cover
Contact Name
Frangky J. Paat
Contact Email
jurnalsr_agroekotek@unsrat.ac.id
Phone
+62895395272667
Journal Mail Official
jurnalsr_agroekotek@unsrat.ac.id
Editorial Address
Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi , Jl Kampus Bahu, Kec. Malalayang, Manado Sulawesi Utara 95115
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal Agroekoteknologi Terapan
ISSN : -     EISSN : 27970647     DOI : https://doi.org/10.35791/jat.v2i1.34060
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Agroekoteknologi Terapan adalah bagian dari Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado 95115. Bertujuan untuk mempublikasikan akumulasi dari hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan ilmu dan teknologi pertanian terapan (applied agrotechnology).
Articles 132 Documents
PENGARUH PENCAMPURAN EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NATA DE COCO Maprividia Banne Arruan; Teltje Koapaha; Jolanda Ch. E. Lamaega
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2022): EDISI JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian Pengaruh Pencampuran Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) bertujuan untuk menganalisis karakteristik fisikokimia nata de coco dengan pencampuran ekstrak daun kelor dan menguji tingkat kesukaan panelis terhadap (warna, aroma, tekstur dan rasa) nata de coco dengan pencampuran ekstrak daun kelor. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)dengan 4 perlakuan pencampuran air kelapa dan ekstrak daun kelor yang terdiri dari: A 85% : 15%, B 80% : 20 %, C 75% : 25%, D 70% : 30%  dengan 3 kali pengulangan. variabel pengamatan yaitu ketebalan nata, tekstur, warna (aplikasi color grab), kadar air, serat kasar dan organoleptik tingkat kesukaan panelis. Hasil penelitian menunjukkan nata de coco dengan pencampuran ekstrak daun kelor diperoleh sifat fisikokimia; ketebalan nata 0,23 - 0,49 cm, tektur 25,55 - 26,67mm/g/dt, warna (aplikasi color grab) L 55,70 - 69,07, a* 2,60 -7,47, b* 16,97 - 19,00, kadar air 39,18 - 41,88%, kadar serat kasar 2,33 - 5,33%. Tingkat kesukaan nata de coco dengan pencampuran ekstrak daun kelor; warna 3,04 - 5,16 (Agak Tidak Suka - Agak Suka), aroma 3,80 - 4,40 (Netral), tekstur 4,20 - 4,48 (Netral), rasa 3,28 - 4,28 (Agak Tidak Suka - Netral)
Efektivitas Edible Efektivitas Edible Film Dari Whey Keju “Mozarella” Terhadap Sifat Fisik Dan Kimia Keju “Halloumi“ Dan Keju “Mozarella” Yang Disimpan Pada Suhu Ruang Henny Krissetiana Hendrasty; Widi Tias Rahayu; Fevri Marsudi
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2022): EDISI JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v3i2.44102

Abstract

Abstract Whey is a by-product of the cheese-making process that has not been fully utilized by cheese producers. The edible film made from mozzarella cheese whey and ginger extract is an alternative packaging that is safe for consumption and environmentally friendly. Making edible films from mozzarella cheese whey is expected to reduce waste that has not been utilized. The aim of this research was to determine the effectiveness of the edible film from Mozarella whey applied for storage of Halloumi cheese and Mozzarella cheese at room temperature. This study used a completely randomized design (CRD) with 2 factors, namely factor 1 type of cheese (Halloumi & Mozarella) and factor 2 storage time ( 0,3,6,9 days). The products were analyzed physically ( color and texture) and chemically (moisture .fat, protein content, and acidity). The result showed that Edible film made from Mozarella cheese whey was effective for wrapping Halloumi cheese at room temperature for 9 days but was not effective for Mozarella cheese that only 3 days storage. There was a decrease in physical properties (color and texture) and chemical properties (moisture content, fat, protein, and acidity) Keywords: whey, edible film, effectiveness, Mozarella, Halloumi cheese. Abstrak Whey merupakan hasil samping dari proses pembuatan keju yang belum termanfaatkan sepenuhnya oleh para produsen keju. Edible film dari whey keju Mozarella dan ekstrak jahe adalah salah satu kemasan alternatif yang aman untuk dikonsumsi serta ramah lingkungan. Pembuatan edible film dari whey keju Mozarella diharapkan dapat mengurangi limbah yang belum termanfaatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efektivitas edible film yang dibuat dari whey keju Mozarella yang digunakan untuk mengemas keju Halloumi dan keju Mozarella pada suhu kamar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, Faktor 1 jenis keju (Halloumi dan Mozarella) dan faktor ke 2 waktu penyimpanan (0,3,6,9 hari). Produk dianalisis sifat fisik (warna dan tekstur) dan sifat kimia (kadar air, ,lemak, protein dan keasaman ) Hasil penelitian menunjukkan bahwa Edible film whey keju Mozarella efektif untuk mengemas keju Halloumi pada suhu ruang selama penyimpanan 9 hari tetapi tidak efektif untuk mengemas keju Mozarella karena hanya dapat bertahan selama 3 hari . Terdapat kemunduran sifat fisik (warna dan tekstur) dan sifat kimia ( kadar air, lemak, protein, dan angka keasamannya). Kata kunci : whey, edible film, efektivitas, keju Mozarella ,Halloumi.
Incidence Of Leaf Spot (Cercospora Spp.) On Plantspeanuts Arachis Hypogaea L.) In Kawangkoan District West Aldio Fresyelin Lolowang; Berty H. Assa; Henny V. G. Makal; Diane D. Pioh
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2022): EDISI JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v3i2.44103

