cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsp@unisba.ac.id
Phone
+6289691247094
Journal Mail Official
bcsp@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series: Pharmacy
ISSN : -     EISSN : 28282116     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsp.v2i2
Core Subject : Health, Science,
Bandung Conference Series: Pharmacy (BCSP) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Farmasi dengan ruang lingkup Airlock system Kanker, Alcohol, Antelmintik, Antigastritis drugs, Antioksidan, Artemia franciscana, Ascaris suum, Cacing babi (Ascaris suum Goeze), Contact Bioautography TLC, Daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers), Daun kelor (Moringa oleifera Lam), Diabetes mellitus, DPPH Flavonoid, Fenilpropanolamin, Fermentasi, Flavonoid, Flavonol,Iles-iles, Isolasi, Lichen, Malassezia furfur, Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), Obat antidiabetes (OAD) Propionibacterium acnes, Obat tradisional, Parkia Speciosa Antibakteri, Pektin, Propionibacterium Acnes, Pseudoefedrin, Saccharomyces Cerevisiae, Spektrofotometri uv sinar tampak, Staphylococcus epidermidis, uji aktivitas antibakteri, Uji sitotoksik, Usnea baileyi. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 83 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy" : 83 Documents clear
Potensi Ekstrak Daun Tin (Ficus carica L.) Sebagai Antibakteri Syavina Nur Zahira; Ratih Aryani; Budi Prabowo Soewondo
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8932

Abstract

Abstract: The most common infection in humans is a bacterial infection that can potentially cause severe disease, septic shock, and multiorgan dysfunction. Disease-causing bacteria include Escherichia coli and Staphylococcus aureus. Treatment of bacterial infections is done using antibiotics. However, the irrational use of antibiotics can lead to antibiotic resistance. Antibiotic resistance can lead to failure in treating various infectious diseases, so alternative treatments are needed from natural ingredients with antibacterial mechanisms. Fig leaf extract contains different secondary metabolites which can be used as antibacterials. This study aims to determine the antibacterial activity of fig leaf extract against E.coli and S.aureus bacteria and determine the compounds contained in fig leaf extract that have the potential as antibacterial agents. The method used in this study is the Systematic Literature Review (SLR) method from research journals that have been published. The results showed that fig leaf extract had better antibacterial activity in inhibiting gram-positive bacteria such as S.aureus. The best antibacterial activity of fig leaf extract was n-hexane extract because, at a concentration of 0.2%, it inhibited E.coli and S.aureus bacteria by 9 mm (medium) and 12 mm (strong), respectively. Fig leaf extract contains flavonoids, tannins, and terpenoids, which have an antibacterial mechanism. Abstrak: Infeksi yang paling umum terjadi pada manusia adalah infeksi bakteri yang berpotensi menyebabkan terjadinya infeksi berat, syok septik, dan disfungsi multiorgan. Bakteri penyebab penyakit diantaranya adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Pengobatan infeksi bakteri dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Namun, pengunaan antibiotik yang irasional dapat menimbulkan terjadinya resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik dapat mengakibatkan kegagalan dalam pengobatan berbagai jenis penyakit infeksi, sehingga diperlukan alternatif pengobatan yang bersumber dari bahan alam yang memiliki mekanisme sebagai antibakteri. Ekstrak daun tin memiliki berbagai kandungan metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun tin terhadap bakteri E.coli dan S.aureus, serta mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun tin yang berpotensi sebagai antibakteri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Systematic Literature Review (SLR) dari jurnal-jurnal penelitian yang telah dipublikasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun tin memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik dalam menghambat bakteri gram positif seperti S.aureus. Aktivitas antibakteri ekstrak daun tin terbaik adalah ekstrak n-heksan karena pada konsentrasi 0,2% dapat menghambat bakteri E.coli dan S.aureus berturut-turut sebesar 9 mm (sedang) dan 12 mm (kuat). Senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun tin adalah flavonoid, tanin, dan terpenoid yang memiliki mekanisme sebagai antibakteri.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis Deva Nissyarah Effendi; Kiki Mulkiya Yuliawati; Vinda Maharani Patricia
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract. Moringa plants (Moringa oleifera L.) have many benefits, one of which is found in the leaves. Moringa leaves (Moringa oleifera L.) contain secondary metabolite compounds in the form of flavonoids, alkaloids, saponins and tannins. In addition, Moringa leaves (Moringa oleifera L.) are thought to inhibit bacteria. This study aims to determine the antibacterial activity of Moringa leaves ethanol extract of Moringa leaves (Moringa oleifera L.). The extract was made by maceration using 96% ethanol as solvent. Antibacterial testing in this study used the wells diffusion method with concentrations of 2%, 4%, 6%, 8% and 10% b/v. The results showed that the inhibition zone of moringa leaf ethanol extract was 4% on Staphylococcus epidermidis bacteria by 8.2 mm . So It can be concluded that ethanolic extract of Moringa leaves had the potential to inhibit Staphylococcus epidermidis. Abstrak. Tanaman kelor (Moringa oleifera L.) memiliki banyak manfaat, salah satunya terdapat pada bagian daunnya. Daun kelor (Moringa oleifera L.) mengandung senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin. Selain itu, daun kelor (Moringa oleifera L.) diduga dapat menghambat bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.). Ekstrak dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian antibakteri pada penelitian ini menggunakan metode difusi sumuran dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% b/v. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona hambat ekstrak etanol daun kelor konsentrasi 4% terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 8,2 mm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kelor memiliki potensi untuk menghambat Staphylococcus epidermidis
UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ASETON DAUN SIRIH (Piper betle L.) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) Raihan Dzaky Ath Thaariq; Esti Rachmawati Sadiyah; Sri Peni Fitrianingsih
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8947

