Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Aktivitas Antihiperglikemia Ekstrak Etanol Kulit Buah Salak (Salacca zalacca (Gaertner) Voss) Terhadap Mencit Diabetes yang Diinduksi Aloksan Fitrianingsih, Sri Peni; Lestari, Fetri; Aminah, Siti
Jurnal Matematika dan Sains Vol 20 No 1 (2015)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Buah salak merupakan sumber antioksidan alami dan kulit buahnya (Salacca rind) juga telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa antioksidan mampu mengontrol kadar glukosa darah dan mencegah komplikasi diabetes. Tujuan penelitian ini adalah menguji aktivitas antihiperglikemia ekstrak etanol kulit buah salak terhadap mencit diabetes yang diinduksi aloksan (70 mg/kg BB). Parameter yang dinilai adalah perubahan kadar glukosa darah yang diukur dengan alat glukometer setelah 7, 14 dan 21 hari terapi dibandingkan dengan kadar glukosa darah setelah induksi (t0). Hasil uji aktivitas antihiperglikemia menunjukkan ekstrak etanol kulit buah salak pada dosis 840 mg/kg BB mencit memberikan penurunan kadar glukosa darah yang signifikan secara statistik yaitu sebesar 50,5 % (p=0,021) sampai 53,2% setelah 21 hari terapi (p=0,003) dibandingkan kontrol positif dan tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok pembanding (p=0,994). Ekstrak dosis 210 mg/kg BB dan 420 mg/kg BB memberikan penurunan kadar 30 sampai 47% dibandingkan kadar pada t0 tetapi tidak signifikan secara statistik. Kata kunci: Ekstrak etanol kulit buah salak, Antioksidan, Antihiperglikemia.   Antihiperglicemic Activity of Salacca Rind Ethanol Extract on Alloxan Induced Diabetes Mice Abstract Salacca fruit is a good source of natural antioxidant and its also has antioxidant activity. Antioxidant compound can control blood glucose level and prevent diabetes complication. This research aimed to determine antihyperglicemic activity of salacca rind ethanol extract on alloxan induced diabetes mice. The changes of blood glucose levels were measured with a glucometer after 7, 14, and 21 days of therapy compared to the blood glucose levels after induced (t0). The results showed that the effect of the ethanol extract of salacca rind dosage 840 mg/kg body weight provide the decreasing of glucose levels, when were statistically significant in the amount of 50.5 % (p=0.021) to 53.2 % after 21 days of therapy (p=0.003); compared to the positive control and was not significantly different compared comparison group (p=0.994). Dose of 210 mg extract/kg body weight and 420 mg/kg body weight gave reduced levels of  30 to 47% compared to levels at t0 but  not statistically significant. Keywords : Ethanol extract salacca rind, Antioxidant, Antihyperglicemic.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI MADU HITAM PAHIT DAN MADU HITAM MANIS TERHADAP Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Fitrianingsih, Sri Peni
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 1 No 02 (2014): JURNAL FARMASI GALENIKA
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.739 KB)

Abstract

Telah dilakukan pengujian aktivitas antibakteri madu hitam pahit dan madu hitam manis terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus secara in vitro. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antibakteri, menentukan konsentrasi hambat minimum, dan menentukan sifat kerja dari madu hitam pahit dan madu hitam manis yang didapat dari Kalimantan. Pengujian aktivitas antibakteri dan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas. Pengujian sifat kerja antibakteri dilakukan dengan metoda turbidimetri. Hasil pengujian menunjukkan bahwa madu hitam pahit dan madu hitam manis mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri E.coli dan S.aureus. Kemampuan daya hambat kedua jenis madu terhadap bakteri uji semakin besar dengan meningkatnya konsentrasi. Nilai KHM dari madu hitam pahit terdapat pada konsentrasi antara 3,4%–3,8%. Dan nilai KHM dari madu hitam manis terdapat pada konsentrasi antara 4,4%–4,8%. Aktivitas madu hitam pahit dan madu hitam manis pada konsentrasi 6,25% terhadap bakteri S.aureus yaitu bersifat bakteriostatik.Dilihat dari hasil pengujian aktivitas antibakteri, KHM dan turbidimetri, terlihat bahwa madu hitam pahit memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar dibandingkan madu hitam manis.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI HERBA KITOLOD (Isotoma longiflora (L.) C. Persl) TERHADAP Bacillus cereus Hazar, Siti; Putrid, Della D.; Fitrianingsih, Sri Peni
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 4 No 2 (2017): Jurnal Farmasi Galenika Volume 4 No. 2, 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.209 KB)

