cover
Contact Name
Wiah Wardiningsih
Contact Email
wiahwards@gmail.com
Phone
+6222-7272580
Journal Mail Official
texere@stttekstil.ac.id
Editorial Address
Politeknik STTT Bandung Jalan Jakarta No. 31 Bandung 40272
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Texere
ISSN : 1411309     EISSN : 27741893     DOI : https://doi.org/10.53298/texere.v19i1
Texere merupakan majalah ilmiah yang mencakup karya tulis ilmiah bidang tekstil, garmen dan fesyen baik yang terkait dengan proses produksi ataupun proses pendukung (supporting)
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 2 (2020): Texere Volume 18 Nomor 2 Tahun 2020" : 6 Documents clear
Phase Change Material dari Campuran Parafin untuk Tekstil Swa-Termoregulasi Tisna Kusumah; Tatang Wahyudi; Mohamad Widodo
Texere Vol 18, No 2 (2020): Texere Volume 18 Nomor 2 Tahun 2020
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v18i2.61

Abstract

Phase change material (PCM) organik seperti lilin parafin memiliki kemampuan untuk menyerap sejumlah energi panas atau entalpi (kJ/kg) pada saat lilin parafin mengalami perubahan fasa dari padat ke cair, dan sebaliknya, melepaskan energi panas saat berubah fasa dari cair ke padat. Kemampuan unik lilin parafin ini telah diteliti oleh banyak peneliti seperti mengenai sifat-sifat termal dan pemanfaatannya sebagai thermal energy storage. Penelitian-penelitian tentang PCM organik yang telah banyak dikerjakan, umumnya menggunakan bahan kelas sintesa yang memiliki keunggulan dalam hal kemurnian tetapi memiliki kesulitan untuk diaplikasikan dalam skala industri karena faktor keekonomisan dan ketersediaan bahan yang sulit didapat dalam skala besar. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk mengetahui perubahan sifat termal dari campuran lilin parafin padat dan cair kelas mutu industri sebagai bahan utama PCM yang dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil untuk membuat material tekstil yang responsif dan adaptif terhadap perubahan suhu lingkungan. Hasil analisa DSC (differential scanning calorimetry) menunjukkan bahwa pencampuran lilin parafin padat:cair dengan komposisi 9:1, 8:2, 7:3, dan 6:4 memperlihatkan adanya pembentukan entitas senyawa baru dengan sifat termal yang berbeda. Masing-masing kombinasi campuran yang berbeda memiliki titik leleh dan kandungan entalpi yang semakin menurun dari 60,4 ºC (9:1) ke 51,4 (6:4) seiring dengan menurunnya komposisi lilin parafin padat dan bertambahnya komposisi lilin parafin cair.
Pencelupan Kain Rajut Kapas/Modal Menggunakan Zat Warna Reaktif Bifungsional Metoda One-bath Indra Joshua; Samuel Martin Pradana; wiwiek eka mulyani
Texere Vol 18, No 2 (2020): Texere Volume 18 Nomor 2 Tahun 2020
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v18i2.64

Abstract

Zat warna reaktif bifuctional digunakan untuk mencelup kain rajut campuran Kapas/modal (65%/35%).  Perbedaan sifat daya serap kapas dan modal serta pengaruh konsentrasi natrium sufat dan natrium karbonat akan dibahas dalam penelitian ini.  Karakteristik hasil pencelupan dianalisa dengan pengujian K/S dan analisa terhadap ketahanan luntur warna setelah pencucian dengan menggunakan spektrofotometer.  Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penggunaan konsentrasi natrium sulfat  dan natrium karbonat terhadap ketuaan warna dan kerataan warna tetapi tidak berpengaruh terhadap ketahanan luntur warna terhadap pencucian. Penggunaan natrium sulfat 50 g/l dan natrium karbonat 15 g/l dan pH larutan sebesar 11,7 pada suhu 60 0C selama 60 menit dapat menaikkan ketuaan warna serta dapat meningkatkan kerataan warna hasil pencelupan
Ekstraksi dan Karakterisasi Serat Alam dari Daun Sansevieria Laurenti dan Sansevieria Zeylinic Ria Wanti; Husni Dzulfikar; Ryan Rudy
Texere Vol 18, No 2 (2020): Texere Volume 18 Nomor 2 Tahun 2020
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v18i2.59

