cover
Contact Name
Jamaluddin
Contact Email
jamaluddinucm@gmail.com
Phone
+6281347354696
Journal Mail Official
faiucmmakassar@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Agama Islam Universitas Cokroaminoto Makassar Jalan Perintis Kemerdekaan no 7 Makassar
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
El-Fata: Journal of Sharia Economics and Islamic Education
ISSN : 28286960     EISSN : 2963511X     DOI : https://doi.org/10.61169/el-fata
Core Subject : Economy, Education,
El-Fata publishing articles in the field of Sharia Economics and Islamic Education, with scope for the field of Sharia Economics: Islamic Ecnomic Philosophy, History of Islamic Though, Islamic Economic and Contemporary Issues, Non-Bank Islamic Finance Institutions, Islamic Banking Management, Islamic Business Ethics, Legal Aspects of Sharia Economy. Islamic Education: Islamic Education Science, Islamic Education Philosophy, Learning Design and Media, Islamic Education Learning Strategies, Islamic Education Curriculum Development, Educational Curriculum Evaluations, Tarbawi Tafsir, and Tarbawi Hadis.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 2: OKTOBER 2023" : 7 Documents clear
Merawat Pluralisme dan Pendidikan Demokrasi di Indonesia: Kontribusi Komunitas Gusdurian di Kota Makassar Laessach M. Pakatuwo; Muhaemin Muhaemin; La Ode Ismail
El-Fata: Journal of Sharia Economics and Islamic Education Vol. 2 No. 2: OKTOBER 2023
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Cokroaminoto Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61169/el-fata.v2i2.63

Abstract

Penulisan ini membahas bagaimana merawat pluralism dan demokrasi di Indonesia melalui kontribusi kontribusi komunitas Gusdurian di Kota Makassar? Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui field research (penelitian lapangan) yaitu mengkaji dan menganalisa literatur-literatur yang berkaitan dengan objek penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan sosiologis dan pendekatan fenomenologi agama. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu melalui tahapan heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, Komunitas Gusdurian Makassar merupakan sebuah komunitas yang berdiri pada tahun 2013 sebagai arena sinergis bagi para murid, pengagum dan penerus pemikiran serta perjuangan Gus Dur di Makassar. Kedua, Peranan komunitas Gusdurian dalam merawat pluralisme dan demokrasi, melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan seperti pojok kampus, kelas pemikiran Gus Dur, dialog lintas agama, gusdurian peduli clean the city, haul Gus Dur, Kampanye media sosil, aktivitas advokasi, ngaji demokrasi, workshop keberagaman gender dan forum bulanan. Ketiga, respon masyarakat terhadap eksistensi komunitas Gusdurian Makassar dalam merawat pluralisme dan demokrasi ditanggapi bahwa gerakan ini menjadi salah satu wadah dalam memperkuat memperkuat keberagaman tersebut yang mampu diwujudkan dalam bentuk kepedulian.
Moderasi Beragama Pada Masyarakat Konawe Selatan : (Studi Atas Toleransi Beragama Berbasis Kearifan Lokal Kalosara Masyarakat Konawe Selatan) Awal Awal; Andi Aderus; Indo Santalia
El-Fata: Journal of Sharia Economics and Islamic Education Vol. 2 No. 2: OKTOBER 2023
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Cokroaminoto Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61169/el-fata.v2i2.64

