cover
Contact Name
Wahyudin
Contact Email
mandalaofhealth.journal@gmail.com
Phone
+6281343880797
Journal Mail Official
mandalaofhealth.journal@gmail.com
Editorial Address
Jl. Dr. Gumbreg, Medical Street, Mersi, Purwokerto Central Java 53122 Telp. (0281) 622022, Fax. (0281) 624990
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Mandala of Health : A Scientific Journal
ISSN : -     EISSN : 26156954     DOI : https://doi.org/10.20884/1.mandala
Core Subject : Health,
Mandala of Health : A Scientific Journal is a medical scientific journal with open access published by the Faculty of Medicine, Jenderal Soedirman University, containing research articles, systematic reviews, and case reports in all areas of basic medical science, clinical medicine, biomedical science, medical biotechnology, and public health.
Articles 78 Documents
CA 125 DAN RISK OF MALIGNANCY INDEX (RMI)2 SEBAGAI PREDIKTOR KEGANASAN TUMOR OVARIUM TIPE EPITEL Aditiyono Aditiyono Aditiyono; Ali Budi Harsono; Herman Susanto
Mandala Of Health Vol 11 No 1 (2018): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.616 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.1.535

Abstract

Keganasan ovarium memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi karena umumnya ditemukan pada stadium lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesifitas dan sensitivitas CA 125 dan RMI2 dalam menentukan keganasan kista ovarium jenis epitel. Kadar CA 125 dan RM12 kemudian dilihat histopatologinya sebagai gold standard. Penelitian ini merupakan uji diagnostik, dilakukan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung periode April s.d. September 2017. Sampel berjumlah 90 dengan 47 berkategori jinak dan 43 berkategori ganas berdasarkan hasil histopatologinya. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Data kategorik diuji dengan uji chi-square atau uji Exact Fisher. Data numerik digunakan uji-t tidak berpasangan atau uji Mann Whitney. Sensitivitas dan spesifisitas data numerik disajikan dalam kurva Receiver Operating Characteristic (ROC). Berdasarkan kurva ROC maka diperoleh nilai area under curve (AUC). Hasil penelitian menunjukkan nilai median CA 125 kelompok ganas dibanding kelompok jinak (142,2 vs 61,030) bermakna secara statistik p = 0,000 (nilai p < 0,05), cut off point CA 125 adalah 99,9 U/mL dengan nilai sensitivitas 76,7% dan nilai spesifisitas 61,7%. Nilai median RMI2 kelompok ganas lebih besar dibandingkan dengan kelompok jinak (1676,8 vs 125) bermakna secara statistik p = 0,000 (nilai p < 0,05), cut off point RMI2 pada penelitian ini adalah 212,7 dengan sensitivitas 86% dan spesifisitas 70,2%. Nilai sensitivitas RMI2 dengan cut off point 200 adalah 88% dan spesifisitas 63,87%. Kesimpulan penelitian ini adalah CA125 adalah biomarker yang berguna untuk memprediksi keganasan ovarium, dengan nilai cut off point 99,9 ng/mL. Hal ini sangat berguna bila digunakan kombinasi CA 125 dengan hasil pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dan status menopause atau dikenal dengan Risk Malignancy Index (RMI2 cut off point > 200 ) dengan sensitivitas 86%, spesifisitas 63,87% dan akurasi 74,4%. The malignancy of ovarian cancer has high level of morbidity and mortality due to the fact that it is commonly found in advanced stage. This research is aimed to find out the specificity and sensitivity of C125 and RMI2 in determining the malignancy of epithelial ovarian cysts. The level of CA 125 and RM12 is then histopathology-measured as a gold standard. This research is a diagnostic study conducted in Hasan Sadikin Hospital Bandung during April until September 2017. Sample consists of 90 patients with 47 patients belong to low-malignancy group and 43 patients belong to high-malignancy group based on its histopathology. Data analysis is conducted by using univariate and bivariate. Categorical data is tested by using chi-square or Exact Fisher. Numeric data is tested by using unpaired t test or Mann Whitney. Sensitivity and specificity of numeric data is displayed in Receiver Operating Characteristic (ROC) curve. The ROC curve shows the value of area under curve (AUC). The result shows that the median of CA125 of the high-malignancy group compared to the low-malignancy group is (142,2 vs 61,030) which statistically means p = 0,000 (value p < 0,05), cut off point CA125 is 99,9 U/mL with sensitivity value 76,7% and specificity value 61,7%. The median of RMI2 of high-malignancy group is bigger compare to the low-malignancy group (1676,8 vs 125) which statistically means p = 0,000 (value p < 0,05), cut off point RMI2 of this research is 212,7 with sensitivity value 86% and specificity value 70,2%. The sensitivity value of RMI2 with cut off points 200 is 88% and the specificity value is 63,87%. This research concludes that CA125 is a useful biomarker to predict the malignancy of ovarian cancer with cut off point 99,9ng/mL. It will be very useful if it is combined with CA125 with Ultrasonography (USG) examination and menopause status or known as Risk Malignancy Index (RMI cut off point > 200) with sensitivity 86%, specificity 63,87% and accuracy 74,4%.
PERBEDAAN PREVALENSI PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Prof. dr. MARGONO SOEKARJO PERIODE 2010 – 2014 Ismiralda Oke Putranti; Citra Primanita; Lilik Karsono; Amelia B. Rahardjo
Mandala Of Health Vol 11 No 1 (2018): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.392 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.1.541