Abstract

Daun sirih (Piper betle L.) merupakan tumbuhan yang tersebar luas diseluruh Indonesia. Daun sirih (Piper betle L.) telah digunakan secara empiris dan telah terbukti memiliki berbagai macam aktivitas farmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui aktivitas sitotoksik dari ekstrak aseton daun sirih dengan metode BSLT. Hasil uji fitokimia pada ekstrak aseton daun sirih mengandung senyawa flavonoid, steroid, dan saponin yang berpotensi memiliki aktivitas sitotoksik. Kelompok uji penelitian ini yaitu ekstrak aseton daun sirih dengan konsentrasi 10 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, dan 1000 ppm. Kontrol negatif yang digunakan pada penelitian ini yaitu DMSO yang ditambahkan kedalam air laut. Parameter pengamatan uji aktivitas sitotoksik dengan metode BSLT yaitu kematian larva setelah pengujian selama 24 jam. Nilai LC50 dari hasil uji yaitu sebesar 30,7777 ppm, sehingga menunjukkan bahwa ekstrak aseton daun sirih memiliki aktivitas sitotoksik. Betel leaf (Piper betle L.) is a plant that is widespread throughout Indonesia. Betel leaf (Piper betle L.) has been used empirically and has been shown to have various pharmacological activities. This study aims to determine the cytotoxic activity of betel leaf acetone extract using the BSLT method. Phytochemical test results on betel leaf acetone extract contained flavonoids, steroids, and saponins which have the potential to have cytotoxic activity. The test group for this research was betel leaf acetone extract with concentrations of 10 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, and 1000 ppm. The negative control used in this study was DMSO added to seawater. The parameter observed for the cytotoxic activity test with the BSLT method was the death of the larvae after 24 hours of testing. The LC50 value of the test results was 30.7777 ppm, indicating that the acetone extract of betel leaf had cytotoxic activity.
STUDI LITERATUR IDENTIFIKASI SENYAWA VOLATIL YANG TERKANDUNG PADA PRODUK DAGING BABI Aldhiya Nurshafa Huwaida; Taufik Muhammad Fakih; Farendina Suarantika
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8952

