cover
Contact Name
Dian Ayubi
Contact Email
jurnal.ppki@ui.ac.id
Phone
+6221-7863475
Journal Mail Official
jurnal.ppki@ui.ac.id
Editorial Address
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Gedung D, Lantai 1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Jawa Barat 16424
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 27235815     EISSN : 26156911     DOI : http://dx.doi.org/10.47034/ppk.v3i2
Jurnal ini membahas determinan perilaku sehat, strategi promosi kesehatan (seperti komunikasi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, advokasi kesehatan) dalam upaya pembangunan kesehatan di berbagai tatanan (sekolah, rumah sakit, tempat kerja, tempat-tempat umum, dan komunitas).
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 4, No. 2, Desember 2022" : 7 Documents clear
Stigma Pekerja terhadap Penyandang Disabilitas di Tempat Kerja Ella Ayu Septia Mustika; Ella Nur Hadi; Anharudin Anharudin; Aziz Rofi’i; Siti Nurmala Dewi
Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior Vol. 4, No. 2, Desember 2022
Publisher : Perkumpulan PPKMI & Dept. PKIP FKM UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6318

Abstract

Latar Belakang. Inklusifitas di tempat kerja bagi pekerja dengan disabilitas diwajibkan dan diatur oleh pemerintah. Namun pekerja dengan disabilitas tidak hanya menghadapi tantangan dalam pemenuhan hak untuk memperoleh pekerjaan yang layak, tetapi juga menghadapi stigma dari rekan kerja. Hal tersebut memengaruhi kinerja pekerja dengan disabilitas, yang dalam jangka panjang akan memengaruhi kinerja perusahaan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stigma pekerja terhadap pekerja dengan disabilitas di tempat kerja.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang. Populasi penelitian ini adalah pekerja yang sedang bekerja minimal tiga bulan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling dengan melakukan pengisian kuesioner melalui google form dengan total sampel sebesar 71 orang.Hasil. Hasil penelitian menunjukkan 30,99% responden memiliki stigma yang tinggi, 40,85% responden mempunyai sikap negatif yang tinggi, 38,03% responden dengan diskriminasi yang tinggi, dan 38,03% dengan persepsi keadilan yang rendah terhadap pekerja dengan disabilitas.Kesimpulan. Pekerja dengan disabilitas mendapatkan stigma dan diskriminasi di tempat kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor penyerapan angkatan kerja pada usia produktif kelompok penyandang disabilitas rendah apabila dibandingkan dengan kelompok non disabilitas.      ABSTRACT     Background: Inclusiveness in the workplace for workers with disabilities is required and regulated by the government. However, workers with disabilities face challenges in fulfilling their right to obtain decent work and the stigma from colleagues. This situation affects the performance of workers with disabilities, which in the long run will affect company performance.Objective: This study aims to describe the stigma of workers against workers with disabilities in the workplace.Method: The study was a descriptive study with a cross-sectional study design. The population was workers working for at least three months. The sampling technique was accidental sampling by filling out a questionnaire through Google form with a total sample of 71 people.Results: The results showed that 30.99% of respondents had a high stigma, 40.85% of respondents had high negative attitudes, 38.03% of respondents had high discrimination, and 38.03% had low perceptions of justice towards workers with disabilities.Conclusion: Workers with disabilities experience stigma and discrimination in the workplace. This is one of the factors in the low absorption of the workforce at productive age groups with disabilities when compared to non-disabled groups.
Pelaksanaan Program Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) Selama Pandemi COVID-19 di Wilayah Puskesmas Depok Jaya Salsha Nur Alfaiza; Caroline Endah Wuryaningsih
Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior Vol. 4, No. 2, Desember 2022
Publisher : Perkumpulan PPKMI & Dept. PKIP FKM UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6345