Abstract

Kitolod (Isotoma longiflora (L) C. Persl) merupakan tanaman yang secara empiris memiliki banyak khasiat dalam mengobati berbagai penyakit. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antibakteri fraksi herba kitolod (Isotoma longiflora (L) C. Persl) terhadap bakteri Bacillus cereus secara in vitro menggunakan metode difusi agar. Fraksinat diperoleh menggunakan metode Ekstraksi Cair-Cair (ECC) menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan air. Konsentrasi uji yang digunakan adalah 5, 10, 15, 20, 25, 50 dan 75%. Antibiotik pembanding yang digunakan adalah Ciprofloksasin dengan konsentrasi 100 ppm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada konsentrasi terendah yaitu 5%, fraksi n-heksana dan fraksi air tidak menunjukkan adanya aktivitas penghambatan pertumbuhan bakteri, sedangkan pada fraksi etil asetat menunjukkan adanya diameter hambat sebesar 4,89 mm. Pada konsentrasi tertinggi yaitu konsentrasi 75% diameter hambat fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air yaitu 2,79 mm, 8,81 mm, dan 6,35 mm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari ketiga fraksinat yang diuji, fraksi etil asetat menunjukkan hasil penghambatan pertumbuhan bakteri yang lebih baik dibandingkan fraksi n-heksana dan fraksi air.
Development of Nanocapsules Containing Cytotoxic Agents- A Review: Kajian Literatur Pengembangan Sediaan Nanokapsul Mengandung Agen Sitotoksik Sani Ega Priani; Tia Nur Setianty; Ratih Aryani; Sri Peni Fitrianingsih; Livia Syafnir
Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal) Vol. 7 No. 2 (2021): (October 2021)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/j24428744.2021.v7.i2.15578

Abstract

Background: The incidence and mortality of cancer are rapidly growing worldwide. Modification on drug delivery systems based on nanotechnology was applied to improve the effectiveness and safety of treatment. Nanoencapsulation, a part of nanotechnology, was known can be involved in cytotoxic agents. Objective: This research was conducted to determine the type of polymers for nanoencapsulation of cytotoxic agents and analyze the effect of nanoencapsulation on the cytotoxic activity. Methods: The study was performed by systematic literature review using selected articles from reputable databases that meet the inclusion and exclusion criteria. Results: The results show that many cytotoxic agents have been developed in nanocapsules systems due to their low water solubility, chemical instability, and low bioavailability. The nanoencapsulation process was carried out using synthetic or natural polymers such as polylactic-co-glycolic acid (PLGA), PEGylated PLGA, polycaprolactone (PCL), chitosan-sodium tripolyphosphate, chitosan-sodium alginate, heparin-poly(l-lysine), and polymethyl methacrylate (PMMA). Those polymers are widely used for nanoencapsulation related to their biocompatible, biodegradable, non-toxic, and providing the desired coating properties. The nanoencapsulation on cytotoxic agents significantly increases the in vitro cytotoxicity, marked by the decrease of IC50 value in the range 1.4-15.4 folds compared to pure drugs. The increase in cytotoxicity could be caused by particle size reduction, modification of particle surface properties, and enhancement of drug stability. Conclusion: It can be concluded that nanoencapsulation can be applied for cytotoxic agents to increase their activity using the appropriate coating polymer.
UJI AKTIVITAS ANALGETIKA EKSTRAK n-HEKSANA DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina Delile) TERHADAP MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Cici Delisma; Sri Peni Fitrianingsih; Suwendar Suwendar
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v1i1.3109

