cover
Contact Name
Sutikno Wijaya
Contact Email
sutiknowijaya777@gmail.com
Phone
+628985035222
Journal Mail Official
sutiknowijaya777@gmail.com
Editorial Address
Jl. Aer Terang No.4, Lingkungan VI, Malalayang Satu Timur, Kec. Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
ISSN : 27981797     EISSN : 27980642     DOI : https://doi.org/10.53674/teleios
Core Subject : Religion, Education,
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, merupakan wadah publikasi ilmiah dari hasil penelitian Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Transfromasi Indonesia dengan nomor ISSN 2798-0642 (Online) 2798-1797 (Print), serta telah memiliki DOI 10.53674, dan diperuntukkan bagi semua dosen maupun para peneliti di kalangan STT Transformasi dan Institusi lainnya. Jurnal Teleios terbit dua kali dalam setahun (Juni dan Desember). Jurnal Teleios menggunakan sistem double-blind review. Adapun yang menjadi Fokus dan Ruang Lingkup dalam Jurnal Teleios adalah: 1. Teologi Biblika 2. Teologi Historika 3. Teologi Sistematika 4. Teologi Praktika 5. Teologi Kharismatik 6. Pendidikan Agama Kristen
Articles 45 Documents
Refleksi Teologis Kisah Pergumulan Yakub dan Allah dari Bingkai Kaum Pentakostal Kosma Manurung; Ristan Rakim
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2022): Teologi dan Pendidikan Kristiani (Desember 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.036 KB) | DOI: 10.53674/teleios.v2i2.47

Abstract

Abstract: Life is a long process and requires people who live it to keep moving forward. Jacob's life story is a life story that has experienced many ups and downs in it, but near the end of his life, Jacob even had the opportunity to meet and meet the Pharaoh, the ruler of the world at that time. Suspected turning point in Jacob's life that continues to shine into old age is a moment that tells of him struggling with God which is described very nicely in Genesis 32:22-32. This study intends to frame the story of the struggle of Jacob and God in the understanding of the Pentecostals. By using the description and literature review, it is hoped that it will be able to provide a strong and clear picture regarding the review of important events in Jacob's life, the story of the struggle of Jacob and God, as well as the understanding of the Pentecostals in interpreting this story. It is concluded that in Pentecostal understanding the story of the struggle of Jacob and God is interpreted as the importance of personal experience with God, sincerity of heart, learning to see oneself from God's point of view, and answers to prayer.Abstrak: Hidup adalah sebuah proses panjang dan menuntut orang yang menjalaninya untuk terus bergerak maju. Kisah hidup Yakub adalah sebuah kisah kehidupan yang mengalami berbagai proses jatuh bangun didalamnya namun mendekati akhir hidupnya Yakub malah berkesempatan bertemu dan memberkati Firaun penguasa dunia waktu itu. Ditengarai titik balik dalam kehidupan Yakub yang menjadikannya tetap bersinar hingga usia senja adalah sebuat moment yang mengisahkannya bergumul dengan Allah yang digambarkan sangat apik di Kejadian 32:22-32. Penelitian ini bermaksud membingkai kisah pergumulan Yakub dan Allah ini dari pemahaman kaum Pentakostal. Dengan menggunakan deskripsi dan kajian literatur diharapkan mampu memberikan gambaran yang kuat dan jelas terkait ulasan peristiwa penting dalam kehidupan Yakub, kisah pergumulan Yakub dan Allah, serta pemahaman kaum Pentakostal memaknai kisah ini. Disimbulkan bahwa dalam pemahaman kaum Pentakostal kisah pergumulan Yakub dan Allah ini dimaknai sebagai pentingnya pengalaman pribadi dengan Allah, kesunguhan hati, belajar melihat diri dari sudut pandang Tuhan, serta jawaban doa.
Identitas Orang yang dipilih Allah: Memaknai Kembali menjadi “Garam Dunia” menurut Matius 5:13 Vivin Sarael; Grace Son Nassa
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2022): Teologi dan Pendidikan Kristiani (Desember 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.642 KB) | DOI: 10.53674/teleios.v2i2.48

