cover
Contact Name
Yunardi Kristian Zega
Contact Email
yunardikzega@sttrealbatam.ac.id
Phone
+6281213076611
Journal Mail Official
yunardikzega@sttrealbatam.ac.id
Editorial Address
Gedung House of Glory Lt.3-4, Jl. Ahmad Yani, Eden Park; Kel. Taman Baloi, Kec. Batam Kota, Kotamadaya Batam, Kepulauan Riau.
Location
Kota batam,
Kepulauan riau
INDONESIA
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika
ISSN : 26853515     EISSN : 26853485     DOI : -
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan pelayanan Kristiani dengan ciri Pentakostal-Kharismatika, dengan nomor ISSN: 2685-3485 (online), ISSN: 2685-3515 (print), dikelola dan diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi REAL, Batam, Kepulauan Riau. Focus dan Scope penelitian DIEGESIS adalah: Teologi Biblikal (Perjanjian Lama dan Baru); Teologi Sistematika; Teologi Pastoral; Misiologi; Isu-isu Pentakostal-Kharismatika. DIEGESIS menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi yang ahli di bidangnya, dari semua institusi teologi yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1: Juni 2023" : 5 Documents clear
GERONTEOLOGI PANTEKOSTA: Manusia Lanjut Usia sebagai Subjek Diakonia Sosial Elia Tambunan
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 6, No 1: Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v6i1.385

Abstract

Indisputable, by remembering Pantecost, the association formed in the minds of academics is the doctrinal "drama" of the church that is infatuated with the strange manifestations of the Holy Spirit. Not many have considered that there is an academic reason to say, in the capacity possessed by Pentecostals according to their respective zones, they contribute socially to local communities. This paper answers how to humanize humans. With qualitative research by reading Pentecostal literature as a primary source, and interviewing many pastors, it is clear that the empirical data is true that there is Pantecostal gerontheology. Until now, these people are struggling to make adults the subject of social diakonia. Pantecostals represents the church's social responsibility to humans which is rightly seen as one of the social ways the church is present in the public arena so that they live a more dignified life.Keywords: Social Diakonia; Gerontheology; Elders; Pantecost. AbstrakSulit untuk dibantah, dengan hanya mengingat Pantekosta, maka asosiasi yang terbentuk di nalar akademisi ialah “drama” doktrinal gereja yang tergila-gila dengan manifestasi Roh Kudus yang ganjil. Tak banyak yang memperhatikan ada alasan akademis untuk mengatakan, dalam kapasitas yang dimiliki oleh kaum Pantekosta sesuai dengan zona masing-masing, mereka berkontribusi sosial kepada masyarakat lokal. Tulisan ini menjawab bagaimana memanusiakan manusia usia lanjut? Dengan penelitian kualitatif lewat membaca literatur Pantekosta sebagai sumber primer, dan mewancarai sejumlah pendeta terlihat data empiris benar ada geronteologi Pantekosta. Hingga sekarang, kaum ini terus bergulat untuk menjadikan orang dewasa sebagai subjek diakonia sosial. Pantekosta merepresentasikan tanggung jawab sosial gereja kepada manusia yang tepat dilihat sebagai salah satu cara sosial menggereja hadir di arena publik agar mereka hidup lebih bermartabat.Kata kunci: Diakonia Sosial; Geronteologi; Manula; Pantekosta.
Keterikatan Pengambilan Keputusan, Konsistensi Sifat-Sifat Bijak dan Evaluasi Karakter dalam Pembentukan Integritas (Paralelisme Amsal 28:6; 19:1) Farel Yosua Sualang
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 6, No 1: Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v6i1.378

