cover
Contact Name
Nike Vonika
Contact Email
versahekmatyar@poltekesos.ac.id
Phone
+6281220025612
Journal Mail Official
jurnal@poltekesos.ac.id
Editorial Address
Jl. Ir. H. Juanda No. 367 Kota Bandung
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial
ISSN : 14125153     EISSN : 25028707     DOI : https://doi.org/10.31595/peksos.v20i1
Core Subject : Social,
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial is a scholarly refereed journal to expand knowledge and promote the fields of social work, social welfare, and community development. Its major focus is on the development of social work as well as social welfare and community development issues. It aims is to explore the social work theory and practice at the micro, mezzo, and macro level. The journal wants to support the publication to embodies the aspirations and conceptual thinking of the various local, national, and international studies in the context of social work, social welfare, and community development.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 11 No 2 (2012): PEKSOS" : 8 Documents clear
PERILAKU BERISIKO TINGGI TERTULAR HIV DAN AIDS DI KALANGAN SUPIR TRUK ANTAR KOTA ANTAR PROVINSI Moch. Zaenal Hakim; Rini Hartini R.A; Lina Favourita; Nono Sutisna
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 11 No 2 (2012): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v11i2.10

Abstract

AbstractHIV/AIDS case in Indonesia more increase by the year, in quality nor quantity. Until 2010, identificated 24.131 people living with HIV/AIDS (PLWHA) from many groups includes high risk infected HIV group. As one of high risk man group, truckers is very susceptible infection by HIV/AIDS. The high risk behaviour in truckers and their knowledges about sexual infection disease and HIV/AIDS are still low bring them pass to suspectible and already infected HIV. This conditions are very felt concerned, because if truckers has been infected by HIV, they are big potentially spreading to the other society group by high riskman or not. Truckers are the the main bridge of spreading of HIV/AIDS between prostitutes and society. This qualitative research purpose to know high risk behaviour to infected HIV/AIDS in truckers group in North Coast Area, Subang, West Java. Aspects which is tested including data about characteristic of truck driver, to know the comprehension of truck driver about understanding, transmission, symptom, prevention and care for HIV/AIDS, to know How truck drivers activities in the time rest at northen coast Subang, and providing recommendation for prevention program of HIV/AIDS among truck driver and their environment. Using purposive sampling tehnique, five informants are choosen as primary data resources with two addition informants as secondary data resources for interviewed.The results are showing that the the knowledge about HIV/AIDS of the five informants are low. High risk behaviour to infected HIV in truckers is having sex with women prostitutes by static spouse or changing spouse, did not using condom, having sex with girl friend, having sex in vaginal or oral. The factors that causing high risk sexual behaviour in truckers are pretention, need, and propensity to do something (internal) dan environment factor (external) such as friend influence, and the existing of rest area and prostitution place in the North Coast Strip, Subang, West Java. The Research are recomendating the importance of trucker to change their knowledge, strengthening  their comprehension and perception about HIV/AIDS problem by formatting educational group, and strengthening the environment factors that possible to make positive behaviour changing in truckers. Keywords: PLWHA, high risk man, truckers, educational group, positivebehaviour change AbstrakKasus HIV/AIDS di Indonesia semakin meningkat setiap tahun, baik kualitas maupun kuantitas. Sampai dengan tahun 2010 telah ditemui 24.131 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dari berbagai kelompok termasuk kelompok berisiko tinggi tertular HIV. Sebagai salah satu kelompok lelaki berisiko tinggi, supir truk sangat rentan tertular HIV/AIDS. Praktek perilaku berisiko tinggi di kalangan supir truk ditambah dengan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, menjadikan mereka rentan dan sudah tertular virus HIV. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan, karena ketika supir truk telah tertular virus HIV, mereka berpotensi besar untuk menularkannya kepada kelompok masyarakat lainnya baik yang berisiko tinggi maupun tidak. Supir truk merupakan jembatan utama penularan HIV/AIDS antara wanita pekerja seks dengan masyarakat umum. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS di kalangan supir truk di kawasan pantai utara Subang Jawa Barat. Aspek yang diteliti adalah karakteristik supir truk; pemahaman supir truk tentang HIV/AIDS dari aspek pengertian, penularan dan gejala-gejala, ujian antibodi, serta pencegahan dan perawatan HIV/AIDS; dan perilaku supir truk dalam memanfaatkan waktu luang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya; serta rekomendasi pelayanan yang diperlukan supir truk untuk menangani HIV dan AIDS.  Dengan menggunakan tehnik purposive sampling, lima informan telah dipilih sebagai sumber data primer ditambah dengan dua informan tambahan sebagai sumber data sekunder, untuk diwawancara.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima informan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang sangat kurang tentang HIV/AIDS. Perilaku berisiko tinggi tertular HIV informan adalah berhubungan seks dengan Wanita Tuna Susila (WTS) baik pasangan tetap maupun berganti-ganti, tidak menggunakan kondom, berhubungan seks dengan pacar, melakukan hubungan seks secara vaginal dan oral. Faktor internal perilaku seksual berisiko tinggi, yaitu keinginan, kebutuhan dan hasrat untuk melakukan sesuatu, dan faktor lingkungan (eksternal) adalah pengaruh teman, dan tempat istirahat atau lokasi prostitusi di sepanjang pantai utara Subang Jawa Barat. Penelitian merekomendasikan perlunya memperkuat perubahan pengetahuan, pemahaman dan persepsi para supir truk terhadap masalah HIV/AIDS melalui pembentukan educational group, serta memperkuat faktor lingkungan yang dapat membawa perubahan perilaku secara positif di kalangan supir truk.  Katakunci: ODHA, lelaki berisiko tinggi, supir truk, kelompok pendidikan, pengubahan perilaku positif
TEKANAN EKONOMI DAN HARAPAN MASA DEPAN PADA KELUARGA LANJUT USIA PENGRAJIN SANGKAR BURUNG DI KABUPATEN BANDUNG Ajat Sudrajat
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 11 No 2 (2012): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v11i2.11