Abstract

Infeksi menular seksual (IMS) saat ini menjadi masalah yang cukup besar selain karena jumlah kasus baru yang masih tinggi, juga karena IMS dapat menimbulkan gejala yang berat, infertilitas dan disabilitas baik pada laki-laki, perempuan maupun bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prevalensi dan karakteristik IMS berdasarkan jenis kelamin di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Prof dr. Margono Soekarjo pada kurun waktu 2010 – 2014. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan data sekunder rekam medis elektronik. Hasil penelitian didapatkan jumlah kasus IMS di RSUD Prof dr. Margono Soekarjo cukup tinggi, yaitu sebanyak 511 kasus selama kurun waktu 5 tahun penelitian. Pada kasus laki-laki sebanyak 54,9% dan perempuan sebanyak 45,1% dengan puncak kejadian pada usia 20 – 30 tahun. Uretritis gonore merupakan penyakit IMS terbanyak pada laki-laki (76,8%), sedangkan kondiloma akuminata terbanyak pada perempuan (62,2%) dan tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok jenis kelamin (p=0,64; p>0,05). Uretritis gonore dan kondiloma akuminata merupakan penyakit IMS terbanyak pada laki-laki dan perempuan pada penelitian ini, serta tidak adanya perbedaan yang bermakna prevalensi IMS di antara kedua kelompok sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kerentanan yang sama dalam terpapar IMS. Dari penelitian ini tidak ada perbedaan yang bermakna prevalensi IMS pada pasien laki-laki maupun perempuan di IRJ RSUD Prof dr. Margono Soekarjo.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN IBU BEKERJA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Rizki Amalia; Lailatul Khusnul Rizki
Mandala Of Health Vol 11 No 1 (2018): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.718 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.1.546

