cover
Contact Name
Asvic Helida
Contact Email
kppfpump@gmail.com
Phone
+6281210404178
Journal Mail Official
jurnalsylvaump@gmail.com
Editorial Address
JL. Jend.A.Yani 13 Ulu Palembang, South Sumatra, Indonesia
Location
Kota palembang,
Sumatera selatan
INDONESIA
Sylva: Jurnal Ilmu-ilmu Kehutanan
ISSN : 23014164     EISSN : 25495828     DOI : DOI: https://doi.org/10.32502/sylva.v8i1
Sylva: Jurnal Ilmu-ilmu Kehutanan publishes original research articles on all aspects of forestry and environmental sciences, including, but not limited to, the following subjects: forest and natural resource management, biodiversity conservation and management, wood science and timber technology, agroforestry and social forestry, and forest products and forestry. It serves as a primary platform for the dissemination of both theoretical and experimental research, as well as technical reviews. This journal publishes one volume per year, consisting of two issues in July and December. This journal was published by the Faculty of Agriculture, Muhammadiyah University of Palembang.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2018)" : 5 Documents clear
KAJIAN AGROFORESTRI DI BAWAH TEGAKAN PINUS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI STUDI KASUS : DI DESA PUJONKIDUL KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG Triwanto, Joko; Mutaqqin, Tataq
Sylva : Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sylva.v7i2.1539

Abstract

Agroforestry is a promising method for increasing sustainable land use, because of the gap in understanding the perceptions of land users by considering the local and global environment (Brandt et al., 2012). It was also explained by Araujo et al. (2012) that agroforestry systems are a form of sustainable land use that combines trees and shrubs with plants and livestock in ways that increase and diversify agriculture and production forests. This study aims to study agroforestry in the village of Pujonkidul which can increase land productivity, so that community welfare increases. The data taken in this study are primary data and secondary data collection methods, namely field observations, interviews, questionnaires and literature studies. Descriptive qualitative analysis results, agroforestry studies in the village of RPH Pujonkidul BKPH Pujon Pujonkidul beneficial and improve the welfare of the community, because of high land productivity. The highest B / C ratio is carrots = 8.6> 1., cabbage = 9.2> 1., mustard = 6.6> 1). Pine stands in agroforestry, with an average diameter of 0.19-0.32 meters, a height of 7 to ± 11 meters, a volume of 0.27 to 0.85 m3 with a wide canopy of 1 to 17 meters. Agroforestri sebagai metode yang menjanjikan untuk meningkatkan penggunaan lahan berkelanjutan, karena kesenjangan dalam memahami persepsi pengguna lahan dengan mempertimbangkan lingkungan lokal dan global (Brandt et al., 2012). Dijelaskan juga oleh Araujo et al. (2012) bahwa sistem wanatani adalah bentuk penggunaan lahan berkelanjutan yang menggabungkan pohon dan semak dengan tanaman dan ternak dengan cara yang meningkatkan dan diversifikasi pertanian dan hutan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengaji agroforestry di desa Pujonkidul yang dapat meningkatkan produktivitas lahan, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan metode pengumpulan data sekunder, yaitu observasi lapangan, wawancara, kuesioner dan studi pustaka. Hasil analisis deskriptif kualitatif, kajian agroforestry di desa RPH Pujonkidul BKPH Pujon Pujonkidul menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena  produktivitas lahan tinggi. B / C rasio tanaman paling tinggi yaitu wortel = 8,6> 1., kubis = 9,2> 1., mustar = 6,6> 1). Pinus berdiri di agroforestri, diameter rata-rata 0,19-0,32 meter, tinggi 7 hingga ± 11 meter, volume 0,27 hingga 0,85 m3 dengan kanopi lebar 1 hingga 17 meter.
PERSEPSI MASYARAKAT DESA RIDING KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI LAHAN GAMBUT Tampubolon, Johan; Aluyah, Cik; Heptiana, Erta
Sylva : Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sylva.v7i2.1540