Abstract

Abstract: The purpose of this research is to redefine the identity of the person chosen by God based on the concept of "salt of the earth" according to Matthew 5:13. The life of a believer or church needs to be a blessing to others and play its function as it should. However, the phenomenon of the life of believers today is far from this ideal. In this way, it is hoped that efforts to re-understand the meaning of "salt of the world" will help the church/believers to return to playing their function as a messenger of divine holiness and a bringer of peace. Based on literature research, the method used is content analysis, which requires researchers to sort, process, and analyze literature related to the theme raised, this research finds that being salt of the world is God's will and the identity of believers or churches. The church must and must be the salt of the world, otherwise the church is losing its identity and role in society. In fact, society and the world need churches/believers in the midst of their struggles.Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memaknai kembali identitas orang yang dipilih Allah berdasarkan konsep “garam dunia” menurut Matius 5:13. Kehidupan orang percaya atau gereja perlu menjadi berkat bagi sesama dan memainkan fungsinya seperti seharusnya. Namun, fenomena kehidupan orang percaya saat ini jauh dari harapan ideal tersebut. Dengan begitu, upaya memahami kembali makna “garam dunia” diharapkan dapat menolong gereja/orang percaya untuk kembali memainkan fungsinya sebagai penyebar kekudusan ilahi dan pembawa damai. Berbasis pada penelitian kepustakaan, metode yang digunakan adalah analisis konten, yang mengharuskan peneliti memilah, mengolah, dan menganalisis literatur terkait tema yang diangkat, penelitian ini menemukan bahwa menjadi garam dunia adalah kehendak Allah dan identitas orang percaya atau gereja. Gereja pasti dan harus menjadi garam dunia, kalau tidak, gereja sedang kehilangan identitas dan perannya di tengah masyarakat. Padahal, masyarakat dan dunia membutuhkan gereja/orang percaya di tengah-tengah pergumulan mereka.
Perspektif Diakonia Secangkir Air bermakna Religius menurut Matius 10:42 Alwen Bira
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2022): Teologi dan Pendidikan Kristiani (Desember 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.482 KB) | DOI: 10.53674/teleios.v2i2.52

Abstract

Abstract: Diakonia in the sense of service or service is very easy to understand in Christian circles. The church needs to understand that dedicating to fellow human beings, no matter how small, has a very deep meaning and requires courage to do so. In the New Testament, diakonia gets an important portion, giving even a cup of cool water to a small child who is a follower of Christ he will not lose his reward. When someone gives help is not seen in terms of quantity or amount but from the quality of the gift. Greek society is very concerned about other people because it is their duty either in the family, society or strangers. Like helping people is a highly commendable attitude of generosity. Jesus wanted the church to be a cup of cold water for this world, because Christianity cannot be measured by how much water it can hold, but by how much water is distributed to others. The research method in this paper is a descriptive analysis method with a literature study or literature study approach. In this study, the researcher describes the theological views about the diakonia of a cup of water which is then analyzed based on Christian views and actualizes them in Christian life today.Abstrak: Diakonia dalam pengertian melayani atau pelayanan, sangat muda dipahami dalam kalangan kekristenan. Gereja perlu memahami bahwa berdiakonia kepada sesama manusia sekecil apapun bentuknya, memiliki arti yang sangat dalam dan di butukan suatu keberanian untuk melakukannya. Dalam Perjanjian Baru diakonia mendapat porsi yang penting, memberi secangkir air sejuk  sekalipun kepada salah seorang anak kecil yang merupakan pengikut Kristus ia tidak akan kehilangan upahnya. Saat seseorang memberi pertolongan tidak dipandang dari sisi kuantitas atau jumlah tetapi dari kualitas pemberian itu. Masyarakat Yunani sangat memperhatikan orang lain karena itu sudah menjadi kewajiban mereka baik dalam keluarga, masyarakat ataupun orang asing. Suka menolong orang adalah sikap kedermawaan yang sangat terpuji. Yesus menghendaki gereja menjadi secangkir air sejuk bagi dunia ini, karena kekristenan tak dapat diukur dari berapa banyak air yang dapat ditampung, tetapi dilihat dari berapa banyak air yang dibagikan kepada orang lain. Metode penelitian dalam tulisan ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi literatur atau studi kepustakaan.  Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan pandangan teologis tentang diakonia secangkir air putih yang selanjutnya dianalisis berdasarkan pandangan Kristen serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan Kristen saat ini.
Pentingnya Musik Gereja dalam Ibadah untuk Pertumbuhan Kerohanian Jemaat David Harahap; Simon Simon
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2022): Teologi dan Pendidikan Kristiani (Desember 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v2i2.49

