cover
Contact Name
Muhammad Khoirul Anwar
Contact Email
khoirulanwar@ptiq.ac.id
Phone
+6289637778370
Journal Mail Official
Khoirulanwar@ptiq.ac.id
Editorial Address
Jl. Batan No 5, Lebak Bulus, Cilandak Jakarta Selatan
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Al-Dhikra
Published by Institut PTIQ Jakarta
ISSN : 25032232     EISSN : 2807257X     DOI : https://doi.org/10.57217
Al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadis was first published by the Faculty of Ushuluddin of Institut PTIQ Jakarta in April 2016 and published twice within one year i.e April and October. So, it accepts submissions of manuscripts from any issues related to quranic and hadith studies. Editors accept articles that have never been published in other media. The paper should be written with 6000-10.000 characters. The editor has the right to appraise the articles appropriateness both in terms of content, information and writing style. For those whose the article is publised will be given a reward in accordance to the working regulations.
Articles 52 Documents
KRITIK TAFSIR HAMAYÂN AL-ZÂD ILÂ DÂR AL-MA’ÂD Kajian Tafsir Teologis Subsekte Khawarij Al-Ibadiyyah Nurbaiti
al Dhikra | Jurnal Studi Qur'an dan Hadis Vol. 3 No. 1 (2021): Jurnal al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadis
Publisher : Ushuluddin Faculty, PTIQ Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.965 KB) | DOI: 10.57217/aldhikra.v3i1.755

Abstract

Tulisan ini bertujuan menjelaskan bagaimana munculnya aliran Khawarij serta menjelaskan beragam macam sekte aliran di dalam Khawarij. Adapun yang menjadi fokus pada kajian ini adalah sekte Al-Ibadiyyah yang merupakan salah satu aliran Khawarij. Kajian ini hanya menganalisis beberapa tema tertentu dalam kitab tafsir Hamayan al-Zad Ila Dar al-Ma’ad yang penulisnya merupakan seorang Khawarij dari sekte Al-Ibadiyyah, seperti hakikat iman, syafa'at, ru’yatullah, perbuatan hamba, pelaku dosa dan pengampunan dosa. Riset ini menggunakan teori mazhab tafsir yang dipopulerkan oleh Ignaz Goldziher terkait munculnya sektarian dalam tafsir Al-Qur’an yang disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Kajian ini menghasilkan bahwa kitab Tafsir Hamayan al-Zad Ila Dar al-Ma’ad dari aliran Al-Ibadiyah terkadang menggunakan pandangan aliran lain dalam menafsirkan suatu ayat, seperti aliran al-Mu’tzailah dan Al-Asy’ariyah. Dalam menukil, ditemukan bahwa mufasir terkadang sependapat dengan pandangan aliran lain dan terkadang berbeda pendapat dengan Khawarij. Riset ini sekaligus membuktikan bahwa mufasir tidak terkekang dalam mazhab tafsirnya sebagai faktor ekstern yang bisa berpengaruh pada muara tafsir yang dihasilkan. Sehingga riset ini membenarkan pendapat para ulama yang melihat sekte ini sebagai aliran yang cukup moderat, meskipun terdapat beberapa catatan pemikiran yang dikritik tajam atau tidak disepakati. Namun dalam temuan penulis Tafsir Hamayan al-Zad Ila Dar al-Ma’ad tidak murni keseluruhan isinya membela kepentingan mazhab dan aliran al-Ibadiyyah.
????? ????????? ???????? ?? ???? ????? Tubagus Hasan Basri
al Dhikra | Jurnal Studi Qur'an dan Hadis Vol. 3 No. 1 (2021): Jurnal al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadis
Publisher : Ushuluddin Faculty, PTIQ Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.489 KB) | DOI: 10.57217/aldhikra.v3i1.756