Abstract

Penelitian ini bertujuan memahami potensi pemanfaatan Sansevieria laurenti Sansevieria zeylinic sebagai sumber serat selulosa alami untuk aplikasi tekstil. Makalah ini melaporkan proses ekstraksi karakterisasi properti serat dari daun tumbuhanSansevieria laurenti Sansevieria zeylinic. Ekstraksi serat menggunakan metode water retting. Karakterisasi properti meliputi pengujian penampang melintang membujur, kekuatan mulur, kehalusan, panjang, kadar air, dan friksi. Data yang didapatkan digunakan untuk menganalisis kemampuan serat untuk dipintal. Serat Sansevieria laurenti memiliki penampang melintang berbentuk oval dengan beberapa berbentuk bulat, penampang membujur berbentuk silinder dengan dinding yang tebal, kekuatan 2,45 g/denier, mulur 7,08 %, kehalusan 6,71 tex, panjang serat 32,1 cm, moisture content 10,4%, moisture regain 11,79%, dan koefisien friksi 0,0295 μ.Sementara seratSansevieria zeylinic memiliki penampang melintang berbentuk oval namun sebagian membentuk segitiga dengan sudut yang runcing, penampang membujur berbentuk silinder, kekuatan 2,19 g/denier, mulur 7,96 %, kehalusan 4,54 tex, panjang serat30,6 cm, moisture content serat 10,8%, moisture regain serat 12,37%, dan koefisien friksi 0,0296 μ.Disimpulkan bahwa serat Sansevieria laurenti Sansevieria zeylinic memiliki potensi untuk dipintal. Serat dari daun tumbuhan Sansevieria laurenti Sansevieria zeylinic dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku aplikasi tekstil.Penelitian ini bertujuan memahami potensi pemanfaatan Sansevieria laurenti Sansevieria zeylinic sebagai sumber serat selulosa alami untuk aplikasi tekstil. Makalah ini melaporkan proses ekstraksi karakterisasi properti serat dari daun tumbuhanSansevieria laurenti Sansevieria zeylinic. Ekstraksi serat menggunakan metode water retting. Karakterisasi properti meliputi pengujian penampang melintang membujur, kekuatan mulur, kehalusan, panjang, kadar air, dan friksi. Data yang didapatkan digunakan untuk menganalisis kemampuan serat untuk dipintal. Serat Sansevieria laurenti memiliki penampang melintang berbentuk oval dengan beberapa berbentuk bulat, penampang membujur berbentuk silinder dengan dinding yang tebal, kekuatan 2,45 g/denier, mulur 7,08 %, kehalusan 6,71 tex, panjang serat 32,1 cm, moisture content 10,4%, moisture regain 11,79%, dan koefisien friksi 0,0295 μ.Sementara seratSansevieria zeylinic memiliki penampang melintang berbentuk oval namun sebagian membentuk segitiga dengan sudut yang runcing, penampang membujur berbentuk silinder, kekuatan 2,19 g/denier, mulur 7,96 %, kehalusan 4,54 tex, panjang serat30,6 cm, moisture content serat 10,8%, moisture regain serat 12,37%, dan koefisien friksi 0,0296 μ.Disimpulkan bahwa serat Sansevieria laurenti Sansevieria zeylinic memiliki potensi untuk dipintal. Serat dari daun tumbuhan Sansevieria laurenti Sansevieria zeylinic dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku aplikasi tekstil.
Studi Penyisihan Zat Warna Reaktif Dalam Air Menggunakan Bottom Ash Batu Bara Menggunakan Cara Batch Handoko, Budy
Texere Vol 18, No 2 (2020): Texere Volume 18 Nomor 2 Tahun 2020
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v18i2.71

Abstract

Sisa pembakaran batu bara dari ketel uap (boiler) yang berupa bottom ash dapat menyebabkan masalah pencemaran lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Berdasarkan karakteristiknya, bottom ash merupakan abu yang berbentuk granula dan memiliki kadar karbon yang tinggi. Maka limbah padat ini memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai adsorben limbah cair dari industri tekstil. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan studi pemanfaatan bottom ash sisa pembakaran batu bara untuk mengolah limbah zat warna reaktif. Pada percobaan pendahuluan dilakukan pengujian penyisihan warna menggunakan bottom ash yang diproses aktivasi secara kimia (menggunakan HCl, NaOH dan H2O2) dan secara fisika (dipanaskan pada suhu 600°C – 900°C), juga penyisihan warna menggunakan bottom ash tanpa aktivasi. Dari hasil pengujian diketahui bahwa bottom ash tanpa aktivasi memberikan hasil yang paling baik dibandingkan dengan bottom ash yang diaktivasi secara kimia atau fisika. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa bottom ash yang tidak diaktivasi memiliki potensi yang baik dalam menyisihkan warna pada larutan zat warna reaktif.
PENERAPAN TEKNIK CETAK BIRU CYANOTYPE PADA BUSANA READY TO WEAR maya komalasari komalasari; zumrotu zakiah zakiah
Texere Vol 18, No 2 (2020): Texere Volume 18 Nomor 2 Tahun 2020
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v18i2.66

