cover
Contact Name
Khairul Amin
Contact Email
khairulamin@lakaspia.org
Phone
+628116855377
Journal Mail Official
sinthop@ar-raniry.ac.id
Editorial Address
Jalan Mata Ie Lorong Permai X Ni. 74 Perumahan Bukit Permai Geu Gajah Darul Imarah, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Kode Pos 23352, Indonesia
Location
Kab. aceh besar,
Aceh
INDONESIA
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya
ISSN : -     EISSN : 29868475     DOI : -
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya is a double-blind peer-reviewed journal published by Lembaga Aneuk Muda Peduli Ummat in collaboration with Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia. The journal publishes research articles, conceptual articles, and book reviews of education, religious, social, and cultural studies. The articles of this journal are published bi-annually in January-June and Juli-December.
Articles 33 Documents
Pandangan MUI terhadap Pluralisme Agama Muhammad Nasir
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol 1 No 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.407 KB) | DOI: 10.22373/sinthop.v1i1.2336

Abstract

Religious pluralisme among Muslims itself raises pros and cons, acceptance on the one hand and resistance on the other. Supporters of religious pluralisme argue that this idea is a necessity in the midst of Indonesia's pluralistic condition. Opponents of religious pluralisme are of the view that this idea is misleading, because it tends to mix up religious teachings and assumes that all religions are true. The climax of the conflict over the notion of religious pluralisme was the issuance of a fatwa by the Indonesian Ulema Council (MUI) regarding the prohibition of pluralisme, secularism and religious liberalism. This research was conducted to examine more deeply the MUI's views on religious pluralisme. This study aims to find out why some issues of religious pluralisme have received a response from the MUI and how the MUI views religious pluralisme. To examine this problem, a descriptive analysis method was used, namely a problem solving that includes recording, interpreting and analyzing MUI's views on religious pluralisme and writings related to it. The results of the research are: The issue of religious pluralisme and the development of secular and liberal thinking in Indonesia received a firm response from the MUI because pluralisme, secularism and religious liberalism were seen by the MUI as having distorted Islamic teachings and had raised people's doubts about the Islamic creed and sharia. The MUI's view of pluralisme, secularism and religious liberalism is an understanding that is contrary to the teachings of Islam. It is forbidden for Muslims to follow the notions of pluralisme, secularism and religious liberalism. In matters of aqidah and worship, Muslims must be exclusive, in the sense that it is forbidden to mix the aqeedah and worship of Muslims with the aqeedah and worship of followers of other religions. For Muslim communities who live with adherents of other religions (religious plurality), in sosial issues that are not related to faith and worship, Muslims are inclusive, in the sense that they continue to engage in sosial relations with adherents of other religions as long as they do not harm each other. Abstrak Pluralisme agama di kalangan Islam sendiri menimbulkan pro dan kontra, penerimaan di satu sisi dan resistensi di sisi lain. Para pendukung pluralisme agama berpendapat, ide tersebut adalah sebuah keniscayaan di tengah kondisi Indonesia yang majemuk. Para penentang pluralisme agama berpandangan bahwa ide tersebut menyesatkan, karena cenderung mencampuradukkan ajaran agama dan menganggap semua agama benar. Puncak pertentangan atas paham pluralisme agama adalah dengan keluarnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang haramnya paham pluralisme, sekularisme, dan liberalisme agama. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pandangan MUI terhadap pluralisme agama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa sebagian isu pluralisme agama mendapat respons MUI dan bagaimana pandangan MUI terhadap pluralisme agama. Untuk meneliti masalah ini digunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu pemecahan masalah yang meliputi pencatatan, penafsiran dan analisa terhadap pandangan MUI terhadap pluralisme agama dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengannya. Adapun hasil dari penelitian adalah: Isu pluralisme agama dan berkembangnya pemikiran sekuler dan liberal di Indonesia mendapat respons MUI dengan tegas karena pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama dipandang oleh MUI telah membelokkan ajaran Islam dan telah menimbulkan keraguan umat terhadap akidah dan syariat Islam. Adapun pandangan MUI terhadap pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Umat Islam haram mengikuti paham pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama. Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif, dalam arti haram mencampuradukkan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain. Bagi masyarakat Muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan.
Konsep Kekekalan Akhirat: Komparasi Eskatologi Islam dan Kristen Hebi Habibie
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol 1 No 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.402 KB) | DOI: 10.22373/sinthop.v1i1.2337