Abstract

The purpose of this research is to identify the composition of traditional market waste, to The incidence of leaf spot disease in peanut plants is strongly influenced by temperature and humidity, for the development of the disease can occur throughout the year. If there is a source of inoculum, peanuts planted in any month will have the opportunity to be infected with leaf spot disease. The purpose of this study was to determine how big the incidence of this leaf spot disease was in peanut plants in the West Kawangkoan sub-district. This research took place from March to May 2021, using a survey method by purposive sampling. Observations in the three villages were carried out diagonally with a plot size of 2 X 2 M for 3 weeks. Morphological observations were carried out in the Pest and Plant Diseases laboratory. The results of this study indicate an increase in attacks. The incidence of leaf spot disease in the three villages was 99.19% for Kayuuwi Village, Kayuuwi Satu Village was 99.08%, and Kanonang Village was 98.56%. The average incidence of disease in West Kawangkoan District is 98.94%. Key-words: Incidence, Cercospora spp., Leaf Spot Disease Abstrak Insidensi penyakit bercak daun pada tanaman kacang tanah sangat di pengaruhi oleh suhu dan kelembaban, untuk perkembangan penyakit tersebut dapat terjadi sepanjang tahun. Jika terdapat sumber inoculum, kacang tanah yang ditanam pada bulan apapun akan berpeluang untuk terinfeksi penyakit bercak daun. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar insidensi dari penyakit bercak daun ini pada tanaman kacang tanah di kecamatan Kawangkoan Barat. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret-Mei 2021, menggunakan metode survey secara purposive sampling. Pengamatan di ketiga desa dilakukan secara diagonal dengan ukuran petak 2 X 2 M selama 3 minggu. Untuk pengamatan morfologi dilakukan di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan. Hasil penelitian ini menunujukkan adanya peningkatan serangan. Insidensi dari penyakit bercak daun di ketiga desa sebesar 99,19% untuk Desa Kayuuwi, Desa Kayuuwi Satu sebesar 99,08%, dan Desa Kanonang sebesar 98,56%. Rata – rata insidensi penyakit di Kecamatan Kawangkoan Barat 98,94%. Kata Kunci : Insidensi, Cercospora spp., Penyakit Bercak Daun
The Effect Of Using Several Types Of Mulch On The Growth And Production Of Watermelon Plants (Citrullus Vulgaris) Likwi Yohanes Manengkey; Jemmy Najoan; Yefta Pamandungan
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2022): EDISI JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v3i2.44104

