Tujuan penelitiannya yaitu: 1). Bagaimanakah kualitas tingkat pelayanan dalam gereja? Kualitias pelayanan adalah mampu melayani orang lain agar menjadi ‘manusia utuh’ dengan cara memberdayakan orang lain supaya bisa bangkit dari kelemahannya. 2). Apakah peran kaum muda dalam pelayanan? Peran kaum mudah adalah melayani dalam kegiatan pelayanan gereja, menjadi agen penggerak tubuh kristus yang bertumbuh, menjadi penerus masa depan gereja, menjadi saksi kristus 3). Bagaimanakah membangun spiritualitas kaum muda di gereja? Spiritualitas kaum muda adalah kaum muda yang memahami dan merasakan kehadiran Allah dalam hidupnya. 
MODERASI BERAGAMA DALAM BINGKAI KONSTITUSI NEGARA Falentin Rambu Mbitu
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i2.85

Abstract

Conflicts between religious communities in Indonesia are not only experienced by the majority and minorities but also the majority with the majority. The purpose of the article answers the question: What is a State Constitution? How to Explore Historical, Sociological and Political Sources on the Constitution in State Life? How is religious moderation in the framework of the state constitution? The answers are: (1) The state constitution is a state government organization that has various forms and structural complexity, there is also a political or legal constitution but it also contains the meaning of an economic constitution. (2) The state constitutional institutions are: the People's Consultative Assembly (MPR), the People's Representative Council (DPR), the Regional Representatives Council (DPD), the President/Vice President, the Supreme Court, the Constitutional Court, the Judicial Commission, and the Supreme Audit. (3) Religious moderation is the frame of item 3 of the Pancasila “Unity of Indonesia”, in which President Joko Widodo to the Minister of Religion emphasizes the importance of the state (state constitution) implementing religious moderation because it strengthens national unity. Religious moderation can improve: national character, tolerance and national harmony, quality of education, and quality of leadership.Konflik masyarakat beragama di Indonesia bukan saja dialami oleh mayoritas dan minoritas tetapi mayoritas dengan mayoritas pun berlangsung. Tujuan artikel menjawab pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan Konstitusi Negara?  Bagaimanakah Menggali Sumber Historis, Sosiologis dan Politik tentang Konstitusi dalam Kehidupan Bernegara?  Bagaimanakah moderasi beragama dalam bingkai konstitusi negara? Jawab adalah:  (1) Konstitusi negara adalah organisasi pemerintahan negara yang terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat pula konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi.  (2) Lembaga konstitusi negara adalah:  Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),  Presiden/Wakil Presiden, Mahkamah Agung,  Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, dan   Pemeriksa Keuangan. (3) Moderasi beragama menjadi bingkai butir 3 Pancasila “Persatuan Indonesia”, di mana Presiden Joko Widodo hingga Menteria Agama, menegaskan betapa pentingnya negara  (konstitusi negara) melaksanakan moderasi beragama karena hal tersebut memperkuat persatuan bangsa. Moderasi beragama dapat meningkatkan: karakter bangsa, toleransi dan kerukunan bangsa, kualitas pendidikan, dan kualitas kepemimpinan.
FUNGSI MANAJERIAL GEMBALA SIDANG DALAM MEMPERLENGKAPI PELAYANAN JEMAAT LOKAL Paulus Kunto Baskoro; Yonatan Alex Arifianto
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i2.71

Abstract

Abstract: The pastor has a very important function in a local church. The leadership strength of the Pastor is one of the determinants of the progress of the local church. Although it is undeniable, the work of the Holy Spirit is more than anything that makes the church grow. This becomes a special reflection, how each Pastor can carry out his leadership function to the fullest and bring God's church more and more forward and develop. Especially, how the Pastor performs his function to organize and equip the local congregation in serving. Because there are many congregations who are not maximal in their ministry because the managerial function of the Pastor is not yet maximized in the local church. Using the qualitative descriptive method, it can be concluded that the managerial function of the pastor is First, the pastor understands his managerial function well; Second, local congregations can experience an increase in the quality of service according to their gifts; Third, the church is experiencing growth in quality and quantity. Abstrak: Gembala sidang memiliki fungsi sangat penting dalam sebuah gereja lokal. Kekuatan kepemimpinan Gembala Sidang menjadi salah satu penentu kemajuan gereja lokal. Meskipun tidak bisa dipungkiri, karya Roh Kudus melebihi segalanya yang membuat gereja bertumbuh. Hal ini menjadi sebuah perenungan khusus, bagaimana setiap Gembala Sidang dapat menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan maksimal dan membawa gereja Tuhan makin maju dan berkembang. Terutama, bagaimana Gembala Sidang melaksanakan fungsinya untuk mengatur dan memperlengkapi jemaat lokal dalam melayani. Sebab banyak dijumpai, jemaat yang tidak terlalu maksimal dalam pelayanan karena fungsi manajerial Gembala Sidang yang belum maksimal dalam gereja lokal. Menggunkan metode deskritif kualitatif  dapat disimpulkan bahwa fungsi managerial gembala adalah Pertama, gembala sidang memahami fungsi manajerialnya dengan baik; Kedua, jemaat lokal dapat mengalami peningkatan kualitas dalam pelayanan yang sesuai karunianya; Ketiga, gereja mengalami pertumbuhan secara kualitas dan kwantitas.
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI GEREJA SEBAGAI SARANA EFEKTIF DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER JEMAAT TUHAN Urbanus Sukri
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i2.86

