cover
Contact Name
BASYIR ARIF
Contact Email
paradigma@uinjkt.ac.id
Phone
+6281317687803
Journal Mail Official
paradigma@uinjkt.ac.id
Editorial Address
Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. Juanda No. 95 Tangerang Selatan 15412
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Paradigma: Junal Kalam dan Filsafat
ISSN : 29869277     EISSN : 29855047     DOI : 10.15408/paradigma
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat is a journal published by Department Aqidah and Islamic Philosophy in the Faculty of Ushuluddin Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta in partnership with Asosiasi Aqidah dan Filsafat Ilsam Indonesia (AAFI). Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat has published at the first time in September 2019 and hereafter the journal was continuing published twice annually (June and December) and consists of articles on Kalam Studies and Philosophy.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 27 Documents
KONSEP SOSIALISME H.O.S TJOKROAMINOTO Jaenal Abidin
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat Vol 2, No 02 (2020): Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (652.901 KB) | DOI: 10.15408/paradigma.v2i02.26937

Abstract

Abstrak: Permasalahan Klasik dari sebuah negara adalah tentang kesenjangan sosial. Dimana keadaan masyarakat terbagi menjadi dua status sosial yaitu, kelas kaya dan kelas miskin. Hal ini tidaklah bisa terus dibiarkan untuk lebih lama lagi, karena akan mengakibatkan rusaknya tatanan sosial dalam masyarakat dan negara. Oleh karena itu negara wajib menjadi penengah antara kedua kelas sosial tersebut, agar dua pihak bisa menikmati sesuatu yang sama. H.O.S Tjokroaminoto berpendapat bahwa Konsep-konsep dewasa ini yang telah berkembang di Abad 21 tidak bisa menghapus kesenjangan sosial, karena mereka hanya mengejar materi dan meninggalkan nilai-nilai agama. Oleh karena itu untuk menghapus kesenjangan sosial H.O.S Tjokroaminoto  menawarkan sebuah konsep dimana Sosialisme Islam yang tidak hanya mengejar materi tapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari yang bersandarkan agama Islam dimana mempunyai dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah.. Sosialisme Islam memandang antara manusia satu dengan manusia lainya mempunyai derajat yag sama baik sesama umat islam atau pemeluk agama lain. Oleh karena itu tidak ada perbedaan diantara manusia, karena yang membedakanya hanyalah ketakwaan kepada Tuhannya. Sehingga dalam sosialisme Islam tidak mengenal sistem perwakilan seperti Parlemen dan DPR seperti di Indonesia, walaupun ada hanya sebuah simbol saja untuk menandakan bahwa dialah yang mengurus tentang urusan yang diamanatkan oleh Khalifah. Untuk peraturanya sendiri merupakan peraturan yang di buat oleh Tuhan yang sudah di tuangkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, apa bila ada sebuah peraturan Ambigu/belum ada maka harus dibuat secara Musyawarah dimana menggunakan referendum (menanyakan kepada semua masyarakat), yang tidak berpihak dalam salah satu golongan. Kata kunci: H.O.S Tjokroaminoto, Sosialisme Islam, Agama, Filsafat Islam
PEMIKIRAN HUMANISME SAID AQIL SIRADJ Munawwir Munawwir; Sri Mulyati
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat Vol 3, No 02 (2021): Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1013.274 KB) | DOI: 10.15408/paradigma.v3i02.30895