Abstract

Agus Mushtofa's concept of eternity in a more rational sense. The attributes of Allah that are used as an argument that the Hereafter is not eternal do not mean rejecting the understanding of the eternity of the Hereafter. However, the attributes of Allah do not want to limit the absolute ability of Allah. Attributes such as Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatu lil Hawadisti, Qudrah and Iradah are qualities that make the eternal nature of the hereafter a different matter. This is different from the understanding of scholars in general who argue that the eternity of the hereafter is inviolable, while Agus Musthofa provides another understanding that the eternity of the hereafter depends on Allah. If Allah wants the hereafter to be eternal, then the hereafter will be eternal and if Allah removes the eternity of the hereafter, then the hereafter will be destroyed, both heaven and hell. Thoughts about the afterlife or the last day also exist in Christianity is not much different. If Muslims have a concept of life in the grave, so does the doctrine in Christianity. In the concept of Islam, humans who have died will enter the grave, in Christianity, if they die then when they enter the grave everything will be burned or purified with purgatory until the time of judgment arrives. Likewise heaven and hell in Islam and Christianity. If in Islam there are levels in heaven and hell according to their deeds. Christianity does not mention any levels of heaven and hell. In general, religious leaders in Islam and Christianity close the door on discussions about the eternal concepts of heaven and hell. Abstrak Konsep Agus Mushtofa tentang kekekalan dalam arti yang lebih rasional. Sifat-sifat Allah yang dijadikan sebagai argumentasi bahwasanya Akhirat tidak kekal bukan berarti menolak pemahaman tentang kekekalan akhirat. Akan tetapi dengan sifat-sifat Allah itu tidak ingin membatasi kemampuan mutlaq dari Allah. Sifat seperti Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatu lil Hawadisti, Qudrah dan Iradah adalah sifat-sifat yang menjadikan sifat kekal akhirat menjadi hal yang berbeda. Hal inilah yang berbeda dengan pemahaman ulama pada umumnya yang berpendapat bahwasanya kekekalan akhirat tidak dapat diganggu gugat sedangkan Agus Musthofa memberikan pemahaman lain bahwasanya kekekalan akhirat tergantung pada Allah. Jika Allah berkehendak akhirat kekal, maka kekallah akhirat dan jika Allah mencabut kekekalan akhirat, maka musnahlah alam akhirat baik itu surga maupun neraka. Pemikiran tentang akhirat atau hari akhir juga ada dalam agama Kristen tidaklah jauh berbeda. Jika umat Islam ada konsep kehidupan dalam kubur, begitu juga doktrin dalam agama Kristen. Dalam konsep agama Islam, manusia yang telah meninggal akan memasuki alam kubur, dalam agama Kristen, jika meninggal maka tatkala memasuki alam kubur semuanya akan dibakar atau dimurnikan dengan api penyucian hingga tiba saat penghakiman. Begitu juga surga dan neraka dalam Islam dan Kristen. Jika dalam Islam ada tingkatan dalam surga dan neraka sesuai dengan amalannya. Agama Kristen tidak menyebutkan adanya tingkatan dalam surga dan neraka. Pada umumnya para pemuka agama dalam agama Islam dan Kristen menutup pintu diskusi tentang konsep kekekalan surga dan neraka.
Oksidentalisme dalam Pandangan Pemikiran Hassan Hanafi Fitri Mawaddah
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol 1 No 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.253 KB) | DOI: 10.22373/sinthop.v1i1.2339

