Cermin Dunia Kedokteran
Cermin Dunia Kedokteran (e-ISSN: 2503-2720, p-ISSN: 0125-913X), merupakan jurnal kedokteran dengan akses terbuka dan review sejawat yang menerbitkan artikel penelitian maupun tinjauan pustaka dari bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat baik ilmu dasar, klinis serta epidemiologis yang menyangkut pencegahan, pengobatan maupun rehabilitasi. Jurnal ini ditujukan untuk membantu mewadahi publikasi ilmiah, penyegaran, serta membantu meningkatan dan penyebaran pengetahuan terkait dengan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat. Terbit setiap bulan sekali dan disertai dengan artikel yang digunakan untuk CME - Continuing Medical Education yang bekerjasama dengan PB IDI (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia)
Articles
16 Documents
Search results for
, issue
"Vol 41, No 6 (2014): Bedah"
:
16 Documents
clear
Sklerosis Multipel
Estiasari, Riwanti
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 6 (2014): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (529.756 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v41i6.1130
Sklerosis Multipel (MS) adalah penyakit autoimun yang terutama menyerang perempuan usia muda, tergolong penyakit langka di Indonesia. Meskipun demikian, penyakit ini dapat mengakibatkan kecacatan dan menurunkan kualitas hidup. Penegakan diagnosis yang akurat sangat diperlukan agar pasien MS bisa mendapatkan pengobatan yang adekuat sedini mungkin. Tata laksana pasien MS perlu memperhatikan tipe MS dan gejala yang menyertai.Multiple sclerosis (MS) is an autoimmune disease that mostly affected young women; this disease is rare in Indonesia. Nevertheless, MS can result in severe disability and decreased quality of life. Accurate diagnosis is needed as early as possible to initiate proper treatment. In MS management it is important to classify the disease and also treat the accompanying symptoms.
Penatalaksanaan Mual Muntah Pascabedah di Layanan Kesehatan Primer
Fithrah, Bona Akhmad
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 6 (2014): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (385.217 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v41i6.1126
Mual muntah pascabedah masih menjadi masalah baik bagi dokter anestesi maupun bagi dokter umum yang bertugas di ruang rawat inap dan ruang gawat darurat. Pemahaman yang baik tentang patofisiologi dan pendekatan multimodal membuat tata laksana mual muntah pascabedah menjadi lebih baik dan cepat.Postoperative nausea and vomiting is still being a problem for anesthesiologist and mostly for general practitioner who work in wards and emergency room. Better understanding in pathophysiology and multimodal approach results in faster and better treatment for postoperative nausea and vomiting.
Nodul Pita Suara (Singer’s Nodes)
Yuwono, Natalia;
Novita, Stevani
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 6 (2014): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (610.409 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v41i6.1131
Nodul pita suara yang sering disebut dengan “Singer’s Nodesâ€, “Screamer’s Nodesâ€, atau “Teacher’s Nodes“ adalah pembengkakan pita suara bilateral dengan ukuran bervariasi yang ditemukan di bagian tengah membran pita suara. Nodul ini memiliki karakteristik berupa penebalan epitel dengan berbagai tingkat reaksi inflamasi pada lapisan superfisial lamina propia. Penyalahgunaan suara (vocal abuse) menjadi penyebab tersering nodul pita suara. Strategi penanganan secara konservatif; terapi wicara merupakan terapi paling utama.Vocal cord nodule also called singer’s nodes, screamer’s nodes or teacher’s nodes is bilateral swelling of the mid-portion of the membranous vocal folds. They are of variable size and are characterised histologically by thickening of the epithelium with a variable degree of inflammation in the underlying superficial lamina propria. Vocal abuse is commonly the etiology of vocal cord nodules. Treatment strategies should be conservative; speech therapy is the primary treatment. The patient is taught to use the voice appropriately, to promote regression of the vocal cord nodules.