Abstract

ABSTRAKNyeri merupakan persepsi sensorik mengganggu yang dapat ditangani dengan analgetika. Daun afrika (Vernonia amygdalina Delile) secara tradisional digunakan untuk mengobati nyeri seperti sakit gigi. Tujuan penelitian ini untuk menentukan aktivitas analgetika ekstrak n-heksana daun afrika dengan 2 metode pengujian dan menentukan dosis efektifnya. Metode Tail Flick Test untuk menguji aktivitas analgetika sentral dan metode Writhing Test untuk menguji aktivitas analgetika perifer. Mencit dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol yang diberi CMC Na, kelompok uji yang diberi ekstrak n-heksana daun afrika dosis 100, 200 dan 400 mg/kg BB serta kelompok pembanding yang diberi tramadol (metode Tail Flick Test) dan aspirin (metode Writhing Test). Analisis data dilakukan dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan LSD pada taraf kepercayaan 95% (p ≤ 0,05). Pada metode Tail Flick Test mencit diinduksi nyeri dengan panas suhu 50±2oC dan parameter yang diamati adalah total waktu yang dibutuhkan mencit untuk menjentikkan ekor. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak dengan dosis 400 mg/kg BB secara signifikan memperpanjang waktu mencit menjentikkan ekor dibandingkan terhadap kontrol (p=0,006), tetapi aktivitasnya tidak sebanding dengan tramadol dosis 6,5 mg/kg BB (p=0,000). Pada metode Writhing Test mencit diinduksi nyeri dengan asam asetat 0,6%(v/v) dan parameter yang diamati adalah total geliat mencit selama pengamatan. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak dengan dosis 100, 200 dan 400 mg/kg BB secara signifikan menurunkan total geliat mencit dibandingkan terhadap kontrol (p=0,000), dengan nilai persen efektivitas sebesar 32,01%, 51,60% dan 82,41% yang lebih lemah dibandingkan aspirin dosis 65 mg/kg BB dengan persen efektivitas 100%.Kata kunci:  Daun afrika, Vernonia amygdalina Delile, analgetika, Tail Flick Test, Writhing Test. ABSTRACTPain is a disturbing sensory perception that can be treated with analgesics. Bitter leaf (Vernonia amygdalina Delile) has traditionally noun to treat pain such as toothache. This study aims to evaluate the analgesic activity of n-hexane extract of bitter leaf with 2 testing methods and determine the effective dose. The first method to test central analgesic activity is Tail Flick Test method and the second method is Writhing Test method to test peripheral analgesic activity. The test was done on mice were divided into 5 groups. The control group that was administered to CMC Na, the test group was administered n-hexane extract of bitter leaf dose 100, 200 and 400 mg/kg BW and the comparable group was administered tramadol (for Tail Flick Test method) and aspirin (for Writhing Test method). Data were analyzed by ANOVA test, followed by LSD test at 95% confidence level (p ≤ 0,05). In the Tail Flick Test method, the mice were induced by pain by heat at 50 ± 2℃ and the observed parameters were the total time required of the mice to flick the tail. The results showed that the extract at dose 400 mg/kg BW significantly prolonged the mice's flicking time compared to the control (p=0,006), but the activity was not comparable with tramadol dose of 6,5 mg/kg BW (p=0,000). In the Writhing Test method, the mice were induced by pain by acetic acid 0,6%(v/v) and the observed parameters were the total writhing of mice. The results showed that extracts with doses of 100, 200 and 400 mg/kg BW significantly decrease the total writhing of mice compared to control (p=0,000), with the effectivity percentage of 32,01%, 51,60% and 82,41% which are weaker than 65 mg/kg BW dose aspirin effectivity percentage 100%.Keywords:  Bitter leaf, Vernonia amygdalina Delile, analgesics, Tail Flick Test, Writhing Test.
Uji Aktivitas Inhibitor Tirosinase Ekstrak Kulit Buah Cokelat (Theobroma cacao L.) dan Formulasinya dalam Bentuk Sediaan Nanoemulsi Sani Ega Priani; Ainul Fatihah Halim; Sri Peni Fitrianingsih; Livia Syafnir
Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol 8, No 1 (2021): J Sains Farm Klin 8(1), April 2021
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.211 KB) | DOI: 10.25077/jsfk.8.1.1-8.2021