Abstract

Kebakaran hutan dan lahan gambut di Sumatera Selatan seringkali berasal dari pembakaran lahan pada proses persiapan lahan untuk budidaya padi pada lahan rawa (sonor). Perilaku masyarakat dalam kaitannya dengan pemeliharaan lingkungan berkaitan dengan persepsi mereka terhadap lingkungan alam dalam hal ini hutan dan lahan gambut. Persepsi yang ada pada masyarakat melandasi sikap dan partisipasi masyarakat terhadap upaya pencegahan kebakaran lahan gambut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap upaya pencegahan kebakaran di lahan gambut di Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.Pelaksanaan penelitian  pada bulan April 2017. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sebesar 11 % dari 984 KK pendudukatau sebanyak 100 KK (100 orang responden). Parameter yang diamati adalahupaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan gambut serta dampak kabut asap,penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan, dan pola agroforestri pada lahan gambut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62% masyarakat mempunyai tingkat persepsi sedang dan 38% mempunyai tingkat persepsi tinggi.Secara komulatif mayoritas masyarakat memiliki tingkat persepsi sedang terhadap Upaya Pencegahan Kebakaran di Lahan Gambut, dalam arti masyarakat memiliki kesadaran akan dampak buruk kebakaran hutan dan lahan gambut, serta memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai pola pertanian intensif tanpa bakar, namun dalam penerapannya masyarakat masih menggunakan api dalam kegiatan pembukaan lahan.
ANALISIS VEGETASI PADA LAHAN HUTAN GAMBUT BEKAS TERBAKAR DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR (OKI), PROVINSI SUMATERA SELATAN, INDONESIA Yuningsih, Lulu; Bastoni, Bastoni; Yulianty, Taty; Harbi, Jun
Sylva : Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sylva.v7i2.1541

Abstract

Tren kebakaran hutan terbesar yang terjadi di Indonesia terjadi pada tahun 1997, 2006 dan 2015. Salah satu daerah yang menjadi pusat kebakaran hutan tersebut terletak di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Hal ini terjadi karena adanya lahan basah khususnya gambut yang mendominasi wilayah ini. Proses rehabilitasi terhadap lahan pasca terbakar tahun 2006 telah dilakukan dan tidak diberikan perlakuan serupa pada lahan pasca terbakar tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan proses suksesi pada lahan gambut bekas terbakar. Penelitian dilakukan pada tahun 2017 di Desa Kedaton, Kecamatan Kayuagung, OKI, Sumatera Selatan. Metode penelitian menggunakan analisis vegetasi, analisis kekayaan jenis Margelaf dan analisis indeks keanekaragaman jenis Shannon-Weinner yang mencakup strata pertumbuhan semai/tumbuhan bawah, pancang, tiang dan pohon. Nilai INP tertinggi sehingga mengominasi yaitu kumpai (Hymenachine amplexicaulis rudge) pada lahan terbakar 2015 dengan indeks kekayaan jenis tinggi dan pakis (Stenochlaena Palustris) untuk lahan terbakar tahun 2006 dengan indeks kekayaan jenis sedang. Indeks Keanekaragaman kedua lahan termasuk kriteria sedang namun nilai kemerataan jenis relatif rendah. Sudah adanya proses suksesi alami tingkat pertama pada lahan gambut pasca terbakar tahun 2015 dan pada pada lahan gambut pasca terbkar tahun 2006 yang sudah dilakukan kegiatan rehabilitasi dan revegetasi daya hidup pohon yang ditanam antara 82-97 % dan penutupan tajuk pepohonan meningkat dari 0 % menjadi 50-70 %. Jenis tanaman dengan kerapatan tertinggi adalah kumpai pada lahan terbakar tahun 2006 dan pakis udang pada lahan terbakar tahun 2015 The biggest forest fire trends in Indonesia occurred in 1997, 2006 and 2015. One of the areas that became the center of the forest fires was located in Ogan Komering Ilir (OKI) Regency. This is due to the presence of wetlands, especially peat which dominate in this region. The rehabilitation process for post-burnt land in 2006 was carried out and was not given a similar treatment on post-burnt land in 2015. The purpose of this study was to see the differences in the succession process that occurred on burnt peat land. The research was conducted in 2017 in Kedaton Village, Kayuagung District, OKI, South Sumatra. The research method uses vegetation analysis, analysis of species wealth (Margelaf) and analysis of species diversity index by Shannon-Weinner which includes seedling/seedling growth stems, saplings, poles and trees. The highest INP value that dominates is kumpai (Hymenachine amplexicaulis rudge) in land burned 2015 with high species richness index and pakis (Stenochlaena Palustris) on land burned in 2006 with the species richness index in the medium category. The diversity index of the two lands is in the medium criteria but the species evenness is relatively low. There has been a first-degree natural succession process on peatland after burning in 2015 and on post-burnt peatland in 2006 the rehabilitation and revegetation activities of planted trees between 82-97% and canopy cover increased from 0% to 50 -70%. The highest density of plants is "kumpai" (on land burned in 2006) and "shrimp ferns" (on burned land in 2015)
PENGARUH SEBARAN VEGETASI TERHADAP SUHU DAN KELEMBABAN PADA TAMAN WISATA ALAM (TWA) PUNTI KAYU KOTA PALEMBANG Rosianty, Yuli; Lensari, Delfy; Handayani, Pini
Sylva : Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sylva.v7i2.1543