Abstract

This study aims to determine the effect of several types of mulch on the growth and production of watermelon plants. This research has been carried out in Tuyat Village, Lolak District, Bolaang Mongondow Regency, North Sulawesi. This study was carried out for 3 months from February 2021 - April 2021. This study was compiled using a randomized block design (RAK) with 3 treatments, namely: A = Plastic mulch (black-silver), B = Straw mulch, C = No mulch. Each treatment was repeated 6 times so that there were 18 beds. To determine the effect of the treatment given, observations will be made every 1 week since the plant is 14 days after the plant (HST). Observations include Plant Length and Number of Leaves. Observations made after the plants produce or after harvest are fruit weight and fruit diameter. The results of this study indicate that there are differences between watermelon plants that use plastic mulch, and straw mulch and without using mulch on plant length, number of leaves, fruit weight, and fruit diameter of watermelon plants. The results of this study are expected to provide information to farmers about the effect of using the best mulch when cultivating watermelon plants. Keywords : Watermelon, Mulch, Plant Length, Number of Leaves, Fruit Weight and Fruit Diameter Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis mulsa pada pertumbuhan dan produksi tanaman semangka. Penelitian Ini Telah Dilaksanakan Di Desa Tuyat Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Penelitian Ini Dilaksanakan Selama 3 Bulan Sejak Bulan Februari 2021 sampai dengan April 2021. Penelitian Ini Disusun Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan yaitu : A = Mulsa plastik (hitam-perak), B = Mulsa jerami, C = Tanpa mulsa. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 6 ulangan sehingga terdapat 18 bedengan. Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan akan di lakukan pengamatan setiap 1 minggu sekali sejak tanaman berumur 14 hari setelah tanaman (hst). Pengamatan meliputi : Panjang Tanaman dan Jumlah Daun, Untuk Pengamatan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi atau setelah panen adalah Berat buah dan Diameter buah. Hasil penilitian ini menunjukan adanya perbedaan antara tanaman semangka yang menggunakan mulsa plastik, mulsa jerami dan tanpa menggunakan mulsa terhadap panjang tanaman, jumlah daun, berat buah dan diameter buah tanaman semangka. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada petani tentang pengaruh penggunaan mulsa yang terbaik pada saat membudidayakan tanaman semangka. Kata Kunci : Semangka, Mulsa, Panjang tanaman, Jumlah Daun, Berat Buah dan Diameter Buah
Biopesticide Application Of Bacillus thuringiensis Local Isolate To Control Atherigona exigua Pest On Corn Plants Christina Leta Salaki; Jackson Watung
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2022): EDISI JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v3i2.44328

Abstract

Atherigona exigua is one of the main plant pest organisms (OPT) in maize. Among these pest control alternatives, the use of Bacillus thuringiensis bacteria has received attention because of its efficiency and low impact on natural enemies. This study aims: (1) to obtain the concentration of B. thuringiensis which has a high killing power on mortality of A. exigua larvae, (2) to determine the pathogenicity of B. thuringiensis to A. exigua. Testing for killing power and pathogenicity used the "Leaf dipped method" with five different concentrations of bacterial spore suspension, namely 1.5 x 103, 1.5 x104, 1.5 x 105, 1.5 x 106 and 1.5 x 107 spores/ml. . Parameters observed included attack symptoms, mortality percentage and time of death. Larval mortality was observed at 12, 24, 48 and 72 hours after application. Pathogenicity values ​​were expressed by LC50 and LT50 using probit analysis. The results showed that testing the killing power of 24 isolates, there were 10 isolates that were able to kill A. exigua larvae 50% after 72 hours at a concentration of 1.5 x 107 spores/ml, while the pathogenicity test based on the results of probit analysis showed that ITH isolates had a positive value. LC50 = 7.5 x 103 spores/ml. Time of death (LT50) = 19.5 hours. Keywords: OPT, Concentration, Leaf dipped method, pathogenicity. Abstrak Atherigona exigua merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) utama pada tanaman jagung. Di antara alternatif pengendalian hama ini, penggunaan bakteri Bacillus thuringiensis mendapat perhatian karena efisiensinya dan dampaknya yang rendah terhadap musuh alami. Penelitian ini bertujuan : (1) Mendapatkan konsentrasi B. thuringiensis yang mempunyai daya bunuh yang tinggi terhadap mortalitas larva A. exigua, (2) Mengetahui patogenisitas B. thuringiensis terhadap A. exigua. Pengujian daya bunuh dan patogenisitasnya menggunakan metode “Leaf dipped method” dengan lima macam konsentrasi suspense spora bakteri yaitu 1,5 x 103, 1,5 x104, 1,5x 105, 1,5 x 106 dan 1,5 x 107 spora/ml. Parameter yang diamati meliputi gejala serangan, persentase mortalitas dan waktu kematian. Mortalitas larva diamati pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah aplikasi. Nilai patogenisitas dinyatakan dengan LC50 dan LT50 dengan menggunakan analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian daya bunuh dari 24 isolat, terdapat 10 isolat yang dapat mematikan larva A. exigua ≥ 50 % setelah 72 jam pada konsentrasi 1,5 x 107 spora/ml, sedangkan uji patogenisitas berdasarkan hasil analisis probit menunjukkan isolat ITH mempunyai nilai LC50 = 7,5 x 103 spora/ml. Waktu kematian (LT50) = 19,5 jam. Kata Kunci : OPT, Konsentrasi, Leaf dipped method, patogenisitas
The Effect Of Sago Flour And Red Bean Substitution On Crysty Level and Protein Levels Of Dry Pia. Jan Rudolf Assa; Lucy C. Mandey; Tasya V. Lagarinda
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2022): EDISI JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v3i2.44329