Abstract

AbstractEconomic strain in the form of limited job opportunities, high prices of basic commodities, low levels of income and intense competition in the employment and livelihood; suspected of having links with the expectations of the future family life. The results of this research indicated that economic strain had no impact on future expectations of elderly craftsmen; attitudes and their outlook towards life and living, jobs and their current circumstances. Although the craftsmen have been elderly, but they still have optimistic views, self-confidence, a belief held, the way to solve the problems, viewing that: life is work and work, and motivation is never recede. Keywords: elderly families bird cage craftsmen-economic strain-future expectations AbstrakTekanan ekonomi berupa sempitnya lapangan pekerjaan, mahalnya harga kebutuhan pokok, rendahnya tingkat pendapatan dan ketatnya persaingan dalam pekerjaan dan penghidupan; diduga mempunyai hubungan dengan harapan terhadap kehidupan masa depan keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan, tekanan ekonomi tidak berdampak luas terhadap harapan masa depan pengrajin sangkar burung lanjut usia. Sikap dan pandangan mereka terhadap hidup dan kehidupan, pekerjaan, dan keadaan mereka walaupun sudah lanjut usia, tetapi mereka mempunyai pandangan optimistik, rasa percaya diri, keyakinan yang dimiliki, cara memecahkan masalah,  pandangan: hidup adalah bekerja dan bekerja, dan motivasi tidak pernah surut. Kata kunci: keluarga lanjut usia, perajin sangkar burung, tekanan ekonomi, harapan masa depan
KONDISI FISIK, PSIKOLOGIS, DAN SOSIAL DISABILITAS FUNGSIONAL LANJUT USIA KORBAN ERUPSI MERAPI DI SHELTER PLOSOKEREP KABUPATEN SLEMAN Tukino STKS; Neni Kusumawardhani; Ella Nurlela; Catur Herry Wibawa; Nurochmi STKS
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 11 No 2 (2012): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v11i2.12