Abstract

The groups of Proverbs 10-29 present a topical discussion, such as wealth, poverty, honesty, diligence, gentleness, etc. Proverbs 28:6; 19:1 speaks of the integrity of wise men who do not prioritize wealth. The problem is that interpreters limit the emphasis to elements essential to the formation of integrity in the assemblies of Proverbs 10-29, such as decision-making and character habituation. However, using a qualitative study of the sub-interpretive design of wisdom literature (especially considering the structure of parallelism, figurative language style), this article finds that there is an attachment between decision making, consistency in the nature of wisdom and character evaluation in the formation of integrity in a wise person. The attachment of these three elements is due to the existence of the wording pattern of item-evaluation and the character of the evaluation of parallelism Proverbs 28:6; 19:1.Keywords: Integrity; Parallelism; Book of Proverbs AbstrakKumpulan-kumpulan Amsal 10-29 menyuguhkan suatu pembahasan secara topikal, misalnya mengenai kekayaan, kemiskinan, kejujuran, ketekunan, kelemahlembutan, dll. Tidak terkecuali mengenai topik integritas, Amsal 28:6;19:1 membahas mengenai integritas dari orang bijak yang tidak mengutamakan harta kekayaan. Permasalahannya, para penafsir hanya membatasi penekanan elemem-elemen penting dalam pembentukan integritas dalam kumpulan-kumpulan Amsal 10-29, misalnya pengambilan keputusan dan pembiasaan karakter. Akan tetapi, dengan menggunakan kajian kualitatif sub interpretative design sastra hikmat (khususnya memperhatikan struktur paralelisme, gaya bahasa kiasan), artikel ini menemukan bahwa adanya keterikatan antara pengambilan keputusan, konsistensi pada sifat-sifat hikmat dan evaluasi karakter dalam pembentukan integritas pada seseorang yang bijak. Keterikatan ketiga elemen ini disebabkan oleh adanya pola perkataan item-evaluasi dan karakter evaluasi terhadap paralelisme Amsal 28:6; 19:1.Kata Kunci: Integritas; Paralelisme; Kitab Amsal.
Memaknai “Kehendak-Mulah Yang Jadi” Berdasarkan Lukas 22:42 dan Aplikasinya bagi Peningkatan Iman Anggota Gereja Toraja Monika Jerry D. Londongna; Stephani Intan M. Siallagan; Deflit Dujerslaim Lilo
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 6, No 1: Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v6i1.243

Abstract

The aim of this study is to find out the meaning of "Thy will be done" according to the Bible in Luke 22:42, to find the right application for the lives of Toraja Church members of the Gloria Buttutanga, Buakayu Klasis. The authors begin with an overview and background of Luke 22:42, as well as an analysis of the text and then describes the understanding of church members Gloria Church about "Thy will be done" and the practices of life that members of the Gloria Church should have based on the meaning of "Thy will be done" from Luke 22:42. The qualitative research methods used in this research are literature review and a field study. For literature studies, the researcher also used the hermeneutic method, while field studies are carried out by observation and interview.  First, the phrase "Thy will be done" in Luke 22:42 can be interpreted as a form of total surrender and perfect obedience from Jesus. Second, members of the Toraja Church congregation in Gloria Buttutanga who are still weak in faith due to the suffering of life experienced should surrender themselves to God in totality and continue to live in obedience despite the suffering of life.Keywords: God's will; obedience; faith; the suffering of life.AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna “Kehendak-Mulah Yang Jadi” menurut Alkitab dalam Lukas 22:42 untuk menemukan penerapan yang tepat bagi kehidupan anggota Gereja Toraja Jemaat Gloria Buttutanga, Klasis Buakayu. Penulis memulai dengan gambaran umum dan latar belakang Lukas 22:42, serta analisis teks dan selanjutnya memaparkan pemahaman anggota jemaat Gloria Buttutanga Klasis Buakayu tentang “kehendak-Mulah yang jadi” dan praktek kehidupan yang harus dimiliki oleh anggota Jemaat Gloria berdasarkan makna “kehendak-Mulah yang jadi” dari Lukas 22:42. Metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam peneltian ini adalah studi pustaka dan studi lapangan. Untuk studi pustaka, penulis gunakan juga metode hermeneutik sedangkan studi lapangan dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Temuan penelitian ini yaitu: pertama, frasa “Kehendak-Mulah Yang Jadi” di dalam Lukas 22:42 dapat dimaknai sebagai bentuk penyerahan diri total dan ketaatan yang sempurna dari Yesus. Kedua, anggota jemaat Gereja Toraja di Gloria Buttutanga yang masih lemah imannya karena penderitaan hidup yang dialami, seyogianya menyerahkan diri kepada Tuhan secara totalitas dan tetap hidup dalam ketaatan meski berada dalam penderitaan hidup.Kata kunci: kehendak Allah; ketaatan; iman; penderitaan hidup
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH: Diajukan Sebagai Model Kajian Alkitab dalam Ibadah Keluarga Fredrik Warwer
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 6, No 1: Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v6i1.384