Abstract

Hanafi stated that occidentalism is the opposite of orientalism. If the object of study in Orientalism is the East and more specifically in Islam, then in Occidentalism the object of study is the West. This means that Hanafi reverses the paradigm of the subjects in orientalism, namely the East as the subject and the West as the object. This research is a library research, namely the data obtained from books, scientific writings, magazines, the internet as well as from some other literature. In this study the authors also used the descriptive method, which is a method that aims to make descriptions, drawings or drawings systematically, by analyzing data, which is a process of compiling data so that it can be interpreted. Which means classifying in a certain pattern then interpreted in terms of giving meaning and looking for relationships from various concepts that have been collected, literature studies through data sources, interpreting data, writing techniques and data analysis techniques so that conclusions can be drawn, namely: Occidentalism format is a movement renewal towards change, so that it can change the Muslim paradigm to become an agent of change, intelligent, tough and civilized. Abstrak Hanafi menyatakan bahwa oksidentalisme adalah kebalikan dari orientalisme. Jika objek kajian orientalisme adalah Timur dan lebih khusus lagi dalam Islam, maka dalam oksidentalisme yang menjadi objek kajiannya adalah Barat. Hal ini berarti Hanafi melakukan pembalikan paradigma subjek-sabjek dalam orientalisme, yaitu Timur sebagai subjek dan Barat sebagai objek. Adapun penelitian ini merupakan penelitian perpustakaan (library research) yakni datanya diperoleh dari buku-buku, tulisan ilmiah, majalah, internet serta dari beberapa literatur lainnya. Dalam penelitian ini juga penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, dengan cara menganalisis data, yang merupakan suatu proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Yang berarti menggolongkan dalam satu pola tertentu kemudian di interpretasikan dalam arti memberi makna dan mencari hubungan dari berbagai konsep yang telah dikumpulkan, studi kepustakaan melalui sumber data, menafsirkan data, teknik penulisan dan teknik analisis data sehingga dapat di tarik kesimpulan yaitu: format oksidentalisme adalah gerakan pembaharuan menuju perubahan, sehingga dapat mengubah paradigma muslim menjadi agen of change, cerdas tangguh dan berperadaban.
Konsep Keselamatan dalam Teologi Kristen Modern Juara Juara
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol 1 No 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.406 KB) | DOI: 10.22373/sinthop.v1i1.2340

Abstract

Safety is the main goal of life in this world and in the hereafter. Safety means being safe. Salvation in theology is referred to as the main point of the Christian faith as human divinity as mercy and forgiveness of sins. Religion in general gives instructions to its people through the holy book which is one of the main foundations as a guide for life. The aim is for adherents of religion to receive safety, both in this world and in the hereafter, physically and spiritually. To achieve salvation in Christianity through faith, baptism, repentance, turning, rebirth and forgiveness. The development of the teachings of salvation in Christianity has occurred since the Second Vatican Council (1962-1965) where a reform occurred in the Catholic and Protestant churches which resulted in a renewal. Church renewal of religious teachings according to Luther and Calvin. According to Luther, the forgiveness of sins because of the blood of Jesus is a gift from God. According to Calvin, he prioritized the majesty of God and the power of God without any ties. Based on the results of this study, the authors can understand the concept of the salvation of modern Christianity, will make themselves more appreciative and respectful of other religions. Abstrak Keselamatan merupakan tujuan utama hidup di dunia dan di akhirat. Keselamatan artinya keadaan selamat. Keselamatan dalam teologi disebut dengan pokok iman Kristen sebagai pengilahian manusia sebagai rahmat dan pengampunan dosa. Agama pada umumnya memberikan petunjuk pada umatnya melalui kitab suci yang merupakan satu landasan utama sebagai penuntun hidup. Tujuannya adalah agar umat pemeluk agama mendapat keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat, jasmani maupun rohani. Untuk mencapai keselamatan dalam agama Kristen melalui keimanan, pembaptisan, pertobatan, perpalingan, kelahiran kembali dan pengampunan. Perkembangan ajaran keselamatan dalam agama Kristen terjadi sejak Konsili Vatikan II (1962-1965) terjadi suatu reformasi dalam gereja Katolik maupun Protestan yang lahir suatu pembaharuan. Pembaharuan gereja terhadap ajaran agama menurut Luther dan Calvin. Menurut Luther, pengampunan dosa karena darah Yesus adalah anugerah Allah. Menurut Calvin, ia lebih mengutamakan keagungan Allah dan kuasa Allah tanpa ikatan apa pun. Berdasarkan hasil penelitian ini penulis dapat memahami konsep keselamatan agama Kristen modern, akan menjadikan diri semakin menghargai dan menghormati agama lain.
Pola Interaksi Masyarakat dengan Pesantren Darul Amilin Gunung Rotan Aceh Selatan Mardiani Mardiani
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol 1 No 1 (2022): Januari-Juni
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.387 KB) | DOI: 10.22373/sinthop.v1i1.2342