Abstract

Each animal meat has a different aroma. The difference in aroma is influenced by the composition of volatile compounds contained therein. This study aims to provide information about volatile compounds that can be used to identify the presence of pork derivatives in pork products using volatile compounds. The stages of this research include; isolation of volatile compounds using Solid Phase Micro-Extraction (SPME) method, and identification of volatile compounds using gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS) method. Based on the research conducted, it was concluded that raw meat contains many rich compounds as precursors of volatile compounds. Amino acids, reducing sugars, fats, and thiamine are precursors of meat flavors that appear when meat is heat-treated. The average results of volatile compounds found in pork in this study were found to be more than in pork bones and pork oil. The volatile compounds obtained from pork, pork bone, and pork oil were 1824.2396%, 1.0303%, and 9.1457%, respectively. There were 198 volatile compounds from eight different classes separated and identified in the analyzed meat products including alcohols, esters, hydrocarbons, aldehydes, ketones, organic acids, sulfur and furans. : Setiap daging hewan memiliki aroma yang berbeda-beda. Perbedaan aroma tersebut dipengaruhi oleh komposisi senyawa volatil yang terkandung didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberi informasi tentang senyawa volatil yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya derivate babi pada produk daging babi dengan menggunakan senyawa volatilnya. Tahapan penelitian ini meliputi; isolasi senyawa volatil menggunakan metode Solid Phase Micro-Extraction (SPME), dan identifikasi senyawa volatil menggunakan metode gas chromatography-mass spectrometri (GC-MS). Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa daging mentah mengandung banyak senyawa yang kaya sebagai prekursor senyawa volatil. Asam amino, gula pereduksi, lemak, dan tiamin adalah prekursor rasa daging yang muncul saat daging diberi perlakuan pemanasan. Hasil rata-rata senyawa volatil yang ditemukan pada daging babi dalam penelitian ini ditemukan lebih banyak dibandingkan pada tulang babi dan minyak babi. Senyawa volatil yang diperoleh dari daging babi, tulang babi, dan minyak babi berturut-turut sebanyak 1824,2396%, 1,0303%, dan 9,1457%. Terdapat 198 senyawa volatil dari delapan golongan yang berbeda dipisahkan dan diidentifikasi dalam produk daging yang di analisis termasuk alkohol, ester, hidrokarbon, aldehid, keton, asam organik, sulfur dan furan.
Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Alternatif Bahan Utama Sediaan Farmasi Hasna Syakira Fauziah; Dina Mulyanti; Sani Ega Priani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) mempunyai kandungan senyawa kimia dengan aktivitas antibakteri yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan utama obat atau sediaan farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik simplisia dan ekstrak etanol daun jambu biji. Karakteristik simplisia meliputi penetapan parameter standar spesifik yaitu kadar sari larut etanol dan kadar sari larut air, kemudian penetapan parameter standar non spesifik meliputi penetapan kadar air, penetapan susut pengeringan, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut asam. Karakteristik ekstrak etanol daun jambu biji meliputi pengujian organoleptik. Penentuan kandungan senyawa kimia dalam simplisia dan ekstrak dilakukan dengan skrining fitokimia. Hasil memperlihatkan simplisia daun jambu biji dengan warna hijau tua dengan bau khas. Penetapan parameter standar simplisia menghasilkan kadar sari larut etanol sebesar 19,67% dan kadar sari larut air sebesar 18,62%. Kemudian kadar air dari simplisia adalah 6,4% dengan nilai susut pengeringan sebesar 9,61%. Sedangkan kadar abu total dari simplisia adalah 4,94% dengan kadar abu tidak larut asam sebesar 0,77%. Hasil karakteristik ekstrak etanol adalah ekstrak dengan konsistensi kental berwarna coklat tua dengan bau khas dan rendemen sebesar 20,65%. Simplisia dan ekstrak daun jambu biji mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, polifenol, tanin, saponin dan steroid. Abstract. Guava leaves (Psidium guajava L.) contains chemical compounds with antibacterial activities that can be used as an alternative to the main ingredients of drugs or pharmaceutical preparations. This research aims to knowing the characteristics of simplicia and ethanol extract of guava leaves. Simplicia characteristics include determination of specific standard parameters (ethanol-soluble extract content and water-soluble extract content) and non-specific standard parameters including determining water content, determining drying losses, determining total ash content and determining acid-insoluble ash content. The characteristics of the ethanol extract of guava leaves include organoleptic testing. Determination of the content of chemical compounds in simplicia and extracts is carried out by screening phytochemicals. The results showed guava leaves simplicia with a dark green color with a characteristic odor. Setting the standard simplicia parameters resulted in an ethanol soluble extract content of 19,67% and a water soluble extract content of 18,62%. Then the water content of the simplicia is 6,4% with a drying losses value of 9,61%. While the total ash content of the simplicia was 4,94% with an acid-insoluble ash content of 0,77%. The characteristic results of the ethanol extract are extracts with a thick dark brown consistency with a characteristic odor and an extract rendement of 20,65%. Simplicia and guava leaf extract contains several group compounds of alkaloids, flavonoids, polyphenols, tannins, saponins and steroids.
Penjernihan Ekstrak Etanol Daun Bidara Arab (Ziziphus spina-christi L.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.) dengan Elektrokoagulasi Fida Surtiniyati Shofia; Gita Cahya Eka Darma; Sani Ega Priani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8963

