cover
Contact Name
Wahyudin
Contact Email
mandalaofhealth.journal@gmail.com
Phone
+6281343880797
Journal Mail Official
mandalaofhealth.journal@gmail.com
Editorial Address
Jl. Dr. Gumbreg, Medical Street, Mersi, Purwokerto Central Java 53122 Telp. (0281) 622022, Fax. (0281) 624990
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Mandala of Health : A Scientific Journal
ISSN : -     EISSN : 26156954     DOI : https://doi.org/10.20884/1.mandala
Core Subject : Health,
Mandala of Health : A Scientific Journal is a medical scientific journal with open access published by the Faculty of Medicine, Jenderal Soedirman University, containing research articles, systematic reviews, and case reports in all areas of basic medical science, clinical medicine, biomedical science, medical biotechnology, and public health.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 15 No 1 (2022): Mandala Of Health" : 8 Documents clear
HUBUNGAN PREHOSPITAL DELAY DENGAN KEPARAHAN STROKE ISKEMIK BERDASARKAN KRITERIA NIHSS DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO Haniy Thri Afifaningrum; Prasetyo Tri Kuncoro; Agus Budi Setiawan
Mandala Of Health Vol 15 No 1 (2022): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.96 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2022.15.1.5369

Abstract

Pasien stroke di Indonesia banyak mengalami keterlambatan kedatangan ke rumah sakit atau prehospital delay. Pencegahan dalam mengurangi kematian dan meminimalkan kerusakan otak adalah penanganan yang cepat dan tepat sesuai golden period. Prehospital delay akan menghalangi terapi reperfusi pada pasien stroke iskemia. Derajat kerusakan saraf pada pasien stroke akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan antara prehospital delay dengan derajat kerusakan saraf pada pasien stroke iskemia. Desain dari penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan data sekunder dari rekam medik NIHSS pasien stroke iskemia di RSUD Margono Soekarjo dari bulan April sampai dengan November 2021. Didapatkan sebanyak 78 pasien yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi terdiri dari 43 pasien yang mengalami prehospital delay < 24 jam dan 35 pasien yang mengalami prehospital delay > 24 jam. Hasil analisis bivariat antara prehospital delay dengan derajat kerusakan saraf berdasarkan kriteria NIHSS menunjukkan nilai (p= 0,831 dan r= -0,25) pada pasien stroke iskemia. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara prehospital delay dengan derajat kerusakan saraf pada pasien stroke iskemia dengan kekuatan korelasi yang lemah dan arah korelasi negatif, artinya semakin rendah skor NIHSS semakin lama prehospital delay. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat korelasi prehospital delay dengan derajat kerusakan saraf berdasarkan kriteria NIHSS pada pasien stroke iskemia di RSUD Margono Soekarjo
HUBUNGAN STRATEGI KOPING DENGAN TINGKAT STRES P[ADA ORANG TUA YANG MEMPUNYAI ANAK USIA SD DALAM MENGHADAPI PEMEBLAJARAN DARING Yudhistira Tri Wardhana; dyah woro Dwi Lestari; Octavia Permata Sari; wahyudin wahyudin
Mandala Of Health Vol 15 No 1 (2022): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.119 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2022.15.1.5522