Abstract

Abstract: The background of this writing was that the church's attention towards music was declining, especially in small churches that did not pay attention to the important role of music and worship, which certainly influenced the congregation’s spiritual growth. Karl Barth once said a church that did not sing was not a church, therefore the presence of expert musicians and worshippers were needed. In describing the topic, the researchers used qualitative methods by obtaining data sources from literature studies, both printed books and online media. The discussion on this topic suggested that we should not forget the early history of music and its development, everyone had to be trained to become expert in art, this was written in the Bible, so that the church music could affect the congregation’s spirituality. Consequently, it was hoped that church music would be proper and right before God. Worship could give everything: life, strength, expertise in music and singing to serve God the creator. Thus, the conclusion obtained from this paper was that church music played a vital role in developing not only the quantity but also the spiritual quality of the congregation.Abstrak: Tulisan ini dilatar belakangi oleh menurunnya perhatian gereja kepada musik gereja, khususnya pada gereja-gereja kecil yang tidak perhatian betapa pentingnya peranan musik dan pujian yang tentunya berdampak terhadap pertumbuhan kerohanian jemaat. Karl Barth pernah berkata gereja yang tidak bernyanyi bukanlah gereja, sebab itu gereja membutuhkan kehadiran pemusik dan pemuji yang ahli di bidangnya. Di dalam menguraikan topik ini, peneliti menerapkan metode kualitatif dengan mengambil sumber data dari studi kepustakaan baik buku cetak maupun dari media online. Uraian pembahasan pada topik ini mengemukakan bahwa jangan melupakan sejarah awal musik dan perkembangannya, semua harus dilatih sehingga menjadi ahli seni, hal inilah yang tertulis di Alkitab, sehingga musik gereja mampu memberikan dampak pada kerohanian Jemaat. Dengan demikian diharapkan musik gereja menjadi sehat dan benar dihadapan Allah, ketika beribadah dapat memberi segala yang ada, hidup, kekuatan, keahlian bermusik dan bernyanyi di dalam melayani Allah sang pencipta. Oleh sebab itu, kesimpulan yang diperoleh terkait dari topik ini bahwa,musik gereja mengambail peran vital dalam pengembangan kuantitatas terlebih kualitas kerohanian jemaat.
Karya Pertukaran yang Mulia dari Efesus 1-2: Pemahaman Teologi Keselamatan dan Implikasinya dalam Penginjilan Paulus Kunto Baskoro; Irma Widiyanti
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.56