Abstract

Latar Belakang. TBC masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Pemerintah telah menerapkan DOTS untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TBC, namun angka tersebut masih belum mencapai target. Selama pandemi, DOTS tetap diselenggarakan dengan adanya penyesuaian pengelolaan input dan process.Tujuan. Tujuan dari penelitian ini yakni mengetahui gambaran pelaksanaan program DOTS selama pandemi di wilayah Puskesmas Depok Jaya.Metode. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif desain studi kasus. Teknik pengumpulan data wawancara mendalam kepada informan utama, yakni Penanggung Jawab DOTS, Dokter Penanggung Jawab DOTS, Ketua Kader dan 2 Pengawas Menelan Obat, sedangkan informan pendukung, yakni 4 Pasien TBC. Peneliti mengambil data dengan wawancara mendalam secara daring melalui Zoom.Hasil. Beberapa kegiatan utama di Puskesmas selama pandemi mengalami penurunan jumlah kegiatan, diantaranya investigasi kontak, skrining, serta pelatihan. Selain itu terdapat beberapa masalah di pelaksanaan DOTS yang terjadi selama pandemi, yaitu masyarakat yang kurang terbuka, memiliki mobilitas yang tinggi, sehingga petugas puskesmas dan kader kesehatan seringkali kesulitan dalam melakukan pemantauan terkait dengan investigasi kontak dan pengobatan pasien TBC.Kesimpulan. Gambaran pelaksanaan program DOTS selama pandemi di wilayah Puskesmas Depok Jaya belum maksimal berjalan dikarenakan mengalami penurunan jumlah kegiatan.     ABSTRACT    Background. TB is a problem in Indonesia. The government has implemented DOTS to reduce morbidity and mortality but hasn’t yet reached the target. During the pandemic, DOTS was being held with adjustments to input and process management.Purpose. Find out the description of the implementation of DOTS during a pandemic in the Puskesmas Depok Jaya area. Methods. This study used a qualitative case study design. Data collection techniques were in-depth interviews with the main informants, the PIC of DOTS, the doctor in charge of DOTS, the head of the cadre and 2 medication supervisors, the supporting informants were 4 tuberculosis patients. Researchers collected data by in-depth interviews online via Zoom. Results. Several main activities at the Puskesmas during the pandemic experienced a decrease in the number of activities, including contact investigations, screening, and training. There were several problems that occurred during the pandemic, the community was less open, had high mobility, so Puskesmas officers and health cadres had difficulties in carrying out monitoring related to contact investigations and treatment of TB patients. Conclusion. DOTS hasn’t run optimally due to a decrease in the number of activities.
Hubungan Karakteristik Sosial Demografi dan Literasi Kesehatan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Tuberkulosis di Kota Kupang Imelda Sussanti Nailius; Dien Anshari
Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior Vol. 4, No. 2, Desember 2022
Publisher : Perkumpulan PPKMI & Dept. PKIP FKM UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6332