Abstract

AbstractMountMerapieruptionoccurred inNovemver,2010, whichresulted inloss of life and property. Amongthose displaced by theeruption of Merapiare elderly peoples, whountilnowstill living inevacuationsheltersinPlosokerepSleman districtof Yogyakartaprovince.This research is aimed toreveal: 1)physical condition, psychological, and social of the elderly during in the Plosokerepshelter, 2) knowing therelationshipof physicalconditionexperienced the elderly withfunctionaldisabilityduring in the theshelter,3) knowing therelationship of psychological conditionsexperienced the elderly withfunctionaldisabilityduring in the shelter, 4) knowing therelationshipof social conditions the elderly withfunctionaldisabilitiesduring in the shelter.The research methodused wasanalytical-explanatory correlationaldesign, which is to examine the relationshipbetween these factors: physical (variable X1), psychological(variable X2), and social(variable X3) withfunctional disabilityof the elderly (variable Y). Data was collectedthrough questionnaires. Analysis of datausingdescriptivestatisticaltechniques, with aSpearmantest statistics.The results showedthat:1)Most ofthe elderlyin the evacuationsheltershavephysical conditionsof highcategory, and someare inpoorphysical conditioncategory, 2)Seenfroma psychological condition, most the elderly are inthe high category, 3) Socialconditions of the elderlywhile in the evacuationshelters, most of which alsoare inthe high category, 4) Relationshipof physicalcondition of the elderlywithfunctional disability, althoughthere is a correlationbutnot significant, 5) The relationships between psychological conditions of the elderlywithfunctional disability, althoughthere is acorrelationbutnot significant, 6) Relationshipof social conditions of the elderlywithfunctional disability, althoughthere is acorrelationbutnot significant. Keywords: the elderly victims of natural disaster, bio-psychosocial, functional disability     AbstrakBencana erupsi gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 telah menimbulkan kerugian baik korban jiwa maupun harta benda. Penduduk yang selamat dari erupsi gunung Merapi, termasuk lanjut usia, tinggal dan hidup di lokasi pengungsian yang disebut sebagai “shelter”, antara lain di Shelter Plosokerep Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan: 1) Kondisi fisik, psikologis, sosial lanjut usia yang ada di shelter Plosokerep, 2) Mengetahui hubungan kondisi fisik yang dialami lanjut usia dengan disabilitas fungsionalnya selama tinggal di shelter Plosokerep, 3) Mengetahui hubungan kondisi psikologis yang dialami lanjut usia dengan disabilitas fungsionalnya selama tinggal di shelter Plosokerep, 4) Mengetahui hubungan kondisi sosial yang dialami lanjut usia dengan disabilitas fungsionalnya selama tinggal di shelter Plosokerep.Metode penelitian yang digunakan adalah disain korelasional eksplanatori-analitis, yaitu untuk menguji hubungan antara faktor-faktor: fisik (variabel X1), psikologis (X2), dan sosial (X3) dengan disabilitas fungsional lanjut usia (variabel Y). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Analisis data penelitian menggunakan teknik statistik deskriptif, dengan statistik uji Spearman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa:1) Sebagian lanjut usia di shelter pengungsian Plosokerep memiliki kondisi fisik kategori tinggi, dan sebagian lagi berada dalam kondisi fisik kategori rendah, 2) Dilihat dari kondisi psikologis, sebagian besar lanjut usia berada dalam kategori tinggi, 3) Kondisi sosial yang dialami lanjut usia selama berada di shelter pengungsian, sebagian besar juga berada dalam kategori tinggi, 4) Hubungan kondisi fisik yang dialami lanjut usia selama berada di shelter pengungsian dengan disabilitas fungsional, meskipun terdapat korelasi tetapi tidak signifikan, 5) Hubungan kondisi psikologis yang dialami lanjut usia selama berada di shelter pengungsian dengan disabilitas fungsional, meskipun terdapat korelasi tetapi tidak signifikan, 6) Hubungan kondisi sosial yang dialami lanjut usia selama berada di shelter pengungsian dengan disabilitas fungsional, meskipun terdapat korelasi tetapi tidak signifikan. Kata kunci: lanjut usia korban bencana alam, biopsikososial, disabilitas fungsional
KEMITRAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DENGAN PERUSAHAAN UNTUK MENGISI QUO VADIS PENGENTASAN KEMISKINAN INDONESIA Kris Kyantoro
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 11 No 2 (2012): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v11i2.13