Abstract

ABSTRAK Latar belakang : Pandemi COVID-19 mengganggu berbagai sektor kehidupan termasuk sektor pendidikan. Siswa SD terpaksa memberlakukan pembelajaran daring. Beban menjadi pengajar dan permasalahan lain selama COVID-19 berpotensi menjadi stresor bagi orang tua. Perlu diadakan penelitian yang meneliti hubungan antara strategi koping dengan tingkat stres pada orang tua siswa SD untuk memahami fenomena yang sedang marak terjadi ini. SD Negeri 2 Sokaraja Tengah dipilih dengan harapan mampu mepresentasikan kondisi wilayah pinggiran kota di Indonesia. Tujuan : Mengetahui apakah ada hubungan antara strategi koping dengan tingkat stres orang tua siswa SD Negeri 2 Sokaraja Tengah. Metode : Analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional mengambil data melalui kuesioner yang disebarkan langsung ke orang tua. Tingkat stres diukur dengan skala DASS-21 sedangkan strategi koping diukur dengan BRIEF COPE-Scale Inventory. Uji analisis Spearman digunakan sebagai metode analisis bivariat dengan tingkat kepercayaan 90%. Hasil : Ditemukan korelasi negatif signifikan pada adaptive coping (p: -0,389, sig: 0,000) dan maladaptive coping (p: -0,374, sig: 0,001). Sebagai subskala adaptive coping, ditemukan: active coping (p: -0,372, sig: 0,001), humor (p: -0,378, sig: 0,001), dan positive reframing (p: -0,382, sig: 0,000) dengan subskala lain tidak signifikan. Dari subskala maladaptive coping, ditemukan: denial (p: -0,327, sig: 0,003), self-blame (p: -0,320, sig: 0,004), dan self-disengagement (p: -0,291, sig: 0,009) dengan subskala lain tidak signifikan. Kesimpulan : Terdapat hubungan negatif bermakna pada strategi koping adaptive yang meliputi: active coping, humor, dan positive reframing, serta pada strategi koping maladaptive yang meliputi: denial, self-blame, self-disengagement ABSTRACT Background: COVID-19 pandemic disrupts many aspect of life including education aspect. Elementary school students are required to do online learning. Burden of teaching and other affected lives aspects are potential stressor source for parents. Hence, it is necessary to study correlation between coping strategies that parents used with stress level that they are affected to, so that we can better understand this booming phenomenon. Elementary School 2 of Sokaraja Tengah is chosen with means to represents suburbs of Indonesia. Objective: To understand whether there would be a correlation between coping strategies and stress level on elementary school students’ parents. Methods: Observational analytic with cross-sectional approach. Questionnaire are directly given to parents. Stress level is measured with DASS-21 scale, while coping strategies are measured with BRIEF COPE-Scale Inventory. Spearman bivariate analysis are chosen as the method of bivariate analytic with confidence interval of 90%. Results: Significant negative correlation was found in adaptive coping (p: -0,389, sig: 0,000) and maladaptive coping (p: -0,374, sig: 0,001). As subscales of adaptive coping, it was found: active coping (p: -0,372, sig: 0,001), humor (p: -0,378, sig: 0,001), and positive reframing (p: -0,382, sig: 0,000) while other subscales are not significant. From subscales of maladaptive coping, it was found: denial (p: -0,327, sig: 0,003), self-blame (p: -0,320, sig: 0,004), and self-disengagement (p: -0,291, sig: 0,009) while other subscales are not significant Conclusion: There is a negative correlation between coping strategies which include: adaptive coping (active coping, humor, and positive reframing), and maladaptive coping (denial, self-blame, and self-disengagement) with stress level of Elementary School 2 of Sokaraja Tengah
PREVALENCE AND RISK FACTOR THAT CAUSED ASTHMA IN CHILDREN AT SUMBANG 1 PUBLIC HEALTH CENTER PERIOD OF JANUARY 2018- DECEMBER 2020 Abiel Amazia Putri; Indah Rahmawati; Hajid Rahmadianto Mardihusodo
Mandala Of Health Vol 15 No 1 (2022): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.233 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2022.15.1.5559