Abstract

Penelitian ini membahas tentang moderasi beragama berbasis kearifan lokal kalosara pada masyarakat Konawe Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Mendeskripsikan toleransi beragama masyarakat Konawe Selatan perspektif agama-agama, 2) Menjelaskan bagaimana implementasi toleransi beragama berbasis kearifan lokal Kalosara pada masyarakat Konawe Selatan. 3) Menjelaskan terkait faktor apa saja yang paling berpengaruh dalam implementasi toleransi beragama berbasis kearifan lokal kalosara. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui field research (penelitian lapangan) yaitu mengkaji dan menganalisa literatur-literatur yang berkaitan dengan objek penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan fenomenologi, pendekatan sosiologis dan pendekatan teologis Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu melalui tahapan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Semua agama di Konawe Selatan sepakat bahwa toleransi beragama merupakan sebuah konsep yang menggambarkan sikap saling menghormati dan bekerja sama antar kelompok agama, 2) Implementasi toleransi beragama berbasis kearifan lokal kalosara dapat diterapkan dengan cara mengambil tiga unsur utama di dalam kalosara yaitu a) Lilitan rotan, mengajarkan kepada masyarakat untuk bisa hidup toleransi sesama agama kita harus mampu menerima perbedaan, dan menjaga rasa persaudaraa, b) Kain putih, melambangkan kesucian dan religius, hidup harus saling tolong menolong sesama manusia, dan hidup rukun dan damai sesama manusia dan c) Talam anyaman, melambangkan kesejaahteraan dan keadilan sosial, mengajarkan bahwa jika ingin hidup tentram dan damai terhadap agama lain maka di perlukan kebebasan dalam beragama, dan keadilan bagi seluruh agama, 3) Faktor yang paling berpengaruh dalam implementasi toleransi beragama berbasis kearifan lokal kalosara yaitu faktor agama dan faktor budaya yang memicu timbulnya sikap toleransi beragama. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa kearifan lokal kalosara mempunyai peran yang baik dalam memperkuat moderasi beragama di Konawe Selatan, maka hal tersebut harus tetap dilestarikan dan dijaga sebagai simbol pemersatu dan menjadi jembatan dalam menerima segala perbedaan yang ada serta menumbuhkan sikap toleransi antar penganut agama. Selain itu, dengan penelitian ini diharapkan menjadi bahan bacaan, rujukan dan pijakan agar mampu mengetahui kehidupan moderasi beragama yang ada di masyarakat Konawe Selatan.
Tradisi Messawe To Tamma’ di Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar : (Studi Budaya Islam) Ahmad Zulkiram; Ahmad M. Sewang; Wahyuddin G
El-Fata: Journal of Sharia Economics and Islamic Education Vol. 2 No. 2: OKTOBER 2023
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Cokroaminoto Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61169/el-fata.v2i2.65

Abstract

Penelitian ini membahas tentang Tradisi Messawe to Tamma’ di Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar (Studi Budaya Islam). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) mendeskripsikan dan menganalisis sejarah tradisi Messawe to Tamma di Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar, 2) mendeskripsikan dan menganalisis prosesi tradisi Messawe to Tamma di Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar, 3) mendeskripsikan dan menganalisis relasi Islam dengan tradisi lokal dalam tradisi Messawe to Tamma di Desa Pambusuang Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui field research (penelitian lapangan) yaitu meneliti peristiwa-peristiwa yang ada di lapangan sebagaimana adanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis, antropologi, dan agama. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu melalui tahapan observasi, wawancara dan dokumentasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, tradisi messawe to tamma’ bermula pada masa raja ke IV Balanipa yaitu Tandi Bella I Kakanna Pattang yang diberi gelar Daeta Tommuwane. Kedua, Pada tradisi messawe to tamma’ terdapat tiga tahap dalam kegiatan ini yaitu pra pelaksanaan, dimana masyarakat membentuk kepanitiaan. kemudian pelaksanaan messawe to tamma. Pelaksanaan acara diawali di masjid seperti massikir dan marratas baca pada pagi harinya, kemudian pasca pelaksanaan. Setelah selesai acara messawe to tamma, maka masyarakat Mandar yang melaksanakan maupun menyaksikan acara messawe to tamma kembali kerumah masing-masing dan memberikan sebuah jamuan kepada tamu yang datang. Ketiga, dalam acara messawe to tamma terdapat pengamalan nilai-nilai sosial yang dimana sebelum pelaksanaanya masyarakat Desa Pambusuang bersama pengurus dan imam mesjid melakukan suatu kesepakatan atau bermusyawarah, untuk membuat atau membentuk suatu kepanitiaan. Pada aspek kultur Sebagaimana dalam tradisi adat Mandar dalam melakukan prosesi messawe to tamma seorang anak laki-laki memakai pakaian busana orang Arab, dengan jubah panjang dan memakai tutup kepala sama halnya dengan Nabi Muhammad Saw,.Pada kegiatan messawe to tamma’ juga memiliki dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. Implikasi penelitian ini adalah Bagi masyarakat yang melaksanakan tradisi messawe to tamma’ diharapkan dapat melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai Islam yang terdapat dalam tradisi messawe to tamma’, sehingga tradisi ini tetap eksis untuk dijadikan sebagai sarana dakwah dan memotivasi generasi muda untuk menamatkan al-quran
Peranan Andi Mappayukki Terhadap Perkembangan Islam di Kerajaan Bone Masniati Masniati; Abdul Rahim Yunus; Syamzan Syukur
El-Fata: Journal of Sharia Economics and Islamic Education Vol. 2 No. 2: OKTOBER 2023
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Cokroaminoto Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61169/el-fata.v2i2.66