Abstract

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi yang terbaik. ASI tidak dapat digantikan oleh makanan atau minuman apapun walaupun ibu dalam keadaan bekerja di luar rumah, faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja adalah sikap ibu bekerja, dukungan sarana, atasan dan suami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sikap, dukungan sarana, atasan dan suami terhadap keberhasilan ibu menyusui pada ibu bekerja. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel penelitian adalah ibu menyusui yang bekerja, menggunakan total sampling. Pengumpulan data dilakukan secara langsung menggunakan kuesioner tertutup dan dianalisis menggunakan uji Chi square dengan taraf kesalahan 0,05. Hasil penelitian didapatkan sikap ibu bekerja, dukungan sarana, atasan dan suami berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian asi eksklusif oleh ibu bekerja (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara keberhasilan pemberian asi eksklusif dengan sikap ibu, dukungan sarana, atasan dan suami. Breast Milk is the best baby food. Breast milk can not be replaced by any other food or drink even if the mother is working outside the home. The factors that influence the success of exclusive breastfeeding in working mother are the attitude of mother, the support of the facilities, supervisor and husband. The aim of the study was to investigate the relationship of attitude, support facilities, supervisor and husband to the success of exclusive breastfeeding of working mother. The analytical descriptive with cross sectional approach was used in this study. The population and sample of the study were working mothers, with total sampling. Data collection was done directly through closed questionnaire and analyzed by Chi square test with error level 0,05. The result of this study was the attitude of working mother, support of facilities, supervisor and husband influence the succesfull of exclusive breastfeeding of working mother (p <0,05). The conclusion of the study was exclusive breastfeeding correlated to mother's attitude, support facilities, supervisor and husband significantly.
PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY TERHADAP DERAJAT DEPRESI DAN AKTIVITAS PERAWATAN DIRI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DM) TIPE 2 Rohmaningtyas Hidayah Setyaningrum; Aris Sudiyanto; Nanang Wiyono; Muhammad Fanani
Mandala Of Health Vol 11 No 1 (2018): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.217 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.1.569

Abstract

Pemberian psikoterapi telah terbukti berhasil untuk pasien depresi yang menderita penyakit medis kronik. Psikoterapi kognitif perilaku didasarkan atas konsep bahwa perubahan dalam struktur kognitif akan mengubah kondisi emosi serta perilaku pasien. Sehingga diharapkan dengan membaiknya depresi maka akan memperbaiki perilaku pasien dalam hal ini aktivitas perawatan diri diabetesnya. Penelitian ini untuk mengetahui keefektifan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) dalam menurunkan derajat depresi dan meningkatkan aktivitas perawatan diri pada pasien Diabetes Mellitus tipe-2 di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan randomized controlled trial pre and post design. Jumlah subjek 34 pasien, dibagi dua kelompok yaitu perlakuan dan kontrol. Subjek adalah pasien 34 pasien Diabetes Mellitus tipe-2 di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta dengan kadar GDP ≥ 100 mg/dL, GD2PP ≥ 140 mg/dL, umur 18 – 60 tahun, pendidikan minimal SMP, skor BDI ≥ 10, dan kriteria eksklusi apabila mengalami komplikasi dan atau menderita penyakit fisik medis yang berat, gangguan mental berat (psikotik), retardasi mental, atau demensia, gangguan berat dalam berkomunikasi (kesulitan bahasa, tuli), gangguan kognitif yang berat atau ketidakmampuan intelektual, yang ditunjukkan dari penilaian MMSE < 25, dan skor L-MMPI ≤ 1. Depresi dievaluasi menggunakan Beck Depression Inventory, aktivitas perawatan diri diabetes menggunakan The Summary of Diabetes Self-Care Activities. Uji statistik menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney, dipakai untuk signifikansi perbedaan variabel dengan tingkat kemaknaan 5%. Subjek yang mendapat CBT secara signifikan (p<0,05) didapatkan penurunan skor depresi (5,76 ± 3,58) dibandingkan kelompok yang tidak mendapat CBT (2,76 ± 1,56) sedangkan subjek yang mendapat CBT secara sangat signifikan (p<0,01) mengalami peningkatan aktivitas perawatan diri diabetes (15,35±7,78) dibandingkan kelompok yang tidak mendapat CBT (3,00±2,78), sehingga disimpulkan CBT efektif menurunkan derajat depresi dan meningkatkan aktivitas perawatan diri pada pasien diabetes mellitus tipe-2. Cognitive behavior therapy had sucesfully referred as an effective method for reducing depression, particularly in individual with a chronic disease. Cognitive behavior psychotherapy is based on the concept that changes in cognitive structure will change patient's emotional state and behavior. The decreasing depression in patient with diabetes will improve diabetes self-care activities. The aim was to determine the effectiveness of Cognitive Behavior Therapy (CBT) adjuvant therapy in decreasing and improving the degree of diabetes self-care activities of patients with type-2 Diabetes Mellitus in Dr. Moewardi Hospital Surakarta. This study was an experimental design of randomized controlled trial with pre and post-test design. In total, 34 patients were enrolled in the mg/dl, Blood sugar level test post pandrial 140 mg/dL aged between 18-60 years old with junior high school as minimum education, BDI score > 10, the exclusion criteria is when experiencing complication with or suffering from physical illness, psychotic, mental retardation or dementia , severe interference in communication ( language difficulties and deafness), severe cognitive impairment, intellectual impairment, MMSE score < 25, L MMPI score < 1, The total 34 subjects devided into two groups, treatment and control. Statistical test using unpaired T-test and Mann Whitney, with level of 5%. Depression was evaluated by using the Beck Depression Inventory and diabetes self-care activities using the Summary of Diabetes Self-Care Activities. Subjects who received CBT significantly decrease (p <0,05) scores of depression compared with that of the group without CBT and increase in diabetes self-care activities (p<0,01). It is concluded that CBT is effective to decrease degree of depression and improve diabetes self-care activities of patients with type 2 diabetes mellitus.
STUDI PENDAHULUAN NONTUBERCULOUS MYCOBACTERIA (NTM): PEMBENTUKAN BIOFILM, MOTILITAS GESER, DAN POLA KEPEKAAN ANTIBIOTIK Titik Nuryastuti; Ning Rintiswati; Praseno Praseno
Mandala Of Health Vol 11 No 1 (2018): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.205 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.1.570