Farmakogenomik dan Terapi Kanker
Yudhani, Ratih Dewi
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 6 (2014): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (162.658 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v41i6.1127
Variabilitas respons terapi dan indeks terapi obat antikanker (kemoterapi) yang sempit sering dijumpai dan masih menjadi tantangan bagi ahli onkologi. Farmakogenomik merupakan studi pewarisan genetik yang berpengaruh pada proses disposisi obat dan juga efeknya yang bertujuan mengoptimalkan pemilihan jenis obat dan penyesuaian dosis pada tiap pasien. Farmakogenomik penting diterapkan di bidang onkologi karena terapi kanker sering ditandai dengan toksisitas sistemik yang berat dan efikasi yang tidak terprediksi sebelumnya. Studi farmakogenomik bertujuan untuk memahami genetik yang mendasari perbedaan respons di antara individu dan memprediksi keamanan, toksisitas dan atau efikasi suatu pengobatan. Tinjauan ini mendiskusikan beberapa contoh penerapan farmakogenomik khususnya terkait polimorfisme genetik yang mempengaruhi hasil dari terapi kanker.The variability in treatment responses and narrow therapeutic index of anticancer drugs (chemotherapy) are consistently observed across patient populations and still pose challenges for oncologist. Pharmacogenomics is the study of inherited differences in interindividual drug disposition and effects, with the goal of selecting the optimal drug therapy and dosage for each patient. Pharmacogenomics is especially important for oncology as severe systemic toxicity and unpredictable efficacy are hallmarks of cancer therapies. Pharmacogenomics studies are aimed at elucidating the genetic basis of interindividual differences and using such genetic information to predict the safety, toxicity, and/or efficacy of the drugs. This review will discuss several clinical relevant examples of pharmacogenomics use, especially genetic polymorphism, to influence the clinical outcome of cancer therapy.Â
Sindrom Stevens-Johnson Diduga akibat Siprofloksasin
Darmawan, Hari
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 6 (2014): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (374.271 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v41i6.1132
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang ditandai trias kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dan dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium, serta mata. Sindrom ini dapat bermanifestasi mulai dari gejala ringan hingga gejala berat yang dapat mengancam nyawa. Dilaporkan satu kasus SSJ diduga akibat siprofloksasin pada laki-laki usia 48 tahun. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi pernapasan dalam batas normal namun terdapat demam (suhu 38oC), vesikel dan bula berdinding kendur pada regio femur dan lumbal yang mengalami erosi dan ekskoriasi, krusta kehitaman pada regio labialis dan genital, serta dry eye. Tes Nikolsky positif. SCORTEN pada kasus ini 1. Luas daerah yang terlibat 6 %.Stevens-Johnson syndrome (SJS) is a group of clinical symptoms of mucocutaneous eruption, characterized by triad signs: erythema, vesicle/bullae, and can be followed with purpura which affects skin, orificial mucous membrane and eyes. This syndrome consists of various symptoms from low-risk to life-threatening. We report a case of SJS in a 48-years old male, suspected to be induced by ciprofloxacin. The blood pressure, arterial pulse, and respiratory rate were normal but there was fever (38oC); vesicle and bullae with flaccid wall were found in femoral and lumbal regions and already had been eroded and excoriated, and with dark crusts in labial and genital regions. Nikolsky’s sign was positive. SCORTEN in this case was 1. The body surface area involved was 6%.Â
Trombositopenia dan Berbagai Penyebabnya
Sianipar, Nicholas Benedictus
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 6 (2014): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (429.358 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v41i6.1128
Jumlah trombosit darah normal dalam populasi umum adalah 150.000-450.000/μL; 5% populasi normal akan memiliki hitung trombosit di luar rentang nilai normal. Anamnesis dan pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan darah rutin/lengkap, dan penilaian ulang apusan darah tepi merupakan komponen penting dalam evaluasi awal pasien trombositopenia. Tinjauan pustaka ini membahas beberapa diagnosis diferensial penyebab trombositopenia. Pemberian transfusi trombosit pada trombositopenia harus dipertimbangkan dengan matang.Normal platelet count in general population is 150.000-450.000/μL; 5% of normal population will have a platelet count outside the normal range. Anamnesis and physical examination, complete blood count, and reassessment of peripheral blood smear are important components in the initial evaluation of thrombocytopenia. Differential diagnoses of thrombocytopenia are discussed. Platelet transfusion in thrombocytopenia should be considered carefully.
