cover
Contact Name
JOKO SANTOSO
Contact Email
ps.johnsantoso@gmail.com
Phone
+6287836107190
Journal Mail Official
jurnalberitahidup@gmail.com
Editorial Address
Jl. Solo-Kalioso KM.7.Solo
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Transformasi Fondasi Iman Kristen dalam Pelayanan Pastoral di Era Society 5.0
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189/jtbh.v4i1.181
Core Subject : Religion,
Focus & Scope Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Pastoral Kepemimpinan Kristen Pendidikan Agama Kristen
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019" : 11 Documents clear
Bonus Demografi Sebagai Peluang Pelayanan Misi Gereja di Kalangan Muda-Mudi Rahmat Kristiono
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.10

Abstract

This paper describes the correlation of bonus demographics with church mission services among young people. The demographic bonus is assumed to be an opportunity for gospel outreach or preaching which has a significant influence on the growth of the church among young people. In the context of the church's mission service, the demographic bonus has not been optimally optimized by the church, especially to place millennials on the mission objectives of the church. AbstrakTulisan ini mendeskripsikan korelasi bonus demografi  dengan pelayanan misi gereja di kalangan muda-mudi. Bonus demografi diasumsikan sebagai peluang penjangkuan atau pemberitaan injil  yang membawa pengaruh signifikan bagi pertumbuhan gereja dikalangan muda-mudi. Dalam konteks pelayanan misi gereja, Bonus demografi belum dioptimalkan secara maksimal oleh gereja terutama menempatkan kaum milenial pada sasaran misi gereja.  
Relevansi Strategi Pelipatgandaan Jemaat Berdasarkan 2 Timotius 2:1-13 Winarno Winarno
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.11

Abstract

What does it mean by multiplication based on II Timothy 2:1-13? What is congregation growth? How relevant is it for today’s congregation? Paul gave commandment to Timothy regarding the strategy of multiplying disciples for up to four generation in II Timothy 2:2, this showed that Paul as a spritual parent or mentor duplicate timothy as the second generation and Timothy will entrust the multiplication to those reliable to teach other to grow and become the forth generation of Paul. The relevance of today’s congregation means to train and prepared the congregation to be disciples. The first generation takes important role specially the pastor who leads the church to give equipment through the teaching and evangelism training and emphasize the characteristic of a disciple. Assisting and supporting in prayer is also needed for the next generation up to the four generation so that there is multiplication movement of congregation that become the disciple of Jesus Christ.  AbstrakApakah yang dimaksud pelipatgandaan berdasarkan II Timotius 2:1-13 ?, dan  apa itu pertumbuhan jemaat?  Serta bagaimana relevansinya bagi jemaat masa kini? Paulus memberikan perintah kepada Timotius berkaitan dengan strategi pelipatgandaan murid sampai empat generasi dalam II Timotius 2:2, ini menunjukkan bahwa mulai dari Paulus sebagai orang tua rohani atau mentor melipatgandakan Timotius sebagai generasi kedua dari Paulus, kemudian Timotius mempercayakan lagi atau melipatgandakan lagi yaitu orang yang dapat dipercayai sebagai generasi ketiga dan berikutnya orang yang dapat dipercayai mengajar orang lain untuk bertumbuh yang menjadi  generasi keempat dari Paulus. Relevansinya pada jemaat masa kini, berarti jemaat harus dilatih atau disiapkan untuk menjadi murid, dan peran generasi pertama sangat penting disini, yaitu peran gembala yang memimpin gereja dengan memberikan perlengkapan-perlengkapan melalui pengajaran dan pembimbingan serta melalui pelatihan-pelatihan penginjilan serta terus menekankan tentang karakter murid, dan melakukan pendampingan juga memberikan dukungan doa pada generasi berikutnya, sampai generasi yang keempat sehingga terjadi gerakan pelipatgandaan jemaat yang menjadi murid Tuhan Yesus Kristus. 
Pandangan Etika Kristen tentang Berbusana bagi Wanita Kristen Evi Prasti
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.12