Abstract

AbstractThe Partnership Model which have been created at the time of the practical activity was designed as an effort to develop local potential and resources in its form an access to the Corporate Social Responsibility (CSR) Program in handling the poverty problem. The local poverty called as artificial poverty that is referred to the poor condition which is caused by internal and external factors. This condition is characterized by lack of income and financial capital of the poor, but they are still having some valuable assets, or they are strong enough  to access certain resources for their own capacity building and welfare. The research result was shown that the early model may just include partnership in the social aspect, while the local economic empowerment aspect in the partnership have not optimally achieved.Its limitation was mainly due to the factor of the company program option which over concentrate on social charity activities in their CSR implementation. Limitations of the CSR Program implementation and also weaknesses and improvement needs of the model which led to the economic empowerment aspect and strengthening of the social aspect further are accommodated in the program design that aimed to strengthen the social economic in the three sectors relationships involving community, local government, and company. The model improvement implementation can be a seedbed media for the principles of the partnership. The Partnership Model of Socio-Economic of the Community with Company for Overcoming Poverty is a pattern of partnership which  able to increase the social awareness, an entrepreneurship spirits, and the community incomes. Keywords: artificial poverty, CSR, socio-economicpartnership, three sectors AbstrakModel Kemitraan yang dikembangkan pada saat kegiatan praktikum didesain sebagai upaya pengembangan potensi dan sumber lokal yang berupa akses pada Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam penanganan masalah kemiskinan. Kemiskinan lokal disebut artificial poverty yaitu kondisi miskin yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Kondisi ini ditandai dengan kekurangan penghasilan dan modal finansial kelompok miskin, namun mereka masih memiliki aset berharga tertentu atau masih dapat mengakses sumber daya tertentu bagi peningkatan kapasitas dan kesejahteraannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Kemitraan (model awal) baru dapat mencakup aspek sosial sedangkan aspek pemberdayaan ekonomi lokal belum optimal tercapai. Keterbatasan tersebut terutama disebabkan oleh faktor pilihan program dari perusahaan yang bersubstansi pada kegiatan-kegiatan derma sosial pada pelaksanaan CSR-nya. Keterbatasan implementasi Program CSR beserta kelemahan  dan kebutuhan penyempurnaan model yang bermuara pada aspek pemberdayaan ekonomi dan penguatan aspek sosial selanjutnya diakomodir dalam desain penyempurnaan program yang diarahkan pada penguatan kemitraan sosial ekonomi masyarakat dalam  relasi tiga sektor yang melibatkan warga, pemerintah setempat, dan perusahaan. Implementasi penyempurnaan model  telah mampu menjadi media persemaian bagi prinsip-prinsip kemitraan. Model Kemitraan Sosial Ekonomi Masyarakat dengan Perusahaan untuk Mengatasi Kemiskinan (model akhir) merupakan pola kemitraan yang mampu meningkatkan kesadaran sosial, jiwa wirausaha, dan penghasilan masyarakat.Kata-kata kunci: artificial poverty, CSR, kemitraan sosial ekonomi, tiga sektor
KONFORMITAS PADA KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DI KASEPUHAN SINAR RESMI, CISOLOK, SUKABUMI Nenden Rainy Sundary
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 11 No 2 (2012): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v11i2.14