Mengenali Depresi pada Usia Lanjut Penggunaan Geriatric Depression Scale (GDS) untuk Menunjang Diagnosis
Njoto, Edwin Nugroho
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 6 (2014): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (115.529 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v41i6.1133
Gejala depresi pada usia lanjut sering bertumpangtindih dengan gejala somatiknya dan sering tidak terdiagnosis dengan baik; keluarga pasien maupun dokter acapkali tidak mewaspadai kondisi ini. Dokter umum sebagai lini terdepan pelayanan medis harus mampu mengenali gejala depresi pada lanjut usia. Geriatric Depression Scale dapat digunakan untuk mempermudah pengenalan gejala depresi pada usia lanjut terutama pada penderita dengan fungsi kognitif yang masih intak.Depression in elderly is difficult to diagnose because the symptoms are atypical; patient, patient's family, and physicians are rarely aware of the symptoms. The symptoms are usually overlap with somatic symptoms and often underdiagnosed. General practitioner as first line in medical service should be able to recognize depression in elderly person. Geriatric Depression Scale can be used to screen depression in senior person, especially those with intact cognitive function.Â
Konfirmasi Apusan Darah Tepi untuk Pseudotrombositopenia
Kurniawan, Liong Boy
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 6 (2014): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (327.663 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v41i6.1129
Pseudotrombositopenia merupakan keadaan yang ditandai dengan hitung trombosit rendah palsu jika dikuantifikasi dengan alat hematologi automatis, tanpa gejala dan tanda perdarahan. Pseudotrombositopenia biasanya disebabkan aglutinasi trombosit in vitro. Aglutinasi ini terjadi karena aktivasi kompleks glikoprotein alfa IIb/beta IIIa pada membran trombosit yang diinduksi EDTA yang berikatan dengan autoantibodi sirkulasi. Pada kasus trombositopenia tanpa gejala dan tanda perdarahan, perlu dikonfirmasi melalui apusan darah tepi.Pseudothrombocytopenia is a condition characterized by falsely low platelet count quantified by hematology analyzer, without any sign and symptom of bleeding. Pseudothrombocytopenia is often related in vitro platelets agglutination. Agglutination occurs due to activation of glycoprotein alpha IIb/ beta IIIa at platelets membrane induced by EDTA bound with circulating antibody. In thrombocytopenia cases without sign and symptom of bleeding, peripheral blood smear is needed to confirm pseudothrombocytopenia.
Konfirmasi Apusan Darah Tepi untuk Pseudotrombositopenia
Liong Boy Kurniawan
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 6 (2014): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.55175/cdk.v41i6.1129
Pseudotrombositopenia merupakan keadaan yang ditandai dengan hitung trombosit rendah palsu jika dikuantifikasi dengan alat hematologi automatis, tanpa gejala dan tanda perdarahan. Pseudotrombositopenia biasanya disebabkan aglutinasi trombosit in vitro. Aglutinasi ini terjadi karena aktivasi kompleks glikoprotein alfa IIb/beta IIIa pada membran trombosit yang diinduksi EDTA yang berikatan dengan autoantibodi sirkulasi. Pada kasus trombositopenia tanpa gejala dan tanda perdarahan, perlu dikonfirmasi melalui apusan darah tepi.Pseudothrombocytopenia is a condition characterized by falsely low platelet count quantified by hematology analyzer, without any sign and symptom of bleeding. Pseudothrombocytopenia is often related in vitro platelets agglutination. Agglutination occurs due to activation of glycoprotein alpha IIb/ beta IIIa at platelets membrane induced by EDTA bound with circulating antibody. In thrombocytopenia cases without sign and symptom of bleeding, peripheral blood smear is needed to confirm pseudothrombocytopenia.
Sklerosis Multipel
Riwanti Estiasari
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 6 (2014): Bedah
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.55175/cdk.v41i6.1130
Sklerosis Multipel (MS) adalah penyakit autoimun yang terutama menyerang perempuan usia muda, tergolong penyakit langka di Indonesia. Meskipun demikian, penyakit ini dapat mengakibatkan kecacatan dan menurunkan kualitas hidup. Penegakan diagnosis yang akurat sangat diperlukan agar pasien MS bisa mendapatkan pengobatan yang adekuat sedini mungkin. Tata laksana pasien MS perlu memperhatikan tipe MS dan gejala yang menyertai.Multiple sclerosis (MS) is an autoimmune disease that mostly affected young women; this disease is rare in Indonesia. Nevertheless, MS can result in severe disability and decreased quality of life. Accurate diagnosis is needed as early as possible to initiate proper treatment. In MS management it is important to classify the disease and also treat the accompanying symptoms.