cover
Contact Name
JOKO SANTOSO
Contact Email
ps.johnsantoso@gmail.com
Phone
+6287836107190
Journal Mail Official
jurnalberitahidup@gmail.com
Editorial Address
Jl. Solo-Kalioso KM.7.Solo
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Transformasi Fondasi Iman Kristen dalam Pelayanan Pastoral di Era Society 5.0
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189/jtbh.v4i1.181
Core Subject : Religion,
Focus & Scope Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Pastoral Kepemimpinan Kristen Pendidikan Agama Kristen
Articles 231 Documents
Konsep Imam dan Jabatan Imam pada Masa Intertestamental Paulus Kunto Baskoro
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.50

Abstract

ABSTRACTThe intertestamental period is a Protestant term, while the deuterocanonical period is a Catholic and Orthodox Christian term to refer to the time gap between the period covered by the Hebrew Bible or "Old Testament" and the period covered by the Christian "New Testament". Traditionally, this period is thought to cover about four hundred years, from the time of Malachi's ministry (420 BC) to the advent of John the Baptist in the early 1st century AD, a period that is almost the same as the Second Temple period (530 BC to 70 M). It is known by members of the Protestant community as "400 Silent Years" (400 Silent Years) because it is believed to be a time period in which God did not reveal anything new to His people.However, it is undeniable that in the intertestamental times there are many parts of history that are sometimes questioned and are being sought for truth. Because after all, even though 400 years of God's silence did not speak to humans, the world's history continues. Although the context is mostly in the form of ruling kingdoms. And religious history also continues, with a tradition built. Among them about the journey of the concept of the priesthood in tradition in Israel as the concept of worship for the Jews. The question which is still being debated and becoming a conversation is First, what are the duties and responsibilities of the high priest during the intertestamental period? Second, are priesthood rules in the Torah still enforced during the intertestamental period, or are there changes and adjustments?Through this paper, the author will give a little understanding of what happened during the intertestamental period in connection with the priestly ministry in Israel. ABSTRAKPeriode intertestamental (bahasa Inggris: Intertestamental period) merupakan suatu istilah Protestan, sedangkan periode deuterokanonikal (bahasa Inggris: deuterocanonical period) adalah istilah Katolik dan Kristen Ortodoks untuk menyebut kesenjangan waktu antara periode yang dicakup oleh Alkitab Ibrani atau "Perjanjian Lama" dan periode yang dicakup oleh "Perjanjian Baru" orang Kristen. Secara tradisional, periode ini dianggap mencakup kira-kira empat ratus tahun, sejak masa pelayanan Maleakhi (420 SM) sampai kepada munculnya Yohanes Pembaptis pada awal abad ke-1 Masehi, suatu periode yang hampir sama dengan periode Bait Suci Kedua (530 SM hingga 70 M). Dikenal oleh anggota komunitas Protestan sebagai "400 Tahun Sunyi" (400 Silent Years) karena diyakini merupakan kurun waktu di mana Allah tidak menyatakan apa-apa yang baru kepada umat-Nya.Namun tidak bisa dipungkiri bahwa dimasa-masa intertestamental banyak sekali bagian-bagian sejarah yang terkadang banyak yang dipertanyakan dan sedang dicari kebenarannya. Sebab bagaimanapun juga meskipun 400 tahun masa Allah diam tidak berbicara kepada manusia, manusia sejarah dunia tetap berjalan. Meskipun konteksnya banyak berupa kerajaan-kerajaan yang berkuasa. Dan sejarah keagamaan juga tetap berjalan, dengan sebuah tradisi-tradisi yang dibangun. Diantaranya tentang pejalanan konsep keimaman dalam tradisi di Israel sebagai konsep penyembahan bagi orang-orang Yahudi. Pertanyaan yang masih menjadi perdebatan dan menjadi perbincangan adalah Pertama, bagaimanakah tugas dan tanggung jawab imam besar pada masa intertestamental?  Kedua, apakah aturan keimaman dalam Taurat tetap ditegakkan pada masa intertestamental, ataukah ada perubahan dan penyesuaian?Lewat makalah ini, penulis akan sedikit memberikan pemahaman tentang apa yang terjadi di masa intertestamental sehubungan dengan perjalanan pelayanan keimaman di Israel.
Pembelajaran Daring: Harmonisasi Teknologi Dan Pendidikan Karakter Kristen Anak Jean Evelyn Ilela
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.189