Abstract

Taman Wisata (TWA) Punti Kayu mempunyai peranan yang penting dalam menjaga keseimbangan iklim Kota Palembang melalui kemampuan dalam menyerap dan menyimpan karbon. Keberadaan dari vegetasi di TWA dapat mempengaruhi kondisi iklim setempat, mampu merubah suhu dan kelembaban udara.   Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui pengaruh sebaran vegetasi terhadap suhu dan kelembaban  yang  ada di TWA Punti  Kayu dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan teknik purposive sampling dari luas Hutan wisata Alam Punti Kayu. Data yang diambil meliputi jenis data vegetasi, suhu udara dan kelembaban udara. selanjutnya akan dihitung nilai INP dan suhu serta kelembabannya. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa Taman Wisata Alam (TWA) memiliki 18 jenis vegetasi pohon yaitu Pinus (Pinus mercusii), Talok (Muntingia calabura), Mahoni (Swietenia macrophylla), Akasia (Acacia mangium, Jarak (Jatropha curcas), Sungkai (Peronema canescen), Kelapa (Cocos nucifera), Angsana (Pterocarpus indicus), Jambu Eropa (Syzygium sp), Ketapang (Terminalia catappa), Salam (Syzygium polyanthum), Sonokeling (Dalbergia latifolia), Pulai (Alstonia scholaris), Bengkal (Albizia procera), Balam (Palaquiun qutta), Aren (Arenga pinnata), Sengon (Albizia chinensis ) dan Bungur (Lagerstroemia speciosa),. Taman Wisata Alam Punti Kayu terdapat tiga zona yaitu Zona Pemanfaatan, Zona Perlindungan, Zona Rawa, Zona perlindungan dengan luas 4,5 ha memiliki sebaran vegetasi yang lebih beragam dibanding zona pengelolaan lainnya, ditemukan 12 jenis pohon yang di dominasi oleh bungur (Lagerstroemia Sp) dan pinus (pinus mercusii) dengan kerapan relatif tertinggi pinus mencapai kelembaban yang lebih tinggi ( 85,50% ) dengan suhu paling rendah ( 28,60OC) dibandingkan dengan Zona pengelolaan lainnya. Pada Zona pemanfaatan dengan luas 39,90 Ha memiliki sebaran vegetasi didominasi jenis pinus, mahoni dan akasia yang sudah tertata dan banyak ditemukan obyek wisata dan wahana permainan memiliki kelembaban rata-rata 74,7% dengan suhu rata-rata 30,62 OC. Sedangkan zona rawa dengan luas 5,60 Ha memiliki kelembaban paling rendah dan suhu paling tinggi dibanding dua zona lainnya (53,33% dan 33,28OC), hal ini dikarenakan pada zona rawa banyak ditemukan lahan terbuka dengan vegetasi yang sedikit dan didaminasi oleh rerumputan.
DAYA TUMBUH TANAMAN PIONIR PADA AREA BEKAS TAMBANG TIMAH DI KECAMATAN BAKAM, PROVINSI BANGKA BELITUNG Syachroni, Sasua Hustati; Rosianty, Yuli; Samsuri, Guntur Sanjaya
Sylva : Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Kehutanan Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sylva.v7i2.1544