Abstract

Abstract: Christians who go to church have made a decision to follow Christ, but they may not really understand or be unable to explain what the decision to follow Jesus means. Many respond to the altar call to salvation but are unable to articulate the gospel or what it means to be saved, other than knowing God's love for them. Some (if not most) have a partial or incomplete understanding of safety. They may think of salvation as an insurance policy to heaven and still think of good works as a way to get right with God. When everyone surrenders their life to God and accepts Christ as Lord and Savior, a great exchange takes place: Jesus bore the guilt of every believer and forgave him, He paid the price for sin and died for everyone and gave life. The method used in this study is a descriptive qualitative method using extracting text from the literature. And the purpose of this writing is First, to explain the principle of exchange work from the text of Ephesians 1-2. Second, find important principles in exchange works according to Ephesians 1-2. Third, it provides an explanation of the logical implications of evangelism.Abstrak: Orang-orang Kristen yang pergi ke gereja telah membuat keputusan untuk mengikut Kristus, tetapi mereka mungkin tidak benar-benar mengerti atau tidak dapat menjelaskan apa arti keputusan mengikut Yesus. Banyak yang menanggapi panggilan altar untuk keselamatan tetapi tidak dapat mengartikulasikan Injil atau apa artinya diselamatkan, selain mengetahui tentang kasih Allah bagi mereka. Beberapa (jika tidak sebagian besar) memiliki pemahaman keselamatan sebagian atau tidak lengkap. Mereka mungkin menganggap keselamatan sebagai polis asuransi ke surga dan masih memikirkan perbuatan baik sebagai cara untuk menjadi benar dengan Tuhan. Ketika setiap orang menyerahkan hidup kepada Allah dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, terjadi pertukaran yang besar: Yesus menanggung kesalahan setiap orang percaya dan mengampuninya, Dia membayar harga dosa dan mati untuk setiap orang dan memberi hidup. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskritif dengan menggunakan penggalian teks dari pustaka. Dan tujuan dari penulisan ini adalah Pertama, menjelaskan prinsip karya pertukaran dari teks Efesus 1-2. Kedua, menemukan prinsip-prinsip penting dalam karya pertukaran menurut Efesus 1-2. Ketiga, memberikan penjelasan implikasi logis dalam penginjilan.
Metode Picture and Picture dalam Meningkatkan Antusiasme Anak Sekolah Minggu dalam Mendengarkan Firman Tuhan Ferry J N Sumual; Eka Pasolang; Rinawaty Widjaja
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.57

Abstract

Abstract: The basis of this writing is unraveled because factually there are still many in the church, children's interest and enthusiasm when hearing the story of God's word is still lacking. This paper aims to find out the increase in the enthusiasm of middle-level Sunday school children in listening to God’s word through the picture and pictures method. Based on the results of field observations, it is know that the enthusiasm of children in listeningto the word does not meet good standards. In thelearning proses in Sunday School, especially in the middle class, Sunday school teacgers still use the methodteacing that is less interesting, makes children bored so they pay less attention to teaching. This study used clasroomaction research with 20 children as a sample. Two cycles with four stages used starting with action planning, action implementation, observation and reflection. Research results so that the enthusiasm of children in listening to the word of God is further increased using the Picture and Picture method. The use of this method also encourages a variety of methods used by teachers, while also creating increased interest and enthusiasm for Sunday school children.Abstrak: Dasariah tulisan ini terurai karena secara faktual masih banyak ditemukan di dalam gereja, minat dan antusiasme anak-anak ketika mendengar cerita firman Tuhan masih kurang. Tulisan ini dibuat untuk mencari tahu peningkatan antusiasme anak sekolah minggu jenjang madya dalam mendengarkan firman Tuhan lewat metode Picture and Picture. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa antusiasme anak dalam mendengarkan firman Tuhan belum memenuhi standar yang baik. Dalam mengajar di sekolah Minggu khususnya di kelas tengah, guru masih menggunakan metode pengajaran yang kurang menarik, sehingga membuat anak jenuh dan kurang memperhatikan pengajaran. PTK digunakan dalam penelitian ini dengan sampel 20 anak. Ada empat tahapan dari kedua Siklus yang digunakan yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi dan 4) refleksi. Hasilnya memperlihatkan bahwa dengan menggunakan metode picture and picture membuat semangat anak dalam mendengarkan firman Tuhan lebih meningkat. Penggunaan metode ini juga sekaligus mendorong beragamnya metode yang digunakan guru, sekaligus juga menciptakan minat dan anutisme anak sekolah minggu bertambah
Membaca Narasi Dosa Anak dengan Perspektif John Calvin dari Konteks Gereja Toraja Alvary Exan Rerung; Adelia Paelongan
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.59