Abstract

ABSTRAK Asma merupakan penyakit kronik dengan kumpulan tanda dan gejala berupa batuk, sesak nafas dan mengi secara episodik dan bersifat reversibel akibat dari reaksi inflamasi kronik saluran pernafasan yang mengakibatkan bronkus menjadi hipereaktif terhadap berbagai rangsangan. Prevalensi asma tertinggi terjadi pada usia anak-anak. Terdapat 3 faktor risiko penyebab asma yaitu, faktor genetik, faktor risiko lingkungan dan faktor lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor risiko penyebab asma pada anak di Puskesmas Sumbang 1 periode Januari 2018- Desember 2020. Penelitian ini menggunakan survei deskriptif observasional dengan analisis univariat dan penyajian data menggunakan tabel proporsi dan grafik kolom. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 pasien anak dari Puskesmas Sumbang 1 periode Januari 2018- Desember 2020. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuisioner. Hasil penelitian didapatkan 30 responden penderita asma dengan faktor genetik yang terdiri dari riwayat keluarga asma terdapat 20 responden (66,67%). Pada faktor lingkungan yaitu alergen bulu hewan peliharaan terdapat 12 responden (40%) dan alergen tungau debu terdapat 17 responden (56,67), sedangkan faktor lainya yaitu paparan asap rokok terdapat 17 responden (56,67%), polusi udara terdapat 11 responden (36,67%), udara dingin terdapat 20 responden (66,67%) serta riwayat infeksi terdapat 16 orang (53,33%). Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa faktor risiko penyebab asma tertinggi di Puskesmas Sumbang 1 periode Januari 2018- Desember 2020 adalah faktor genetik dan udara dingin dan faktor terendah penyebab asma di Puskesmas Sumbang 1 periode Januari 2018- Desember 2020 adalah faktor lainnya yaitu polusi udara. Kata kunci: Asma, Anak, Faktor Risiko Asma ABSTRACT Asthma is a chronic disease with a collection of signs and symptoms in the form of coughing, shortness of breath, and wheezing in an episodic and reversible nature due to chronic inflammatory reactions of the respiratory tract which causes the bronchi to become hyperreactive to various stimuli. The highest prevalence of asthma occurs in childhood. 3 risk factors cause asthma, namely, genetic factors, environmental risk factors, and other factors. This study aims to determine the prevalence and risk factors for asthma in children at Sumbang 1 Public Health Center Period of January 2018- December 2020. This study used an observational descriptive survey with univariate analysis and data presentation using proportion tables and column graphs. Sampling used a total sampling technique with a total of 30 pediatric patients from the Sumbang 1 Public Health Center for the period January 2018-December 2020. Data collection was carried out by interviewing and filling out questionnaires. The results showed that 30 respondents with asthma with genetic factors consisting of a family history of asthma were 20 respondents (66.67%). Based on the result of this study, there are 12 respondents (40%) on environmental factors namely pet fur allergens and there are 17 respondents (56.67%) on dust mite allergens, while other factors namely exposure to cigarette smoke there are 17 respondents (56.67%), air pollution there are 11 respondents (36,67%), cold air there are 20 respondents (66.67%), and a history of infection there were 16 people (53.33%). Based on the results of this study, it can be concluded that the highest risk factors for asthma in the Sumbang 1 Public Health Center for the period January 2018-December 2020 are genetic factors and cold air and the lowest risk factor causing asthma in the Sumbang 1 Public Health Center for the period January 2018-December 2020 is another factor, namely air pollution. Keywords: Asthma, Children, Risk Factors of Asthma.
ANALISIS PERILAKU CUCI TANGAN DAN KAITANNYA DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA LINGGASARI, KECAMATAN KEMBARAN, KABUPATEN BANYUMAS Aulia Jasmine Mukti; Octavia Permata Sari; Lieza Dwianasari Susiawan
Mandala Of Health Vol 15 No 1 (2022): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.771 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2022.15.1.5677

Abstract

Kecacingan menjadi salah satu penyakit yang paling diabaikan di di seluruh dunia. Anak-anak usia prasekolah dan sekolah adalah kelompok yang paling rentan terinfeksi parasit cacing karena respon imun yang lebih rendah, hygiene dan sanitasi yang buruk. Mencuci tangan menjadi komponen kebersihan tangan, hemat biaya dan nyaman dan telah terbukti menjadi praktik yang efektif dalam kegiatan pengendalian infeksi. Peneliti tertarik untuk menganalisis perilaku cuci tangan dan hubungannya dengan kejadian kecacingan pada anak sekolah dasar di Desa Linggasari yang diketahui memiliki faktor resiko kecacingan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisis perilaku cuci tangan dan hubungannya dengan kejadian kecacingan pada anak usia sekolah dasar di Desa Linggasari. Penelitian ini berupa deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional kepada 32 siswa sekolah dasar di Desa Linggasari yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Data perilaku cuci tangan dan yang mempengaruhinya diperoleh menggunakan kuesioner dan data kecacingan diperoleh melalui uji laboratorium. Analisis hipotesis menggunakan Fisher Exact Test. Hasil penelitian ini menunjukkan anak dengan perilaku cuci tangan yang buruk sebanyak 21,9% dan perilaku cuci tangan yang baik sebanyak 78,1%. Pemeriksaan sampel feses di laboratorium sebanyak 3,1% positif kecacingan, yaitu jenis Hymenolepis nana. Hasil uji statistik menunjukkan tidak didapatkan hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, dan pendidikan orang tua dengan perilaku cuci tangan (p-value > 0,05) dan tidak didapatkan hubungan antara perilaku cuci tangan dengan kecacingan di Desa Linggasari (p-value = 1,000). Dapat disimpulkan bahwa tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara perilaku cuci tangan dengan kejadian kecacingan di Desa Linggasari.
DISTRIBUSI PANDANGAN MASYARAKAT UMUM TERHADAP SKRINING PREMARITAL DI BANYUMAS Khafid Nawawi; RR Dyah Woro Dwi Lestari; Lantip Rujito
Mandala Of Health Vol 15 No 1 (2022): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.359 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2022.15.1.5743

