cover
Contact Name
Dewi Puspita Rahayu
Contact Email
dewi.rahayu@ub.ac.id
Phone
+6282335606641
Journal Mail Official
bjss@ub.ac.id
Editorial Address
Lantai 3 Gedung A FISIP UB Jalan Veteran, Kelurahan Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Brawijaya Journal of Social Science
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 28097068     EISSN : 28097025     DOI : https://doi.org/10.21776/ub.bjss
Core Subject : Social,
Our journal covers the following areas of study in the current context: Community Development, Education, and Social Transformation Cultural and Postcolonial Studies Democracy, Citizenship, and Civil Society Economy, Organization, and Society Gender and Family Studies Inclusion, Social Justice, and Social Policy Industrial and Labor Relations Peace, Conflict, and Security Studies Rural and Urban Ecology, Disaster Studies, and Environmental Justice Rural and Urban Sociology Science, Technology, and Society Sociology of Crime Sociology of Religion Sociology of Sports
Articles 70 Documents
ARMY WIVES SERVE, TOO (A NOVELISTIC SENSE IN SOCIOLOGICAL IMAGINATION) wida ayu
Brawijaya Journal of Social Science Vol. 2 No. 2 (2018): Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya (JKRSB) is continued as Brawijaya Journal of
Publisher : Sociology Department, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.sosiologi.jkrsb.2018.002.2.09

Abstract

We frequently hear about the heroic soldiers struggle for their nation, but we seldomly hear about what their wives have made. Army wives are conjoined by unwritten codes. They are expected to endure hardships with kindness and tragedies with heads held high (Moelker, Andres, and Poot 2006). The media commonly focuses only on the families’ tearful goodbyes and tearful reunions – or, in the case of spouse murders, their deaths. Yet the reality is far more complex and breath-taking. 
Membuka Ruang Membahas Ruang Anton Novenanto
Brawijaya Journal of Social Science Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya (JKRSB) is continued as Brawijaya Journal of
Publisher : Sociology Department, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jurnal kita kali ini mengangkat beberapa tulisan yang memfokuskan perhatiannya dalam persoalan produksi ruang. Bagaimana ruang diproduksi? Siapa yang berkepentingan atas ruang-ruang hasil produksi itu? Bagaimana kita sebagai peneliti sosial-humaniora dapat secara jeli mengamati proses produksi ruang semacam itu? Dan apa saja konsekuensi dari ruang yang diproduksi tersebut? Sekalipun persoalan tentang ruang sudah menjadi semakin nyata dalam kehidupan keseharian kita, masih minim ruang untuk mendiskusikannya. Jurnal kita hadir untuk membuka ruang membahas ruang.
Menyikapi Ko-Evolusi Ekonomik, Sosial dan Ekologis: Beberapa Pertimbangan tentang Lokasi Rerantai Ekonomik Hendro Sangkoyo
Brawijaya Journal of Social Science Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya (JKRSB) is continued as Brawijaya Journal of
Publisher : Sociology Department, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Medan diskusi kita hari ini dapat dirumuskan dengan sebuah pertanyaan yang telah dan masih menghidupi perdebatan sengit sampai sekarang. Apakah pembesaran kekayaan material dalam bingkai kesatuan-kesatuan negara-bangsa bisa berlangsung terus sepanjang masa? Dalam dua abad terakhir, tidak ada keraguan, mesin utama dari pembesaran itu adalah kapitalisme, sebuah sistem ekonomik tanpa batas-tepi luar—ada dan dilayani oleh bangunan hukum dan politik negara, tetapi beroperasi dalam logika ruang-waktu di luar ekonomi negara/antar-negara. Sistem- sistem-kehidupan (living systems) tidak pernah statis dan logika perubahannya berada dalam medan saling-pengaruh dengan yang di luarnya, (Schrödinger,1928, 1950, 1951; Lefebvre,1968, 1980; Prigogine, 1975, 1977, 1984; Georgesçu-Roegen, 1971,1979, 1986; Mae-Wan Ho, 1998; Wallerstein, 2013). Bagian dari pengamatan ini adalah bahwa setiap sistem yang mengada dalam ruang-waktu ada masa tumbuh, masa stabil, dan masa surutnya. Di ujungnya, sistem tersebut bisa bertransformasi, tamat, atau hidup meranggas tanpa syarat-syarat menyejarah yang tadinya terpenuhi. Pada saat ini graffiti di tembok-tembok kota di seluruh Bumi telah memberi kabar tentang krisis ekologis tanpa batas-ruang, tanda tanda rontoknya syarat-syarat dari perluasan ekonomik tanpa batas tanggal. Rerantai ekonomik didominasi oleh imperatif akumulasi nilai beserta perluasan & pembesaran jejak ruang-waktunya, tidak lagi membela reproduksi "rumah-tangga" manusia atau keselamatannya, apalagi proteksi dan pemulihan kerusakan yang sudah makan korban. Kembali ke rumah kita di sini, bagaimana kita belajar bersama, untuk menanggapi perubahan sosial- ekologis dari kepulauan Indonesia dalam separuh abad ini? Di bawah domini pengajaran pada pengurusan negara pasca Soekarno, pelajar sekolah tinggi dibesarkan dalam protokol yang menempatkan ilmu-ilmu sosial dan humaniora/kemanusiaan sebagai bagian, ukuran/indeks dari sistem serta praktik tutur mengenai "modernisasi segalanya". Sistem instruksi/pengajaran tersebut membawa prospek imbalan material bagi pesertanya, dan penguatan daya-kerah sosial dari institusi ekonomik-dan-politik kenegaraan yang tidak mampu menangkap sinyal dari masa depan. Bisakah alma-mater pendidikan menjadi bagian dari prakarsa belajar-bersama semacam itu?