Abstract

Pia is a popular snack food, the main raw material is wheat flour which is still an imported material in the form of wheat seeds. Imports of Indonesian wheat seeds tend to increase from 2010 to 2020. To reduce the use of wheat flour, especially in dry pia, it is necessary to substitute sago flour, the addition of sago flour is also related to the level of crispness. The problem is that the protein content of sago flour is low, so it is necessary to substitute red bean flour which has a high protein content. This study substituted sago flour and red bean flour with the following proportions: Wheat Flour 70%: Sago Flour 10%: Red Bean Flour 20% (T0); Wheat Flour 60%: Sago Flour 20%: Red Bean Flour 20% (T1); Wheat Flour 50%: Sago Flour 30%: Red Bean Flour 20% (T2); Wheat Flour 40%: Sago Flour 40%: Red Bean Flour 20% (T3). The results showed that protein content decreased with an increasing proportion of sago flour and dry pia crispness increased with the increasing proportion of sago flour. Keywords: Dried pia, substitution, level of crispness, protein Abstrak Pia merupakan makanan ringan yang digemari masyarakat, bahan baku utamanya adalah tepung terigu yang saat ini masih merupakan bahan import dalam bentuk biji gandum. Import biji gandum Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2010 sampai 2020. Untuk mengurangi penggunaan tepung terigu khususnya pada pia kering perlu substitusi tepung sagu, penambahan tepung sagu juga berhubungan dengan tingkat kerenyahan. Masalahnya kadar protein tepung sagu rendah sehingga perlu juga substitusi tepung kacang merah yang kadar proteinnya tinggi. Penelitian ini melakukan substitusi tepung sagu dan kacang merah dengan proporsi: Tepung Terigu 70% : Tepung Sagu 10% : Tepung Kacang Merah 20% (T0); Tepung Terigu 60% : Tepung Sagu 20% : Tepung Kacang Merah 20% (T1); Tepung Terigu 50% : Tepung Sagu 30% : Tepung Kacang Merah 20% (T2); Tepung Terigu 40% : Tepung Sagu 40% : Tepung Kacang Merah 20% (T3). Hasil penelitian menujukkan kadar protein menurun dengan meningkatnya proporsi tepung sagu dan tingkat kerenyahan pia kering meningkat dengan bertambahnya proporsi tepung sagu. Kata kunci: Pia kering, substitusi, tingkat kerenyahan, kadar protein.
Antioxidant Activity Of Jelly Candy From The Skin Of Red Dragons (Hylocereus spolyhizus) and Tomato (Lycopersicum esculentum Mill) Jan Rudolf Assa; Teltje Koapaha; Enmia N. V. Boangmanalu
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2022): EDISI JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v3i2.44330