Abstract

The Covid-19 pandemic has created a new habitus for all aspects of life, including education. In accordance with the circular given from the Minister for the entire learning process to be carried out online. This is because the impact of this pandemic is not only experienced by one or two countries but the whole world, including Indonesia. Online learning is not a new method applied in the world of education. Online learning is one way of distance learning that aims to transfer knowledge by utilizing electronic communication networks. Distance learning constraints need a breakthrough because many regions experience technological limitations, weak networks, and limited internet quotas. Proficiency in using technology must also be done intelligently. Good character must also run in harmony with technological developments so that children are able to become good people in character and smart in technology. Technology will continue to develop and Christian character education will continue to be built. Teachers, parents, and children must synergize well so that the implementation of online learning can run well. Not only knowledge is transferred, but spiritual strengthening must be done so that the formation of Christian character can have an impact on children as students. Rapid technological developments also require these three components to be able to adapt and utilize them intelligently.                                                            Abstrak Kondisi pandemi Covid-19 membuat suatu habitus baru ke semua aspek kehidupan tak terkecuali dunia pendidikan. Sesuai surat edaran yang diberikan dari Menteri untuk seluruh proses pembelajaran dilakukan secara daring. Hal ini dikarenakan dampak yang ditimbulkan dari pandemi ini bukan hanya dialami oleh satu atau dua negara namun seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Pembelajaran daring bukanlah suatu metode baru yang diterapkan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran daring yang dilakukan merupakan salah satu cara pembelajaran jarak jauh yang bertujuan mentransfer ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan jaringan komunikasi elektronik. Kendala pembelajaran jarak jauh perlu terobosan karena banyak daerah mengalami keterbatasan teknologi, lemahnya jaringan, dan kuota internet yang terbatas. Kecakapan menggunakan teknologi juga harus dilakukan secara cerdas. Karakter yang baik juga harus berjalan secara harmonis dengan perkembangan teknologi agar anak mampu menjadi pribadi yang baik secara karakter dan cerdas dalam berteknologi. Teknologi akan terus berkembang dan pendidikan karakter Kristen tetap terbangun. Guru, Orangtua, dan anak harus bersinergi dengan baik agar pelaksanaan pembelajaran daring dapat berjalan dengan baik. Bukan hanya ilmu pengetahuan yang ditransfer namun penguatan secara spiritual harus dilakukan sehingga pembentukan karakter kristen dapat berdampak bagi anak sebagai peserta didik. Perkembangan teknologi yang secara cepat juga mengharuskan ketiga komponen ini mampu beradaptasi dan memanfaatkan secara cerdas. 
Bonus Demografi Sebagai Peluang Pelayanan Misi Gereja di Kalangan Muda-Mudi Rahmat Kristiono
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.10

Abstract

This paper describes the correlation of bonus demographics with church mission services among young people. The demographic bonus is assumed to be an opportunity for gospel outreach or preaching which has a significant influence on the growth of the church among young people. In the context of the church's mission service, the demographic bonus has not been optimally optimized by the church, especially to place millennials on the mission objectives of the church. AbstrakTulisan ini mendeskripsikan korelasi bonus demografi  dengan pelayanan misi gereja di kalangan muda-mudi. Bonus demografi diasumsikan sebagai peluang penjangkuan atau pemberitaan injil  yang membawa pengaruh signifikan bagi pertumbuhan gereja dikalangan muda-mudi. Dalam konteks pelayanan misi gereja, Bonus demografi belum dioptimalkan secara maksimal oleh gereja terutama menempatkan kaum milenial pada sasaran misi gereja.  
Tinjauan Roma 15: 5-6 untuk Meningkatkan Kerukunan Intern Orang Percaya Masa Kini Asih Rachmani Endang Sumiwi; Yonatan Alex Arifianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.78