Abstract

Abstract. The use of ethanol extracts of arabian bidara leaves and turmeric rhizomes as plants that provide pharmacological effects has been widely used in the pharmaceutical industry. Plant extracts either as active or additives ingredients usually have an effect on a product in the form of a color display that matches the color of extract. The color intensity of extracts often interferes in the manufacturing stage to the evaluation of pharmaceutical products. To overcome this problem, clearing of plant extracts using electrocoagulation was carried out. This study aims to clearing the ethanol extracts of arabian bidara leaves and turmeric rhizomes using electrocoagulation as a method to reduce the intensity of extracts or obtain clearer extracts. The extraction clearing was performed using electrocoagulation with copper as the electrode. The results showed that the samples treated with electrocoagulation treatment had a cleare sample color, the ethanol extracts sample of arabian bidara leaves had a clear light brown color, while the ethanol extract sample of turmeric rhizome had a clear brown-red color. Therefore, electrocoagulation could be used to clearing the ethanol extracts of arabic bidara leaves and turmeric rhizomes. Keywords: Clearance of extracts, Ziziphus spina-christi, Curcuma longa. Abstrak. Penggunaan ekstrak etanol daun bidara arab dan rimpang kunyit sebagai tanaman yang memberikan efek farmakologis telah banyak digunakan di industri farmasi. Ekstrak tanaman baik sebagai bahan aktif atau tambahan biasanya memberikan pengaruh terhadap suatu produk berupa tampilan warna yang sesuai dengan warna ekstrak. Kepekatan warna ekstrak sering menjadi masalah dalam tahap pembuatan hingga evaluasi produk farmasi. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan penjernihan ekstrak tanaman menggunakan elektrokoagulasi. Penelitian ini bertujuan untuk menjernihkan ekstrak etanol daun bidara arab dan rimpang kunyit menggunakan elektrokoagulasi sebagai salah satu metode untuk mengurangi kepekatan ekstrak atau memperoleh ekstrak yang lebih jernih. Penjernihan ekstrak dilakukan menggunakan elektrokoagulasi dengan tembaga sebagai elektroda. Hasil penelitian menunjukan bahwa sampel dengan perlakuan elektrokoagulasi memiliki warna sampel yang lebih jernih, dimana sampel ekstrak etanol daun bidara arab memiliki warna coklat muda jernih, sedangkan sampel ekstrak etanol rimpang kunyit memiliki warna coklat-merah jernih. Dengan demikian, elektrokoagulasi dapat digunakan untuk menjernihkan ekstrak etanol daun bidara arab dan rimpang kunyit. Kata Kunci: Penjernihan ekstrak, Ziziphus spina-christi, Curcuma longa.
Kajian Pengembangan Sediaan Hidrogel untuk Penanganan Ulkus Diabetikum Secara In Vivo dan In Vitro Raisha Az Zahra; Dina Mulyanti; Sani Ega Priani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8974

Abstract

Diabetic ulcers are the most common and rapidly experienced complication of diabetes mellitus. This condition is caused by neuropathy and peripheral arterial disease, leading to bacterial infection, ulceration, or tissue destruction in the foot. Hydrogel is a pharmaceutical formulation developed based on polymer materials that can accelerate healing and reduce complications of diabetic ulcers through autolytic debridement, control ulcer moisture, and facilitate moist wound healing. The addition of honey developed in hydrogel formulations can enhance the healing of diabetic ulcers due to its known antibacterial activity against bacteria commonly found in diabetic ulcers. This study aims to determine the effectiveness of honey-containing hydrogel in the management of diabetic ulcers both in vitro and in vivo. The study is based on a systematic literature review, examining articles obtained from reputable databases that meet the specified inclusion and exclusion criteria. The results of the study show that the development of hydrogel formulations has been proven to be effective in vitro and in vivo in managing diabetic ulcers by inhibiting bacterial infection and accelerating wound healing in animal testing. Ulkus diabetikum merupakan komplikasi diabetes melitus yang paling umum dan cepat dialami penderitanya. Kondisi ini disebabkan oleh neuropati serta penyakit arteri perifer, sehingga terjadi infeksi bakteri, ulserasi, atau destruksi pada jaringan kaki. Hidrogel merupakan pengembangan sediaan farmasi berbahan dasar polimer yang mampu mempercepat penyembuhan serta mengurangi komplikasi ulkus diabetikum melalui debridasi autolitik, mengontrol kelembaban ulkus, serta memfasilitasi luka untuk mengalami penyembuhan (moist wound healing). Penambahan madu yang dikembangkan dalam sediaan hidrogel mampu meningkatkan penyembuhan ulkus diabetikum karena telah diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri yang umum ditemukan pada ulkus diabetikum. Kajian ini bertujuan mengetahui efektivitas hidrogel mengandung madu dalam penanganan ulkus diabetikum secara in vitro dan in vivo. Kajian ini berbasis systematic literature review dengan mengkaji artikel yang diperoleh dari database dengan reputasi baik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengembangan sediaan hidrogel terbukti secara in vitro dan in vivo efektif dalam menangani ulkus diabetikum karena mampu menghambat infeksi bakteri serta mempercepat penyembuhan luka pada hewan uji.
Kajian Pengembangan Sistem Nanostructured Lipid Carriers (NLC) Pada Terapi Kanker Payudara Mega Putri Dhea Damayanti
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8976