Abstract

Nontuberculous mycobacteria (NTM) adalah mikrorganisme yang banyak dijumpai di lingkungan, namun, baru-baru ini dianggap patogen karena kejadian infeksinya meningkat secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pembentukan biofilm isolat NTM, korelasinya dengan sifat motilitas geser, dan untuk menganalisis pola kepekaan antibiotik. Strain NTM yang dipakai dalam penelitian ini adalah 10 isolat klinis NTM yang diperoleh dari laboratorium TB, Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Kemampuan pembentukan biofilm dideteksi dengan menggunakan uji mikrotiter dan pewarnaan dengan kristal violet 1%. Uji motilitas geser dilakukan pada medium motilitas, terdiri dari 0,3% Middlebrook 7H9-agar tanpa suplemen. Pola kepekaan antibiotik diteliti dengan teknik dilusi sesuai metode CLSI. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa 7 dari 10 isolat NTM merupakan penghasil biofilm kuat, sementara 1 isolat sebagai strain penghasil biofilm moderat, dan 2 isolat tidak menghasilkan biofilm. Sementara itu, strain pembentuk biofilm mampu melakukan motilitas geser pada agar semisolid, dan 2 isolat NTM yang tidak memiliki kemampuan pembentukan biofilm tidak dapat melakukan motilitas geser. Sifat pembentukan biofilm berkorelasi dengan kemampuan isolat NTM untuk melakukan motilitas geser pada media agar semisolid. Klaritromisin merupakan antibiotik yang paling efektif terhadap isolat NTM yang diuji (poten terhadap 50% isolat uji), diikuti oleh gentamisin (40%), sedangkan kanamisin, levofloxacin, dan ofloxacin menunjukkan tingkat potensi yang sama (30%). Ceftriaxone hanya mampu menghambat pertumbuhan isolat NTM sekitar 20%. Selanjutnya, kotrimoksazol dan amoksisilin memiliki aktivitas in vitro yang buruk terhadap isolat NTM karena tidak ada isolat NTM yang sensitif terhadap kedua antibiotik ini. Nontuberculous mycobacteria (NTM) are ubiquitous organisms commonly found in the environment. However, recently it is considered as emerging global interest since the incidence increase significantly. This study aimed to investigate the biofilm forming ability of NTM isolates, correlated with the sliding motility properties, and to analyze their antibiotic susceptibility pattern. NTM strain included in this study were 10 NTM clinical isolates obtained from TB laboratory, Microbiology Departement, Faculty of Medicine UGM Yogyakarta. Biofilm forming capability was detected by using biofilm development assay in microtiter plate and staining with 1% crystal violet. Sliding motility assay was performed on motility medium, consisting of Middlebrook 7H9- 0.3% agar without supplements. Antibiotic susceptibility pattern was investigated by macrobroth dilution technique according to CLSI methods. Our study revealed that 7 out of 10 NTM isolates produced biofilm strongly, while 1 isolate demontrated as moderate biofilm former strain, and the remaining 2 isolates did not produce biofilm on polysterene substrate. Meanwhile, biofilm-former strain are able to slide on semisolid agar, and 2 non-adherent NTM isolates did not have ability to perform sliding motility. A good correlation was found between mycobacterial sliding and biofilm assembly of NTM isolates. Clarithromycin has been shown as the most effective antibiotic against NTM isolates tested, which was active against 50% of all isolates, followed by gentamycin (40%), while kanamycin, levofloxacin, and ofloxacin showed the same level of potency (30%). Ceftriaxone was only able to inhibit the growth of NTM isolates about 20%. Furthermore, cotrimoxazole and amoxicillin had poor in vitro activity against NTM species.
EFEKTIFITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus mutans Bambang Tri Hartomo; Fanny Kusuma Djati; Fitri Diah Oktadewi; Angger Waspodo Dias Andrianto; Prasetyo Adi Nugroho
Mandala Of Health Vol 11 No 2 (2018): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.253 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.2.596