Abstract

Said Aqil Siroj Merupakan cendekiawan muslim yang tegas mendorong terciptanya bangsa pluralis humanis. Titik tolak pemikirannya tentang hakikat persatuan salah satunya tertuang dalam pemahaman akan humanisme. Pemikiran humanisme memiliki dimensi yang luas. Konteks kerangka nilai-nilai Islam secara terang dia ungkapkan sebagai pokok bahwa sejatinya Islam menyediakan panduan secara tegas tentang perlindungan dan terciptanya perdamaian secara kolektif. Sudah tentu, secara khusus pemikiran Said Aqil Siroj menegaskan bahwa humanisme religius akan menegaskan rasa tanggung jawab lebih luas dan tidak sekerdar fokus dalam mendapatkan kebebasan sebagaimana humanisme dipahami oleh barat. Humanisme religius meberikan dan melahirkan sikap untuk melakukan koreksi etik setiap manusia dalam menjalani kehidupannya. Pemikiran Said Aqil Siroj tentang humanisme Islam menguatkan tentang moralitas Islam dan persaudaraan seiman. Dalam konsep moral dalam Islam yang dimaksudkan oleh Said Aqil Siroj, bahwa moral yang dijalankan oleh setiap manusia bagaimana menengahkan antara kebebasan dirinya dan bagaimana kebebasan yang digantungkan kepada etika agama. Terkait persaudaraan seiman Said Aqil Siroj pada intinya memandang agama berperan mengarahkan manusia untuk selalu mengemban nilai-nilai harmonis, maka seseorang yang beragama berarti dalam jiwanya telah berkembang nilai-nilai harmoni dan kasih sayang sebagai bekal untuk hidup ditengah masyarakat.
ETIKA BAHASA KATO NAN AMPEK DALAM ADAT MINANGKABAU Izzi Fikri; Hanafi Hanafi
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat Vol 5, No 01 (2023): Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/paradigma.v5i01.33025

Abstract

Kato Nan Ampek merupakan aturan atau kaidah berbahasa dalam minangkabau, artinya tata Bahasa atau etika berbicara dalam adat Minangkabau berpedoman pada kato nan ampek. Dalam kato nan ampek diajarkan bagaimana seharusnya kita berbicara kepada orang yang lebih besar dari kita, orang yang lebih kecil, orang yang sama besar bahkan berbicara dengan orang yang kita segani. Permasalahan yang dibahas penulis dalam skripsi ini adalah bagaimana aturan seseorang Ketika berkomunikasi dengan lawan bicaranya, bagiamana komukasi itu tidak membuat lawan bicara kita tersinggung dan sakit hati. Adat Minangkabau berlandaskan pada ajaran agama Islam yang tertuang dalam istilah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, yang intinya dalam hal ini adat Minangkabau tidak terlepas dari ajaran agama Islam. Penelitian ini mengulas tentang bagaimana etika bahasa dalam adat minangkabau yang ada dalam tatanan kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode kepustakaan (library research), adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana etika berbahasa atau berbicara yang benar dengan menggunakan kato nan ampek dalam kehidupan, serta memahami nilai-nilai dari etika kato nan ampek, seperti nilai-nilai sopan santun ketika berkomunikasi.  
TAKDIR DAN BUDAYA DALAM ISLAM MENURUT HAJI AGUS SALIM Ghufron Akbari Wardana; Hanafi Hanafi
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat Vol 5, No 01 (2023): Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/paradigma.v5i01.30751

Abstract

Takdir merupakan salah satu bahasan kunci dalam tiap-tiap agama. Disebabkan oleh latar belakang dan konstruk budaya yang beragam, internalisasi paham takdir pun turut bermacam-macam. Begitu pula dengan budaya, tumbuh kembangnya tergantung pada embrio awal keberadaannya. Terkait bagaimana budaya itu dapat diidentifikasi, bergantung pada ihwal yang telah ada di dalam kebudayaan itu sendiri. Sementara, takdir pun hanya dapat diklaim apabila telah terjadi.            Bagi Agus Salim, takdir dan budaya diintegrasikan sebagai satu kesatuan yang saling berdialektika. Mulai dari kehadiran manusia yang serba misterius; tidak dapat memilih bagaimana sistem biologisnya bekerja, hingga khazanah alam sekitar tempat kelahirannya yang menjadi pengetahuan awal terhadap apa yang sudah terjadi.            Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana dialektika antara takdir dan budaya melalui prosedur metodis deskriptif analisis dengan memperhatikan sosio-historis kehidupan Agus Salim. Metode deskriptif dipakai untuk mengolah data yang berkaitan dengan konsep Takdir dan Budaya, sedangkan metode analisis digunakan untuk menyingkap bagaimana takdir dalam Islam sebagai salah satu stimulan atas terbentuknya beberapa budaya, serta bagaimana ajaran Islam yang unity menjadi berbeda pada praktiknya dalam beberapa budaya.            Hasilnya, pertautan antara takdir dan budaya layaknya ruh dan raga, berbeda tapi saling mempengaruhi satu sama lain. Menurut Agus Salim, Takdir mula-mulanya eksis di dalam budaya yang selalu tumbuh berdialektika dalam kehidupan, diwariskan dan disesuaikan dengan konteks waktu dan tempat terjadinya. Manusia yang hidup di dalam kebudayaan, memiliki budi dan daya untuk mengolah dan mengubah alam. Apa yang terjadi di alam tempat manusia hidup itu disebut dengan takdir.            Sungguh pun begitu, ajaran tentang takdir yang menyuruh manusia untuk menerima saja apa yang ditakdirkan, menstimulus budaya untuk bergerak menuju ke arah kebenaran yang hakiki. Agus Salim menegaskan, yang paling penting dari pemahaman manusia terhadap takdir itu adalah keterpeliharaannya dari takabur dan putus asa. Bahwa apapun yang diterima atau menjadi pilihan manusia yang mengada di dalam kebudayaan, tentu dilatarbelakangi dan atau distimulus oleh satu kekuasaan dari luar diri yang berlaku atasnya.
AKAR TEOLOGI SYI’AH DAN FILSAFAT MARXISME DALAM PEMIKIRAN ALI SYARI’ATI TENTANG RAUSYANFIKR Lutfiana Dwi Suryani; Rahmat Hidayatullah
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat Vol 5, No 01 (2023): Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/paradigma.v5i01.33884