Abstract

Cyanotype, sering disebut sebagai proses cetak Biru, yang merupakan seni percetakan fotografi. Proses ini merupakan proses memanfaatkan sensitivitas terhadap cahaya untuk dapat membuat fotografi gambar atau fotogram di atas kertas atau kain. Cyanotype disebut juga dengan istilah blueprint karena karakteristik hasil cetaknya yang berwarna biru / cyan. Cyanotype masih digunakan dalam ruang lingkup yang kecil dan tidak terlalu berdampak pada dunia fesyen, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan teknik ini kepada ruang lingkup tekstil yang lebih besar dan sesuatu yang lebih lazim diterapkan pada busana fesyen, yaitu dengan menerapkan teknik cetak Cyanotype pada busana ready to wear untuk wanita.Inspirasi dari perancangan busana ready to wear pada penelitian ini adalah botanica prussian, ilustrasi botanica sebagai sejarah penggunaan proses Cyanotype dan juga pengaruh gaya hippies diterapkan menjadi motif pada proses cetak cyanotype untuk busana ready to wear dan prussian sebagai warna dasar yang dihasilkan dari zat kimia asam kalium ferricyanide pada proses cyanotype. Dengan style atau gaya busana yang digunakan mengacu kepada trend forecasting Indonesia tahun 2019/2020 yaitu Singularity dengan sub tema yang dipilih adalah svarga: Upskill Craft (kriya berkelas) merupakan sebuah peningkatan nilai dari hasil kriya yang dibuat menjadi seni kontemporer. Motif botanika yang dipilih adalah motif dedaunan dan dandelion serta bunga sepatu. Bunga dandelion memiliki arti kehidupan pantang menyerah dan bunga sepatu yang melambangkan kasih sayang, kemurnian, dan kebahagian. Kedua bunga ini mewakili arti dari sub tema svarga sebagai keindahan spritual yang kemudian bentuknya dimodifikasi menjadi bentuk renggaan yaitu memodifikasi bentuk alam menjadi bentuk baru dengan tidak menghilangkan bentuk aslinya.Berdasarkan percobaan penerapan motif botanica pada rancangan busana ready to wear dilakukan dengan menerapkan teknik cetak biru cyanotype pada media kain mori. Dengan proses pembuatan mulai dari pembuatan desain motif, persiapan emulsi cyanotype, proses sensitizing / pengolesan emulsi pada media kain, pengeringan, proses penyinaran, pembilasan dan pengeringan hasil akhir kain. Pada proses cetak biru cyanotype fiksasi warna dilakukan dengan menggunakan hidrogen peroksida dengan kadar 3 persen. Implementasi gaya hippies pada bentuk motif botanica pada busana ready to wear berupa dedaunan dan dandelion yang dimodifikasi menjadi motif renggaan diterapkan pada desain busana motif bunga sepatu yang dipadukan dengan gambar tape kaset telah diaplikasan pada busana ready to wear.
PEMANFAATAN MOLASE UNTUK PEMBUATAN LEUKO ZAT WARNA INDIGO Ika Natalia Mauliza; Khabal Khuludt; Hiqma Aurinda Pratiwi
Texere Vol 18, No 2 (2020): Texere Volume 18 Nomor 2 Tahun 2020
Publisher : Politeknik STTT Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53298/texere.v18i2.51

Abstract

Zat warna indigo dapat digunakan untuk mewarnai serat selulosa. Zat warna indigo tidak larut dalam air, sehingga harus diubah dalam bentuk leuko zat warna indigo menggunakan reduktor. Reduktor yang digunakan umumnya natrium hidrosulfit yang sensitif terhadap udara dan kelembaban. Reduktor yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti natrium hidrosulfit adalah molase. Molase merupakan limbah produksi gula tebu yang mengandung campuran glukosa dan fruktosa. Pembentukan leuko zat warna indigo menggunakan molase dilakukan dengan rasio zat warna dan molase 1:1 – 1:5 pada suhu 70oC selama 10 menit. Leuko zat warna yang dihasilkan kemudian digunakan untuk mencelup kain kapas. Molase yang digunakan memiliki kandungan gula pereduksi 17,1747%. Leuko zat warna diamati sifat kelarutan, potensial reduksi oksidasi, serta daya celup pada kapas. Penggunaan molase pada pembentukan leuko zat warna indigo berpengaruh terhadap kelarutan, potensial reduksi oksidasi, dan daya celup zat warna indigo yang makin baik seiring dengan pengingkatan rasio zat warna dengan molase. Kenaikan rasio molase pada pembentukan leuko, meningkatkan ketuaan warna dan kerataan warna hasil pencelupan. Penggunaan molase tidak berpengaruh terhadap ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokkan. Mutu leuko dan hasil pencelupan zat warna indigo yang diproses menggunakan molase lebih rendah dibandingkan pembentukan leuko zat warna indigo menggunakan glukosa murni. 

Page 1 of 1 | Total Record : 6