Abstract

Buah naga super merah (Hylocereus costaricencis)saat ini dibudidayakan oleh Kebun Benih Holtikultura Baturaden sebagai produk unggulan yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Banyumas. Buah naga super merah diyakini memiliki efek anti bakteri oleh karena kandungan polifenol yang terdapat pada daging buah maupun kulit buah naga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat daya hambat ekstrak buah naga super merah terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang merupakan salah satu pencetus terjadinya penyakit periodontal. Sebagai langkah awal, dilakukan uji determinasi buah naga super merah untuk memastikan bahwa buah naga yang digunakan adalah buah naga super merah. Selanjutnya dilakukan pembuatan ekstrak dengan metode maserasi. Hasil penelitian antar perlakuan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan daya hambat bakteri yang signifikan (p>0,05) antara ekstrak buah naga super merah, kontrol positif dan kontrol negatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak buah naga super merah dapat digunakan sebagai bahan antibakteri dalam terapi periodontal. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi acuan untuk langkah berikutnya yaitu pengujian efek anti bakteri larutan buah naga super merah terhadap akumulasi plak pada rongga mulut. Super red dragon fruit (Hylocereus costaricencis) is currently cultivated by the Baturraden Horticultural Seed Garden as a superior product that has the potential to improve the welfare of the Banyumas community. Dragon fruit is believed to have anti-bacterial effects because of the polyphenol content found in fruit flesh and dragon fruit skin. This study aims to see the inhibitory power of super red dragon fruit extract on the growth of Streptococcus mutans bacteria which is one of the triggers of periodontal disease. As a first step, a determination of dragon fruit is determined to ensure that the dragon fruit used is super red dragon fruit. Furthermore, the extract was made by maceration method. The results of the study between treatments showed that there was no significant difference in bacterial inhibition (p> 0.05) between super red dragon fruit extract, positive control and negative control. This study concluded that super red dragon fruit extract can be used as anti bacterial agent for periodontal therapy. The results of this study are expected to be a reference for the next research, analyzing the antibacterial effect of super red dragon fruit solution to the accumulation of plaque on the oral cavity
PERBEDAAN TINGKAT KEPARAHAN PSORIASIS PADA PASIEN PSORIASIS DENGAN DAN TANPA FOKAL INFEKSI Caroline Astrid; Ismiralda Oke Putranti; Kurniasih Dwi Purwanti
Mandala Of Health Vol 11 No 2 (2018): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.958 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.2.944