Abstract

Harmony in Christianity is the teaching of Jesus that must be applied in loving others because the love taught by the Lord Jesus is a love that brings peace that can bring good to all people. Perspective review of Romans 15: 5-6 to increase the internal harmony of believers today. By using the Literature literature method, harmony that is built in the community and intern of religious communities can be seen and reviewed from the Bible in Romans 15: 5-6. Because as a basis and understanding and knowledge of harmony, believers unite the voice, heart and all religious components to be a blessing. The theme of perspective is Romans 15: 5-6 to enhance the internal harmony of believers today. It is a study that can be applied to believers how important it is to be light in harmony in the internal religion, so it is hoped that believers must understand and apply the Theological Review of Rome 15: 5-6, then believers have a role, that is, believers must bring harmony and finally believers making harmony among congregations a priority taught in Christian Education.Kerukunan dalam kristenan adalah ajaran Yesus yang wajib diterapkan dalam mengasihi sesama karena kasih yang diajarkan Tuhan Yesus adalah kasih yang membawa damai yang dapat membawa kebaikan bagi semua orang. Tinjauan Roma 15:5-6 untuk meningkatkan kerukunan intern orang percaya masa kini. Dengan menggunakan metode literature pustaka Kerukunan yang dibangun dalam komunitas maupun intern umat beragama dapat dilihat dan ditinjau dari Alkitab dalam Kitab Roma 15:5-6.  Karena sebagai dasar dan pemahaman dan pengetahuan tentang kerukunan maka orang percaya menyatukan suara, hati dan seluruh komponen keagamaan untuk dapat menjadi berkat. Tema Tinjauan Roma 15: 5-6 untuk meningkatkan kerukunan intern orang percaya masa kini. Adalah kajian yang dapat diterapkan bagi orang percaya bagaimana pentingnya menjadi terang dalm kerukunan di intern agama mak diharapkan orang percaya harus memahami dan mengaplikatifkan Tinjaun Teologi Roma 15:5-6, lalu orang percaya memiliki Peran yaitu orang percaya harus membawa kerukunan dan yang terakhir orang percaya menjadikan kerukunan antar jemaat menjadi prioritas yang diajarkan dalam Pendidikan Kristen.
Etika Berpakaian bagi Kaum Perempuan Dalam Ibadah Menurut I Timotius 2:9-10 dan Aplikasinya Masa Kini Asni Darmayanti Duha
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.32

Abstract

Abstract: Ethics are important things in human life, and clothing is a human need that cannot be ignored. Dress ethics shows the character of life and a good way of life in the midst of an increasingly secular and uncontralized world. Of course Christians cannot be influenced by the development of the times. Christians must live according to the truth of God's Word. Good and polite dress ethics are the wealth and glory of women. In worship there are many ways to dress that are not polite. A woman who is good and takes care of her honor keeps her dress code. In this case, the writer uses the method of literature and ecegesis based on the text which becomes the author's reference to reveal the truth about dressing.Abstrak: Etika merupakan hal penting di dalam kehidupan manusia, dan pakaian adalah kebutuhan manusia yang tidak bisa diabaikan. Etika berpakaian menunjukkan karakter hidup dan cara hidup yang baik di tengah dunia yang semakin sekular dan tidak terkontral ini. Tentu orang Kristen tidak dapat terpengaruh dengan perkembangan zaman yang ada. Orang Kristen harus hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Etika berpakain yang baik dan sopan merupakan harta dan kemuliaan perempuan. Dalam kebaktian ada banyak cara berpakaian yang tidak sopan. Perempuan yang baik dan menjaga kehormatannya menjaga etika berpakaiannya. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode kepustakaan dan ekegesis berdasarkan nas yang menjadi acuan penulis untuk mengungkapkan kebenaran tentang berpakaian.  
Sistem Ladang Gilir Balik Sebagai Ekoteologi Masyarakat Dayak Sterra Helena Mathilda; Binsar Jonathan Pakpahan; Sandro Hasoloan Tobing
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.150