Abstract

In dressed placement there are special situations that require the wearer to dress in formal situations, namely government agencies, schools, offices and worship. In a semi-formal or causal situation that is a semi-formal situation but there is a limit of politeness also in non-formal situations such as in the market, at home. This situation has no rules that bind it from the three situations we must be able to choose clothing according to the provisions of the event we are going to attend. Christian women's clothing must be different, because it manifests the person of the Lord Jesus the Great and holy so that the appearance of dressed in Christianity especially prioritizes God rather than appearance. Because God is holy and holy, in practice daily life glorifies God through our bodies. In a position as a student, the clothes that are used are dress that is polite, not sexy, does not wear a T-shirt, does not wear a tight shirt, mini skirt, transparent clothes but can choose clothes that are reasonable and appropriate in the campus situation. AbstrakDalam penempatan berbusana ada situasi khusus yang menuntut si pemakai berbusana sapan dalam situasi formal yaitu instansi pemerintahan, sekolah, kantor dan beribadah.  Dalam situasi semi formal atau causal yaitu situasi setengah formal  tetapi ada  batas kesopanan juga dalam situasi non formal seperti di pasar, dirumah.  Situasi ini tidak ada peraturan yang mengikatnya dari ketiga situasi  tersebut kita harus dapat memilih busana sesuai ketentuan acara yang kita akan hadiri.  Busana  wanita Kristen harus berbeda, karena mewujudkan pribadi Tuhan  Yesus yang Agung dan kudus sehingga penampilan  dalam berbusana orang Kristen  terlebih mengutamakan  Tuhan dari pada penampilan.  Sebab tuhan adalah suci  dan kudus  maka dalam praktek kehidupan sehari hari memuliakan Tuhan melalui tubuh  kita.  Dalam posisi sebagai mahasiswa maka busana yang dipakai  adalah busana yang sopan, tidak seksi, tidak memakai kaos oblong,tidak memakai kaos ketat,rok mini, baju transparan melainkan dapat memilih busana yang wajar dan pantas dalam situasi kampus.
Memahami Konsep Menyangkal Diri, Memikul Salib dan Mengikut Yesus: Sebuah Analisis Biblikal Lukas 9:23-26 Danny Yonathan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.14

Abstract

From every generation, believers receive instruction that aims to strengthen faith and educate believers to become militant disciples of Christ, and have readiness to serve God in accordance with the true concept of Christian thought. Thus believers must dare to deny themselves, and carry the cross every day and follow Jesus Christ who is the Lord and Savior. This article had purpose to give the understanding biblically the concept of self-denying, carrying cross and following Jesus according to the text of Luke 9:23-26. AbstrakDari setiap generasi, orang percaya menerima pengajaran yang bertujuan untuk meneguhkan iman serta mendidik  orang-orang percaya untuk menjadi murid Kristus yang militan, serta memiliki kesiapan untuk melayani Tuhan sesuai dengan konsep pemikiran Kristen yang benar. Orang percaya harus mau menyangkal diri, dan memikul salib setiap hari serta mengikut Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman secara biblikal konsep menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus sesuai dengan teks pada Lukas 9:23-26.
Kajian Teologis Konsep Kebahagiaan menurut Matius 5:3 Yuhananik Yuhananik
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.15

Abstract

Happy is the ultimate achievement that everyone in the world wants to enjoy. Various things are done to get that happiness. This article aims to provide an understanding of the concept of happiness according to Matthew 5: 3. By using the text analysis method to Matthew 5: 3, the conclusion is that it has three important meanings, namely: poor spirit, humble and dependent on God. AbstrakBahagia merupakan pencapain akhir yang ingin dinikmati oleh setiap orang di dunia. Berbagai hal dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan itu. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang konsep bahagia menurut Matius 5:3. Dengan menggunakan metode analisis teks terhadap Matius 5:3, didapatkan kesimpulannya memiliki tiga makna penting, yaitu: miskin roh, rendah hati dan bergantung pada Allah. 
Aspek Teologis dan Aplikatif Dasa Titah Rully Solomon Runturambi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.13