Abstract

Hasil penelitian ini menemukan, pertama: Pada masa pemerintahan Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim mengalami banyak perubahan, seperti diadakannya “Pertemuan Ulama Celebes Sulawesi Selatan” pada tahun 1932 M. Tahun 1933 M didirikanlah Al-Madrasah Amiriyyah Al-Islamiyyah Watampone, politik dan ekonomi juga mengalami banyak perubahan, dan berkontribusi dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ketiga: Andi Mappanyukki berkontribusi dalam bidang agama dan bidang edukasi dan moral, seperti, beliau mendirikan Masjid Raya Watampone. Madrasah yang berhasil didirikan Andi Mappanyukki Sultan Ibrahim memiliki banyak kontribusi terhadap masyarakat dan mampu melahirkan banyak tokoh-tokoh agama di Sulawesi Selatan. Metode penelitian yakni: (1) Heuristik (pengumpulan data), (2) Kritik sumber (verifikasi), (3) Interpretasi, (4) Historiografi. Implikasi penelitian ini yaitu: (1) Dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian dasar yang lebih mendalam. (2) Peneliatian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif untuk melestarikan nilai-nilai agama pada masyarakat Bone.
Historitas Masjid Tua Al-Hilal Katangka di Kabupaten Gowa : (Studi Sejarah Peradaban dan Pendidikan Islam) St. Maisyah Nur Ali; Ahmad M. Sewang; Indo Santalia
El-Fata: Journal of Sharia Economics and Islamic Education Vol. 2 No. 2: OKTOBER 2023
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Cokroaminoto Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61169/el-fata.v2i2.67

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang Masjid Tua Al-Hilal Katangka sebagai simbol peradaban Islam di Gowa. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) menganalisis latar belakang berdirinya Masjid Tua Al-Hilal Katangka dan 2) menganalisis unsur-unsur peradaban Islam pada Masjid Tua Al-Hilal Katangka. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif-analisis. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui field research (penelitian lapangan), yaitu menggunakan data dari hasil wawancara lapangan dari narasumber. Penelitian ini menggunakan pendekatan teologis, arkeologi, dan antropologi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini, yaitu melalui tahapan heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, latar belakang berdirinya Masjid Tua Al-Hilal Katangka atas inisiatif Raja Gowa XIV I Mangngrangi Daeng Manrabbia pada tahun 1603. Beliau mendirikan masjid sebagai fasilitas ibadah tamu kerajaan yang beragama Islam. Peristiwa ini dilatarbelakangi ketika syekh dari Yaman beserta rombongannya melaksanakan salat Jumat di bawah pohon katangka. Kedua, inskripsi yang terdapat di beberapa bagian masjid seperti tiga pintu dan mimbar masjid menggambarkan bentuk perkembangan pembangunan masjid dari bebarapa Raja Gowa pada masanya hingga pemerintah setempat dan masyarakat
Musu' Selleng Dalam Hegemoni Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan : (Studi Tentang: Islamisasi Kerajaan Wajo 1582-1626) Dewi Sartika; Rahmawati Harisa; Hasaruddin Hasaruddin
El-Fata: Journal of Sharia Economics and Islamic Education Vol. 2 No. 2: OKTOBER 2023
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Cokroaminoto Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61169/el-fata.v2i2.68