Abstract

Psoriasis adalah penyakit kulit yang sering dijumpai, kronik, tidak menular, terjadi akibat kelainan kompleks pada pertumbuhan dan diferensiasi epidermal serta abnormalitas multipel dari biokimia, imunologi, dan vaskular. Salah satu faktor risiko psoriasis adalah fokal infeksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan tingkat keparahan psoriasis pada pasien psoriasis dengan dan tanpa disertai fokal infeksi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah 40 pasien psoriasis yang berobat di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo pada bulan November hingga Desember 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tingkat keparahan psoriasis diukur menggunakan Psoriasis Area Severity Index (PASI). Analisis data menggunakan independent t-test. Rata-rata tingkat keparahan psoriasis pada pasien dengan fokal infeksi 28,63 dan tanpa fokal infeksi 17,29, dengan jenis fokal infeksi didapatkan fokal infeksi intraoral (47,5%) dan genital (2,5%). Perbedaan tingkat keparahan psoriasis pada pasien dengan dan tanpa fokal infeksi didapatkan p = 0,000 (p < 0,05). Terdapat perbedaan signifikan tingkat keparahan psoriasis pada pasien dengan dan tanpa fokal infeksi. Psoriasis is a common, chronic, noncontagious skin disease, caused by complex abnormal epidermal growth with multiple abnormality of biochemistry, immunology, and vascular. One of psoriasis risk factors is focal infection. This study was an analytical study with cross-sectional approach, to establish the difference of Psoriasis Area Severity Index (PASI) in patients with and without focal infections in Prof. Dr. Margono Soekarjo Public Hospital, Purwokerto. Subjects of this study were psoriasis outpatients in Dermatology and Venereology Clinic in November until December 2017. Forty subjects who fulfilled the inclusion and exclusion criteria were measured using PASI. This study showed the average of the PASI on patients with focal infections was 28.63 and without focal infections was 17.29, with types of the focal infection were intraoral focal infections (47,5%) and genital focal infections (2,5%). The difference of PASI between patients with and without focal infections was significant with p = 0,000 (p < 0,05). There is a significant difference on degree of psoriasis between patients with and without focal infections.
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA SMP PERMAI Heidy Heidy; Sebastian Darvan
Mandala Of Health Vol 11 No 2 (2018): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.791 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.2.947

Abstract

Hipertensi merupakan sebuah penyakit pada orang dewasa maupun anak-anak dan remaja dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Faktor penyebab hipertensi yang dapat dimodifikasi adalah pola makan dan gaya hidup. Pola makan sering mengonsumsi western fast food yang tinggi energi, lemak jenuh, garam, dan rendah serat dapat meningkatkan risiko hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan tekanan darah pada remaja kelas IX SMP Permai Penjaringan Jakarta Utara dengan menggunakan metode penelitian analitik potong lintang. Dari 123 responden didapatkan 40 responden jarang mengonsumsi makanan cepat saji yang terbagi dari 35 responden dengan tekanan darah normal dan 5 responden dengan tekanan darah meningkat. Dari 83 responden yang sering mengonsumsi makanan cepat saji terdapat 72 responden dengan tekanan darah normal dan 11 responden dengan tekanan darah meningkat. Tidak terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan tekanan darah pada remaja SMP Permai Penjaringan Jakarta Utara Hypertension is a disease in adults as well as children and adolescents with high mortality and morbidity. Causes of hypertension that can be modified include diet and lifestyle. Diet that often consume western fast food that is high in energy, saturated fat, salt, and low fiber can increase the risk of hypertension. This research aimed to know whether there was a correlation between fast food consumption frequency with blood pressure among teenagers of class IX in Permai Junior Highschool, used a cross sectional analytic study. Out of 123 respondents, we obtained 40 respondents that did not consume fast food often, there were 35 respondents with normal blood pressure and 5 respondents with elevated blood pressure. Of the 83 respondents that consume fast food often, there were 72 respondents with normal blood pressure and 11 respondents with elevated blood pressure. There was no correlation between fast food consumption frequency with blood pressure among teenagers in Permai Junior Highschool
Original Article HUBUNGAN EKSPRESI CYCLOOXYGENASE-2 (COX-2) DENGAN DISEASE FREE SURVIVAL DAN OVERALL SURVIVAL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA Prihantono Prihantono; Juhamran Juhamran; Zaenal Abidin; Haryasena Haryasena; Salman Ardi Syamsu
Mandala Of Health Vol 12 No 1 (2019): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.883 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2019.12.1.1045