Abstract

Free radicals are reactive species that can cause damage to body tissues and even cause many diseases. To neutralize free radicals in the body, antioxidants are needed. Many fruits found in Indonesia that contain antioxidants, including dragon fruit, the antioxidant content of dragon fruit is high. Jelly candy is a snack that is quite popular, especially for children. In general, the taste of jelly candy is obtained from essence which is a chemical. In this study, the taste of jelly candy was obtained from a combination of dragon fruit and tomatoes. The treatments in this study were the comparison of dragon fruit peel extract and tomato juice, including: Dragon fruit peel extract 100 g + 0 g tomato juice (A); Dragon fruit peel extract 25 g + 75 g tomato juice (B); Dragon fruit peel extract 50 + 50 g tomato juice (C); Dragon fruit peel extract 75 g + 25 g tomato juice (D); Dragon fruit peel extract 0 g + 100 g tomato juice (E). The results showed that the proportion of dragon fruit peel extract 100 g and tomato juice 0 g contained the highest total phenol in jelly candy, namely 15.2 mg GAE/g sample. The strongest antioxidant activity based on DPPH testing was found in the formula for mixing 0 g dragon fruit peel extract and 100 g tomato juice with IC50 = 203.69 ppm. Jelly candy with a proportion of 100 g of dragon fruit peel extract and 0 g of tomato juice contained the highest vitamin C of 0.455 mg/100 g sample. Keywords: Jelly Candy, Antioxidant Activity, Proportion of Dragon Fruit Peel Extract and Tomato Extract Abstrak Radikal bebas merupakan spesies reaktif yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh bahkan menimbulkan banyak penyakit. Untuk menetralisir radikal bebas dalam tubuh diperlukan antioksidan. Banyak buah-buahan yang terdapat di Indonesia yang mengandung antioksidan antara lain buah naga, kandungan antioksidan pada buah naga tergolong tinggi. Permen jelly merupakan makanan selingan yang cukup digemari terutama anak-anak. Pada umumnya rasa permen jelly diperoleh dari essence yang merupakan bahan kimia. Pada penelitian ini rasa permen jelly diperoleh dari kombinasi buah naga dan tomat. Perlakuan pada penelitian ini adalah perbandingan sari kulit buah naga dan sari tomat, meliputi: Sari kulit buah naga 100 g + 0 g sari tomat (A); Sari kulit buah naga 25 g + 75 g sari tomat (B); Sari kulit buah naga 50 + 50 g sari tomat (C); Sari kulit buah naga 75 g + 25 g sari tomat (D); Sari kulit buah naga 0 g + 100 g sari tomat (E). Hasil penelitian bahwa proporsi sari kulit buah naga 100 g dan sari buah tomat 0 g mengandung total fenol paling tinggi pada permen jelly yaitu 15,2 mg GAE/g sampel. Aktivitas antioksidan berdasar pengujian DPPH paling kuat terdapat pada formula pencampuran sari kulit buah naga 0 g dan 100 g sari buah tomat dengan IC50 = 203,69 ppm. Permen jelly dengan proporsi 100 g sari kulit buah naga dan sari buah tomat 0 g mengandung vitamin C tertinggi sebesar 0,455 mg/100 g sampel. Kata Kunci: Permen Jelly, Aktivitas Antioksidan, Proporsi Sari Kulit Buah Naga dan Sari Tomat
Quality Changes Of Red Chillia (Capsicum annum L.) During Cold Storage In Different Packaging Bagas Surya Bawana; Lady C. C. E. Lengkey; Bertje R. A. Sumayku
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2022): EDISI JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v3i2.44331

Abstract

Red chili is a horticultural product that is easily damaged so it cannot be stored for a long time. Physiologically, after being harvested red chilies continue to carry out metabolic activities such as respiration where the respiration rate depends on environmental conditions. To eliminate field heat during transportation, precooling is carried out with room cooling before storage and packaging. This respiratory activity cannot be stopped but can be reduced by storing it at low temperatures combined with proper packaging and stored at a temperature of 10.05 0C and 30.03 0C. with HDPE plastic clips, Wrapping LDPE based on quality changes. The research was conducted at the Agricultural Engineering Laboratory, Sam Ratulangi University, Manado from April to June 2022. This study used an experimental method, the data was processed descriptively. Performed 3 (three) plastic treatments with HDPE Clip, LDPE Wrapping and without packaging. Each treatment was repeated 3 times. This research was conducted at the Agricultural Engineering Laboratory, Sam Ratulangi University, Manado from April to May 2022. The results showed that red chilies packaged with LDPE wrapping could be stored longer (24 days) than those stored with HDPE plastic clips (21 days). Red chilies that are not packaged and stored at room temperature can only be stored for up to 6 days. Keywords: Capsicum anuum, Cold storage, Packaging.. Abstrak Cabai merah merupakan produk hortikultura yang mudah rusak sehingga tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Secara fisiologi, setelah dipanen cabai merah tetap melakukan kegiatan metabolisme seperti respirasi dimana laju respirasi ini tergantung dari kondisi lingkungannya. Untuk menghilangkan panas lapang saat pengangkutan dilakukan precooling dengan room cooling sebelum dilakukan penyimpanan dan pengemasan. Aktivitas respirasi ini tidak bisa dihentikan tetapi bisa dikurangi dengan melakukan cara penyimpanan pada suhu rendah yang dikombinasikan dengan pengemasan yang tepat.dan disimpan pada suhu 10,05 0C dan 30,03 0C Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lama penyimpanan cabai merah yang disimpan dingin dan dikemas dengan plastik klip HDPE, Wrapping LDPE berdasarkan perubahan mutu. Penelitian dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado pada bulan April sampai Juni 2022. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, data diolah secara deskriptif. Dilakukan 3 (tiga) perlakuan plastik Klip HDPE, Wrapping LDPE dan Tanpa kemasan. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado pada bulan April sampai Mei 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cabai merah yang dikemas dengan wrapping LDPE dapat disimpan lebih lama (24 hari) daripada yang disimpan dengan plastic klip HDPE (21 hari). Cabai merah yang tidak dikemas dan disimpan pada suhu ruang hanya dapat disimpan sampai 6 hari. Kata Kunci : Capsicum anuum, Cold storage, Packaging
Effect of Mixing Black Glutinous Rice and White Glutinous Rice (Oryza glutinosa) on Physicochemical Properties of Alcoholic Beverages from Tape Elizabeth Clarabella Dupa; Thelma Jane Tuju; Tineke Marlyn Langi
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2022): EDISI JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v3i2.44332