Abstract

Believers today are eager to explore the Bible, especially the New Testament, because they believed that the Old Testament is no longer valid in the lives of believers. The discussion in this paper examines the importance of the Decalogue and its application to believers in the present. The Ten Commandments are the culmination (climax) of all the books, centers and themes of the extraordinary book that ever existed. The Ten Commandments are the basis of all Bible themes. The Ten Commandments are the highest foundation of God's law. Many verses in the Bible (Old and New Testaments) are citation extensions of the Ten Commandments. God's command is a measure that enables us to know whether we are on the path that is in accordance with His desires or we are deviating. As John warned in 1 John 3: 4 "Everyone who sins, also violates God's law, because sin is a violation of God's law." From the discussion it is known that the Ten Commandments of God are good news delivered to Israel and also to the Christian nowadays. The Ten Commandments are the good news that God has given us to do. What is meant by the good news is that the Ten Commandments, most of which are in the form of prohibitions or negative things, but behind that all God has good intentions, which are only shown to us believers today.AbstrakOrang percaya pada masa kini cukup bersemangat mendalami Alkitab, dan pada umumnya yang dipelajari adalah Perjanjian Baru, karena berpandangan bahwa Perjanjian Lama tidak lagi berlaku dalam kehidupan orang percaya. Pembahasan dalam tulisan ini mengupas pentingnya Dasa Titah dan aplikasinya bagi orang percaya pada masa kini. Sepuluh Perintah merupakan puncak (klimaks) dari seluruh kitab, pusat dan tema kitab yang sangat luar biasa yang pernah ada dan merupakan hasil dari yang kemudian dan tambahan-tambahannya. Sepuluh Perintah adalah merupakan dasar dari seluruh tema Alkitab. Sepuluh Perintah adalah dasar hukum Allah yang tertinggi. Banyak ayat-ayat dalam Alkitab (Perjanjian Lama dan Baru) merupakan perluasan kutipan dari Sepuluh Perintah. Perintah Allah  adalah merupakan suatu ukuran yang memampukan kita untuk mengetahui apakah kita berada di jalan yang sesuai dengan keinginan-Nya atau kita sedang menyimpang. Sebagaimana yang diperingatkan oleh Yohanes di dalam 1 Yohanes 3:4 ” Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Dari pembahasan diketahui bahwa sepuluh perintah Allah adalah merupakan kabar baik yang disampaikan bagi Israel dan juga bagi orang percaya. Sepuluh Perintah Allah merupakan kabar baik yang Allah telah berikan kepada kita untuk dilaksanakan. Yang dimaksudkan dengan kabar baik adalah bahwa Sepuluh Perintah, yang sebagian besar di dalam setiap perintahnya berupa larangan atau hal yang negatif namun dibalik itu semua Allah mempunyai maksud yang baik, yang hanya ditujukkan bagi kita orang percaya pada masa kini.
Relevansi Strategi Pelipatgandaan Jemaat Berdasarkan 2 Timotius 2:1-13 Winarno Winarno
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.11

Abstract

What does it mean by multiplication based on II Timothy 2:1-13? What is congregation growth? How relevant is it for today’s congregation? Paul gave commandment to Timothy regarding the strategy of multiplying disciples for up to four generation in II Timothy 2:2, this showed that Paul as a spritual parent or mentor duplicate timothy as the second generation and Timothy will entrust the multiplication to those reliable to teach other to grow and become the forth generation of Paul. The relevance of today’s congregation means to train and prepared the congregation to be disciples. The first generation takes important role specially the pastor who leads the church to give equipment through the teaching and evangelism training and emphasize the characteristic of a disciple. Assisting and supporting in prayer is also needed for the next generation up to the four generation so that there is multiplication movement of congregation that become the disciple of Jesus Christ.  AbstrakApakah yang dimaksud pelipatgandaan berdasarkan II Timotius 2:1-13 ?, dan  apa itu pertumbuhan jemaat?  Serta bagaimana relevansinya bagi jemaat masa kini? Paulus memberikan perintah kepada Timotius berkaitan dengan strategi pelipatgandaan murid sampai empat generasi dalam II Timotius 2:2, ini menunjukkan bahwa mulai dari Paulus sebagai orang tua rohani atau mentor melipatgandakan Timotius sebagai generasi kedua dari Paulus, kemudian Timotius mempercayakan lagi atau melipatgandakan lagi yaitu orang yang dapat dipercayai sebagai generasi ketiga dan berikutnya orang yang dapat dipercayai mengajar orang lain untuk bertumbuh yang menjadi  generasi keempat dari Paulus. Relevansinya pada jemaat masa kini, berarti jemaat harus dilatih atau disiapkan untuk menjadi murid, dan peran generasi pertama sangat penting disini, yaitu peran gembala yang memimpin gereja dengan memberikan perlengkapan-perlengkapan melalui pengajaran dan pembimbingan serta melalui pelatihan-pelatihan penginjilan serta terus menekankan tentang karakter murid, dan melakukan pendampingan juga memberikan dukungan doa pada generasi berikutnya, sampai generasi yang keempat sehingga terjadi gerakan pelipatgandaan jemaat yang menjadi murid Tuhan Yesus Kristus. 
Pandangan Etika Kristen tentang Berbusana bagi Wanita Kristen Evi Prasti
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.12