Abstract

Abstract: This research talks about the reality of problems that often occur in the current church area, namely differences in views on a particular subject of study. One example of this is the Toraja Congregation of Sundung Church, which is the location of this research. There are different views that occur in the Toraja Church of the Sundung Congregation about who bears the sins of children who have not received confirmation of sidi. Most church members admit that it is their parents who bear their sins, and only a few reject this view. It is this difference in views that the author will examine using qualitative narrative methods, literature studies and interviews. Because the Toraja Congregation of Sundung Church is a Calvinist sect, this research will also use the narration of John Calvin's theory about child sin. This research aims to provide understanding to the members of the Toraja Congregation of Sundung Church, that according to John Calvin only Jesus Christ is the only human who has no sin and therefore He deserves to bear and atone for human sins.Abstrak: Penelitian ini berbicara tentang realitas masalah yang sering terjadi di dalam wilayah gereja saat ini, yaitu perbedaan pandangan tentang suatu pokok kajian tertentu. Salah satu contohnya yang terjadi di Gereja Toraja Jemaat Sundung yang menjadi lokasi penelitian ini. Ada perbedaan pandangan yang terjadi di Gereja Toraja Jemaat Sundung tentang siapakah yang menanggung dosa anak yang belum menerima peneguhan sidi. Sebagian besar warga gereja mengaku bahwa orang tualah yang menanggung dosa mereka, dan hanya sedikit yang menolak pandangan tersebut. Perbedaan pandangan inilah yang akan diteliti oleh penulis menggunakan metode kualitatif naratif, studi pustaka dan wawancara. Oleh karena Gereja Toraja Jemaat Sundung merupakan aliran Calvinis, maka penelitian ini juga akan menggunakan narasi teori John Calvin tentang dosa anak. Penelitian ini hendak memberikan pemahaman kepada warga Gereja Toraja Jemaat Sundung, bahwa menurut John Calvin hanya Yesus Kristus satu-satunya manusia yang tidak memiliki dosa dan oleh karena itu Dia layak menanggung serta menebus dosa manusia
Kekristenan di tengah Pluralitas: Analisis 1 Petrus 2:11-17 Vayen Limpele
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.54

Abstract

Abstract: Indonesia is a country consisting of various differences (Race, Culture, Ideology, religious). These differences have shaped this country. Pancasila is the basis of Indonesia so this country continues to exist even though there are various differences/diversities. Diversity is certainly beautiful but it is not impossible that in diversity there are conflicts on the basis of differences, then the understanding of pluralism emerges to make the nation aware that even though we are different in ideology, belief, and culture, we are still both human and one nation. So that between us creates a feeling of mutual respect and respect for each other, not bringing each other down. The author uses a descriptive qualitative research method with a literature study approach to see how Christianity is in the midst of plurality. In Christianity, Exclusivism in Christian theology can make Christians mistaken in responding to a plurality of diversity if exclusivism is not properly understood. The author sees that 1 Peter 2:11-17 is the answer to how Christians should behave in the midst of this Plurality, because in this letter it teaches that Christians must abstain from fleshly desires, and emphasizes that as servants of God one must have a good way of life. and righteous before God, in the midst of a nation that does not share one belief regardless of religious differences.Abstrak: Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai perbedaan (Ras, Budaya, Ideologi, religius). Perbedaan itulah yang telah membentuk negara ini. Pancasila sebagai dasar Indonesia membawa negara ini terus eksis manakalah terdapat berbagai perbedaan/keberagaman. Keberagaman tentu indah namun bukan tidak mungkin di dalam keberagaman terjadi konflik atas dasar perbedaan, maka muncul paham pluralisme untuk menyadarkan bangsa bahwa meski berbeda secara ideologi, kepercayaan, dan budaya namun kita tetap sama-sama manusia dan sama-sama satu bangsa, agar di antara kita tercipta perasaan saling menghargai dan saling menghormati bukan saling menjatuhkan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskripsi dengan pendekatan studi literatur untuk melihat bagaimana Kekristenan di tengah Pluralitas. Di dalam kekristenan, Eksklusivisme teologi Kristen bisa saja membuat orang Kristen keliru dalam menyikapi pluralitas keberagaman jika eksklusivisme itu kurang tepat dipahami. Penulis melihat bahwa 1 Petrus 2:11-17 adalah jawaban mengenai bagaimana sikap orang Kristen di tengah Pluralitas ini, sebab dalam surat ini memberikan pengajaran bahwa orang Kristen harus menjauhkan diri dari keinginan daging, dan menegaskan bahwa sebagai hamba Allah haruslah memiliki cara hidup yang baik dan benar di hadapan Allah, di tengah bangsa yang tidak satu kepercayaan terlepas dari perbedaan agama. 
Signifikansi Pendidikan Seksual oleh Orang Tua terhadap Anak 7-12 tahun Asmat Purba; Alon Mandimpu Nainggolan; Delpi Novianti
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2023): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v3i1.58