Abstract

Limbah kulit buah cokelat diketahui mengandung berbagai senyawa aktif seperti polifenol dan flavonoid sehingga berpotensi memiliki aktivitas inhibitor tirosinase. Untuk meningkatkan kemampuan penetrasi ekstrak pada penghantaran topikal akan dikembangkan menjadi sediaan nanoemulsi. Tujuan dari penelitian ini untuk menguji aktivitas inhibitor tirosinase ekstrak kulit buah cokelat dan memformulasikannya menjadi sediaan nanoemulsi yang memiliki sifat fisik yang baik. Simplisia diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% dan selanjutnya diuji aktivitas inhibitor tirosinasenya dengan metode dopakrom berbasis colorimetric enzymatic assay. Sediaan nanoemulsi ekstrak kulit buah cokelat dibuat dengan menggunakan minyak biji anggur, tween 80 sebagai surfaktan, dan gliserin sebagai kosurfaktan untuk selanjutnya dikarakterisasi secara fisik. Hasil uji menunjukkan ekstrak kulit buah cokelat memiliki aktivitas inhibitor tirosinase dengan nilai IC50 199,98 ppm. Sediaan nanoemulsi mengandung ekstrak kulit buah cokelat penampilan fisik yang jernih dan homogen, pH 6,21±0,02, viskositas 1070 ± 24,5 cps, sifat alir Newtonian, dengan ukuran globul 108 ±15 nm. Sediaan nanoemulsi memiliki stabilitas fisik yang baik berdasarkan uji sentrifugasi, heating cooling, dan freeze thaw. Disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah cokelat terbukti memiliki aktivits inhibitor tyrosinase dan telah berhasil diformulasikan menjadi sediaan nanoemulsi dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik.
Potensi Aktivitas Antiketombe dari Daun Jambu Air [Eugenia aqueum (Burm. F) Alston] Suwendar Suwendar; Sri Peni Fitrianingsih; Fetri Lestari; Dieni Mardliyani; Nisa Fitriani
Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol 6, No 3 (2019): J Sains Farm Klin 6(3), Desember 2019
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.643 KB) | DOI: 10.25077/jsfk.6.3.250-253.2019

Abstract

Daun jambu air telah banyak dikenal di masyarakat Indonesia sebagai pembungkus makanan sehingga makanan dapat disimpan lebih lama.  Hal ini menunjukkan  daun jambu air memiliki aktivitas antimikroba.  Jambu air telah diketahui  mengandung flavonoid and tanin yang memiliki khasiat anti jamur.  Penyakit infeksi karena jamur, merupakan penyakit dengan tingkat penderita yang tinggi di Indonesia, salah satu diantaranya adalah ketombe.  Ketombe disebabkan oleh Pityropsorum ovale.  Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan  secara ilmiah mengenai potensi aktivitas daun jambu air pada jamur penyebab ketombe. Evaluasi  dilakukan secara in vitro dengan metode  difusi agar menggunakan teknik sumur pada jamur penyebab ketombe yaitu Pityrosporum ovale dengan indikator capaian adalah terbentuknya zona hambatan pertumbuhan.  Hasil menunjukkan bahwa bahan uji berupa ekstrak etanol dan  fraksi ekstrak yaitu  fraksi n-heksan, etil asetat maupun air memiliki khasiat menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale masing-masing pada konsentrasi hambat minimum (KHM) : 1, 1, 0,5 dan 4% b/v. Aktivitas pada Pityrosporum ovale yang tertinggi ditunjukkan oleh fraksi etil asetat karena memiliki nilai KHM terendah. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa daun jambu air berpotensi untuk dikembangkan menjadi sediaan yang berkhasiat anti ketombe.  
Kajian Pustaka Potensi Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun dan Biji Pepaya (Carica papaya L) Dinda Febryna; Sri Peni Fitrianingsih
Jurnal Riset Farmasi Volume 1, No. 2, Desember 2021, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.275 KB) | DOI: 10.29313/jrf.v1i2.570