Abstract

Makalah ini bermaksud untuk membangun sebuah ekoteologi dari sistem ladang gilir balik (ladang berpindah) masyarakat Dayak. Sistem ladang gilir balik adalah teknik menanam padi yang memerhatikan faktor berikut: memilih lahan, menebas, menebang, membakar, menugal, hingga menuai. Sebagai aktivitas pertanian, sistem ladang gilir balik sering disalahpahami oleh pemerintah dan masyarakat modern sebagai sebuah aktivitas yang merusak lingkungan. Tetapi, melalui metode kualitatif deskriptif, dibantu dengan analisis Robert P. Borrong dan Daniel P. Scheid, penelitian ini menemukan bahwa sistem ladang gilir balik adalah sebuah kearifan lokal yang bisa digunakan untuk membangun sebuah teologi yang berdasar kepada kepedulian ekologi. Borrong memberikan fokus penting pada isu ekoteologi kontekstual, dan Scheid menggunakan dialog kosmologis sebagai sebuah pola pikir hidup bersama antarciptaan, baik antara manusia dan nonmanusia. Ladang gilir balik adalah narasi kehidupan masyarakat Dayak peladang di Kalimantan untuk memaknai relasi antarciptaan. Sebuah ekoteologi kontekstual yang menghargai alam sangat diperlukan tengah krisis ekologi. Pendekatan ekoteologi kristiani akan memperlihatkan bahwa narasi masyarakat lokal di Indonesia memiliki nilai penghargaan akan alam.
Pendidikan Kristen di Sekolah: Sebuah Tugas Ilahi Dalam Memuridkan Jiwa Oda Judithia Widianing
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i1.6

Abstract

Pendidikan Kristen adalah sebuah tugas ilahi. Keunikannya melampui batas humanitas karena aspek subject matter, goal, dan spiritual dynamic yang tercakup di dalamnya. Di Indonesia sejarah membuktikann bahwa melalui pendidikan Kristen tepatnya pendidikan agama Kristen Allah dengan kedaulatan-Nya beranugerah atas bangsa ini sehingga Injil dapat dikabarkan secara sistematis ke hampir seluruh nusantara. Allah memakai legalitas pemerintah untuk menjadikan pendidikan Kristen sebagai mata pelajaran wajib di bangku pendidikan. Artikel ini akan memaparkan secara singkat sejarah, makna dan tugas pendidikan Kristen dalam memuridkan jiwa sesuai dengan Amanat Agung. Penulis juga menyertakan sejarah awal Kristen masuk ke nusantara dalam lingkup pendidikan.
PAK Dalam Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Siswa, Kontribusinya Terhadap Pembentukan Karakter Hasahatan Hutahaean; Hermanto Sihotang; Purnamasari Siagian
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.84

