cover
Contact Name
Saputro Edi Hartono
Contact Email
padmaedihartono@gmail.com
Phone
+6282121211075
Journal Mail Official
jurnal.pelitdharma@stabn-sriwijaya.ac.id
Editorial Address
Jalan Edutown BSD City, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, 15339
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Pelita Dharma
ISSN : 24426482     EISSN : 29628512     DOI : -
Jurnal Pelita Dharma merupakan jurnal yang dikelola oleh Program Studi Kepenyuluhan Buddha yang terbit dua kali dalam setahun yakni bulan Juni dan Desember. Artikel yang masuk dalam jurnal ini merupakan hasil penelitian dan kajian pustaka yang mencakup kajian agama dan keagamaan Buddha.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018" : 8 Documents clear
Pembiasaan Pembacaan Pali Wacana Paritta di Pusat Pendidikan Dan Latihan Sikkhadama Santibhumi Iin Suwarni
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The problem examined in this study was the Habit of Pāli Wacana Paritta at the Sikkhadama Santibhumi Training Center in Tangerang. Beginning to hear the Pāli paritta discourse in several monasteries/cetiya there were differences caused by the local dialect. In fact, the difference in reciting the paritta in Pāli wacana is not a mistake as the dialect of each person cannot be forced. However, actually this can be attempted so that uniformity occurs in the context of the paritta discourse, because actually there is the same Pāli grammar. So the purpose of this study was to describe the habituation of the paritta discourse at the Sikkhadama Santibhumi Training Center in Tangerang.This research is a qualitative descriptive study. The subjects of this study were Sangha Bhikkhu, Romo/Ramani, administrators, SMB supervisors and Sikkhadama Pusdiklat Santibhumi people. The object in this study was the habituation of the discourse at the Sikkhadama Santibhumi Training Center in Tangerang. Data collection techniques by means of interviews, documentation and observation. Qualitative data analysis using the Miles and Huberman models. Through this research, the researcher described the phenomenon of the habituation of the paritta discourse at the Sikkhadama Santibhumi Training Center in Tangerang.The results of this study indicate that the process of habituation of the paritta discourse went smoothly with the guidance of the Sangha Bhikkhu. Even though the process is always given the procedure for reading. This is because the people who come from different Buddhist backgrounds. The determinants of the level of success in the implementation of the pitta of the paritta discourse include the guidance of the devotional service. With good worship leaders, the people will follow the parish discourse well. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini  adalah pembiasaan Pāli Wacana Paritta di Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Sikkhadama Santibhumi Tangerang. Berawal dari mendengar pembacaan Pāli wacana paritta di beberapa wihara/cetiya ternyata terdapat perbedaan yang disebabkan oleh dialek setempat. Sebenarnya perbedaan cara membaca Pāli wacana paritta bukan merupakan kesalahan karena memang dialek tidak dapat dipaksakan. Namun, sebenarnya hal tersebut dapat diupayakan agar terjadi keseragaman dalam Pāli wacana paritta, karena sesungguhnya terdapat tata bahasa Pāli yang sama. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan pembiasaan pembacaan Pāli wacana paritta di Pusdiklat Sikkhadama Santibhumi Tangerang.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Bhikkhu Sangha, Romo/Ramani, pengurus, pembimbing Sekolah Minggu Buddha (SMB), dan umat Pusdiklat Sikkhadama Santibhumi. Objek penelitian ini adalah pembiasaan pembacaan Pāli wacana di Pusdiklat Sikkhadama Santibhumi Tangerang. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, dokumentasi, dan observasi. Analisis data kualitatif menggunakan model Miles Hubberman. Melalui penelitian ini, peneliti mendeskripsikan fenomena pembiasaan pembacaan Pāli wacana paritta di Pusdiklat Sikkhadama Santibhumi Tangerang.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembiasaan pembacaan Pāli wacana paritta berjalan dengan lancar atas bimbingan Bhikkhu Sangha. Meskipun dalam prosesnya selalu diberikan arahan tata cara pembacaannya. Hal tersebut dikarenakan umat yang hadir dari latar belakang Agama Buddha yang berbeda. Penentu tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan pembiasaan pembacaan Pāli wacana paritta di antaranya oleh pemandu puja bakti. Dengan pemimpin puja bakti yang baik maka umatnya akan mengikuti pembacaan Pāli wacana paritta dengan baik.