Abstract

Latar Belakang. Angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis di Kota Kupang dilaporkan dalam empat tahun terakhir berada pada rata-rata 82,1% belum mencapai target nasional yaitu 90%. Salah satu faktor ketidakberhasilannya karena jangka waktu minum obat yang lama yang memungkinkan untuk terjadi ketidakpatuhan dalam minum obat. Ketidakpatuhan dalam minum obat dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan, pengobatan ulang maupun resisten terhadap obat.Tujuan. untuk mengetahui hubungan variabel karakteristik sosial demografi dan literasi kesehatan dengan kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis di Kota Kupang.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner secara online (self-administered survey) pada 126 penderita tuberkulosis yang sedang menjalani pengobatan di 11 puskesmas di Kota Kupang. Data dianalisis menggunakan uji regresi logistik sederhana dan regresi logistik ganda.Hasil. Hasil penelitian menemukan 23,8 % penderita tuberkulosis tidak patuh dalam minum obat tuberkulosis. Variabel literasi kesehatan (p=0,008, OR=10,4, CI: 1,847-59,17) dan umur responden (p=0,029, OR=0,2, CI: 0,070-0,863) dengan p-value <0,05 dinyatakan berhubungan signifikan dengan kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis.Keseimpulan. Literasi kesehatan menjadi variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis setelah dikontrol oleh variabel umur, pendidikan dan pendapatan.       ABSTRACT      Bakground. Success rate for tuberculosis treatment in Kupang City was reported in the last four years to be at an average of 82.1%, which has not reached the national target of 90%. One of the reasons for the failure was due to the long period of taking the medication which made it possible for non-adherence to take the medication. Noncompliance with medication might result in treatment failure, re-treatment, or drug resistance.Aim. to determine the relationship between social demographic characteristics and health literacy and tuberculosis medication adherence in Kupang City. Method.  This study employed quantitative study with cross-sectional design. Data was obtained by filling out online questionnaires (self-administered surveys) on 126 tuberculosis patients receiving treatment at 11 health centers in Kupang City. The data was examined using simple logistic regression and multiple logistic regression.Result. Results showed that 23.8 percent of tuberculosis patients were disobedient in taking tuberculosis medications. Health literacy characteristics (p=0,008, OR=10,4, CI: 1,847-59,17) and respondent age (p=0,029, OR=0,2, CI: 0,070-0,863) with p-values 0.05 were found to be substantially related to tuberculosis patients' medication adherence.Conclusion. Health literacy is the most dominant variable in influencing medication adherence for tuberculosis patients after being controlled by age, education, and income.
Perilaku Pencarian Bantuan Oleh Perempuan Disabilitas Penyintas Kekerasan Seksual (Studi Kasus di Lembaga X Yogyakarta) Prasita Ayu Widyaningtyas; Rita Damayanti
Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior Vol. 4, No. 2, Desember 2022
Publisher : Perkumpulan PPKMI & Dept. PKIP FKM UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6096

Abstract

Latar Belakang. Perempuan disabilitas menjadi kelompok rentan yang dapat mengalami kekerasan seksual akibat kondisi disabilitas dan ketidaksetaraan gender yang saling beririsan.Tujuan. Mengetahui perilaku pencarian bantuan oleh perempuan disabilitas penyintas kekerasan seksual dengan menggunakan model perilaku pencarian bantuan dari Liang tahun 2005, meliputi faktor individu, faktor interpersonal, faktor sosial budaya, pengenalan masalah, pengambilan keputusan untuk mencari bantuan, dan pemilihan sumber dukungan.Metode. Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus di Lembaga X Yogyakarta dengan total 7 informan.Hasil. Penyintas memiliki persepsi keliru bahwa kekerasan seksual adalah tindakan disertai pemukulan dan bukan pemaksaan. Semua penyintas awalnya diam karena budaya yang menganggap disabilitas adalah orang yang tidak pantas memperoleh bantuan. Sumber bantuan informal lebih dipilih oleh penyintas untuk menyelesaikan masalah dan hanya sebagian penyintas yang lanjut ke lembaga formal.Kesimpulan. Penyintas dengan pengetahuan baik mengenai kekerasan seksual, memperoleh dukungan keluarga, dan memiliki sedikit hambatan sosial budaya akan mendorong penyintas untuk mencari bantuan sampai ke lembaga formal.     ABSTRACT      Background. Women with disabilities are a vulnerable group who can experience sexual violence due to conditions of disability and intersecting gender inequality.Aim. Knowing the behavior of seeking help by women with disabilities who are survivors of sexual violence by using the help seeking behavior model from Liang year 2005 includes individual factors, interpersonal factors, socio-cultural factors, problem recognition, decision making to seek help, and selection of sources of support.Method. Qualitative research with a case study approach at Institution X Yogyakarta with a total of 7 informants.Result. Survivors have a false perception that sexual violence is an act of beating and not coercion. All the survivors were initially silent because of the culture that considers people with disabilities to be people who do not deserve help. Informal sources of assistance are preferred by survivors to solve problems and only some survivors continue to formal institutions.Conclusion. Survivors with good knowledge about sexual violence, have family support, and have few socio-cultural barriers will encourage survivors to seek help to formal institutions
Pengembangan Video Singkat Screen Dependency Disorder Pada Anak Berbasis Perspektif Ibu Irfan Nafis Sjamsudddin
Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior Vol. 4, No. 2, Desember 2022
Publisher : Perkumpulan PPKMI & Dept. PKIP FKM UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6281