Abstract

Tulisan ini bertujuan mengungkap makna konotatif yang terkandung dalam gaya bahasa tanya(interrogative) yang ada dalam surat Al-Mulk. Kajian istifham ini di satu sisi memiliki perananpenting sebagaimana peranannya dalam ilmu nawhu sebagai susunan kalimat yang digunakanuntuk menggali pemahaman dan informasi (ilmu). Fokus pembahasan yang diangkat dalam tulisanini setidaknya ada 3 hal yaitu: pertama, membahas tentang ada>t al-istifha>m yang terdapat dalamsurat Al-Mulk. Kedua, mengungkap arti konotatif dari gaya bahasa tanya yang digunakan. Danketiga, menjelaskan tujuan yang terkandung dari penggunaan makna konotatif tersebut. Adapunmetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif denganmenggunakan pendekatan studi pustaka, dan analasis data dalam penelitian ini menggunakanteknik analisis isi. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa dalam surat Al-Mulk terdapat limajenis adat al-istifham, dari kelima adat al-istifham tersebut semuanya mengandung maknakonotatif (majazi) dengan tujuan yang berbeda-beda di antaranya bertujuan untuk mengingkari,mencela, menafikan (meniadakan), mengancam, berjanji, menetapkan suatu hukum dan menakutnakuti.
AL-QUR’AN DITINJAU DARI PERSPEKTIF ANGKA M. Wiyono
al Dhikra | Jurnal Studi Qur'an dan Hadis Vol. 3 No. 1 (2021): Jurnal al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadis
Publisher : Ushuluddin Faculty, PTIQ Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.994 KB) | DOI: 10.57217/aldhikra.v3i1.757

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menganalisa kemukjizatan Al-Qur’an dalam segi pengulangan kata atauyang kemudian disebut sebagai i’jaz al-raqmi atau i’jaz ‘adadi pada angka 7, 19, dan 11.Kemukjizatan jenis ini menjadi pelengkap seiring berkembangnya disiplin tema ‘ulum Al-Quran.Temuan mereka terhadap kemukjizatan ini sekaligus melengkapi temuan yang sudah ada sepertikemukjizatan ‘ilmi, al-gaibi, dan al-tasyr?’i. Kemukjizatan Al-Qur’an dalam perspektif angkatergolong baru dan masih belum mempunyai metodologi baku, meski upaya ini sudah dilakukan olehbeberapa tokoh sebelumnya. Riset ini menggunakan metode analisis kritis terhadap karya yangmenulis tentang i’jaz ‘adadi, seperti As-Saqafi dan Khalifah Marwan, Rasad Khalifah, Abdul RazaqNaufal, Abd. Daim al-Kahil dan lain-lain. Riset ini berkesimpulan bahwa dalam prespektif i’j?z‘adadi, angka-angka yang menjadi fokus riset ini memiliki diksi yang serasi ditinjau dari konteksayat secara mush}afi, hanya saja untuk telaah lebih jauh masih perlu dikembangkan untuk menjadisempurna lagi sehingga berdiri sebuah metodologi baru dalam memahami kandungan isi Al-Qur’an.
KONTRADIKSI AYAT DALAM AL-QUR’AN (Studi Kritis atas Analysist Methodological Compromise ala Ibnu ‘Ashur ) Abdul Kholiq
al Dhikra | Jurnal Studi Qur'an dan Hadis Vol. 3 No. 1 (2021): Jurnal al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadis
Publisher : Ushuluddin Faculty, PTIQ Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.728 KB) | DOI: 10.57217/aldhikra.v3i1.758

Abstract

Tulisan ini mengkaji ayat-ayat yang sekilas dan secara tekstual diduga salingbertentangan atau terkesan indikasi adanya kontradiktif. Terlepas dari berbagaiargumentasi yang menafikan adanya kontradiktif di dalam Al-Qur’an, secara riilapabila berbicara ujaran atau redaksinya tidak dapat berpaling dari ayat atau surahyang mengindikasikan, atau mengesankan adanya kontradiktif di dalamnya. Terutamasekali terhadap permasalahan-permasalahan yang secara tersurat telah teridentifikasioleh Ibnu ‘Ashur (1393 H./1973 M.) di beberapa ayat antar ayat atau surah antarsurah. Riset ini melihat tema-tema yang sering dianggap bertentangan antara satuayat dengan ayat yang lain seperti agama, safaat di akhirat, ahlak (sikap orang yangdizalimi), kadar takwa kepada Allah swt., pertanggungjawaban perbuatan dosa ketikahidup, dan lama waktu tempuh malaikat ketika menghadap Allah. Riset iniberkesimpulam bahwa Menurut Ibnu ‘Asyur ayat-ayat kontradiktif dengan jalankeluar atau solusi (problem solving) atas kesan-kesan bertentangan dandiselesaikannya dengan menggunakan analisis metode kompromi. Riset ini sepakatbahwa tuduhan adanya pertentangan dalam ayat-ayat Al-Qur’an muncul darikalangan pemula dalam mempelajari Al-Qur’an dan tafsirnya ketika inginmenyingkap understanding and meaning-nya, baik dari kalangan Islam itu sendiriataupun dari luar Islam seperti Orientalis.
GENEALOGI HADITS GADIR KHUM: Analisis Klaim Supremasi Ali Bin Abi Thalib Abd Aziz dan Fatkhul Mubin
al Dhikra | Jurnal Studi Qur'an dan Hadis Vol. 3 No. 1 (2021): Jurnal al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadis
Publisher : Ushuluddin Faculty, PTIQ Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.124 KB) | DOI: 10.57217/aldhikra.v3i1.759