Pengelolaan Rancangan Organisasi Umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama Batu Jawa Timur I Ketut Damana
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The problem raised in this study is that he has not yet known Management in the design of the Buddhist organization in the Padepokan Dhammadipa Arama Batu East Java. The purpose of this article is to find out the design of the management Buddhist organizations in the Padepokan Dhammadipa Arama Batu East Java.This study included a type of discrete qualitative research, informants in this study were Buddhists in Padepokan Dhammadipa Arama, data collection techniques used were interviews, observation, and documentation, with instruments in the form of observation guidelines and interview guidelines. The data analysis technique uses the Miles and Hubermen models which consist of four stages, data collection, data reduction, data presentation and conclusion or verification.The results of this study are (a) Forms of Buddhist Organizational Design in the Padepokan Dhammadipa Arama in the form of training and collaboration aimed at obtaining debriefing, adding knowledge and more planned planning. (b) Factors that influence the Design of Buddhist Organizations in Padepokan Dhammadipa Arama Batu East Java. In the form of human resources and technology. The aim is to increase motivation in designing Buddhist organizations. (c) Strategies that influence the Design of Buddhist Organizations in the Padepokan Dhammadipa Arama East Java. The form of financial management and management of cooperatives is intended to develop the design of Buddhist organizations. (d) Constraints in implementing the Design of Buddhist Organizations in Padepokan Dhammadipa Arama is lack of time, lack of readiness and lack of supervision. (e) Response that affects the Draft Organization of Buddhists in Padepokan Dhammadipa Arama is there are satisfied and dissatisfied, the purpose of the response responded to by Buddhists by correcting bad behavior and adding more performance designs. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya pengelolaan dalam rancangan  organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama  Batu  Jawa Timur. Tujuan artikel ini untuk mengetahui  pengelolaan rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama Batu Jawa Timur.Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Informan dalam penelitian ini adalah umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi, serta dokumentasi, dengan instrumen berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara. Teknik analisis data menggunakan model Miles Hubermen yang terdiri dari empat tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.Hasil penelitian ini adalah: (a) bentuk-bentuk rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama berupa adanya pelatihan dan kerja sama tujuannya untuk memperoleh pembekalan, menambah pengetahuan dan perencanaan lebih terencana; (b) faktor-Faktor yang mempengaruhi rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama Batu Jawa Timur, yaitu adanya sumber daya manusia dan teknologi yang bertujuan menambah motivasi dalam merancang organisasi umat Buddha; (c) strategi yang mempengaruhi rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama Jawa Timur berupa pengelolaan keuangan dan koperasi yang tujuannya untuk berkembangnya rancangan organisasi umat Buddha; (d) kendala dalam pelaksanaan rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa Arama adalah kurang waktu, kurang siap, dan  kurang pengawasan; (e) respons yang mempengaruhi rancangan organisasi umat Buddha di Padepokan Dhammadipa  Arama adalah ada yang puas dan tidak puas, yang ditanggapi oleh umat Buddha dengan memperbaiki perilaku yang tidak baik dan menambah lagi rancangan kinerja.