Abstract

Latar Belakang : Kejadian penyakit genetik di Banyumas semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan prevalensi gen pembawa penyakit thalasemia sebanyak 8% dari setiap penduduk sehat. Kejadian ini menandakan wilayah banyumas rentan terhadap penyakit genetik. Sebagian besar penyakit genetik tidak dapat disembuhkan. Tetapi dapat dicegah dengan skrining genetik dan premarital. oleh karena itu pengetahuan, sikap dan perilaku skrining genetik ini penting. Salah satu pengaruhi ketiganya ini adalah tingkat pendidikan. Sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku skrining genetik dan premarital di Kabupaten Banyumas. Metode: penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan jumlah responden 400 orang. Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian adalah purposive sampling dan pengambilan data menggunakan kuesioner hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku Skrining Genetik dan Premarital. Uji hipotesis penelitian ini dengan uji korelasi rank spearman. Hasil : Penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan dengan p-value (p=0,005), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan sikap dengan p-value (p=0,454), dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku dengan p-value (0,927). Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap pengetahuan skrining genetik dan premarital (P value<0,05) dan Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan sikap dan perilaku skrining genetik dan premarital (P Value >0,05).
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP KADAR ASAM URAT PADA TIKUS PUTIH (Sprague dawley) MODEL CHRONIC KIDNEY DISEASE Mela Try Rahayu; Afifah Afifah; Khusnul Muflikhah
Mandala Of Health Vol 15 No 1 (2022): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.979 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2022.15.1.5784

Abstract

Chronic kidney disease (CKD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. CKD terjadi akibat pengurangan nefron fungsional dan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal yang akan menyebabkan gangguan dalam proses fisiologik ginjal, terutama dalam hal ekskresi zat-zat sisa termasuk asam urat. Laju filtrasi glomerulus ≤50% mulai terjadi peningkatan kadar kreatinin, urea, dan juga asam urat. Peningkatan asam urat akan terus bertambah seiring dengan penurunan (LFG). Perlu upaya untuk pencegahan progresifitas CKD. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan bahan alam yaitu seledri. Seledri mempunyai efek sebagai sebagai anti inflamasi, antioksidan, antihipertensi dengan kandungan flavonoid, saponin, tanin 1%, minyak asiri, apiin, apigenin, kolin, asparagines, zat pahit, vitamin A, B, dan C. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etenol seledri terhadap kadar asam urat pada tikus model CKD. Sebanyak 25 ekor tikus putih dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok 1: kontrol sham, kelompok 2: kontrol sakit, kelompok 3, 4, dan 5: kelompok 5/6 nefrektomi subtotal dan diberi ekstrak etanol seledri dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB 14 hari sebelum dan 14 hari setelah pembuatan model 5/6 nefrektomi subtotal. Asam urat diperiksa menggunakan sampel serum darah. Data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji post hoc Mann Whitney dengan signifikansi p<0,05. Rerata kadar asam urat kelompok A: 0,618±0,044, B: 1,400±0,231, C: 1,394±0,112, D: 1,586±0,434, E: 1,632±0,212. Terdapat perbedaan bermakna rerata kadar asam urat antara kelompok A dibanding kelompok B, C, D, dan E. Kadar asam urat kelompok C lebih rendah dibanding kelompok B namun tidak berbeda signifikan, dan kadar asam urat kelompok D dan E lebih tinggi dibanding kelompok B. Pemberian ekstrak etanol seledri tidak dapat mencegah peningkatan kadar asam urat pada tikus model CKD.
THE EFFECT OF SALIVARY TESTOSTERONE LEVELS ON HEART RATE VARIBILITY ON STUDENTS OF MEDICAL FACULTY OF JENDRAL SOEDIRMAN UNIVERSITY Widad Nurul Nadiyah; Mustofa Mustofa; Wahyu Djatmiko; Rizak Tiara Yusan
Mandala Of Health Vol 15 No 1 (2022): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.082 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2022.15.1.6352