Abstract

Abstract. Infectious diseases are one of the health problems in developing countries such as Indonesia. Papaya (Carica papaya L.) is a plant that is widely consumed as a food ingredient and has various potentials for treatment, one of which is antibacterial. The purpose of this literature search is to examine information about the potential antibacterial activity of papaya leaves and seeds (Carica papaya L) and to find out what compounds contain antibacterial activity. This research is a literature search using the Systematic Literature Review (SLR) method which contains national and international manuscripts. Based on the results of a literature search, papaya leaves and seeds (Carica papaya L) are able to inhibit several bacteria, namely Bacillus Subtilis, Escherichia coli, Staphylococus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Shigella dysentriae and Salmonella typhi. Secondary metabolite compounds that act as antibacterial are alkaloids, flavonoids and tannins. The active compounds contained in papaya leaves are karpain alkaloids and tocophenols. Abstrak. Penyakit infeksi menjadi salah satu masalah kesehatan di Negara berkembang seperti di Indonesia. Pepaya (Carica papaya L) merupakan tanaman yang banyak dikonsumsi sebagai bahan makanan dan memiliki beragam potensi untuk pengobatan salah satunya sebagai antibakteri. Tujuan dari penelusuran pustaka ini yaitu untuk mengkaji informasi mengenai potensi aktivitas antibakteri dari daun dan biji pepaya (Carica papaya L) dan mengetahui kandungan senyawa apa yang memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini berupa penelusuran pustaka dengan metode Systematic Literature Review (SLR) yang memuat naskah nasional maupun internasional. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka daun dan biji pepaya (Carica papaya L) mampu menghambat beberapa bakteri yaitu Bacillus Subtilis, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Shigella dysentriae, dan Salmonella typhi. Senyawa metabolit sekunder yang bersifat sebagai antibakteri yaitu alkaloid, flavonoid dan tanin. Adapun senyawa aktif yang terkandung pada daun pepaya yaitu alkaloid karpain dan tocophenol.
Penelusuran Pustaka Perbandingan Potensi Antioksidan pada 4 Jenis Buah Naga (Hylocereus sp) untuk diformulasikan menjadi Sirup Buah Hillman Maulana Baihaqie; Sri Peni Fitrianingsih
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 1 No. 1 (2021): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.572 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v1i1.88

Abstract

Abstract. Antioxidants are compounds that can prevent diseases associated with free radicals such as carcinogenesis, cardiovascular disease, and aging. One example of natural antioxidants is dragon fruit. The availability of dragon fruit is abundant, but the fruit in its intact form cannot last long so processing is required into derivative products such as syrup preparations. This literature study aims to determine the best antioxidant potential of various types of dragon fruit to be formulated into fruit syrup. The literature search method was carried out by searching for research sources related to the potential antioxidant activity of dragon fruit (Hylocereus sp). on an electronic base. Based on data from research sources, the ethanol extract of white dragon fruit (Hylocereus undatus) has antioxidant activity with IC50 193 ppm, aquadest extract of red dragon fruit (Hylocereus polyrizus) 16.181 ppm and methanol extract of red dragon fruit (Hylocereus polyrizus) 67, 45 ppm. Based on the EC50 value, the results showed that the antioxidant activity of the ethanol extract of red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) was 9.93 and was not significantly different from the antioxidant activity of white dragon fruit of 9.91. According to the results of the percentage of antioxidant activity, it was found that the aquadest extract of yellow dragon fruit with white flesh (Selenicerius megalanthus) had the greatest percentage, namely 85.0 %, but it was not significantly different from the percentage of antioxidant activity of methanol extract of red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) (83, 37 %). It can be concluded that the aquadest extract of red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) has the best antioxidant activity with an IC50 value of 16.181 ppm. So that the type of dragon fruit that has the most potential to be formulated into fruit syrup is red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus). Abstrak. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat mencegah penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan radikal bebas seperti, karsinogenesis, kardiovaskular, dan penuaan. Salah satu contoh dari antioksidan alami yaitu buah naga. Ketersediaan buah naga melimpah, akan tetapi buah dalam bentuk utuhnya tidak dapat bertahan lama sehingga diperlukan pengolahan menjadi produk turunannya seperti sediaan sirup. Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui potensi antioksidan terbaik dari berbagai jenis buah naga untuk diformulasikan menjadi sirup buah. Metode penelusuran pustaka dilakukan dengan cara pencarian sumber-sumber penelitian terkait potensi aktivitas antioksidan buah naga (Hylocereus sp). pada basis elektronik. Berdasarkan data sumber-sumber penelitian diperoleh hasil ekstrak etanol buah naga putih (Hylocereus undatus) memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 193 ppm, ekstrak aquadest buah naga merah (Hylocereus polyrizus) 16,181 ppm dan ekstrak metanol buah naga merah (Hylocereus polyrizus) 67,45 ppm. Berdasarkan nilai EC50 diperoleh hasil bahwa aktivitas antioksidan ektrak etanol buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebesar 9.93 dan tidak berbeda signifikan dengan aktivitas antioksidan buah naga putih sebesar 9.91. Menurut hasil persentase aktivitas antioksidan diperoleh hasil bahwa ekstrak aquadest buah naga kuning berdaging putih (Selenicerius megalanthus) memiliki persentase paling besar yaitu 85.0%, akan tetapi tidak berbeda signifikan dengan persentase aktivitas antioksidan ekstrak metanol buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) (83,37%). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak aquadest buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) memiliki aktivitas antioksidan paling baik dengan nilai IC50 16,181 ppm. Sehingga jenis buah naga yang paling berpotensi untuk diformulasikan menjadi sirup buah adalah buah naga merah (Hylocereus polyrhizus).
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Rimpang Bangle Hitam (Zingiber ottensii (Val.)) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Salsabilla Permana Putri; Sri Peni Fitrianingsih; Siti Hazar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 2 No. 2 (2022): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.365 KB) | DOI: 10.29313/bcsp.v2i2.3120