Abstract

Abstract: Most parents think that talking about sex with family members, especially children, is taboo. Taboo because they are not used to it and are not trained. This article aims to find appropriate ways for parents to successfully conduct sexual education for their children who are still in elementary school. The research method used is descriptive qualitative, with a qualitative approach to literature research (library research). Through this research it was found that sex education in the middle of the family, sexual education for elementary school students, spiritual education for children in the family context can prevent and overcome children's sexual problems. Children are God's gift entrusted to the family. Before they become girls or adults, they are children under the care of their parents. The church needs to equip parents in the context of sexual education for children. Parents are very strategic in educating their children at home regarding sexual education so that they are not patronized by the media and pornographic films which cause them to misunderstand sexuality which results in falling into sexual sins, pregnancies outside of legal marriage and the possibility of various venereal diseases.Abstrak: Sebagian besar orang tua menganggap bahwa membicarakan seks kepada anggota keluarga, khususnya kepada anak-anak adalah tabu. Tabu karena belum terbiasa dan terlatih. Artikel ini bertujuan untuk menemukan cara yang tepat bagi para orang tua agar berhasil melakukan pendidikan seksual kepada anak-anak mereka yang masih duduk di Sekolah Dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan pendekatan kualitatif studi literatur. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa pendidikan seks di tengah keluarga, pendidikan seksual bagi siswa Sekolah Dasar, pendidikan rohani anak di konteks keluarga dapat mencegah dan mengatasi permasalahan anak di bidang seksual. Anak-anak adalah karunia Tuhan yang dipercayakan kepada keluarga. Sebelum mereka menjadi gadis atau dewasa, mereka adalah anak-anak di bawah pengasuhan orang tua. Gereja perlu melengkapi orang tua dalam rangka pendidikan seksual bagi anak. Orang tua sangat strategis mendidik anak usia di jenjang Sekolah Dasar di rumah perihal pendidikan seksual agar mereka tidak digurui oleh media dan film-film porno yang mengakibatkan mereka salah memahami seksual yang mengakibatkan kejatuhan ke dalam dosa seksual, kehamilan di luar pernikahan yang sah dan kemungkinan berbagai penyakit kelamin
Kepada Allah yang tidak Dikenal: Konsep I Genggona Langi dalam Sorotan Kisah Para Rasul 17:23 dan Implementasinya terhadap Ekologi dan Eduekologi Masyarakat Sangihe David Rade Manat Simanjuntak; Ryanto Adilang
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2022): Teologi dan Pendidikan Kristiani (Desember 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v2i2.61

Abstract

Abstract: Community religion, or what is more commonly known as tribal religion, is often accused of being a religion that is no truer than the official religion. Christian congregations are still trapped in the stigma that places tribal religions in a dichotomy that is far apart from Christianity. This is an action that cannot be accounted for academically because in fact Christian values can be found in tribal religious teachings. This study uses a descriptive qualitative research method. For the purposes of text analysis, the hermeneutic method of historical criticism is used. The purpose of this study is to examine and then analyze the Christian theological values contained in the concept of I Genggona Langi in understanding the religion of the Sangihe ethnic group in the spotlight of Acts 17:23.Abstrak: Agama masyarakat atau yang lebih sering dikenal sebagai agama suku seringkali dituding sebagai agama yang tidak lebih benar dari agama resmi. Jemaat Kristen masih terjebak dalam stigma yang menempatkan agama suku dalam dikotomi yang terpisah jauh dengan agama Kristen. Hal ini merupakan aksi yang kurang bisa dipertanggungjawabkan secara akademis sebab nyatanya nilai kristiani justru bisa ditemukan dalam ajaran agama suku. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Untuk keperluan analisis teks, dugunakan metode hermeneutik kritik historis. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengkaji dan kemudian menganalisis nilai-nilai Teologis kristiani yang terkandung dalam konsep I Genggona Langi dalam pemahaman agama suku masyarakat Sangihe dalam sorotan Kisah Para Rasul 17:23