Abstract

Testosterone is a steroid hormone produced by Leydig cells in testis. Testosterone levels can be measured through a saliva sampel. Testosterone have effect in the cardiovascular system. Testosterone can affect cardiac contractility and has a cardioprotective role in maintaining the autonomic balance of the heart. Cardiac autonomic activity can be assessed by Heart Rate Varibility (HRV). This study aims to determine the effect of salivary testosterone levels on HRV in FK Unsoed students. This study was an analytic observational study with a cross sectional approach. The number of subjects in this study were 31 students who were taken by consecutive sampling, with inclusion criteria, namely male gender, age 17-25 years, agreed to the informed consent, BMI 18,5-24,9 kg/m2, body temperature 36,5-37,5 ℃, and low to moderate level of physical activity. Testosterone levels were measured using the Salimetrics ELISA method. HRV were measured using a POLAR M400 heart rate monitor and the Welltory application with the result of HRV parameters in the form of SDNN. The data normality test used the Saphiro-Wilk test. Bivariate analysis used Pearson’s correlative parametric test. The subjects of the study had a low mean testosterone saliva levels, namely 12,38±3,70 pg/mL and a low mean SDNN of 56,74±19,70 ms. The results of the Pearson correlation test of testosterone with SDNN shows the value of r = 0,147 and the value of p = 0,429, so it can be concluded that there is no correlation between testosterone saliva levels and HRV in SDNN parameters.
CORRELATION OF SALIVARY TESTOSTERONE LEVELS WITH EXTROVERTED PERSONALITY IN STUDENTS OF THE FACULTY OF MEDICINE JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITY Ahmad Firdaus Firman Maulana; Mustofa Mustofa; Khusnul Muflikhah
Mandala Of Health Vol 15 No 1 (2022): Mandala Of Health
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.903 KB) | DOI: 10.20884/1.mandala.2022.15.1.6354

Abstract

Testosterone is the main male sex hormone produced by Leydig cells in the testis. Measurement of testosterone levels can use saliva samples. Testosterone has many roles in reproductive and non-reproductive functions, such as behavior. Behavior includes aggressive and dominant traits. Aggressive behavior has a relationship with extrovert personality. This study aims to determine the correlation of salivary testosterone levels with extroverted personality in students of the Faculty of Medicine Jenderal Soedirman University. This study is observational with a cross-sectional study design. The number of subjects in this study was 26 students taken with consecutive sampling, with inclusion criteria of male aged 17-25 years, agreed to informed consent, BMI 18-24,9 kg/m2, didn’t smoke, and didn’t consume alcohol. Testosterone level was measured with a Salimetrics ELISA kit. Measurement of extrovert personality using the MBTI questionnaire. The normality test of the data used the Saphiro-Wilk test and bivariate analysis using the Pearson correlative parametric test. The results of measurements on the subjects obtained salivary testosterone levels 11,64±2,51 pg/mL and extrovert personality 41,02±19,74 %. The results of the Pearson correlation test salivary testosterone with extroverted personality values obtained p = 0,007 and r = 0,517 which means that there is a significant correlation between salivary testosterone levels and extrovert personality. The conclusion of this study is there is a correlation between salivary testosterone levels and extrovert personality in students of the Faculty of Medicine Jenderal Soedirman University.

Page 1 of 1 | Total Record : 8