cover
Contact Name
Pandu Febriyanto
Contact Email
inovasiproses@akprind.ac.id
Phone
+6285642058253
Journal Mail Official
inovasiproses@akprind.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28 Kompleks Balapan, Yogyakarta 55222
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Inovasi Proses
ISSN : -     EISSN : 23386452     DOI : https://doi.org/10.34151/jip
Core Subject : Engineering,
Jurnal Inovasi Proses merupakan Jurnal Nasional Jurusan Teknik Kimia IST AKPRIND Yogyakarta yang menyajikan informasi tentang hasil penelitian dan pengabdian yang berkaitan dengan teknik kimia.
Articles 85 Documents
FORMULASI UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN RANDU DAN DAUN JAMBU BIJI SEBAGAI ANTIDIARE Ani Purwanti; Abdul Aziz; Abdullah Dedi R; Fitri Riyadi
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 1 (2017): Maret 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia, keberadaan daun randu dan daun jambu biji sangat banyak. Secara tradisional, kedua hasil alam ini dapat dibuat sebagai obat antidiare. Tetapi cara pengolahannya dan pengaruh komposisi terhadap aktivitas antidiare belum banyak diketahui masyarakat sehingga diperlukan suatu penelitian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengolahan daun randu dan daun jambu biji sebagai obat antidiare dan mencari efek ekstrak daun randu dan jambu biji terhadap aktivitas antidiare, antisekretori, dan antimotilitas pada tikus putih galur Balb/C. Sampel ekstrak daun randu dan daun jambu biji sebanyak 700-900 mg/kgbb diberikan secara oral pada beberapa kelompok tikus putih untuk mengetahui aktivitasnya sebagai antidiare dan antisekretori. Efek sampel terhadap antimotilas dibuktikan dengan memberikan secara oral sampel sebanyak 3,0; 4,0 dan 5,0 gr/kgbb. Satu kelompok tikus diberikan NaCl 0,9% 20 mL/kgbb dan kelompok yang lain diberikan Loperamid HCl 50 mg/kgbb. Dari hasil penelitian terlihat bahwa sampel tersebut memiliki efek antidiare pada tikus putih galur Balb/C dengan evaluasi sebagai antisekretori dan antimotilitas. Daun randu dan daun jambu biji dengan perbandingan 1:3 yang diekstrak dengan maserasi selama 3 hari dan perbandingan bahan dengan pelarut sebesar 1:10 memiliki efektifitas paling baik sebagai antidiare dengan dosis 800 mL/kgbb. Diharapkan dari hasil penelitian ini masyarakat dapat mengetahui penggunaan daun randu dan daun jambu biji sebagai hasil lingkungan sekitar sebagai obat antidiare.
PEMBUATAN NITROSELULOSA DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) (Variabel Waktu Nitrasi dan Rasio Asam Penitrasi) Aji Wisnu Handono; Bambang Kusmartono
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 1 (2017): Maret 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nitroselulosa merupakan salah satu bahan dasar dari propelan jenis single base yang dibuat dengan nitrasi terhadap selulosa menggunakan campuran asam nitrat dan asam sulfat dengan air. Di dalam industri, nitroselulosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar plastik, lacquer (bahan pelapis), film, bahan dasar semen, bahan baku propelan (peledak) dan smokless powder. Kulit kacang tanah mengandung senyawa selulosa yang cukup tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan nitroselulosa. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses nitrasi selulosa pada kulit kacang tanah menjadi nitroselulosa. Selain itu juga bertujuan untuk mempelajari kondisi yang optimum pada proses nitrasi kulit kacang tanah untuk menghasilkan nitroselulosa dengan kadar nitrogen yang tinggi. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu proses pre-treatment dan proses nitrasi. Proses pre-treatment bertujuan untuk meningkatkan kadar α-selulosa dalam bahan baku, melalui proses pre-hidrolisis, delignifikasi, dan bleaching. Sedangkan proses nitrasi menggunakan asam campuran yang terdiri dari asam nitrat dan asam sulfat sebagai katalisator. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh waktu reaksi, dan perbandingan asam sulfat dengan asam nitrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses nitrasi akan memberikan hasil terbaik pada waktu reaksi 150 menit, perbandingan asam sulfat terhadap asam nitrat 7:3. Pada kondisi ini diperoleh yield sebanyak 91,0% dengan kandungan nitrogen sebesar 11,47% dan termasuk dalam kualitas AM grades serta di bidang industri dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar film dan lacquer. Hasil uji FTIR menunjukkan bahwa telah terbentuk dua serapan gugus -NO2 pada nitroselulosa, sehingga termasuk dalam jenis selulosa di-nitrat.