Abstract

ABSTRAK            Penelitian ini mencoba menjelaskan tentang pemikiran Ali Syari’ati tentang konsep Rausyanfikr, sebuah konsep yang menggambarkan bahwa manusia harus mempunyai sebuah ideologi  agar terhindar dari kejumudan dan menjadikannya manusia yang mempunyai kesadaran tentang ketidakadilan yang dialaminya. Seorang Rausyanfikr harus mampu melahirkan gagasan-gagasan yang cemerlang, itulah salah satu tugas dari seorang Rausyanfikr.            Penelitian ingin menjawab pertanyaan bagaimana konsep Ideologi Ali Syari’ati untuk menjadikan masyarakatnya dapat disebut sebagai Rausyanfikr? Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), terlebih khusus pada buku Tugas Cendikiawan Muslim dan Ideologi Kaum Intelektual yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Selain itu, peneliti mencari sumber lain seperti jurnal dan artikel. Di sisi lain peneliti menggunakan metode analitis kritis, yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti gagasan atau pemikiran manusia yang terdapat dalam sumber primer maupun sekunder. Selanjutnya, peneliti akan menelaah data-data tersebut secara analitis menggunakan pengumpulan sejumlah unit-unit pada analisis.Dalam kajian ini peneliti menemukan beberapa topik: Pertama, Ali Syari’ati mengembalikan agama sebagai ideologi. Kedua, di dalam karya-karyanya berisi tentang semangat juang beliau melawan Status Quo (kemandegan dan kejumudan). Ketiga, menjelaskan tentang seorang Rausyanfikr yang mempunyai tugas untuk menangkap kesadaran diri manusiawi.Kata Kunci: Ali Syari’ati, Manusia, Rausyanfikr, dan Ideologi.ABSTRAK            Penelitian ini mencoba menjelaskan tentang pemikiran Ali Syari’ati tentang konsep Rausyanfikr, sebuah konsep yang menggambarkan bahwa manusia harus mempunyai sebuah ideologi  agar terhindar dari kejumudan dan menjadikannya manusia yang mempunyai kesadaran tentang ketidakadilan yang dialaminya. Seorang Rausyanfikr harus mampu melahirkan gagasan-gagasan yang cemerlang, itulah salah satu tugas dari seorang Rausyanfikr.            Penelitian ingin menjawab pertanyaan bagaimana konsep Ideologi Ali Syari’ati untuk menjadikan masyarakatnya dapat disebut sebagai Rausyanfikr? Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), terlebih khusus pada buku Tugas Cendikiawan Muslim dan Ideologi Kaum Intelektual yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Selain itu, peneliti mencari sumber lain seperti jurnal dan artikel. Di sisi lain peneliti menggunakan metode analitis kritis, yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti gagasan atau pemikiran manusia yang terdapat dalam sumber primer maupun sekunder. Selanjutnya, peneliti akan menelaah data-data tersebut secara analitis menggunakan pengumpulan sejumlah unit-unit pada analisis.Dalam kajian ini peneliti menemukan beberapa topik: Pertama, Ali Syari’ati mengembalikan agama sebagai ideologi. Kedua, di dalam karya-karyanya berisi tentang semangat juang beliau melawan Status Quo (kemandegan dan kejumudan). Ketiga, menjelaskan tentang seorang Rausyanfikr yang mempunyai tugas untuk menangkap kesadaran diri manusiawi.Kata Kunci: Ali Syari’ati, Manusia, Rausyanfikr, dan Ideologi.
KONSEP RASA PADA MANUSIA PERSPEKTIF KI AGENG SURYOMENTARAM Ganis Sholeha; Rizky Yazid
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat Vol 5, No 01 (2023): Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/paradigma.v5i01.34508