Abstract

AbstractThe conformity of the homogenous and traditional society is very strong, for example: Sinar Resmi community. The Process of adapting to the community by following the norms and values. The concept of the house building which is made from bamboo, of growing rice naturally and putting it in leuit. They act as the others do and are influenced by what the others do.  It is very interesting to be researched. Sinar Resmi is one of the far-reach communities located in Cisolok, Sukabumi which holds tightly the values. The method used is qualitative. The result shows culture value of Sinar Resmi are the philosophy of human life: life is good.  It is shown by how they maintain the naute, the philosophy of human work: life is earning the life. They do not exploitate it, the philosophy of  human position in space  and time: the future. The concept of saving the rice in leuit. They never face hunger, the philosophy of human relation to the environment: adapting to the natural environment, the philosophy of human relation: dependency to the leader.  They act as the norms and values stated by the leader. The reason of the conformity are respecting to the community leader, to the institution, to the their commitment. The process of adaptation is to know and to understand. The community leader does not give the sanction if they do the wrong norm. Keywords: conformity, far-reach community, culture value AbstrakKonformitas pada masyarakat yang homogen dan traditional sangat kuat, contohnya komunitas Sinar Resmi.  Proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan kaidah-kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Konsep pada bangunan rumah  terbuat dari bambu,  konsep pada saat menanam padi yaitu mereka tidak menggunakan pupuk atau traktor, konsep pada penyimpanan padi yaitu padi disimpan di leuit Komunitas bertindak atau bertingkah laku seperti yang orang lain lakukan tetapi juga terpengaruh oleh bagaimana orang lain bertindak. Kondisi ini menarik untuk diteliti. Sinar resmi adalah salah satu komunitas Adat yang berlokasi di Cisolok, Sukabumi yang memegang kuat nilai-nilai kelompok.  Konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan warga masyarakat tersebut. Metode yang digunakan adalah qualitative. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, studi dokumentasi dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai budaya sinar resmi adalah hakekat dari hidup manusia: hidup itu baik . Hal ini ditunjukkan bagaimana mereka memelihara alam, hakekat dari karya manusia: hidup itu nafkah hidup. Mereka tidak mengeksploitasi alam, hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu: masa yang akan datang. Konsep menyimpan padi di leuit. Mereka tidak pernah kekurangaan padi, hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya: manusia harus menyesuaikan dengan alam, hakekat dari hubungan manusia dengan sesama: ketergantungan kepada pimpinan. Mereka bertindak sesuai dengan norma dan nilai kelompoknya yang diatur oleh ketuanya. Komunitas melakukan konformitas karena kepatuhan pada ketua adat, lembaga dan komitmen di antara mereka.  Proses penyesuaian adalah dengan mengetahui dan memahami. Ketua adat tidak memberikan sanksi apabila komunitas melanggar nilai-nilai yang berlaku. Kata kunci: konformitas, komunitas adat, nilai budaya
MANAJEMEN KASUS BAGI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL PHALAMARTHA SUKABUMI Ellya Susilawati
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 11 No 2 (2012): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v11i2.15