Habitus: Sebuah Perasaan atas Tempat Pierre Bourdieu; Anton Novenanto
Brawijaya Journal of Social Science Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya (JKRSB) is continued as Brawijaya Journal of
Publisher : Sociology Department, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saya harus mengakui bahwa saya memiliki sebuah rasa tanggung jawab sangat besar karena saya berkontribusi dalam menghidupkan kembali dan mengelaborasi konsep habitus yang menjadi pusat diskusi kali ini. Jadi saya berharap bahwa saya dapat memastikan dalam Pengantar ini keyakinan yang diberikan para penulis tentang konsep tersebut, yang dalam pandangan saya sangat penting untuk memahami tindakan manusia secara benar dan tepat.
Budaya dan Ruang – Pendekatan Antropologis Waltraud Kokot; I Wayan Suyadnya
Brawijaya Journal of Social Science Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya (JKRSB) is continued as Brawijaya Journal of
Publisher : Sociology Department, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di antara konsep-konsep kunci dalam antropologi, “ruang” (dalam bahasa Inggris, space) memegang posisi terkemuka. Pada tahap pertama, relasi dari “budaya” dan “ruang” kelihatan cukup jelas: hubungan spasial adalah variabel utama yang mempengaruhi perilaku dan alam pikiran (kognisi) manusia, sementara strategi metodologis utama dalam kajian antropologi telah berhubungan erat dengan batas-batas spasial “lapangan” (the field). Meskipun demikian, pada dekade akhir hubungan antropologi dengan “ruang” menjadi menggelisahkan. Berawal dari kritik terhadap konsep “budaya” dan “lapangan”, konsep “ruang” menjadi diperebutkan.
Analisis Dampak Sosial Perencanaan Revitalisasi Pasar Wates Ranuyoso, Lumajang Putri Nadiyatul Firdausi
Brawijaya Journal of Social Science Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya (JKRSB) is continued as Brawijaya Journal of
Publisher : Sociology Department, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analisis dampak sosial merupakan komponen penting namun sering diabaikan dalam perencanaan pembangunan. Tidak diperhitungkannya kemungkinan dampak sosial dapat menjadi pemicu gagalnya pencapaian tujuan pembangunan khususnya dalam hal pemanfaatan bangunan tersebut. Hal ini terjadi pada kasus revitalisasi Pasar Wates Wetan, Ranuyoso, Lumajang. Revitalisasi yang telah dilakukan beberapa kali di Pasar Wates Wetan belum dapat menyelesaikan masalah kemacetan yang diakibatkan oleh aktivitas jual-beli yang meluber hingga ke bahu jalan provinsi. Komunitas pedagang menolak dipindahkan atau sekedar bersikap disiplin dan kooperatif terhadap aturan yang sudah ada. Tahun 2017, pemerintah kembali merencanakan revitalisasi Pasar Wates Wetan untuk meningkatkan daya tampung pasar dengan membangun pasar 2 lantai. Dengan melihat riwayat penyebab gagalnya revitalisasi di tahun-tahun sebelumnya, penting untuk dilakukan analisis dampak sosial terhadap rencana revitalisasi pasar sebagai salah satu bahan evaluasi bagi pemerintah daerah. Untuk meningkatkan akurasi prediksi dampak, analisis dampak dilakukan dengan pendekatan partisipatif dengan komunitas pedagang pasar dan stakeholder yang terlibat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rencana revitalisasi Pasar Wates Wetan berpotensi memunculkan dampak sosial berupa konflik, kenaikan jumlah pedagang yang tidak terkendali (over capacity), tidak selesainya permasalahan kemacetan, penurunan pendapatan, perubahan kesempatan kerja, perubahan pada level individu dan keluarga, serta perubahan kebutuhan infrastruktur komunitas.Kata kunci: analisis dampak sosial, revitalisasi pasar, partisipasi
Produksi Sosial Ruang Olah Raga dan Tubuh Ideal di Perkotaan: Kasus Kota Malang Wida Puspitosari; Dewi Puspita Rahayu
Brawijaya Journal of Social Science Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya (JKRSB) is continued as Brawijaya Journal of