Abstract

Latar Belakang. Masa anak merupakan masa emas tumbuh kembang, sekaligus rentan pengaruh negatif. Penggunaan perangkat digital memberikan dampak positif maupun negatif. Screen Dependency Disorder (SDD) adalah masalah tumbuh kembang anak yang perlu dicegah.  Tujuan. Mengetahui perspektif ibu tentang lama penggunaan perangkat digital dan SDD pada anak serta mengembangkan video singkat SDD berbasis perspektif ibu.Metode. Disain adalah penelitian pengembangan. Populasi adalah ibu dari anak usia 1-13 tahun sejumlah 68 orang, sampel total. Penelitian awal menggali karakteristik responden, perspektif responden tentang lama pemakaian perangkat digital dan SDD pada anak, dengan kuesioner dalam Google-form disebar via WhatsApp. Data dianalisis dengan distribusi frekuensi, serta uji hubungan Sommers’d. Hasilnya menjadi dasar pengembangan dan merancang video singkat.Hasil. Sebanyak 63,2% anak memakai perangkat digital lebih dua jam per hari. Sebanyak 50% ibu memiliki perspektif baik tentang SDD pada anak. Ada hubungan signifikan usia - pekerjaan ibu, usia - pendidikan anak, pendapatan keluarga dengan lama pemakaian perangkat digital. Tidak ada hubungan signifikan semua karakteristik responden dengan perspektif SDD. Video singkat yang dikembangkan berisi pengertian dan pencegahan SDD.Kesimpulan. Video singkat bisa digunakan dengan diujicoba dulu. Advokasi diperlukan untuk memperoleh dukungan upaya pencegahan SDD.      ABSTRACT     Background. Childhood is a golden period of growth and development, as well as being vulnerable to negative influences. The use of digital devices has both positive and negative impacts. Screen Dependency Disorder (SDD) is a child development problem that needs to be prevented.Objectives. Knowing the mother's perspective on the duration of digital device use, and SDD in children, and developing an SDD short video based on the mother's perspective.Method. Design is development research. The population is mothers of children aged 1-13 years with a total of 68 people, the total sample. Preliminary research explored the characteristics of the respondents, the perspectives of respondents about the length of use of digital devices and SDD in children, by using a questionnaire in the Google form distributed via WhatsApp. Data were analyzed by frequency distribution, as well as the Sommers'd relationship test. The results form the basis for developing and designing short videos.Results. As many as 63.2% of children use digital devices for more than two hours per day. As many as 50% of mothers have a good perspective on SDD in children. There is a significant relationship between age-mother's occupation, age-education of children, family income with the duration of use of digital devices. There is no significant relationship between all the characteristics of the respondents with the SDD perspective. The short video developed contains understanding and prevention of SDD.Conclusion. Short videos can be used by testing it first. Advocacy is needed to gain support for SDD prevention efforts.
Perbedaan Efektivitas Video dan Flipbook Aktivitas Fisik Terhadap Pengetahuan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dian Setiawati; Lita Sri Andayani
Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior Vol. 4, No. 2, Desember 2022
Publisher : Perkumpulan PPKMI & Dept. PKIP FKM UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6009