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pandangan Ki Ageng Suryomentaram tentang rasa yang ada pada manusia, sedangkan rumusan masalah  yang ingin dicari jawabannya adalah bagaimana ki Ageng Suryomentaram memandang dan menjelaskan rasa yang ada pada manusia, bagaimana cara mengendalikannya dan darimana rasa pada diri manusia itu muncul. Adapum metodologi penelitian yang digunkan pada skripsi ini adalah deskriptif analitis dengan kajian pustaka (library research) sebagai teknik pengumpulan datanya. Peneliti menggunakan buku karya Grangsang Suryomentaram dkk yang berjudul Ajaran-ajaran Ki Ageng Suryomentaram sebagai sumber primer.  Selain itu peneliti  juga mengumpulkan sumber sekunder berupa jurnal, skripsi, serta karya ilmiah lainnya sebagai data penunjang pemahaman bagi penelitiaan ini.            Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejatinya rasa itu akan selalu ada di dalam diri manusia yang hidup, akan tetapi manusia harus dapat memahami berbagai macam rasa yang hadir dalam diri manusia sehingga dapat hidup dengan ketenangan, karena kehidupan duniawi  tidak akan ada hentinya jika manusia terus menuruti keinginan-keinginan yang dirasakan. manusia harus dapat mengendalikan apa yang ia inginkan, sehingga dapat merasakan sejatinya ketenangan rasa yang hidup pada diri manusia sendiri. Kata Kunci: Rasa, Jiwa, Ki Ageng Suryomentaram
KONSEP TUHAN DALAM ILUMINASI SUHRAWARDI Puji Lestari; Humaidi Humaidi
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat Vol 5, No 01 (2023): Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/paradigma.v5i01.31818

Abstract

Berbicara tentang Tuhan dalam dunia kefilsafatan adalah sesuatu yang tidak asing lagi. Hal ini terbukti dari awal kemunculan filsafat yang mempertanyakan asal muasal alam semesta ini kemudian siapa yang telah menciptakan ala mini. Dalam filsafat islam, pembahasan tentang Tuhan topik utama yang dilakukan oleh filsuf awal. Diantara filsuf awal tersebut diantaranya al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, al-Ghazali dan juga Suhrawardi, orang yang pertama mengembangkan filsafat iluminasi. Suhrawardi menganalogikan Tuhan dengan cahaya. Dimana cahaya suatu wujud yang jelas yang di dalamnya tidak lagi membutuhkan definisi lagi. Selain itu dalam memperkenalkan Tuhan, Suhrawardî lebih mengedepankan metode intuisi atau pengalaman batin. Hal ini berbanding terbalik dengan kaum Peripatetik yang lebih mengedepankan akal daripada intuisi. Dalam memperoleh pengetahuan yang dimana metodenya melalui intuisi ini termasuk kedalam ilmu hudhuri (kehadiran). Kemudian bentuk sederhana dari ilmu hudhuri adalah kesadaran diri. Kata Suhrawardi, untuk mengenal Tuhan dapat melalui kesadaran diri. Dan untuk sampai pada kesadaran diri ada bebrapa tahapan yang harus dicapai. Dalam penelitian ini penulis hanya fokus pada pembahasan konsep Tuhan dalam filsafat iluminasi Suhrawardi, hal ini agar pembahasannya tidak melenceng dari topik utamanya.

Page 3 of 3 | Total Record : 27