Abstract

Abstrak. Kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian dan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Salah satu pengobatan kanker payudara adalah dengan kemoterapi menggunakan agen kemoterapi atau agen sitotoksik. Agen sitotoksik merupakan senyawa aktif yang dapat mengganggu pelekatan, mengubah morfologi, mempengaruhi laju pertumbuhan atau menyebabkan kematian pada sel. Maka dari itu dilakukan pengembangan sistem Nanostructured Lipid carriers (NLC) mengandung agen sitotoksik untuk meningkatkan aktivitas sitotoksik dari senyawa aktif pada terapi kanker payudara. Kajian dilakukan dengan Systematics Literature Review (SLR) terhadap artikel yang diperoleh pada database bereputasi yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi. Hasil kajian menunjukan bahwa agen sitotoksik sudah banyak dikembangkan dalam sistem NLC diantaranya artemether dan docohexaenoic acid (DHA), dexibuprofen, docetaxel, doxorubicin, eucalyptol, imatinib, kurkumin, paclitaxel, quercetin, resveratrol dan tamoxifen. Formulasi sistem NLC menggunakan solid lipid dan likuid lipid yang distabilkan dengan penambahan surfaktan. Pengembangan sistem NLC terbukti dapat meningkatkan aktivitas sitotoksik senyawa aktif dilihat dari penurunan nilai IC50 yang dibandingkan dengan non NLC sebesar 1,25 hingga 24,94 kalinya. Kata Kunci: Agen Sitotoksik, Kanker Payudara, Nanostructured Lipid carriers (NLC). Abstract. Breast cancer is a cancer with the highest incidence and cause of death in Indonesia. One of the treatments of breast cancer is chemotherapy using chemotherapeutic agents or cytotoxic agents. Cytotoxic agents are active compounds that can interfere with attachment, change morphology, affect growth rate or cause death in cells. Therefore, the development of a system of Nanostructured Lipid carriers (NLC) containing cytotoxic agents to increase the cytotoxic activity of active compounds in breast cancer therapy. The study was conducted with Systematics Literature Review (SLR) on articles obtained in reputable databases that meet exclusion and inclusion criteria. The results showed that cytotoxic agents have been widely developed in the NLC system including artemether and docohexaenoic acid (DHA), dexibuprofen, docetaxel, doxorubicin, eucalyptol, imatinib, curcumin, paclitaxel, quercetin, resveratrol and tamoxifen. NLC system formulations use solid lipids and liquid lipids stabilized by the addition of surfactants. The development of the NLC system is proven to increase the cytotoxic activity of active compounds seen from the decrease in IC50 value compared to non-NLC by 1.25 to 24.94 times. Keywords: Cytotoxic Agent, Breast Cancer, Nanostructured Lipid carriers (NLC).
Karakterisasi dan Pengujian Kadar Flavonoid Total Ekstrak dan Kombucha Bunga Telang (Clitoria ternatea L) Nazwa Latiefah Firdaus; Vinda Maharani Patricia; Esti Rachmawati Sadiyah
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8997