Abstract

AbstractCase management is one method of intervention by Social Workers which intended  is to provide  a comprehensive service in addressing the needs and concerns of People Living with HIV-related medical and psychosocial problems. This study aims to notice at how the implementation of case management for People Living with HIV in the Rumah Perlindungan Sosial (Social House of Protection) of Phala Martha. The results of qualitative research with  evaluation techniques conducted by Social Workers, Companions, Nurses and Case Managers indicated that RPS Phala Martha has implemented the elements of case management practices, but not as the case management stage yet. Aspects of case management practices which are implemented include:  1) A comprehensive assessment of client’s personal, health and problems associated with HIV / AIDS. Implementation of assessment conducted by Assessment Team consisting of Social Workers, Medical Teams and Counselors from the HIV/ AIDS NGO, 2) Make a plan for each client of PLHA through a case conference primarily concerned with medical intervention, however, individual care plan has not been fully written in every client’s  file,  3) Providing information about services needed by PLHA is still limited, so the People Living with HIV are tend to seek information by themselves via internet. But, RPS has undertaken referrals for medical and social support for PLHA,  4) Provision of education and counseling services related with HIV / AIDS has been given by the counselor,  5) Advocacy activity has not been performed, 6) Medical care for PLHA consistenly done by nurses and doctors who served in RPS of PLHA Phala Martha. To enhance the case management strategies for People Living with HIV according to the stages of social work, the RPS Phala Martha should: 1) Reformulate the program of case management program as an unite program consist  of aspects of case management in dealing with HIV / AIDS including assessment, planning, intervention, provision of information, provision of education and counseling, advocacy and consistency to medical care for all People Living with HIV, 2) Establish Social Worker as Case Manajer  while the Medical Team, Counselor and Companion become partners in the process of care and treatment of PLHA; 3) Conduct regular reviews of service involving PLHA clients and families, and  4) Increase the capacity of social workers either in independent way or participate in the case managers trainings of PLHA in NGOs which  have been engaged in HIV / AIDS field.Keywords: case management, PLHA, social worker, RPS Phala Martha AbstrakManajemen kasus merupakan salah satu metode intervensi yang dilakukan oleh pekerja sosial ditujukan untuk memberikan  pelayanan yang komprehensif dalam menangani kebutuhan dan permasalahan ODHA  berkaitan dengan permasalahan  medis dan psikososial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelaksanaan manajemen kasus bagi ODHA  di Rumah Perlindungan Phala Martha Sukabumi.Hasil penelitian kualitatif dengan teknik evaluasi yang dilakukan kepada pekerja sosial, pendamping, perawat dan manajer kasus menunjukkan bahwa RPS Phala Martha telah melaksanakan unsur-unsur praktik manajemen kasus namun belum sebagai tahapan manajemen kasus.  Aspek-aspek praktik manajemen kasus yang dilaksanakan meliputi: a)  asesmen komprehensif tentang data diri, kesehatan dan permasalahan klien berkaitan dengan penularan HIV/AIDS. Pelaksanaan asesmen dilakukan oleh tim asesmen yang terdiri dari pekerja sosial, tim medis dan konselor dari LSM HIV/AIDS; 2) membuat perencanaan untuk setiap klien ODHA melalui case conference terutama berkaitan dengan intervensi medis, namun demikian  individual care plan belum tertulis di setiap file klien secara lengkap: 3) Penyediaan informasi yang tentang pelayanan yang dibutuhkan ODHA masih terbatas, sehingga ODHA cenderung mencari informasi sendiri melalui internet. Namun demikian RPS telah melaksanakan rujukan untuk pelayanan medis dan dukungan sosial bagi ODHA.; 4)  pemberian layanan edukasi dan konseling berkaitan dengan HIV/AIDS telah diberikan oleh konselor; 5)  kegiatan advokasi belum dilakukan; 6) pelayanan medis untuk konsistensi  perawatan ODHA yang dilakukan oleh perawat dan dokter yang bertugas di RPS Odha Phala Martha.Untuk meningkatkan strategi manajemen kasus bagi ODHA sesuai dengan tahapan pekerjaan sosial, sebaiknya pihak RPS Phala Martha: 1)  memerumuskan kembali program manajemen kasus sebagai satu program yang terdiri  dari aspek-aspek  manajemen kasus dalam penanganan HIV/AIDS meliputi asesmen, perencanaan, intervensi, penyediaan informasi, pemberian edukasi dan konseling, advokasi dan konsistensi untuk perawatan medis bagi setiap  ODHA; 2) menetapkan pekerja sosial sebagai manajer kasus sedangkan tim kesehatan, konselor dan pendamping  menjadi mitra dalam proses pelayanan dan perawatan ODHA;   3) melakukan review pelayanan secara reguler dengan melibatkan klien ODHA dan keluarga; dan 4) meningkatkan kapasitas pekerja sosial baik secara mandiri maupun ikut serta pelatihan manajer kasus ODHA di LSM yang telah bergerak dalam penanganan HIV/ADS. 
PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL MELALUI RUMAH SOSIAL ”SALUYU” DI DESA SUKAMAJUKECAMATAN CIKAKAK, SUKABUMI Denti Kardeti; Nurhayani Lubis
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 11 No 2 (2012): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v11i2.16