Abstract

Abstract. Infectious diseases are a major public health problem for developed and developing countries. One of the causes of infection is bacteria. Black bangle contains chemical compounds with pharmacological effects that have potential as antibacterial. This study aims to determine the potential of black bangle rhizome (Zingiber ottensii (Val.)) as an antibacterial and to determine the value of Minimum Inhibitory Concentration (MIC) on the growth of Staphylococcus aureus bacteria. The research was conducted experimentally in a laboratory with the stages of collecting materials, determining plants, making simplicia, standardizing simplicia, screening for phytochemical simplicia and extracts, extracting, testing antibacterial activity, and determining the value of Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Antibacterial activity test by agar diffusion method with well with positive control group (tetracycline), negative control (methanol), and test group (extract at concentrations of 40%, 20%, 10%, and 5% w/v). Based on the research conducted, the results showed that the methanol extract of black bangle rhizome with a concentration of 20% and 40% had antibacterial activity with an inhibitory diameter of each of 6.641±0.182 mm and 9.967±0.396 mm respectively. The value of the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) was determined using the agar dilution method with a positive control group (media with Staphylococcus aureus bacteria), negative control (media), and a test group (extract at a concentration of 20%, 18%, 16%, 14%, 12%, and 10% w/v). Minimum Inhibitory Concentration (MIC) value set is at a concentration of 18%. Abstrak. Infeksi merupakan salah satu penyakit dengan penderita terbanyak di negara maju maupun negara berkembang. Terjadinya infeksi dapat disebabkan karena adanya bakteri. Bangle hitam memiliki kandungan senyawa kimia dengan efek farmakologis yang berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui potensi rimpang bangle hitam (Zingiber ottensii (Val.)) sebagai antibakteri dan menentukan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratorium dengan tahapan kerja pengumpulan bahan, determinasi tanaman, pembuatan simplisia, standardisasi simplisia, skrining fitokimia simplisia dan ekstrak, ekstraksi, uji aktivitas antibakteri, serta penentuan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar cara sumuran dengan kelompok kontrol positif (tetrasiklin), kontrol negatif (metanol), dan kelompok uji (ekstrak pada konsentrasi 40%, 20%, 10%, dan 5% b/v). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu ekstrak metanol rimpang bangle hitam dengan konsentrasi 20% dan 40% memiliki aktivitas antibakteri dengan diameter hambat masing-masing sebesar 6,641±0,182 mm dan 9,967±0,396 mm. Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ditentukan menggunakan metode dilusi agar dengan kelompok kontrol positif (media yang ditumbuhi bakteri Staphylococcus aureus), kontrol negatif (media), dan kelompok uji (ekstrak pada konsentrasi 20%, 18%, 16%, 14%, 12% dan 10% b/v). Nilai Konsentrasi Hambat Minimum yang ditetapkan ada pada konsentrasi 18%.