Praktik Vegetarian Umat Buddha Theravada (Studi Kasus di Vihara Sasana Subhasita) Nyoto Nyoto
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In Buddha Dharma lesson by Buddha and then progress and known with by people around the world. After Parinibbana, Buddha Teachings In Buddha Dharma lesson by Buddha and then progress and known with by people around the world. After Buddha Parinibbana, Buddha Doctrine began to break and appear many sect in Buddhism. when there are 2 great sect known by buddhists, the sect is Mahayana and Theravada. Mahayana progress with based Buddha Dhamma but the progress followed the local culture and Theravada flourishes on the basis of the Buddha Dhamma. There is 2 difference that easy to known from sect practice, the costum is Mahayana doctrine are emphasize on vegetarian practice and Theravada not praticing vegetarian. Mahayana Sect practicing Bodhisatva moral principle and assume that every creature has the seed of Buddhahood. It is from this view that Mahayana practitioners do not consume food derived from murder. But in Theravada belief it is explained that every human being attain sanctity not seen from the food consumed, but from the effort in perfecting the parami. However there are some Sasana Subhasita Monastery, which is a monastery built by Sangha Theravada that practiced vegetarian diligently. Buddha Dhamma diajarkan oleh Sang Buddha dan kemudianberkembang dan dikenal manusia di seluruh penjuru dunia. Setelah Buddha Parinibbana ajaran Buddha mulai pecah dan muncul berbagai aliran dalam agama Buddha. Saat ada dua aliran besar yang dikenal oleh umat Buddha, yaitu Mahayana dan Theravada. Mahayana berkembang dengan berlandaskan Buddha Dhamma tetapi berkembang mengikuti budaya setempat dan Theravada berkembang dengan berlandaskan Buddha Dhamma. Ada dua perbedaan yang mudah dikenali dari kebiasaan aliran tersebut, yaitu aliran Mahayana menekankan pada praktik vegetarian, sedangkan Theravada tidak melaksanakan vegetarian. Aliran Mahayana menjalankan Bodhisatva Sīla dan menganggap bahwa setiap makhluk memiliki benih Kebuddhaan. Dari pandangan inilah maka para praktisi Mahayana tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari pembunuhan. Akan tetapi, dalam keyakinan Theravada dijelaskan bahwa setiap manusia yang mencapai kesucian bukan dilihat dari  makanan yang dikonsumsi, tetapi dari usaha dalam menyempurnakan parami. Umat Buddha di Wihara Sasana Subhasita  yang merupakan wihara binaan Sangha Theravada Indonesia banyak yang melaksanakan vegetarian dengan tekun.
Kaderisasi pemuda buddhis di Desa Tempuran Kabupaten Temanggung melalui Partisipasi Kegiatan Keagamaan sebagai Upaya Mempertahankan Saddhā Metta Puspita Dewi
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The regeneration can be defined as the process of preparing the next generation for organization the sustainability. Religious leaders, religious teachers and parents as subjects need to motivate the youth as the regeneration’s object in maintaining the faith. The faith (saddhā) on the Buddha Dhamma is derived from the verification process (ehipassiko) and based on wisdom (paññā) rather than just believing.This study used a qualitative approach with observation, interview and documentation techniques.The results show that the pattern of regeneration built by parents and religious leaders as the regeneration subject. The regeneration applied to all Buddhist youth in order to have faith in the Buddha Dhamma. The purpose of regeneration is to maintain the Buddhism existence in the Tempuran Village. The method of human resources development by religious leaders as the subject regeneration and youth is conducted through training and development with the on the job training techniques. The youth as the object of regeneration are trained to lead the puja bhakti (Buddhist Ceremony), master of ceremony, visit and be a delegation on PATRIA. Kaderisasi diartikan sebagai proses mempersiapkan generasi penerus untuk keberlangsungan organisasi. Tokoh agama, guru agama, dan orang tua sebagai subjek perlu memotivasi pemuda sebagai objek kader dalam mempertahankan keyakinan. Keyakinan (saddhā) terhadap Buddha Dhamma dibangun dari proses verifikasi (ehipassiko) dan dilandasi kebijaksanaan (paññā), bukan sekadar kepercayaan membuta. Penelitian  ini menggunakan jenis penelitian kualitatif studi kasus dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menampilkan pola kaderisasi yang dibangun oleh orang tua dan tokoh agama sebagai subjek kaderisasi. Kaderisasi diberlakukan kepada semua pemuda Buddhis agar memiliki keyakinan terhadap Buddha Dhamma. Tujuan kaderisasi untuk mempertahankan eksistensi Agama Buddha di Desa Tempuran. Metode pengembangan sumber daya manusia oleh tokoh agama sebagai subjek kader diupayakan melalui pelatihan  dan partisipasi. Para pemuda sebagai objek kaderisasi mendapatkan tugas memimpin puja bakti, pembawa acara, anjangsana serta menjadi delegasi pada kegiatan Pemuda Theravada Indonesia (Patria).