Abstract

In dressed placement there are special situations that require the wearer to dress in formal situations, namely government agencies, schools, offices and worship. In a semi-formal or causal situation that is a semi-formal situation but there is a limit of politeness also in non-formal situations such as in the market, at home. This situation has no rules that bind it from the three situations we must be able to choose clothing according to the provisions of the event we are going to attend. Christian women's clothing must be different, because it manifests the person of the Lord Jesus the Great and holy so that the appearance of dressed in Christianity especially prioritizes God rather than appearance. Because God is holy and holy, in practice daily life glorifies God through our bodies. In a position as a student, the clothes that are used are dress that is polite, not sexy, does not wear a T-shirt, does not wear a tight shirt, mini skirt, transparent clothes but can choose clothes that are reasonable and appropriate in the campus situation. AbstrakDalam penempatan berbusana ada situasi khusus yang menuntut si pemakai berbusana sapan dalam situasi formal yaitu instansi pemerintahan, sekolah, kantor dan beribadah.  Dalam situasi semi formal atau causal yaitu situasi setengah formal  tetapi ada  batas kesopanan juga dalam situasi non formal seperti di pasar, dirumah.  Situasi ini tidak ada peraturan yang mengikatnya dari ketiga situasi  tersebut kita harus dapat memilih busana sesuai ketentuan acara yang kita akan hadiri.  Busana  wanita Kristen harus berbeda, karena mewujudkan pribadi Tuhan  Yesus yang Agung dan kudus sehingga penampilan  dalam berbusana orang Kristen  terlebih mengutamakan  Tuhan dari pada penampilan.  Sebab tuhan adalah suci  dan kudus  maka dalam praktek kehidupan sehari hari memuliakan Tuhan melalui tubuh  kita.  Dalam posisi sebagai mahasiswa maka busana yang dipakai  adalah busana yang sopan, tidak seksi, tidak memakai kaos oblong,tidak memakai kaos ketat,rok mini, baju transparan melainkan dapat memilih busana yang wajar dan pantas dalam situasi kampus.
Memahami Konsep Menyangkal Diri, Memikul Salib dan Mengikut Yesus: Sebuah Analisis Biblikal Lukas 9:23-26 Danny Yonathan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.14

Abstract

From every generation, believers receive instruction that aims to strengthen faith and educate believers to become militant disciples of Christ, and have readiness to serve God in accordance with the true concept of Christian thought. Thus believers must dare to deny themselves, and carry the cross every day and follow Jesus Christ who is the Lord and Savior. This article had purpose to give the understanding biblically the concept of self-denying, carrying cross and following Jesus according to the text of Luke 9:23-26. AbstrakDari setiap generasi, orang percaya menerima pengajaran yang bertujuan untuk meneguhkan iman serta mendidik  orang-orang percaya untuk menjadi murid Kristus yang militan, serta memiliki kesiapan untuk melayani Tuhan sesuai dengan konsep pemikiran Kristen yang benar. Orang percaya harus mau menyangkal diri, dan memikul salib setiap hari serta mengikut Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman secara biblikal konsep menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus sesuai dengan teks pada Lukas 9:23-26.
Kajian Teologis Konsep Kebahagiaan menurut Matius 5:3 Yuhananik Yuhananik
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.15

Abstract

Happy is the ultimate achievement that everyone in the world wants to enjoy. Various things are done to get that happiness. This article aims to provide an understanding of the concept of happiness according to Matthew 5: 3. By using the text analysis method to Matthew 5: 3, the conclusion is that it has three important meanings, namely: poor spirit, humble and dependent on God. AbstrakBahagia merupakan pencapain akhir yang ingin dinikmati oleh setiap orang di dunia. Berbagai hal dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan itu. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang konsep bahagia menurut Matius 5:3. Dengan menggunakan metode analisis teks terhadap Matius 5:3, didapatkan kesimpulannya memiliki tiga makna penting, yaitu: miskin roh, rendah hati dan bergantung pada Allah. 

Page 1 of 2 | Total Record : 11