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis terkait sejumlah sumber hadits dari kalangan Ahlus Sunnah dan Syiah atas supremasi Ali bin Abi Thalib. Sebab terdapat perbedaan adanya redaksi Gadir Khum antara yang muncul dari sumber-sumber Syiah dan Sunni. Metodologi yang digunakan dalam tulisan ini adalah studi kepustakaan yang diurai secara deskriptif analitis kritis dengan menelaah sumbersumber hadits yang menjadi obyek kajian ini. Tulisan ini membuktikan bahwa keberadaan nabi Muhammad Saw di Gad?r Khum, tidak dalam rencana pelantikan Ali, tetapi dalam rangka memberikan arahan untuk bersikap saling mencintai dan tidak menumbuhkan rasa kebencian. Yang dilakukan beliau sebagai salah satu upaya untuk membersihkan nama baik Ali atas klaim-klaim ketidaksukaan sejumlah pihak kepadanya. Secara rentang waktu Gadir Khum ini terjadi tidak lebih dari tujuh puluh hari dari wafatnya Nabi Muhammad, sehingga kalau klaim kelompok Syiah itu benar pasti para sahabat yang menyaksikan peristiwa itu tidak bisa menolak wasiat Nabi untuk menjadikan Ali sebagai pemimpin. Maka tulisan ini sepakat dengan metode kompromi untuk menelaah sumber-sumber yang digunakan oleh kelompok Syiah atas klaim kasus ini.
KONSEP JIHAD DALAM AL-QUR’AN (Telaah Penafsiran Surah Al-Hajj Ayat 78 Dalam Tafsir Al-Misbah) Mochammad Rizal Fanani
al Dhikra | Jurnal Studi Qur'an dan Hadis Vol. 3 No. 1 (2021): Jurnal al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadis
Publisher : Ushuluddin Faculty, PTIQ Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.221 KB) | DOI: 10.57217/aldhikra.v3i1.760

Abstract

Riset ini bertujuan untuk melakukan elaborasi terhadap makna kata jihad dalam Tafsir AlMisbah karya M. Quraish Shihab dengan mengambil kajian mendalam terhadap pemaknaansurah al-Hajj ayat 78. Riset ini berangkat dari adanya tren pemaknaan atas kata jihad yangsering dimaknai secara sempit oleh sebagian orang terutama bagi golongan yang memilikipemahaman radikal yang sering memaknai jihad hanya sebatas perang dengan mengangkatsenjata. Padahal, jihad tidak selalu identik dengan perang dan mengangkat senjata. Riset inimendukung pendapat Chirzin bahwa jihad yang dipahami hanya dalam konteks mengangkatsenjata untuk melawan musuh-musuh Islam sangat kontra produktif dengan realitas umatIslam di Indonesia. Riset ini dilakukan dengan menggunakan analisis teks terhadap Tafsir AlMisbah serta karya-karya lain yang mendukung. Riset ini berkesimpulan bahwa M. QurasihShihab ketika menafsirkan surah al-Hajj ayat 78 dalam kitab al-Mishbah tidak hanyamemaknai jihad pada arti kekerasan dan peperangan, tetapi juga jihad nafi dan jihad dengankalimat-kalimat yang bisa menyentuh kalbu
Motif-Motif Perilaku Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian atas Kasus Fisiologis dan Spiritual) Afrizal El Adzim Syahputra dan Yahya Zahid Ismail
al Dhikra | Jurnal Studi Qur'an dan Hadis Vol. 3 No. 1 (2021): Jurnal al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadis
Publisher : Ushuluddin Faculty, PTIQ Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.408 KB) | DOI: 10.57217/aldhikra.v3i1.761