Budaya Puja Arahat Sivali di Wihara Siripada dan Wihara Vipassana Graha Sugianto Sugianto
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to describe the form of culture in worship or respect for Venerable Sivali at Siripada Temple and Vipassana Graha Temple.This research is a qualitative descriptive study. The object of research is Sivali's puja culture. The subjects of the study were Buddhists who worshiped Arahant Sivali. The research was conducted in Tangerang and Lembang. The time of research began in January to June 2018. Techniques and instructors collect data using observation, interviews, and documentation. To test the validity of the research instrument carried out with a test of credibility, dependability, confirmation, and transferability of the results of the study. Data analysis using the Miles Huberman model.Based on the results of research and refinement, it can be concluded that: (1) The shape of the Arahant Sivali altar in the Siripada monastery is a temple building made of stone and inside is a statue of Sivali who is sitting cross-legged and holding a bowl; the Arahant Sivali altar at the Vipassana Graha monastery in the form of a roofed building, four pillars and without walls with the position of the Arahant statue Sivali standing with a cane, umbrella, curled in a bag. (2) Pujas activities are carried out by the people by being respectful, such as going out, having a proverb, offering amja puja, remembering good services and attaining Arahanthood; and pray by reading paritta and make a wish. (3) There are still people who have no understanding of Sivali; the purpose of respect is varied, namely imitating Arahant Sivali, increasing confidence, respecting, expecting blessings. The positive influence of the habit of respect is belief in being strong, happy and prosperous. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk kebudayaan dalam pemujaan atau penghormatan terhadap Yang Mulia Sivali di Wihara Siripada dan Wihara Vipassana Graha. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian adalah budaya puja Sivali. Subjek penelitian adalah umat Buddha yang memuja Arahat Sivali. Penelitian dilaksanakan di Tangerang dan Lembang. Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari sampai dengan Juni 2018. Teknik dan instruman pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data penelitian dilakukan dengan uji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas. Analisis data menggunakan model Miles Huberman. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: (1) bentuk altar Arahat Sivali di Wihara Siripada berupa bangunan candi yang terbuat dari batu dan di dalamnya terdapat rupang Sivali yang sedang duduk bersila dan memegang mangkuk; altar Arahat Sivali di Wihara Vipassana Graha berupa bangunan yang beratap, bertiang empat dan tanpa dinding dengan posisi rupang Arahat Sivali berdiri sambil membawa tongkat, payung, mangkuk yang tersimpan dalam tas;(2)     aktivitas puja dilakukan umat dengan cara bersikap hormat seperti ber-anjali, ber-namaskara, mempersembahkan amisa puja, mengingat jasa kebaikan dan pencapaian Arahat; dan berdoa dengan baca paritta dan harapan untuk diri sendiri dan keluarga;(3)    masih ada umat yang belum memiliki pemahaman terhadap Sivali; tujuan penghormatan bermacam-macam yakni meneladani Arahat Sivali, menambah keyakinan, sekadar menghormat, mengharapkan berkah. Tata cara penghormatan kepada Yang Mulia Sivali sama seperti penghormatan kepada objek yang pantas dihormati. Pengaruh positif kebiasaan menghormat adalah keyakinan menjadi kuat, hidup bahagia, dan sejahtera.
Sīla dalam Terapan Kehidupan Bermasyarakat Sapardi Sapardi
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sīla is a fundamental foundation in Buddhist practice. Sila comprises of every good manner and character that is included in Buddha’s moral and ethic tenet. Pañcīalsa (five -precepts) that Buddha teach to his disciples which are called upasaka and upasika is a sikkhapada (steps-of-training). This study aims to describe the practice of Sīla practice in everyday social life.The methodology used in this research is by descriptive- qualitative method. This method is used to describe emphaty for others, right living according to the Buddha's teachings, and how to avoid wrong livelihoods according to Buddhism.The emphaty to others in the modern technological era nowadays is not getting attention. This is indicated by changes in various aspects of society. Therefore, emphaty or caring is urgently in the society. Livelihood is described as every activity that is done to generate income to fulfil human’s daily life. Right livelihood (samma ajiva) is stated in the Sutta Pitaka,  Anguttara Nikâya  III,  208.  