Abstract

The social interaction that occurs between the community and the Darul Amilin Islamic Boarding School, this activity is supported by several important factors played by the pesantren caregivers while the community feels there is a need for the pesantren. Meanwhile, pesantren activities always involve the community in various activities that have a very prominent role in educating the community, while the community also feels that they cannot separate themselves from this institution. This study aims to find out how the pattern of community interaction with Islamic boarding schools. This type of research is descriptive research with a qualitative approach through observation and interviews. The data obtained were interpreted using descriptive analysis techniques. The results of the study found that the relationship between community interaction and Islamic boarding schools was well established, but there was an openness between Islamic boarding schools and the community in the form of decision making in the implementation of activities and education. Abstrak Interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat dengan pesantren Darul Amilin, kegiatan tersebut didukung oleh beberapa faktor penting yang diperankan oleh pengasuh pesantren sementara pihak masyarakat terasa ada kebutuhan terhadap pesantren. Dalam pada itu kegiatan, pesantren senantiasa melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan yang sanggat menonjol peran mencerdaskan masyarakat, sedangkan masyarakat juga merasa tidak dapat memisahkan diri dari lembaga ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola interaksi masyarakat dengan pesantren. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui observasi dan wawancara. Data yang diperoleh diinterpretasikan dengan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menemukan hubungan interaksi masyarakat dengan pesantren terjalin dengan baik, akan tetapi adanya ke tidak terbukaan antara pesantren dan masyarakat berupa pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan kegiatan maupun pendidikan.
Kontroversi Lafadz Allah: Analisis Lafadz Allah dalam Kristen di Malaysia Fikril Jamil Bin Bidin
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol 1 No 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.233 KB) | DOI: 10.22373/sinthop.v1i2.2344

Abstract

Kalima Allah is an issue after the court's decision rejected the application to use the Kalima Allah as a substitute for the words God or God in the Christian magazine Herald The Catholic Weekly in Malaysia into Malay. Various views from Muslims and non-Muslims say the law of using the word Allah is reasonable. This research uses library research, namely reading and researching and using books and media related to thesis discussion. The controversy over the word of Allah is more important than the discussion whether non-Muslims may use the word of Allah or not. These are two different issues. The request of the Christian party to use Allah's sentence was rejected by the court through a judicial decision on the grounds that it could cause confusion among fellow Muslims. But this has been interpreted by Muslims as a Christianization mission in Malaysia. Judging from the texts of the Koran, non-Muslims may pronounce Allah's words like Christianity. However, publications of The Herald in the English, Chinese and Indian versions do not change the word Allah and continue to use the same word, namely God or God in their languages. Only in the Malay language they want to use the word Allah. Abstrak Kalimah Allah adalah merupakan satu isu setelah keputusan kehakiman menolak permohonan penggunaan kalimah Allah sebagai pengganti perkataan God atau Tuhan dalam Herald The Catholic Weekly majalah Kristen di Malaysia ke dalam bahasa melayu. Berbagai macam pandangan dari muslim dan non muslim mengatakan hukum penggunaan kalimah Allah adalah wajar. Penelitian ini menggunakan riset perpustakaan (library research), yaitu membaca dan meneliti serta memakai buku-buku dan media yang berkaitan dengan pembahasan skripsi. Masalah kontroversi kalimah Allah lebih penting dari diskusi apakah non muslim boleh menggunakan kalimah Allah ataupun tidak. Ini adalah dua isu yang berbeda. Permohonan pihak Kristen untuk menggunakan kalimah Allah ditolak oleh pihak mahkamah melalui keputusan kehakiman dengan alasan karena bisa menimbulkan kekeliruan sesama muslim. Namun hal ini telah ditafsirkan umat Islam sebagai misi kristenisasi di Malaysia. Melihat dari nash Al-Quran, bahwa non muslim boleh menyebut kalimah Allah seperti agama Nasrani. Namun, terbitan The Herald dalam versi bahasa Inggris, Cina dan India tidak mengubah kata Allah dan tetap menggunakan kata yang sama yaitu God atau Tuhan dalam bahasa mereka. Hanya terbitan bahasa Melayu saja mereka ingin menggunakan kalimah Allah.
Penerapan Metode Eksperimen Menggunakan Bahan Alami di Lingkungan Sekitar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 MAN 1 Pidie Safrina Safrina
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol 1 No 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.975 KB) | DOI: 10.22373/sinthop.v1i2.2388