Publisher : Sociology Department, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan fasilitas olah raga sebagai ruang sosial di wilayah perkotaan tengah mengalami transisi secara diskursif. Hal ini berakibat pada perubahan kognisi warga kota dalam mendefinisikan ulang tubuh ideal dan waktu senggang. Tulisan ini hendak menelusuri diskursus tubuh ideal dan fasilitas olah raga dalam kerangka produksi sosial atas ruang yang terkait dengan peran negara melalui birokrasi, peran modal yang dilanggengkan oleh aglomerasi ekonomi kota serta potret segementasi kelas dalam penggunaan ruang olah raga di kota Malang.Kata kunci: produksi sosial, fasilitas olah raga, tubuh ideal, ruang, perkotaanThe existence of sports facilities as social space in urban area are undergoing discursive transition. This has resulted in a change of urban cognition in redefining the ideal body and leisure time. This paper seeks to provide a close explanation of the ideal body discourse and sports facilities within the framework of social production of space as it is related to the role of the state through bureaucracy, the role of capital perpetuated by economic agglomeration in the city and the portrait of class segmentation in the use of sports space in Malang.Key words: social production, sport facility, ideal body, space, urban
Hukum Menata Ruang: Sebuah Tinjauan Sosio-Yuridis atas Ruang Terbuka Hijau di Kota Malang Purnawan Dwikora Negara
Brawijaya Journal of Social Science Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya (JKRSB) is continued as Brawijaya Journal of
Publisher : Sociology Department, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Membicarakan ruang dalam perspektif sosio-yuridis adalah sangat menarik karena dari ruang itulah kita dapat membaca gambaran hukum yang sebenarnya atas ruang, atas perilaku masyarakat dan pengambil kebijakan atas ruang tersebut, atau bahkan atas teks aturan yang mengaturnya. Gambaran hukum itu juga untuk menjawab lebih dalam atas pertanyaan: apa peran hukum formal dalam perkembangan dan pengembangan ruang urban di Indonesia? Lalu, apa hubungannya dengan Malang? Artikel ini hendak berpendapat bahwa bekerjanya hukum atas ruang di Indonesia dapat dibaca dari pernak-pernik eksploitasi atas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terjadi di Kota Malang. Kata kunci: ruang publik, kawasan urban, perspektif sosio-yuridis Discussing space in socio-juridical perspective is very interesting because it can help us to assess juridical system toward space, human behavior, public policy, or even regulating text. Such face of law addresses deeper questions on: what is the role of formalistic law on the development and growth of urban space in Indonesia? How does it connect to Malang? The article argues that we can understand law enforcement on space in Indonesia through a series of critical readings into the exploitation of Public Green Space in Malang. Keywords: public space, urban, socio-juridical perspective
Arena Politik, Arena Ilmu Sosial, dan Arena Jurnalistik Pierre Bourdieu; Anton Novenanto
Brawijaya Journal of Social Science Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya (JKRSB) is continued as Brawijaya Journal of
Publisher : Sociology Department, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Judul asli: “The political field, the social science field, and the journalistic field” dalam Rodney Benso & Erik Neveu (Eds.) (Bourdieu and the Journalistic Field, Cambridge, Polity Press, 2005: 29-47) oleh Anton Novenanto (AN). Versi bahasa Inggris tersebut merupakan terjemahan Richard Nice (RN) dari naskah asli kuliah Pierre Bourdieu di Lyon, Prancis, 14 November 1995, berjudul “Champ politique, champ des sciences sociales, champ journalistique.” Karena telah melalui dua kali proses penerjemahan (dari Prancis ke Inggris ke Indonesia) sangat mungkin terjadi banyak distorsi. Semoga hal ini tidak mengurangi substansi gagasan yang ingin diwacanakan Bourdieu. Penerjemah sudah menambahkan beberapa catatan kaki agar pembaca Indonesia dapat mengikuti konteks yang sedang dibicarakan oleh Bourdieu.
Menata Ruang Masyarakat Majemuk Anton Novenanto
Brawijaya Journal of Social Science Vol. 2 No. 1 (2018): Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya (JKRSB) is continued as Brawijaya Journal of
Publisher : Sociology Department, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ada dua konteks yang membuat buku ini menjadi penting untuk dibicarakan bagi para peminat studi sosial-budaya tentang ruang/tempat. Pertama, agenda reforma agraria (agrarian/land reform) yang menjadi prioritas pemerintah di bawah pimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Kedua adalah pengakuan hak komunal atas tanah oleh komunitas/masyarakat adat oleh negara. Buku ini merupakan sebuah awalan baik bagi sebuah diskusi mengusulkan inkorporasi kemajemukan budaya dalam agenda reforma agraria yang ternyata multi tafsir.