In  the  Vedabbāatjaka,  the  Kuddhaka Nikaya Buddha sees that people who choose to live as family person has a very big responsibility. The responsibility for kids, husband or wife, parents, siblings, relatives, even to friends are the kind of responsibilities that has  to be helped and supported with the right livelihood. In the contrary, Buddha suggests avoiding or leaving any work, effort, activity, and wrong livelihood that may cause suffering by torturing and killing a living being. Sīla merupakan dasar utama dalam pelaksanaan ajaran agama Buddha. Sīla mencakup semua perilaku dan sifat baik yang termasuk dalam ajaran moral dan etika agama Buddha. Pañcasīla Buddhis yang diajarkan Buddha kepada para siswa-Nya dalam hal ini yang disebut sebagai upasaka dan upasika adalah suatu sikkhapada (peraturan-pelatihan). Kajian ini bertujuan menjelaskan praktik sīla dalam terapan kehidupan bermasyarakat. Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan sikap kepedulian terhadap sesama, penghidupan yang benar menurut ajaran Buddha, dan cara-cara menghindari penghidupan salah menurut ajaran Buddha.Sikap peduli terhadap sesama pada era kemajuan teknologi modern sekarang ini kurang mendapat perhatian. Hal ini ditandai oleh adanya perubahaan tingkah laku dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, sikap kepedulian sangat dibutuhkan dalam masyarakat. Terkait dengan penghidupan atau mata  pencaharian  adalah segala  kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Berpenghidupan benar (samma ajiva) terdapat dalam Sutta Pitaka, Anguttara Nikâya III, 208. Dalam Vedabbajātaka, Kuddhaka Nikaya Buddha melihat bahwa orang yang memilih hidup sebagai perumah tangga memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Tanggung jawab terhadap anak-anak, suami istri, orang tua, saudara, kerabat, sampai kepada teman-teman merupakan suatu tanggung jawab yang harus dibantu dan disokong dengan pekerjaan yang dilakukan. Sebaliknya, Sang Buddha menganjurkan untuk menghindari atau meninggalkan usaha, pekerjaan, aktivitas, dan penghidupan salah yang dapat menyebabkan  penderitaan  dengan  teraniaya  dan  terbunuhnya suatu makhluk hidup.
Persepsi Umat Buddha di Temanggung, Pati, Dan Banyumas Mengenai Kompetensi Penyuluh Agama Buddha Profesional Madiyono Madiyono; I Ketut Damana; Even Even
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The preservation of Buddhism in Indonesia is greatly influenced by competent and profesional counselors so that the quantity of Buddhists can also increase. In some regions the number of Buddhists experiences ups and downs, along with dedication of Buddhist councelors, assemblies, and the Sangha. Related to this, efforts were made to gather information on various competency of counselors needed by Buddhists in Temanggung, Pati, and Banyumas Districts.Data collection was done in a qualitative way using in-depth interviews, observation, and documentation. Data were analyzed using the Miles and Huberman model. The credibility of the data was done by triangulation, member check, and increasing perseverance.The results of the study show that in general, Buddhists in Central Java understand the duties, roles and functions of Buddhist councelors. The competencies expected by Buddhists in Central Java cover many aspects. Competencies possessed by counselor include: capable to speak in public, capable of preparing guidance material well, master the basic principles of Buddhism, competence in delivering the teaching of the Buddha well, skillfull in carrying out devotional service (rites), competent in applying appropriate methods, skillfull in counseling lay-people. Buddhist councelors must have abilities in other fields, such as: law, the development of social political situations, governance, good communication. In terms of attitude, the councelors must also be able to be role models, be able to maintain harmony between Buddhists and other people of religion. In addition, the councelors must also be competent, humorous, non-sect, responsive, disciplined, diligent, good, open, willing to accept criticism, firm, adjust the condition of the people. Buddhist councelors must be neutral, also expected to have the ability to understand the latest informations, be able to operate a laptop, and other telecommunication and information tools, be able to preserve local culture, such as playing gamelan, singing Badrasanti and singing Javanese Buddhist songs.Pelestarian agama Buddha di Indonesia sangat dipengaruhi oleh penyuluh yang kompeten dan profesional sehingga jumlah umat Buddha juga dapat meningkat jumlahnya. Di beberapa daerah, jumlah umat Buddha mengalami pasang surut, seiring dengan jumlah penyuluh agama Buddha, majelis, dan Sangha. Sehubungan dengan hal tersebut, dilakukan upaya untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai kompetensi penyuluh yang dibutuhkan oleh umat Buddha di Kabupaten Temanggung, Pati, dan Banyumas.Pengumpulan  data  dilakukan  secara  kualitatif menggunakan  wawancara  mendalam,  observasi,  dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis menggunakan  model Miles dan Huberman. Kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi, cek anggota, dan meningkatkan ketekunan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, umat Buddha di Jawa Tengah memahami tugas, peran  dan  fungsi dewan agama Buddha. Kompetensi yang diharapkan oleh umat Buddha di Jawa Tengah mencakup banyak aspek.  