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah; pertama, mendeskripsikan kondisi Kerajaan Wajo pra Islam. Kedua, mendeskripsikan dan mengalisis terjadinya musu’ selleng dalam proses islamisasi di Kerajaan Wajo. Ketiga, mendeskripsikan dan mengalisis perkembangan Kerajaan Wajo pasca Islamisasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian library research (kepustakaan) dengan menggunakan pendekatan sosiologi agama dan politik. Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini terungkap bahwa; pertama, terbentuknya Wajo sebagai suatu kerajaan diperkirakan pada pertengahan abad ke XV yang diawali dengan kedatangan seseorang membuka perkampungan Lampulungeng yang bernama Puangnge Lapulungeng, dilanjutkan Puangge ri Tempengeng yang kemudian membuka perkampungan Boli yang tidak berlangsung lama lalu hancur. Fase berikutnya dilanjutkan dengan kedatangan bangsawan yang bernama La Paukke putera Datu Cina, kemudian merintis Kerajaan Cinnotabi yang kemudian pada perkembangan selanjutnya menjadi cikal bakal terbentuk Kerajaan Wajo. Dalam sistem pemerintahan Kerajaan Wajo pada prinsipnya jabatan Arung Matowa Wajo tidak diwariskan secara satu garis keturunan akan tetapi dipilih oleh 39 Pungnge ri Wajo sebagai lembaga pemegang kedaulatan tertinggi di Wajo yang dikenal dengan Arung Patappuloe. Masyarakat wajo sebelum menganut agama Islam menganut kepercayaan animisme dan dinamisme, dewata seuwae, kepercayaan Tolotan. Kedua, penerimaan Islam di Wajo sebagai agama resmi oleh elite kerajaan melalui musu’ selleng yang dilancarkan Kerajaan Gowa, Penerimaan tersebut pada hari Selasa 15 Safar 1019, jika dikonversikan bertepatan dengan Ahad 9 Mei 1610 oleh Arung Matowa Wajo La Sangkuru Patau kemudian memeluk agama Islam dengan gelar Sultan Abd. Rahman. Ketiga, penerimaan Islam oleh kerajaan dan masyarakat Wajo telah membawa perubahan besar dalam struktur pemerintahan dan struktur sosial. Namun kehadiran Islam berusaha untuk tidak mengganggu asas-asas kehidupan yang ada, melainkan enkulturasi nilai-nilai Islam dan budaya yang ada.
Parewa Sara: Otoritas Pra dan Pasca Peristiwa Rumpa'na Tana Bone 1824-1931 Ana Nurwina Tanal; M. Dahlan M; Indo Santalia
El-Fata: Journal of Sharia Economics and Islamic Education Vol. 2 No. 2: OKTOBER 2023
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Cokroaminoto Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61169/el-fata.v2i2.70

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana otoritas parewa sara’ pra dan pasca terjadinya rumpa’na tana Bone. Kajian ini dibagi menjadi 3 rumusan masalah: (1) Bagaimana sejarah parewa sara’ pra peristiwa rumpa’na tana Bone, (2) Bagaimana kontribusi parewa sara’ ketika berlangsungnya peristiwa rumpa’na tana Bone, (3) Bagaimana kedudukan parewa sara’ pasca peristiwa rumpa’na tana Bone. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau library research. Pendekatan yang digunakan yaitu: (1) Pendekatan Sejarah, (2) Pendekatan Budaya, (3) Pendekatan Etnografi. Sumber data ada dua macam yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, sedangkan langkah-langkah penelitian yakni: (1) Heuristik (pengumpulan sumber), (2) Kritik Sumber, (3) Interpretasi, (4) dan Historiografi. Hasil penelitian ini berupaya mengungkap otoritas Parewa Sara’ pra dan pasca peristiwa Rumpa’na Tana Bone dalam kurun waktu 1824-1931. Pengungkapan pertama: struktur pemerintahan Kerajaan Bone sebelum dan setelah Islam sebagai agama resmi kerajaan. Kedua, peranan Parewa Sara’ yang memiliki otoritas dalam memandang peristiwa yang akan dihadapi Kerajaan Bone ketika berhadapan dengan Hindia Belanda. Pandangan ini terlihat setelah Hindia Belanda melakukan penyerangan guna menguasai pelabuhan yang ada di Bone. Pukulan mundur yang terus dilakukan Belanda membuat lasykar-lasykar Bone kewalahan sehingga peristiwa ini diistilahkan Rumpa’na Tana Bone. Dan ketiga, akibat kemenangan Belanda dalam perang yang telah berlangsung membuat sisyem pemerintahan Kerajaan Bone diambil alih oleh pihak Belanda dan Parewa Sara’ yang tadinya memiliki kedudukan dalam pemerintahan Kerajaan Bone sudah jarang dijumpai dalam pengungkapan perannya dalam pemerintahan.

Page 1 of 1 | Total Record : 7