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap pembicaraan Al-Qur’an tekrait dengan aspek psikologis manusia sebagai pengetahuan yang meliputi berbagai motif perilakunya. Artikel ini berkesimpulan bahwa dalam Al-Qur’an membicarakan dua macam motif perilaku manusia; motif fisiologis dan motif mental spiritual. Motif fisiologis adalah motif yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologis manusia. Sedangkan motif mental spiritual adalah motif yang berhubungan dengan kebutuhan psikologis dan spiritual manusia. Motif fisiologis dibagi menjadi dua bagian; motif menjadi diri dan motif menjaga kelangsungan keturunan. Sedangkan motif mental spiritual dibagi menjadi empat bagian; motif kepemilikan, motif persaingan, motif permusuhan dan motif beragama. Penellitian ini mengggunakan metode tematik berbasis kepustakaan dengan cara menelusuri ayat-ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang berbagai motif perilaku manusia berdasarkan temuan ilmu psikologi. Penulis juga menghubungkan penafsiran ayat-ayat tersebut dengan pendapat para mufasir klasik dan kontemporer. Artikel ini sependapat dengan temuan Arifin yang melihat bahwa Al-Qur’an jauh lebih dahulu berbicara soal pengetahuan psikologis dibanding ketika ilmu tersebut baru pertama kali ditemukan.
ASYHUR AL-HURUM MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF ANTARA MUTAWALLI AL-SYA’RAWI DAN SAYYID QUTHB) DAN RELEVANSINYA SAAT INI Sayyida
al Dhikra | Jurnal Studi Qur'an dan Hadis Vol. 2 No. 1 (2020): al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadits
Publisher : Ushuluddin Faculty, PTIQ Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.279 KB) | DOI: 10.57217/aldhikra.v2i1.769

Abstract

Penelitian ini bermaksud meneliti bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap Asyhur Al-H{urum melalui penafsiran kedua ulama dengan mengambil dua perbandingan kitab tafsir yaitu tafsir Mutawalli Al-Sya’rawi karya Mutawalli Al-Sya’rawi, dan Tafsir Sayyid Quthb Penelitian ini bertujuan memberikan penjelaskan bagaimanakah penafsiran kedua ulama terhadap Asyhur Al-H{urum serta menjelaskan bagaimana relevansinya saat ini. Penelitian ini termasuk dalam penelitian pustaka yang mengkaji penafsiran kedua ulama tentang Asyhur Al-H{urum. Penelitian ini bersifat deskriptif- analisis, serta mengeksplorasi secara mendalam terhadap panafsiran dua surat diantaranya QS. Al-Baqarah ayat 216 dan 217. Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa dari dua kitab tafsir yang penulis teliti yaitu tafsir Mutawalli Al-Sya’rawi karya Mutawalli Al-Sya’rawi, dan Tafsir Sayyid Quthb penulis menemukan pandangan al Quran terhadap Asyhur Al-H{urum berdasarkan penafsiran kedua ulama tersebut terhadap surah Al- Baqarah Ayat 216 dan 217. Mereka semua menafsirkan bahwa larangan perang di bulan h}urum dan larangan melakukan pembunuhan sangat relevan saat ini. Hal tersebut berkaitan dengan keamanan proses perjalanan calon jemaah haji dan saat-saat ketika melakukan ibadah haji.
AL-QUR’AN DAN RESOLUSI KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA Hasiolan Nasution
al Dhikra | Jurnal Studi Qur'an dan Hadis Vol. 2 No. 1 (2020): al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadits
Publisher : Ushuluddin Faculty, PTIQ Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.439 KB) | DOI: 10.57217/aldhikra.v2i1.770