Abstract

The congregation of God or the Church are people who are called out of this world into fellowship with Christ. The main vision of God's church present in the world is to be like Christ (Rom. 8:29; Gal. 4:19). To be like Christ, God's church must have the character of Christ in itself. The character of Christ is love, that is, love for God and neighbor. The efforts of church leaders so that the congregation has the character of Christ is by way of formation. There are many kinds and varieties of congregational building, including learning Christian Religious Education. Christian Religious Education is a modern term for discipleship that has been carried out by the servants of God in the Old Testament and preserved by the Lord Jesus in the New Testament. In the Bible, it has been proven that discipleship or Christian Religious Education has produced God's servants with character (loving God and others) in their day. It is concluded that the implementation of Christian Religious Education learning is the most effective development in shaping the character of Christ in the church of God in this modern era.Jemaat Tuhan atau Gereja adalah orang orang yang dipanggil keluar dari dunia ini masuk kedalam persekutuan bersama Kristus. Visi utama jemaat Tuhan hadir didunia adalah menjadi serupa dengan Kristus (Rm. 8:29; Gal.4:19). Untuk menjadi serupa dengan Kristus, jemaat Tuhan harus mempunyai karakter Kristus dalam dirinya.  Karakter Kristus adalah kasih, yaitu kasih terhadap Allah dan sesama. Usaha para pemimpin jemaat agar para jemaat mempunyai karakter Kristus adalah dengan jalan pembinaan.  Banyak macam dan ragam tentang pembinaan jemaat, diantaranya adalah pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen adalah istilah modern untuk pemuridan yang telah dilaksanakan oleh para hamba Allah di Perjanjian Lama dan dilestarikan oleh Tuhan Yesus di Perjanjian Baru. Didalam Alkitab, sudah terbukti bahwa pemuridan atau Pendidikan Agama Kristen telah menghasilkan para hamba Tuhan berkarakter (mengasihi Tuhan dan sesamanya) pada zamannya. Maka disimpulkan bahwa pelaksanan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah pembinaan yang paling efektif dalam pembentukan karakter Kristus jemaat Tuhan pada zaman modern ini.
MEMAHAMI MAKNA HUKUM TAURAT SEBAGAI PEMBENTUKAN MORAL YANG BAIK BAGI ORANG PERCAYA Citra Purnamasari Gulo
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i2.79

Abstract

Abstract: The law is the way of life of God's people which includes moral, civil, and religious laws. However, with this law, humans are more inclined to sin, not more moral, because the law is against the desires of the flesh. Given the importance and vulnerability of human moral existence to carry out daily life, instructions and guidelines for human life are needed to create a pattern of life that contributes to God and others. This study aims to review the true meaning of the law in the lives of believers to get to know themselves better before God and experience repentance so that they become more and more like Christ. In relation to the Law as the formation of good morals, several questions arise as follows: 1). How can the law shape human morals to be good? 2). What was the main purpose of the Law? 3). What are the results of obedience to the laws of the Torah? The method used in writing this article is literature research. The results of this study indicate that the Torah is a moral instruction and teaching for believers who confess their sins and know their true selves before God. The law is more precisely a moral law that will educate and direct humans to love more and do good deeds based on God's will to be more like Christ.Abstrak: Hukum Taurat adalah pedoman hidup umat Allah yang mencakup hukum-hukum moral, sipil, dan keagamaan. Namun, dengan adanya hukum ini manusia justru semakin cenderung berbuat dosa bukan semakin lebih bermoral oleh karena hukum Taurat bertentengan dengan keinginan daging. Mengingat begitu penting dan rentanya keberadaan moral manusia untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, maka diperlukan intruksi dan penuntun kehidupan manusia untuk menciptakan suatu pola kehidupan yang berkontribusi terhadap Allah dan sesama. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau kembali makna hukum Taurat yang sesungguhnya dalam kehidupan orang percaya untuk semakin mengenal dirinya dihapadan Allah dan mengalami pertobatan sehingga semakin hari semakin serupa dengan Kristus. berhubungan Hukum Taurat sebagai pembentukan moral yang baik, maka muncul beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1). Bagaimana hukum Taurat dapat membentuk moral manusia menjadi baik? 2). Apa yang menjadi tujuan utama Hukum Taurat? 3). Apa yang menjadi hasil dari ketaatan pada hukum Taura? Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah penelitian secara literatur. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa hukum Taurat sebagai instruksi dan pengajaran moral bagi orang percaya yang mengukapkan dosa dan mengenal dirinya yang sebenarnya dihadapan Allah. hukum Taurat lebih tepatnya sebagai hukum moral yang akan mendidik dan mengarahkan manusia untuk semakin mengasihi dan melakukan perbuatan baik berdasarkan kehendak Allah untuk semakin serupa dengan Kristus.  
STUDI BIOGRAFI KEHIDUPAN DAN PERTOBATAN PAULUS SEBAGAI MODEL PERTOBATAN PELAKU KRIMINALITAS SAAT INI Fandri Watulingas
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i2.84