Abstract

This study aims to determine how Christian Education (CE) in the family and social environment of students, and its contribution to the formation of student character. The place where the research was carried out was the private high school GKPI Padang Bulan Medan. The study population was 104 people, while the sample was 30 people. The instrument used for this research was a questionnaire. Based on the results of the study, it was found that there was a contribution of CE in the Family to Character Building at the zero level ry1 = 0.510, there was also a contribution between the Student Social Environment (X2) to the Character Building (Y) at the zero level ry2 = 0.411 and there was a joint contribution between CE in the Family and Social Environment of Students on the Formation of Student Character (1,293). Four characters are described as the character traits of Christianity, namely; Trust completely in God, Not vengeful, Happy to pray, Think rationally. Therefore, parents should continue to provide examples and teaching at home to help shape children's character. Teachers in schools are also to set an example in giving character examples to students.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana PAK dalam keluarga dan lingkungan pergaulan siswa memberi kontribusi terhadap pembentukan karakter siswa. Tempat penelitian dilakukan di SMA Swasta GKPI Padang Bulan Medan. Populasi penelitian sebanyak 104 orang sedangkan sampel sebanyak 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya kontribusi PAK dalam Keluarga terhadap Pembinaan Karakter pada tingkat nil ry1 = 0,510, terdapat pula kontribusi Lingkungan pergaulan Siswa (X2) terhadap Pembinaan Karakter. (Y) pada taraf nol ry2 = 0,411 dan ada kontribusi bersama PAK dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial Siswa terhadap Pembentukan Karakter Siswa (1,293). Empat karakter yang digambarkan sebagai karakter agama Kristen, yaitu; Percaya sepenuhnya pada Tuhan, Tidak dendam, Senang berdoa, Berpikir rasional. Oleh karena itu, orang tua hendaknya terus memberikan teladan dan pengajaran di rumah untuk membantu membentuk karakter anak. Guru di sekolah juga harus memberi contoh dalam memberikan contoh karakter kepada siswa.
Model Pertumbuhan Gereja Yang Utuh dalam Kisah Para Rasul 2: 42-47 Yusuf L.M.
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.33

Abstract

Abstract: Church growth is an important essence that needs to be considered in carrying out the mission of the Great Commission of Jesus Christ. The church growth model that needs to be applied is not only inward but needs outward growth. The church can be called ideal and whole if it is serious about these two aspects. Conversely, if the church ignores one of these aspects, then the church can be called as not growing. This growth model can be seen from the context of Acts 2: 42-47. This study uses a data collection system from the literature relating to text and context with an exegetical analysis approach to each word, phrase in this context to find the meaning of whole church growth. The results of this analysis will give an impetus to the church to build unity of the congregation in Christ.Abstrak: Pertumbuhan gereja adalah esensi penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan misi Amanat Agung Yesus Kristus. Model pertumbuhan gereja yang perlu diterapkan tidak hanya yang bersifat ke dalam tetapi perlu adanya pertumbuhan keluar. Gereja dapat disebut ideal dan utuh jika serius memperhatikan kedua aspek ini. Sebaliknya, jika gereja mengabaikan salah satu aspek tersebut, maka gereja itu dapat disebut sedang tidak bertumbuh. Model pertumbuhan seperti ini dapat dilihat dari konteks Kisah Para Rasul 2:42-47. Penelitian ini menggunakan system pengumpulan data dari literatur yang berkaitan dengan teks dan konteks dengan pendekatan analisis eksegesis terhadap setiap kata, frasa dalam konteks ini untuk menemukan arti pertumbuhan gereja yang utuh. Hasil analisis ini akan memberi dorongan kepada gereja untuk membangun persekutuan jemaat yang utuh di dalam Kristus.
Redefinisi Ibadah pada Masa Pandemi Covid-19 Eduward Purba; Dessy Handayani; Maria Magdalena; Nurnilam Sarumaha; Halim Wiryadinata
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.108

Abstract

AbstractThe reality of the emergence of the Covid-19 pandemic has changed the order of worship from on site to online, which has received many rejections. Pre-pandemic, worship was emphasized based on the dimensions of location (place). Therefore, this study aims to retrieve the true definition of worship. Through the library research, it gives the whole picture on the stage of evaluation of the worship itself. The results shows that worship actually transcends the dimensions of the location, devices, and tools used without hindering God's power for humans. Therefore, we bring back the definition of worship, both during and after COVID-19, to the real position that worship is the fellowship both during and after COVID-19 and to the real position that worship is the fellowship (body of Christ) of the relationship between God and humans regardless of the existing boundaries 

Page 1 of 24 | Total Record : 231