Abstract

Artikel ini mengungkap tawaran Al-Qur’an dalam merespon konflik antara kelompok manusia dengan menjadikan kasus konflik di Indonesia sebagai titik berangkat. Semua itu menggambarkan konflik akan selalu ada sepanjang perjalanan kehidupan manusia karena berbanding lurus dengan keinginan masing-masing individu, kelompok atau bangsa. Sebagai makhluk sosial maka akan selalu ada gesekan antar sesama yang tidak jarang karena satu hal dan lainnya menimbulkan konflik. Al-Qur’an sebagai kitab suci yang memiliki jargon s}a>lih li kulli zam?n wa mak?n, menyimpun tawaran tersendiri untuk menjadi problem solving atas setiap konflik yang terjadi. Artikel ini menggunakan metode tafsir tematik-deskriptif sehingga dengan melihat ayat-ayat tentang konflik secara global bukan parsial. Artikel ini juga mendukung pendapat Lewis A. Coser (1913-2003 M) tentang struktural fungsional, yang melihat kehidupan manusia dari dua sisi, yaitu sisi konflik yang didukung oleh Ralf Dahrendorf 1929-2009 M. Sisi kedua, manusia cenderung dalam kondisi tentang, damai, dan tentram. Dari berbagai ayat yang penulis inventarisir, setidaknya ada beberapa tawaran Al-Qur’an yang dibahas dalam tulisan ini yaitu pertama: membangun dan membuka ruang untuk komunikasi. Kedua: menjalin persaudaraan. Ketiga: melakukan klarifikasi (tabayyun) dalam setiap masalah. Keempat: menahan diri dan menghargai pihak lain. Kelima: tidak memaksakan kehendak. Keenam: perang, jika tidak ada jalan lain dalam menyelesaikan masalah dan merupakan pilihan terakhir. Jika perang telah menjadi pilihan satu-satunya, maka perang yang dilakukan harus berlandaskan fi sabilillah, yakni dalam rangka membela diri, juga untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, dengan etika-etika perang yang wajib dipenuhi.
MEMAHAMI RELEVANSI AYAT JIZYAH DENGAN METODE TAFSIR KONTEKSTUAL ABDULLAH SAEED DAN MAQA> Wildan Imaduddin Muhammad
al Dhikra | Jurnal Studi Qur'an dan Hadis Vol. 2 No. 1 (2020): al-Dhikra: Jurnal Studi Quran dan Hadits
Publisher : Ushuluddin Faculty, PTIQ Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.461 KB) | DOI: 10.57217/aldhikra.v2i1.771

Abstract

Artikel ini mengungkap tafsir terhadap ayat Jizyah dalam Q.S Al-Taubah 29 yang seringkali dijadikan legitimasi memerangi kelompok yang dianggap tidak beriman, bagi kelompok radikal Islam. Hal ini dikarenakan belum ada upaya penafsiran yang relevan dan kontekstual untuk saat ini sehingga bila dibaca secara tekstual maka dapat dengan mudah disalahpahami. Artikel ini bertujuan untuk melakukan kontekstualisasi ayat jizyah dan melihat relevansinya dengan menggunakan metode tafsir kontekstual Abdullah Saeed. Dengan metode tafsir kontekstual, ditemukan bahwa ayat jizyah termasuk dalam nilai instruksional yang tergantung pada konteks. Sehingga dalam memahaminya perlu pengetahuan secara komprehensif tentang konteks, situasi dan kondisi secara spesifik dan tidak bisa serta merta dilihat sebagai ayat yang dapat diterapkan di segala waktu dan tempat. Kemudian dengan menggunakan metode maqasid al-syari’ah yang dikembangkan Jasser Auda, akan ditemukan hakikat nilai universal yang terkandung di dalam ayat jizyah. Artikel ini juga sekaligus melengkapi penafsiran terhadap ayat Jizyah yang belum dilakukan secara komperhensif relevansi ayat tersebut atas situasi politik dengan model nation state seperti sekarang. Para mufassir Al-Qur’an baik yang klasik seperti Al-Tabari dan al-Jashshash maupun yang kontemporer seperti al-Maraghi dan ‘Ali al-Sabuni mengulas ayat tersebut hanya dari sisi linguistik, historis dan hukum Islam dalam bingkai suasana politik masa lalu. Namun temuan penulis dengan menggunakan metode kontekstual Abdullah Saeed beserta konvergensi dengan Maqasid as-Syari’ah Jasser Auda, ayat Jizyah justru menawarkan pesan untuk berlaku adil secara sosial dan berbuat toleransi terhadap orang-orang yang bertentangan dengan nilai-nilai universal Al-Qur’an.