Abstract

Tingkat kejahatan di dunia ini, takkan ada habisnya hingga kedatangan Tuhan Yesus pada kali yang kedua.  Ada banyak tingkat kriminalitas yang terjadi di masyarakat mulai dari penipuan, perampokan, pemerkosaan bahkan sampai pada pembunuhan.  Dan terkadang peluku kriminalitas berpikir dengan besarnya kejahatan yang mereka lakukan, Allah tidak akan mengampuni dosa mereka.  Pada tulisan ini bertujuan memberikan pemahaman bahwa tidak ada dosa sebesar apapun yang dihadapan Allah yang tidak bisa diampuni apa bila seseorang pelaku kriminalitas bertobat dengan sungguh-sungguh dan percaya kepada Tuhan Yesusu Kristus.  Belajar dari Paulus seorang penganiaya jemaat Tuhan, hingga akhirnya ia bertobat dan percaya kepadaYesus dalam perjalanannya di Damsik untuk menangkap setiap orang yang percaya. Setelah pertobatannya tersebut, ia memberikan hidup sepenuhnya hanya untuk melayani Kristus.  Metode penelitian yang digunakan adalah bibliografi dengan mengambil setiap sumber yang ada hubunngan dengan biografi dan pertobatan Paulus dan disusun berdasarkan berdasarkan latar belakang kehidupan hingga pertobatannya.  Melalui pengalaman pertobatan Paulus memberikan contoh pada pelaku kriminalitas bahwa tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni apabila mereka sungguh-sungguh bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus.
GEMBALA ABAD KE-21: PANGGILAN, KARAKTER DAN KOMPETENSINYA Pudun Tadam; Belinda Mau
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i2.81

Abstract

Shepherding ministry is never easy. Paul told Timothy to “suffice with me as a good soldier of Christ Jesus. False doctrine teachers are in the church and Christians face lawless, rebellious, ungodly, sinners, unholy, unclean, murderers, kidnappers, and liars, just to name a few characteristics. Timothy was counseled not to be rude to older men and to maintain chastity in his relationships with younger women. The method used is qualitative research, with an exposition approach and a study of biblical literature in which the author conducts research on books and explores the internet. The aims of this research are 1). What is the meaning of a twenty-first-century shepherd's call? 2). What is the character of a twenty-first-century shepherd? 3). What are the competencies a twenty-first-century shepherd should have? The results of this study are 1). The call of the 21st-century shepherd is a call that comes to certain people to serve God in a vocational capacity; 2). A pastor must stay true to the biblical foundation, taking every opportunity to hone his skills and abilities to maximize effectiveness for the Lord; 3). Basically, there are three competencies that must be possessed, namely competence in preaching, competence in pastoral care, and competence in church administration.Pelayanan penggembalaan tidak pernah mudah. Paulus memberi tahu Timotius untuk “ menderita bersama saya sebagai prajurit yang baik dari Kristus Yesus. Para pengajar doktrin palsu ada di gereja dan orang-orang Kristen menghadapi orang-orang yang melanggar hukum, memberontak, tidak saleh, orang berdosa, tidak suci, najis, pembunuh, penculik, dan pendusta, hanya untuk menyebutkan beberapa karakteristik. Timotius dinasihati untuk tidak bersikap kasar terhadap pria yang lebih tua dan menjaga kemurnian dala hubungannya dengan wanita yang lebih muda. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan eksposisi dan kajian literatur Alkitabiah di mana penulis mengadakan penelitian terhadap buku-buku serta melakukan eksplorasi internet. Tujuan dari penelitian ini yaitu 1). Apakah makna panggilan gembala abad ke dua puluh satu? 2). Bagaimanakah karakter seorang gembala abad dua puluh satu? 3). Apakah kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang gembala abad dua puluh satu? Hasil penelitian ini adalah: 1). Panggilan gembala abad 21 adalah panggilan yang datang kepada orang tertentu untuk melayani Allah dalam kapasitas vokesyenal; 2). Seorang gembala harus tetap setia pada fondasi alkitabiah, mengambil semua kesempatan untuk mengasah keterampilan dan kemampuannya untuk memaksimalkan efektifitas bagi Tuhan; 3). Pada dasarnya ada tiga kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi dalam berkhotbah, kompetensi dalam ‘pastoral care’ dan kompetensi dalam administrasi gereja.

Page 1 of 1 | Total Record : 8