Abstract

Tanaman Pionir merupakan pendatang baru pada tahapan awal suksesi dengan sifat-sifat khusus pada spesies tertentu dengan maksud mengembangkan keberadaan jenis yang lebih mantap.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis tanaman pionir yang berpotensi tumbuh di areal Bekas Pertambangan Timah Bangka Kecamatan Bakam. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bakam dan di Balai Riset Laboratorium Biologi Universitas Sriwijaya Palembang pada tanggal 19 Agustus 2017 sampai dengan 19 November 2017. Penelitian ini menggunakan metode Eksperimen dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 27 bibit untuk tiga jenis tanaman pionir yang terdiri atas tiga perlakuan sembilan ulangan, perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini adalah 3 jenis tanaman pionir yaitu karet (Havea brasiliensis), Akasia (Acacia mangium), dan  Sengon (Falcataria moluccana) dengan parameter yang diamati terdiri dari viabilitas tumbuh, tinggi batang, jumlah daun, diameter batang dan panjang akar. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis tanaman yang mampu hidup pada areal bekas tambang timah adalah Karet dengan persentase hidup sebesar 31,34%, Akasia (Acacia mangium Willd.) sebesar 33,64%, dan Sengon (Falcataria moluccana) sebesar 35,02% .Tanaman yang menunjukkan viabilitas tumbuh tertinggi tanaman Sengon yaitu 8,44  minggu dan tanaman yang menunjukkan viabilitas tumbuh terendah adalah tanaman Akasia yaitu 7,56 minggu. Pada parameter tinggi batang, respon tertinggi ditunjukkan oleh tanaman Sengon yaitu  42,12cm dan respon terendah ditunjukkan oleh tanaman Akasia yaitu 21,22 cm. Tanaman yang menunjukkan jumlah Pada  parameter jumlah daun dengan respon jumlah daun tertinggi ditunjukkan oleh tanaman Akasia yaitu 21,99 helai dan respon terendah ditunjukkan oleh tanaman Sengon, yaitu 2,55 helai. Pada parameter dimeter batang respon tertinggi ditunjukkan oleh tanaman Karet, yaitu 0,39 cm dan respon terendah  ditunjukkan oleh tanaman Akasia, yaitu 0,29 cm. Pada parameter panjang akar respon tertinggi ditunjukkan oleh tanaman Akasia, yaitu 10,5 cm dan respon terendah ditunjukkan oleh tanaman Sengon, yaitu 6,8 cm.  Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa tanaman pionir yang paling cocok untuk reklamasi lahan tambang timah bangka yaitu tanaman Sengon Pioneer plants are newcomers to the initial stages of succession with special characteristics in certain species with the intention of developing a more stable type. This study aims to analyze the types of pioneer plants that have the potential to grow in the former Bangka Tin Mining area of Bakam Subdistrict. This research was conducted in Bakam Subdistrict and at the Biology Laboratory Research Center of Sriwijaya University Palembang on August 19, 2017 to November 19, 2017. This study used the Experimental method with a Completely Randomized Design (RAL) pattern, with 27 seeds for three types of pioneer plants consisting for the three treatments of nine replications, the treatments carried out in this study were 3 types of pioneer plants namely rubber (Havea brasiliensis), Acacia (Acacia mangium), and Sengon (Falcataria moluccana) with parameters observed consisting of growing viability, stem height, number of leaves , stem diameter and root length. The results showed that the types of plants that were able to live in the former tin mining area were rubber with a percentage of life of 31.34%, Acacia (Acacia mangium Willd.) Of 33.64%, and Sengon (Falcataria moluccana) of 35.02%. Plants that showed the highest growth viability of Sengon plants were 8.44 weeks and plants that showed the lowest growth viability were Acacia plants which were 7.56 weeks. In the stem height parameters, the highest response was indicated by the Sengon plant which was 42.12cm and the lowest response was indicated by the Acacia plant which was 21.22 cm. Plants that showed the highest number of leaf parameters with the highest number of leaf responses were shown by Acacia plants, which were 21.99 strands and the lowest response was indicated by Sengon plants, ie 2.55 strands. The highest response parameter for stem dimeter is shown by rubber plants, which is 0.39 cm and the lowest response is indicated by Acacia plants, which is 0.29 cm. The highest parameter of root length response was shown by Acacia plants, which was 10.5 cm and the lowest response was indicated by Sengon plants, which was 6.8 cm. Based on the results of the research data analysis, it was concluded that the most suitable pioneer plants for the reclamation of bangka tin mining land was Sengon plant.

Page 1 of 1 | Total Record : 5