Pengambilan Zat Warna Antosianindari Ekstraksi Kulit Buah Rambutan (Niphelium Lappaceum L)sebagai Pewarna Alami Makanan Pengganti Pewarna Sintetis (Variabel Suhu Ekstraksi dan Waktu Ekstraksi) Dian Erawisti Trishadi; Ganjar Andaka
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 1 (2017): Maret 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman rambutan merupakan tanaman lokal yang banyak ditemukan di Indonesia. Selain memiliki tampilan buah yang menarik, kulit buah rambutan mengandung senyawa antosianin sebagai pigmen yang membuat warna kulitnya merah tua. Pada saat ini penggunaan zat pewarna semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri pengolahan pangan, khususnya jenis pewarna sintetis, maka dari itu diperlukan pewarna alami pengganti pewarna sintetis.Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai pengganti pewarna sintetis adalah kulit buah rambutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pengambilan zat warna antosianin dari kulit buah rambutan dan jumlah antosianin yang terekstrak. Penelitian ini dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol dengan perbandingan pelarut yang divariasikan (104.2 mL, 130.2 mL, 156.3 mL, 182.3 mL dan 208.4 mL) dan kecepatan pengadukan yang divariasikan(200 putaran/menit, 300 putaran/menit, 400 putaran/menit, 500 putaran/menit, 600 putaran/menit).pada bahan baku kulit buah rambutan 25 gram, suhu ekstraksi 550C dan waktu ekstraksi 180 menit. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang paling baik yaitu dengan kondisi operasi volume pelarut 156.3 mLdan kecepatan pengadukan 300 putaran/menit dengan jumlah antosianin terekstrak sebesar 19,4 mg. Diharapkan dari hasil penelitian ini zat warna antosianin dari kulit buah rambutan dapat dimanfaatkan sebagi pewarna alami pengganti pewarna sintetis.
Pengambilan Zat Tanin dari Daun Alpukat (Persea americana Mill.) melalui Proses Ekstraksi dengan Pelarut Etanol(Variabel Suhu Ekstraksi) Lintang P. Hamboroputro; Murni Yuniwati
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 1 (2017): Maret 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia sebagai negara agraris tentu memiliki beraneka ragam bahan alam dengan senyawa kimianya yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu di bidang kimia organik bahan alam. Tanin merupakan salah satu senyawa kimia yang hanya dapat ditemukan dari bahan alam. Salah satu bahan alam tersebut adalah tanaman alpukat (Persea americana Mill.).Bersifat sebagai senyawa fenol, tanin secara kimia mempunyai aksi astringensia, antiseptik, dan pemberi warna. Sedangkan, secara biologis dapat berperan sebagai khelat logam. Untuk memperoleh senyawa tanin dari tanaman alpukat, khususnya dari daun alpukat, dilakukan proses ekstraksi 10 gram daun alpukat yang sudah dikeringkan dan dihaluskan dengan pelarut etanol 96% sebanyak 200 mL dalam labu leher tiga, dengan kecepatan pengadukan 500 rpm, dan dengan menggunakan pemanas water bath. Suhu pemanasan yang digunakan divariasikan. Setiap selang waktu tertentu, hasil ekstraksi dianalisa untuk mengetahui kadarnya dengan metode Folin-Ciocalteu. Pada penelitian ini diperoleh kadar tanin terekstrak terbesar pada suhu 65oC sebesar 4,515116279% dengan nilai koefisien transfer massa 0,0037427331/menit.
FERMENTASI-DETOKSIFIKASI PADA BAHAN LINGNOSELULOSA Oktaviano Catur Arya; Sri Rahayu Gusmarwani
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 1 (2017): Maret 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi menggunakan bahan baku hayati. Etanol adalah etil alkohol (C2H5OH) yang dapat dibuat dengan cara sintesis etilen atau dengan fermentasi glukosa. Etanol diproduksi melalui hidrasi katalitik dari etilen atau melalui proses fermentasi gula menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae. Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan bioetanol dari bahan lignoselulosa. Penggunaan lignoselulosa yang banyak terdapat dalam limbah pertanian yang melimpah di Indonesia sebagai bahan baku untuk memproduksi etanol dapat menurunkan biaya produksi dari segi harga bahan baku, dibandingkan penggunaan gula dan jagung sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kadar etanol dalam proses fermentasi yaitu dengan metode fermentasi-detoksifikasi pada berbagai larutan fermentasi bahan lignoselulosa. Adapun 5 tahapan proses dari penelitian ini meliputi persiapan bahan baku dipotong kecil-kecil lalu dihaluskan, proses hidrolisis, proses detoksifikasi, proses fermentasi dan proses distilasi. Variabel dalam penelitian adalah jenis bahan lignoselulosa yang digunakan yaitu sari buah, tongkol jagung, bagasse. Selain itu untuk membandingkannya dilakukan metode fermentasi non-detoksifikasi atau fermentasi biasa pada bahan lignoselulosa. Dari percobaan yang telah dilakukan metode yang efektif dalam memperoleh etanol adalah metode fermentasi detoksifikasi, dengan kadar etanol tertinggi pada bahan lignoselulosa tongkol jagung yaitu sebesar 1,36065% dengan kandungan glukosa 0,007992%.