Abstract

This study aims to analyze the levels of alcohol, pH, total sugar, color and level of panelist preferences in alcoholic drinks from tape using ratio variations of black glutinous rice and white glutinous rice. This study used a descriptive method consisting of 3 ratio of black glutinous rice and white glutinous rice. The results of this study indicate that tape fermented drink mixed with black glutinous rice and white glutinous rice has an average range of 3.2% - 5.00% alcohol content, pH 3.40 - 3.52, total sugar 5.67°Brix – 6.90°Brix, purplish red, panelists' preference for color 4.23 (neutral) – 5.57 (slightly like), aroma 4.67 (neutral) – 5.00 (slightly like) and taste 4.10 (neutral) – 4.83 (neutral). Keywords: glutinous rice, ratio, fermentation Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar alkohol, pH, total gula, warna dan tingkat kesukaan panelis pada minuman beralkohol dari tape menggunakan variasi perbandingan beras ketan hitam dan beras ketan putih. Peneletian ini menggunakan metode deskriptif yang terdiri dari 3 perlakuan perbandingan beras ketan hitam dan ketan putih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minuman fermentasi tape campuran beras ketan hitam dan ketan putih memiliki kisaran rata-rata kadar alkohol 3.2% - 5.00%, pH 3.40 – 3.52, total gula 5.67°Brix – 6.90°Brix, berwarna merah keunguan, tingkat kesukaan panelis terhadap warna 4.23 (netral) – 5.57 (agak suka), aroma 4.67 (netral) – 5.00 (agak suka) dan rasa 4.10 (netral) – 4.83 (netral). Kata kunci: beras ketan, perbandingan, fermentasi
Antibacterial Activity Test Of Kecombrang Fruit (Etlingera elatior) Extracted Using Multiple Solvents Elviana Elviana; Teltje Koapaha; Lana E. Lalujan
Jurnal Agroekoteknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2022): EDISI JULI-DESEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/jat.v3i2.44333

Abstract

The purpose of this study was to test the antibacterial activity of kecombrang fruit (Etlingera elatior) extracted using H₂O, ethyl acetate, and n-hexane as solvents. This study used a descriptive method with the type of solvent and kecombrang powder treatment respectively 25g:250g. The observation procedure was the calculation of the yield and diameter of the inhibition zone against Escherichia coli bacteria. Based on the yield calculation, it is known that H₂O, ethyl acetate, and n-hexane have average yield values of 11.8166%, 7.5536%, and 1.3038%, respectively. Antibacterial activity using ethyl acetate solvent resulted in an inhibition zone diameter of 33 mm, then H₂O solvent produced 28.25 mm while n-hexane did not have an inhibition zone diameter. Keywords: Kecombrang, Extraction, Yield, Antibacterial Abstrak Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji aktivitas antibakteri buah kecombrang (Etlingera elatior) yang diekstrak dengan menggunakan pelarut H₂O, etil asetat, dan n-heksana. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan perlakuan jenis pelarut dan serbuk kecombrang masing-masing 25g:250g. Prosedur pengamatan yaitu perhitungan rendemen dan diamater zona hambat terhadap bakteri Escherichia coli. Berdasarkan hasil perhitungan rendemen diketahui bahwa H₂O, etil asetat, dan n-heksana memiliki nilai rata-rata rendemen berturut-turut 11,8166%, 7,5536%, dan 1,3038%. Aktivitas antibakteri menggunakan pelarut etil asetat menghasilkan diameter zona hambat 33 mm, kemudian pelarut H₂O menghasilkan 28,25 mm sedangkan n-heksana tidak memiliki diameter zona hambat. Kata kunci: Kecombrang, Ekstraksi, Rendemen, Antibakteri

Page 5 of 14 | Total Record : 132