Abstract

Latar Belakang. Aktivitas Fisik merupakan salah satu poin penting dari Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 mengenai suatu gerakan yang mendukung gaya hidup sehat di masyarakat yaitu Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS). Mahasiswa FKM USU memiliki tingkat aktivitas fisik ringan yang tinggi yaitu sebesar 81,2%.  Salah satu hal memengaruhinya yaitu mahasiswa FKM USU jarang membaca informasi mengenai aktivitas fisik.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas video dan flipbook aktivitas tentang fisik terhadap pengetahuan Mahasiswa FKM USU.Metode. Rancangan penelitian yang digunakan adalah menggunakan desain penelitian Quasi Experiment Design dan desain penelitian Non-Equivalent Control Group Design.Hasil. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan nilai rerata pengetahuan pada kelompok media video dan flipbook. Diketahui nilai probabilitas kedua variabel tersebut <0,05 yang memiliki makna terdapat hubungan bermakna yang signifikan terhadap pengetahuan responden. Nilai rerata pengetahuan responden yang diberi intervensi melalui media flipbook lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang diberi intervensi melalui media video.Kesimpulan. Media Flipbook lebih efektif dibandingkan dengan media video terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap Mahasiswa FKM USU tentang aktivitas fisik. ABSTRACT   Bakground. Physical activity is one of the important points of the Presidential Instruction of the Republic of Indonesia Number 1 of 2017 regarding a movement that supports a healthy lifestyle in the community, namely Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS). USU's FKM students have a high level of light physical activity, which is 81.2%. One of the things that influenced him was that USU's FKM students rarely read information about physical activity.Aim. This study aims to determine the differences in the effectiveness of videos and flipbooks about physical activity on the knowledge of USU FKM students. Method.  The research design used was a Quasi Experiment Design research design and a Non-Equivalent Control Group Design research design. Result. This study found that there were differences in the mean values of knowledge in the video and flipbook media groups. Whether or not the dependency value of the two variables is <0.05 which means there is a significant significant relationship to the respondent's knowledge. The mean value of knowledge of respondents who were given intervention through flipbook media was higher than respondents who were given intervention through video media.Conclusion. Flipbooks are more influential than video media on the knowledge and attitudes of USU FKM students regarding physical activity.
Identifying Factors of Stigma Among Patients with Confirmed Coronavirus Disease (COVID-19) in Indonesia Alamsyah Agus; Alfrojems Alfrojems; Jaka Ramdani; Delfania Matasik; Ida Ayu Gde Pradnyawidari Dharmika
Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior Vol. 4, No. 2, Desember 2022
Publisher : Perkumpulan PPKMI & Dept. PKIP FKM UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47034/ppk.v4i2.6375

Abstract

Latar Belakang. Pandemi COVID-19 telah muncul sebagai bencana dan menjadi krisis kesehatan global bagi umat manusia. Pandemi tidak hanya dihantui oleh tragedi dengan angka kematian nasional sekitar 5% penderita, tetapi juga distigmatisasi oleh masyarakat.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor stigma terkait pandemi COVID-19 dan dampaknya pada pasien konfirmasi COVID-19 di Indonesia.Metode. Studi kasus ini dilakukan pada tahun 2020 dengan mengumpulkan informasi dari sumber primer yang meliputi wawancara secara virtual dengan 4 penyintas COVID-19 di Indonesia.Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor stigma terdiri dari tiga faktor yaitu penyakit masih baru dan banyak informasi yang belum diketahui; kita sering takut akan hal yang tidak diketahui; dan ketakutan akan hal yang tidak diketahui dapat dengan mudah dikaitkan dengan 'orang lain'.Kesimpulan. Pada awal pandemi COVID-19, masyarakat di Indonesia belum memahami secara jelas tentang wabah COVID-19, termasuk penularannya, penanganannya, dan cara pencegahannya. Kesalahpahaman ini dapat menyebabkan stigmatisasi dan kemungkinan memperpanjang pandemi dan lamanya pembatasan sosial berskala besar.     ABSTRACT     Background. The COVID-19 pandemic has emerged as a disaster and is a global health crisis for human beings. The pandemic is not only haunted by tragedies of national fatality rate was about 5% of the sufferers, but also stigmatized by the community.Aim. This study aims to assess the factors of the stigma associated with the COVID-19 pandemic and its impact among patients with confirmed COVID-19 in Indonesia.Method. This case study was conducted in 2020 by collecting information from primary sources that include interviews virtually with 4 COVID-19 survivors in Indonesia.   Result. The result of this study shows that factors of stigma consist of three factors which consist of the disease is new and much information remains unknown; we are often afraid of the unknown; and the fear of the unknown can easily be associated with ‘others’.Conclusion. In the beginning of the COVID-19 pandemic, people in Indonesia did not clearly understand the COVID-19 epidemic, including its transmission, management, and how to avoid it. This misunderstanding can lead to stigmatization and possibly extend the pandemic and the length of large-scale social restrictions.

Page 1 of 1 | Total Record : 7