Abstract

Cyclooxygenase-2 (COX-2) berperan dalam pertumbuhan tumor dan metastasisnya yang berdampak pada buruknya prognosis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan ekspresi COX-2 terhadap disease free survival dan overall survival pada pasien kanker payudara. Penelitian ini bersifat observasional menggunakan desain kohort dengan periode follow up selama 24 bulan. Hasil: Ekspresi COX-2 ditemukan pada 21 sampel (42%) dari 50 pasien kanker payudara. Selama follow up 24 bulan, lama DFS pada COX-2 negatif (20,1 bulan) lebih lama dibandingkan pada COX-2 positif (14,0 bulan) dan menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,01). Lama OS pada COX-2 negatif (22,6 bulan) lebih lama dibandingkan pada COX-2 positif (17,8 bulan) yang juga menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,01). Terdapat hubungan yang signifikan antara ekspresi COX-2 dengan disease free survival dan overall survival pada pasien kanker payudara. COX-2 bisa dijadikan salah satu faktor prognostik kanker payudara.
KORELASI RASIO CROSS SECTIONAL AREA MUSCULUS MULTIFIDUS LUMBAL MENGGUNAKAN ULTRASOUND DENGAN DERAJAT NYERI BERDASARKAN VISUAL ANALOGUE SCALE (VAS) PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH Jimmy Tungka; Muhammad Ilyas; Bachtiar Murtala
Mandala Of Health Vol 12 No 1 (2019): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.763 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2019.12.1.1263

Abstract

Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri di daerah punggung bagian bawah yang dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular ataupun keduanya. Peran otot-otot paraspinal lumbal sebagai penyebab NPB masih belum jelas. Otot-otot paraspinal lumbal ini berperan saat menerima beban saat tubuh bergerak dan saat menumpu berat badan. Ada indikasi bahwa musculus multifidus lumbal (LMM) merupakan otot paraspinal yang sensitif terhadap parubahan patologis yang berbeda pada tulang belakang lumbal dibandingkan otot paraspinal lainnya. Pengukuran musculus multifidus lumbal menggunakan ultrasound dapat memberikan penilaian yang tepat untuk menilai cross sectional area (CSA) otot. Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi rasio CSA muskulus multifidus lumbal menggunakan USG gray scale terhadap nyeri berdasarkan VAS. Penelitian dilaksanakan di Bagian Radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada Juli-Agustus 2018. Desain penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 38 orang dengan gejala klinis nyeri punggung bawah radikular. USG gray scale dilakukan untuk mengukur CSA muskulus multifidus pada level dan sisi yang nyeri dan pada sebelahnya, kemudian dihitung rasionya. Hal yang sama dilakukan pada level di atas nyeri. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dan Pearson. Hasil penelitian menunjukkan rerata sampel dengan derajat nyeri mild berdasarkan VAS. Mean rasio CSA yang diperoleh 81% pada level nyeri dan 82% pada level di atas nyeri. Terdapat korelasi antara rasio CSA muskulus multifidus lumbal pada level nyeri dan di atas nyeri terhadap derajat nyeri dengan arah korelasi negatif dengan nilai p=0,001 dan p=0,002. Semakin berat derajat nyeri, semakin kecil rasio CSA-nya