Abstract

Problem-based learning can improve conceptual understanding and constructive thinking. This research aims to develop a problem-based learning model design and an ideal family or cell group worship design. Family worship or cell group worship is a worship that is carried out regularly once a week. This research was conducted at the Smirna GKII Sentani Papua Congregation, qualitative, data collection was carried out through observation and review of articles. The problem-based learning model developed consists of six stages, namely determining the problem; problem analysis; information retrieval; synthesis of knowledge; conclusion and evaluation of the problem-solving process; as well as evaluation of activities. The worship design developed includes leading praise and opening prayers (initial activities), prayers, preaching God's Word, devotionals (core activities), intercessory prayers and offerings, concluding (final activities). The problem-based learning model is carried out on the core activities and the problems discussed are raised from the bible passages read. During the process of core activities, church members play an active role in discussions, expressing opinions, explore Bible passages related to the problems discussed, providing solutions to problems appropriately based on Bible verses. This model is expected to be used as an alternative model in the implementation of family worship or cell groups, because it can empower congregation members.Keywords: Problem Based Learning Model; Smirna GKII Sentani Chruch; Worship; JonahAbstrakPembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman konseptual dan pemikiran konstruktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan desain model pembelajaran berbasis masalah dan desain ibadah keluarga atau kelompok sel yang ideal. Ibadah keluarga atau kelompok sel dimaksud merupakan ibadah yang dilakukan secara rutin satu kali dalam seminggu. Penelitian ini dilakukan di Jemaat Smirna GKII Sentani Papua, bersifat kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan review artikel. Model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan terdiri dari enam tahap, yaitu menentukan masalah; analisis masalah; penelusuran informasi; sintesis pengetahuan; kesimpulan dan evaluasi proses pemecahan masalah; serta evaluasi kegiatan. Desain ibadah yang dikembangkan meliputi memimpin pujian dan doa pembukaan (kegiatan awal), doa, pemberitaan Firman Tuhan, renungan (kegiatan inti), doa syafaat dan persembahan, penutup (kegiatan akhir). Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan pada kegiatan inti dan masalah yang dibahas diangkat dari bagian Alkitab yang dibaca. Selama proses kegiatan inti berlangsung, anggota jemaat berperan aktif dalam diskusi, mengemukakan pendapat, melakukan penelusuran bagian alkitab yang terkait dengan masalah yang dibahas, memberikan solusi terhadap masalah dengan tepat berdasarkan ayat Alkitab. Model ini diharapkan dapat dijadikan alternatif model dalam pelaksanaan ibadah keluarga atau kelompok sel, karena dapat memberdayakan anggota jemaat.Kata kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah; Jemaat Smirna GKII Sentani; Ibadah; Yunus
Konsep Manusia Theosis sesuai Injil, Menurut Matius 13:45-46 Analisis Perumpamaan Yesus Yolin ilo; Hendi Wijaya
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 6, No 1: Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v6i1.192

Abstract

This article is the result of research on an effort to seize a valuable opportunity according to the Gospel of Matthew 13:45-46 to become similar to Christ in eternity (Kingdom of Heaven). The method used is the exegesis method. The results show that the effort or ability to choose the most valuable opportunity is the key to uniting oneself with God in eternity. Everyone who is aware of the precious opportunity that is given, will completely surrender himself to God, and try to discipline himself through obedience in becoming a disciple of Christ and choosing to live with Christ. In the end, the effort to choose the most valuable opportunity, makes everyone live in obedience that unites with Christ.Keywords: effort; respond to opportunities; surrender to Christ; become a disciple of Jesus.AbstrakArtikel ini merupakan hasil penelitian tentang sebuah usaha meraih kesempatan yang berharga menurut Injil Matius 13:45-46 untuk menjadi serupa dengan Kristus dalam kekekalan (Kerajaan Sorga). Metode yang digunakan adalah metode eksegesis. Hasilnya menunjukkan bahwa usaha atau kemampuan memilih kesempatan yang paling berharga adalah kunci menuju pada penyatuan diri dengan Allah dalam kekekalan. Setiap orang yang sadar akan kesempatan berharga yang diberikan, maka akan sepenuhnya menyerahkan diri kepada Allah, serta berusaha mendisiplinkan diri melalui ketaatan dalam menjadi murid Kristus dan memilih hidup bersama dengan Kristus. Pada akhirnya usaha memilih kesempatan yang paling berharga tersebut, menjadikan setiap orang hidup dalam ketaatan yang menyatu dengan Kristus.Kata kunci: usaha; meresponi kesempatan; menyerahkan diri pada Kristus; menjadi murid Yesus.

Page 1 of 1 | Total Record : 5