Abstract

The low interest of students in taking lessons is one of the factors that cause low student learning outcomes. Therefore, an interesting learning model is needed to increase student interest and learning outcomes. This study aims to improve student learning outcomes in the Chemistry subject matter of acid and base indicators using a learning model with experimental methods based on natural materials found in the surrounding environment. This research is classroom action research, which consists of two cycles. Based on the research results, it is known that the learning model with this experimental method can increase students' interest and learning outcomes with the acquisition of cognitive, affective, and psychomotor classical completeness scores in the first cycle, namely 0%, 77.5%, 100%, and the second cycle, namely 100%, 100 %, 100%. The average value of cognitive, affective, and psychomotor in the first cycle are 48.30; 82.75; 73; points, and in the second cycle are 90.75; 88.09; 86.19 points. This study suggests that experimental methods using natural materials in the surrounding environment for other chemical materials need to be carried out so that students become more interested in learning chemistry. Abstrak Rendahnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Kajian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kimia materi Indikator Asam dan Basa melalui model pembelajaran dengan metode eksperimen menggunakan bahan alami di lingkungan sekitar. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa model pembelajaran dengan metode eksperimen ini dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dengan perolehan nilai ketuntasan klasikal kognitif, afektif, psikomotor siklus I yaitu 0%, 77,5%, 100% dan siklus II yaitu 100%, 100%, 100%. Nilai rata-rata kognitif, afektif dan psikomotor siklus I yaitu 48,30; 82,75; 73 dan siklus II yaitu 90,75; 88,09; 86,19. Penelitian lanjutan menggunakan metode eksperimen menggunakan bahan alami di lingkungan sekitar untuk materi kimia yang lain perlu dilakukan agar siswa menjadi semakin tertarik terhadap pembelajaran kimia.
Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Materi Hidrolisis Garam pada Siswa Kelas XI IPA 2 MAN 1 Pidie Nursiah Nursiah
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol 1 No 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.211 KB) | DOI: 10.22373/sinthop.v1i2.2392

Abstract

Cooperative learning Type Jigsaw is a learning method that encourages students to study in groups through discussions so that they can collectively and responsibly help each other understand the material. This research is a type of classroom action research (PTK), which is designed by implementing the Jigsaw Cooperative learning learning model in salt hydrolysis material for students in grades XI, IPA, 2, and MAN, 1, respectively. The results of this study indicate that the Jigsaw Cooperative learning model can improve student learning outcomes in the chemistry subject matter of salt hydrolysis. Implementation of this learning model can encourage students to work together in teams to analyze problems, discuss them, and answer questions related to the material presented. The results of observations after treatment showed that all students succeeded in learning mastery (100%) and student learning activities reached active and very active categories. The use of media images when implementing Jigsaw-type cooperative learning is one factor that influences learning mastery. Abstrak Cooperative learning tipe jigsaw merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar secara berkelompok dalam bentuk diskusi agar mereka dapat saling membantu untuk memahami materi secara kolektif dan penuh tanggung jawab. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang didesain dengan mengimplementasikan model pembelajaran Cooperative learning tipe jigsaw dalam materi Hidrolisis garam pada siswa XI IPA 2 MAN 1 Pidie. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Kimia materi hidrolisis garam. Implementasi model pembelajaran ini dalam mendorong siswa untuk bekerja sama dengan tim kelompok untuk menganalisis masalah, berdiskusi, dan menjawab persoalan terkait materi yang disampaikan. Hasil pengamatan setelah perlakuan menunjukkan seluruh siswa berhasil mengalami ketuntasan belajar (100%) dam aktivitas belajar siswa mencapai kategori aktif dan sangat aktif. Salah satu hal yang mempengaruhi ketuntasan belajar tersebut adalah penggunaan media gambar pada saat pelaksanaan pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.
Ritual Kematian dalam Masyarakat Suku Alas di Desa Batu Mbulan II, Aceh Tenggara Ainun Mardiah; Sori Monang; Aulia Kamal
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol 1 No 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.717 KB) | DOI: 10.22373/sinthop.v1i2.2394