Kompetensi yang dimiliki oleh penyuluh agama Buddha meliputi: kemampuan berbicara di depan umum, mampu menyiapkan bahan bimbingan dengan baik, menguasai prinsip-prinsip dasar agama Buddha, kompetensi dalam menyampaikan ajaran Buddha dengan baik, terampil dalam melaksanakan pelayanan ritual (ritus), kompetensi dalam menerapkan metode yang tepat, keterampilan dalam konseling umat awam. Penyuluh Agama Buddha juga harus memiliki kemampuan di bidang lain, seperti: hukum, memahami perkembangan situasi sosial politik, pemerintahan, dan keterampilan komunikasi yang baik. Dari segi sikap, penyuluh agama Buddha juga harus bisa menjadi panutan, mampu menjaga keharmonisan antara umat Buddha dan umat beragama lainnya. Selain itu,penyuluh juga harus kompeten, humoris, bersikap non- sekte, responsif, disiplin, rajin, baik, terbuka, mau menerima kritik, tegas, dan dapat beradaptasi dengan kondisi masyarakat. Penyuluh Agama Buddha selain bersikap netral juga diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami perkembangan informasi terbaru, dapat mengoperasikan laptop dan alat telekomunikasi dan informasi lainnya, dapat melestarikan budaya lokal, seperti bermain gamelan, menyanyi Badrasanti dan menyanyikan lagu- lagu Buddha Jawa.
Potensi Pendayagunaan Perantau Buddhis untuk Pembinaan Umat Buddha di Desa Purwodadi Kabupaten Kebumen Sabar Sukarno
Jurnal Pelita Dharma Vol. 5 No. 1 Edisi Desember 2018
Publisher : STABN Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Villager migrate to cities with the aim of improving themselves in economics and education. Like other communities, many Buddhists in Purwodadi village also migrated. At present, many Buddhist migrants have been able to improve their quality of life by having good livelihoods and successfully taking higher education, spread at several regions in Indonesia. This is a great potential for the development of Buddhists in Purwodadi village.This article aims to describe the potential of Buddhist migrants from Purwodadi village, their contribution to the development of Buddhists in their hometown, and the program for involving Buddhist migrants in future. The data for this article is obtained by observation, interview, and documentation techniques. Interviews were conducted with religious leaders and Buddhists in Purwodadi village.When it was successful, migrants want to contribute to Buddhist development in their hometown. It was found that Buddhist migrants have supported the development of Buddhism, by providing material and non-material assistance. Buddhists in Purwodadi have been benefited from migrants. However, the involvement of migrants is considered not yet optimal, so more efforts are needed to manage Buddhist migrants. Buddhists in Purwodadi village along with Buddhist migrants have developed programs to increase the involvement of Buddhist migrants.Penduduk desa merantau ke kota dengan tujuan meningkatkan diri dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Seperti halnya masyarakat lain, banyak umat Buddha di desa Purwodadi juga merantau. Saat ini, banyak perantau Buddhis yang sudah mampu meningkatkan kualitas hidup mereka dengan memiliki mata pencaharian yang baik dan berhasil menempuh pendidikantinggi, tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Ini adalah potensi besar bagi pembangunan umat Buddha di desa Purwodadi.Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan potensi perantau Buddhis dari desa Purwodadi, kontribusinya bagi pembangunan umat Buddha di daerah asal, dan program untuk meningkatkan keterlibatan perantau Buddhis di masa depan. Data untuk artikel ini diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan para pembina dan umat Buddha di desa Purwodadi.Ketika berhasil, para perantau ingin berkontribusi bagi pembangunan umat Buddha di kampung halaman. Ditemukan bahwa para perantau Buddhis telah mendukung pembangunan umat Buddha, dengan memberikan bantuan materi dan non- materi. Umat Buddha di Purwodadi telah mendapatkan manfaaat dari para perantau. Namun, keterlibatan perantau dianggap belum optimal, sehingga dibutuhkan lebih banyak upaya  untuk mengelola perantau Buddhis. Umat Buddha di desa Purwodadi bersama dengan perantau Buddhis telah mengembangkan program untuk meningkatkan keterlibatan perantau Buddhis.

Page 1 of 1 | Total Record : 8