PENGARUH DAYA HAMBAT KITOSAN SEBAGAI EDIBLE COATING DAGING IKAN LELE SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU DINGIN (Variabel Waktu Pencelupan Dan Konsentrasi Kitosan) Asep Triwibowo; Sumarni -
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 1 (2017): Maret 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daging dan ikan sangat baik bagi perkembangbiakan mikroorganisme sehingga kualitas dari bahannya cepat menurun.Penurunan kualitas daging dan ikan diindikasikan melalui perubahan warna, rasa, aroma bahkan pembusukan.Sebagian besar kerusakan daging dan ikan disebabkan oleh penanganan yang kurang baik sehingga memberikan peluang hidup bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroba perusak.Oleh sebab itu perlu penanganan yang lebih baik agar bahan makanan tersebut tidak rusak dan lebih tahan lama disimpan. Untuk memperpanjang umur simpan dan mengurangi perkembang biakan mikroba yang berfungsi menjaga kesegaran daging dapat digunakan selaput pelindung (coating) pada daging. Dengan uraian diatas maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh edible coating kitosan terhadap masa simpan daging ikan lele pada suhu dingin. Penelitian ini dilakukan dengan cara daging ikan lele segar dilapisi kitosan yang telah dilarutkan dalam asam asetat 1%, pada proses pelapisan kitosan ini digunakan metode pencelupan dengan berbagai variasi konsentrasi kitosan 0,5%; 1%; 1,5% dan 2% serta dengan variasi waktu pencelupan 1 menit, 2 menit, 3 menit dan 4 menit. Pada penelitian ini didapatkan hasil analisa total plate count dan kadar air. Pada variasi konsentrasi kitosan didapatkan pengaruh maksimal perlakuan edible coating variasi kitosan dengan konsentrasi 2%. Data diperoleh dengan analisa total plate count dan kadar air.
Pembuatan Nitroselulosa dari Daun Pandan Duri (PandanusTectorius) dengan Optimasi Waktu dan Rasio Asam Penitrasi Mego Patria Johan; Bambang Kusmartono
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 1 (2017): Maret 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pembuatan nitroselulosa dari daun pandan duri dilakukan dalam dua tahapan, yaitu proses pre-treatment, dan proses nitrasi. Penelitian ini bertujuan bagaimana pre-treatment untuk menghasilkan gugus α-selulosa yang tinggi untuk daun pandan duri dan bagaimana kondisi optimum pada proses nitrasi dengan bahan baku pandan duri agar diperoleh kandungan nitrogen yang tinggi. Proses pre-treatment dilakukan dengan cara pre-hidrolisis, deligninfikasi, dan bleaching, sedangkan proses nitrasi dilakukan dengan mereaksikan daun pandan duri yang sudah melalui tahapan pre-treatment dengan asam nitrat dan katalis asam sulfat dengan variasi waktu dan rasio asam penitrasi. Hasil penelitian memberikan kadar nitrogen yang tinggi pada waktu 120 menit, dengan perbandingan asam sulfat – asam nitrat 2:1. Pada kondisi ini diperoleh kadar nitrogen sebesar 11,78 % dengan yield sebanyak 74,4 % dan dari uji FTIR di temukan dua puncak gugus –NO2 pada kisaran gelombang 1260-1390 cm-1 dan 1560–1660 cm-1 sehingga bisa disimpulkan bahwa penelitian ini menghasilkan selulosa di-nitrat.