Abstract

The Alas people in Batu Mbulan II Village, Southeast Aceh have a unique tradition related to death. This ritual has been practiced across generations and still exists today because it is believed to have a function in their lives. This study wants to know how the death ritual is practiced by the Orang Alas in Batu Mbulan II Village; what does it mean; and its function in their social life. This is a qualitative research using case studies where data is collected through interviews and observations. The data were analyzed descriptively, and showed that: 1) The death ritual practiced by the Orang Alas in Batu Mbulan II Village is part of the local interpretation of tajhiz mayit in Islam. The ritual begins with bathing the corpse in the river, mengkiran (surrounding the coffin), talkin (teaching the dead), samadiyah (sending reward, praying for the dead, blessing tombstones and white stones). 2) This ritual has a number of meanings, as a way of remembering the dead, helping him, honoring his family; and 3) having social functions such as, strengthening solidarity, cooperation. This study shows that rituals are not only oriented to spiritual and mystical matters, but also social life
Modernisasi dalam Perspektif Samuel P. Huntington Alamsyah Alamsyah; Syarifuddin Syarifuddin
SINTHOP: Media Kajian Pendidikan, Agama, Sosial dan Budaya Vol 1 No 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Lembaga Aneuk Muda Peduli Umat, Bekerjasama dengan Pusat Jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.014 KB) | DOI: 10.22373/sinthop.v1i2.2399

Abstract

This article describes the social and cultural changes in human life that are moving toward modernity. Today's social scientists seem concerned about modernization but tend to use Western industry as a reference for modern models. As Donald Eugene Smith assumed, the world has experienced "the grand process of modernization," considering secularization to be a certain and absolute modern condition. The most fundamental issue is that secularism is required to achieve modernity. As for the question, here is how the concept of modernization appears in the view of Samuel P. Huntington. Huntington is one of the American political experts who contributed to modernization studies. According to Huntington, modernization is a process of change that cannot be avoided. This is due to the growing development of science and technology, which also influences people's mindsets, attitudes, and values in various aspects of life. There are three reactions that arise from modernization theory, namely, first, rejecting both modernization and westernization, second, accepting both, and third, accepting the first and rejecting the second. From these three reactions, Huntington tends to see that modernization does not mean westernization. Because non-Western societies that are changing seem to be increasingly maintaining their own culture, even as they adopt Western values, institutions, and practices, without abandoning their own culture. Abstrak Artikel ini menjelaskan perubahan-perubahan sosial dan budaya kehidupan manusia yang bergerak menuju modern. Ilmuan sosial dewasa ini tampak terlihat prihatin terhadap modernisasi, tetapi cenderung menggunakan industri Barat sebagai acuan model modern. Sebagaimana asumsi Donald Eugene Smith, dunia telah mengalami The Grand Process of Modernization, menganggap sekularisasi pasti terjadi dan mutlak sebagai sarat modern. Masalah yang paling pokok, adanya keharusan bersikap sekuler untuk mencapai modernitas. Adapun yang menjadi pertanyaan di sini adalah bagaimana konsep modernisasi dalam pandangan Samuel P. Huntington. Menurut Huntington, modernisasi adalah sebuah proses perubahan yang tidak dapat terelakkan. Hal ini terjadi akibat semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang turut mempengaruhi pola pikir, sikap, nilai-nilai perilaku masyarakat dalam berbagai sisi kehidupan. Ada tiga reaksi yang muncul dari teori modernisasi, yaitu; pertama. menolak modernisasi maupun westernisasi, kedua, menerima keduanya, ketiga, menerima yang pertama dan menolak yang kedua. Dari ketiga reaksi ini, Huntington cenderung memandang modernisasi tidak berarti westernisasi. Karena, masyarakat-masyarakat non-Barat yang sedang berubah tampak semakin mempertahankan budaya sendiri, sekalipun mengadopsi nilai-nilai, institusi-institusi dan praktik-praktik Barat tetapi tidak meninggalkan kebudayaan sendiri.

Page 1 of 4 | Total Record : 33