Abstract

Abstract. Telang Flower (Clitoria ternatea L) has several benefits, especially as a medicinal plant, containing secondary metabolite compounds that can potentially be antioxidant, antibacterial, antiparasitic and anticidal, antidiabetic, and anti-cancer. Eagles are known to contain compounds that act as natural antioxidants that contain phenolic and flavonoid group compounds. Therefore, this study aims to determine the characterization of simplisia and extract of telang flowers as well as total flavonoid levels in extracts and kombucha of telang flowers using the AlCl3 method.Specific characterization carried out includes organoleptic tests and determination of soluble water and ethanol levels, while non-specific characterization carried out includes determination of moisture content, filtration loss, determination of total ash content and acid insoluble ash content. Determination of total flavonoid levels was carried out by the AlCl3 method using a UV-Vis spectrophotometer and quercetin as a comparison. From the results of the study showed that the simplisia of telang flowers has the characteristics was blue color, fine powder shape, characteristic smell, and bitter taste. As for the results of greenish-brown telang flower extract, thick shape, characteristic smell, and bitter taste. In the water soluble-extract test, the results were 38.615%, ethanol soluble extract content was 31.80%, water content was 10%, drying loss was 18.580%, total ash content was 5.298%, and acid insoluble ash content was 0.588%. The total flavonoid content in the striped flower extract was 7.2188 mgQE/mg extract and in the telang flower kombucha amounted to 197 mgQE/mL Kombucha. Keywords: Telang Flowers, Total Flavonoid, Characterization. Abstrak. Bunga Telang (Clitoria ternatea L) memiliki beberapa manfaat terutama sebagai tanaman obat, mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat berpotensi sebagai antioksidan, antibakteri, antiparasit dan antisida, antidiabetes, dan anti-kanker. Bunga telang diketahui mengandung senyawa yang berperan sebagai antioksidan alami yang mengandung senyawa golongan fenolik dan flavonoid. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi dari simplisia dan ekstrak bunga telang serta kadar flavonoid total pada ekstrak dan kombucha bunga telang menggunakan metode AlCl3. Karakterisasi spesifik yang dilakukan meliputi uji organoleptik dan penetapan kadar sari larut dalam air dan etanol, sedangkan karakterisasi non-spesifik yang dilakukan meliputi penetapan kadar air, susut pengeeringan, penetapan kadar abu total dan kadar abu tak larut asam. Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode AlCl3 menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan kuersetin sebagai pembanding. Dari hasil penelitian menunjukkan simplisia bunga telang memiliki karakteristik warna biru, bentuk serbuk halus, bau khas, dan berasa pahit. Adapun untuk hasil ekstrak bunga telang berwarna coklat kehijauan, bentuk kental, bau khas, dan rasa pahit. Pada uji kadar sari larut air didapatkan hasil sebesar 38,615%, kadar sari larut etanol sebesar 31,80%, kadar air sebesar 10%, susut pengeringan sebesar 18,580%, kadar abu total sebesar 5,298%, dan kadar abu tak larut asam sebesar 0,588%. Adapun kadar flavonoid total dalam ekstrak bunga telang adalah sebesar 7,2188 mgQE/mg Ekstrak dan pada kombucha bunga telang sebesar 197 mgQE/mL Kombucha. Kata Kunci: Bunga Telang, Flavonoid Total, Karakterisasi.
UJI AKTIVITAS DAN TOKSISITAS SENYAWA TURUNAN ANTRAKUINON DARI TANAMAN MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L.) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS PENYEBAB KEPUTIHAN PADA WANITA Sonia alivia putri; Taufik Muhammad Fakih; Farendina Suarantika
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.9007

Abstract

Abstract. Leucorrhoea is a common disease condition in women, this disease often causes discomfort for women in carrying out their daily activities. The active compounds contained in noni are thought to inhibit lanosterol 14 alphademethylase receptors. This receptor is present in the cells of the fungus Candida albicans, which is the cause of vaginal candidiasis. This research was conducted through an in silico computational approach. The test compound was tethered to the lanosterol 14 alphademethylase receptor. The results in this study with the best binding were produced by the morindin compound with a bond free energy value of -12.58 Kcal/mol and an inhibition constant value of 0.0006 µM. The results of this study are expected to be a reference source for finding alternatives in vaginal discharge therapy. Abstrak. Keputihan merupakan kondisi penyakit yang umum terjadi pada wanita, penyakit ini sering kali menimbulkan ketidaknyamanan pada wanita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan mengkudu diduga dapat menghambat reseptor lanosterol 14 alphademethylase. Reseptor ini terdapat dalam sel jamur Candida albicans, yang merupakan penyebab kandidiasis vaginal. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan komputasi secara In silico. Dilakukan penambatan senyawa uji terhadap reseptor lanosterol 14 alphademethylase. Hasil dalam penelitian ini dengan penambatan terbaik di hasilkan oleh senyawa morindin dengan nilai energi bebas ikatan sebesar -12,58 Kkal/mol dan nilai konstanta inhibisi sebesar 0,0006 µM. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk menemukan alternatif dalam terapi keputihan.