Abstract

AbstractThe research purpose, described Social Welfare Service Rumah Sosial “Saluyu” in Desa Sukamaju, Sukabumi with  participatory action research and  the qualitative approach. The steps are: Initial Reflection, Action Plan preparation, Implementation, Evaluation, Improvement, Re-Implementation, Re-Evaluation. Data resource is Social House Administration and assistant as primary data, Kepala Desa, PPKS,  PSKS officials and staff of Sosial District Sukabumi as secondary data by  indepth interview, FGD and documentation study. The result that Rumah Sosial “Saluyu” activities in implementing social welfare services is identification PMKS as WRSE, RTLH, Neglected Older People, People with Disability and Neglected Children; PSKS and networking with health local unit and nearest business field. The internal problem is  the status and the operational of Rumah Sosial, incentive and capacity of management, facilities and infrastructures.The external problem is the community attitude. To overcome those problems, the officials and assistant capacity are conducted in the form of understanding enhancement about PMKS, PSKS and resources that can be accessed such as the Ministry of Social Affair. After the evaluation, official capacity has not been seen increased, then the training conducted again by the researcher  and  they are able to make 3 proposals, “Overcome Neglected Children”, “Older People” and “Socio-Economy Vulnerable Women”. Keywords: social welfareservices, Rumah Sosial AbstrakTujuan Penelitian ini menggambarkan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Rumah Sosial “Saluyu” di Desa Sukamaju, Sukabumi  dengan penelitian tindakan partisipatif  (participatory action research) dengan pendekatan kualitatif. Langkah-langkahnya, yaitu: Refleksi awal, Penyusunan rencana tindakan, Pelaksanaan tindakan/Implementasi, Evaluasi, Penyempurnaan, Re-Implementasi, dan Re-Evaluasi. Sumber data, yaitu: Pengurus dan Pendamping Rumah Sosial sebagai sumber data primer , dan Aparat Desa, Penerima Pelayanan, PSKS, dan Staf Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi sebagai sumber data sekunder dengan wawancara mendalam (indepth interview),diskusi kelompok terfokus,  dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan Rumah Sosial “Saluyu” dalam menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial dalam bentuk mendata   PMKS yang terdiri dari WRSE (Wanita Rawan Sosial Ekonomi), RTLH (Rumah Tidak Layak Huni), Lanjut Usia Terlantar, Penyandang Cacat dan Anak/Balita Terlantar., PSKS, dan melaksanakan jejaring baik dengan  UPTD Kesehatan dan dunia usaha yang terdekat. Diketahui  masalah interen yaitu status rumah sosial,  Juklak/Juknis Penyelenggaran Rumah Sosial, Insentif Pengurus, Kapasitas Pengurus, Sarana dan Prasarana, dan masalah eksteren Sikap Instansi terkait (Dinas Sosial) dan sikap masyarakat. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan penguatan kapasitas pengurus dan pendamping dalam bentuk peningkatan pemahaman tentang keberadaan rumah sosial secara utuh, mengenai PMKS, PSKS dan sumber yang bisa diakses salah satunya Kementerian Sosial. Selain itu diberikan pelatihan cara membuat proposal dan pelaporan. Selanjutnya, setelah dievaluasi, kapasitas pengurus belum terlihat meningkat, kemudian dilakukan lagi pelatihan yang sama oleh tim peneliti, dan setelah dievaluasi mereka mampu membuat 3 proposal, yaitu: Proposal untuk menangani masalah anak terlantar, lanjut usia, dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi.    Kata kunci: pelayanan kesejahteraan sosial, Rumah Sosial
TERAPI BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI DAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK PENYANDANGCACAT TUBUH DI KELURAHAN LEBAK GEDE KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG Arry Purnama Setiawan
Peksos: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol 11 No 2 (2012): PEKSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/peksos.v11i2.17