PEMURNIAN BIOETANOL FUEL GRADE DARI CRUDE ETHANOL (VARIABEL DISTILASI-EKSTRAKSI) Jaffarudin Janu Wahyudi; Sri Rahayu Gusmarwani
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 2 (2017): September 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fuel grade ethanol adalah alkohol murni yang bebas air (anhydrous alcohol) dan berkadar lebih dari 99,5%. Metode yang bisa digunakan dalam proses pemurnian etanol fuel grade adalah dengan metode distilasi ekstraktif. Metode penyulingan ekstraktif menggunakan pemisahan pelarut, yang umumnya non-volatile, memiliki titik didih tinggi dan miscible dengan campuran, tetapi tidak merupakan campuran azeotrop. Penelitian ini menggunakan solvent dietilen glikol karena harganya relatif murah dan biasanya digunakan sebagai pendingin radiator. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan etanol fuel grade dengan cara destilasi ekstraktif menggunakan solvent dietilen glikol. Mula-mula umpan divariasikan dengan perbandingan etanol : solvent yaitu 390 mL : 10 mL, 375 mL : 25 mL, 350 mL : 50 mL, 300 mL : 100 mL, 250 mL : 150 mL, 200 mL : 200 mL kemudian didistilasi menggunakan distilasi kolom berpacking sampai titik didih etanol. Diperoleh hasil distilat lalu di analisa kadar etanolnya dengan menggunakan berat jenis dan piknometer. Didapatkan hasil dengan menggunakan jumlah solvent dietilen glikol yang ditambahkan yaitu sebanyak 50 mL diperoleh kondisi optimum persentase hasil kadar etanolnya sebesar 99,29% dengan berat jenis distilat ρ = 0,79151 gr/mL.
PENGAMBILAN MINYAK KELAPA DENGAN MENGGUNAKAN ENZIM PAPAIN (VARIABEL WAKTU INKUBASI DAN BERAT ENZIM) Karomatul Fitri; Ganjar Andaka
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 2 (2017): September 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan tanaman kelapa terbesar di dunia dengan luas areal 3,88 juta hektar. Minyak kelapa merupakan bagian yang berharga dari buah kelapa dan banyak digunakan sebagai bahan baku industri atau sebagai minyak goreng. Pengambilan minyak dari daging buah kelapa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: cara basah, pres, dan ekstraksi pelarut. Salah satu cara yang berkembang saat ini yaitu pengambilan minyak kelapa cara basah dengan metode enzimatis. Salah satu enzim yang dapat digunakan yaitu enzim papain. Penelitian ini bertujuan untuk mengambil minyak kelapa dari buah kelapa dengan metode enzimatis. Adapun variabel yang dipelajari yaitu berat enzim dan waktu inkubasi yang optimal pada pengambilan minyak kelapa dengan enzim papain. Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan berbagai variabel waktu yaitu 14 sampai 24 jam, dan berat enzim (1, 1,5, 2, 2,5, dan 3 g) diperoleh kondisi optimum yang dicapai yaitu waktu inkubasi selama 19 jam dan berat enzim papain 2 gram dengan jumlah minyak yang terambil sebanyak 30 mL.
PENGAMBILAN ZAT TANIN DARI DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) MELALUI PROSES EKSTRAKSI DENGAN PELARUT ETANOL (Variabel Kecepatan Pengadukan) Maria Dian Putri Maharia; Murni Yuniwati
Jurnal Inovasi Proses Vol. 2 No. 2 (2017): September 2017
Publisher : JURNAL INOVASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Industri di Indonesia saat ini sangat gencar dalam penggunaan bahan-bahan alam untuk dijadikan bahan baku industri misalnya pewarna kain dan obat. Bahan-bahan alam ini dapat diperoleh dari berbagai tanaman. Tanaman alpukat adalah salah satu jenis tanaman penting dan banyak dijumpai di Indonesia. Tanaman ini memiliki kandungan senyawa kimia yang cukup banyak. Salah satunya adalah senyawa tanin. Tanin merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Tanin ditemukan hampir di setiap bagian tanaman. Tanin dapat diaplikasikan sebagai antiseptik, pewarna, penyamak kulit, dan penghilang khlor. Pengambilan senyawa tanin dari daun alpukat dilakukan menggunakan metode ekstraksi. Ekstraksi tanin dari daun alpukat (Persea americana Mill.) pada penelitian ini dilakukan menggunakan pelarut etanol. Prosedur ekstraksi diawali dengan persiapan bahan dan merangkai alat. Selanjutnya 10 gram bahan dan 200 mL etanol 96% dimasukkan dalam labu leher tiga, kemudian dipanaskan pada temperatur 650C dengan kecepatan pengadukan yang divariasikan. Proses dilakukan selama 300 menit. Analisis hasil dilakukan setiap selang waktu 30 menit dengan metode Folin-Ciocalteu. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh persentase (%) tanin terekstrak terbesar pada kecepatan pengadukan 500 rpm adalah 4,515116279%. Nilai koefisien transfer terbesar adalah pada kecepatan pengadukan 400 rpm dengan nilai sebesar 0,008323048/menit.