Abstract

 AbstractThe research is conducted on communication and self-esteem of children with disability. The aim is to find out how the play therapy can improve communication and self-esteem of the subject. The Communication and self-esteem in the form of subject conducting any activity, the low self-esteem with the existence of disability, abandoned by their parents, the low of communication of subject with family member and friends/social environment.The research design with quantitative approach used single subject design method “AB” model. The researcher used data collection technique like observation guideline, pre-test and post-test questionnaire, interview guideline and documentation study. The research conducted on children with disability as the subject of the research in Lebak Gede Village, Coblong Sub-District, Bandung.Play therapy can improve communication of the subject with family member. The analysis result used two standard deviations on behaviour target communicate with family member significantly with 2.3 larger than 2SD that is 0,9 (2,3>0,9). Play therapy can improve subject’s communication with their friends/social environment. The analysis result used two standard deviations on behaviour target communicate with friends/social environment significant with 0,7 is bigger than 2SD that is 0.64 (0,7>0,64). The play therapy can also improve subject’s self-esteem at the time of pre-test by a score 54 (low category) became 135 (high category).All the things above showed that the play therapy can be a psychotherapy model and counselling to improve communication and self-esteem of children with disability.The results are very useful to provide brainstorming for the development of practice theory and rehabilitation policy design programme for children with disability. The implementation of play therapy becomes the one of psychosocial therapy model for social work. Keywords: communication and self-esteem of children with disability, play therapy  AbstrakPenelitian dilakukan terhadap komunikasi dan kepercayaan diri anak penyandang cacat tubuh. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana terapi bermain dapat meningkatkan komunikasi dan kepercayaan diri subjek. Komunikasi dan kepercayaan diri tersebut berupa rendahnya kepercayaan diri subjek dalam melakukan setiap aktifitas, rendahnya kepercayaan diri dengan kondisi kecacatan yang ada, rendahnya kepercayaan diri karena ditinggal pergi oleh kedua orang tua, rendahnya komunikasi subjek dengan anggota keluarga, dan rendahnya komunikasi subjek dengan teman/lingkungan sosial.Rancangan penelitian dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metoda single subject design model ”AB”. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa pedoman observasi, kuesioner pretest dan postest, pedoman wawancara dan studi dokumentasi. Penelitian dilakukan terhadap seorang anak penyandang cacat tubuh sebagai subjek penelitian di Kelurahan Lebak Gede Kecamatan Coblong Kota Bandung.Terapi bermain dapat meningkatkan komunikasi subjek dengan anggota keluarga. Hasil analisis menggunakan dua standar deviasi terhadap target perilaku komunikasi dengan anggota keluarga signifikan dengan 2,3 lebih besar dari  2SD yakni 0,9 (2,3>0,9). Terapi bermain dapat meningkatkan komunikasi subjek dengan teman/lingkungan sosial. Hasil analisis menggunakan dua standar deviasi terhadap target perilaku komunikasi dengan teman/lingkungan sosial signifikan dengan 0,7 lebih besar dari 2SD yakni 0,64 (0,7>0,64). Terapi bermain juga dapat meningkatkan kepercayaan diri subjek, yaitu pada saat pretest dengan skor 54 (kategori rendah) berubah menjadi skor 135 (kategori tinggi).Semua hal di atas menunjukkan bahwa terapi bermain dapat dijadikan model psikoterapi dan konseling bagi peningkatan komunikasi dan kepercayaan diri anak penyandang cacat tubuh.Hasil penelitian sangat bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan teori, praktek dan rancangan kebijakan program rehabilitasi bagi anak penyandang cacat tubuh. Penerapan terapi bermain dapat menjadi salah satu model terapi psikososial bagi pekerja sosial. Kata kunci : komunikasi dan kepercayaan diri anak penyandang cacat tubuh, terapi bermain 

Page 1 of 1 | Total Record : 8