cover
Contact Name
Moh. Heri Hermiyanto
Contact Email
redaksipsg@gmail.com
Phone
+6281223388976
Journal Mail Official
redaksipsg@gmail.com
Editorial Address
Sekretariat Redaksi Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Gedung A, Lantai 1 Jalan Diponegoro No. 57, Bandung, Indonesia
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Published by Pusat Survei Geologi
ISSN : 08539634     EISSN : 25494759     DOI : https://doi.org/10.33332
Core Subject : Science,
The JGSM acts as a publication media of high quality scientific investigations resulted from various geological scientific issues. Published articles covers Geo-sciences, Geo-resources, Geo-hazards, and Geo-environments. Geo-sciences are basic earth sciences in geology, geophysics, and geochemistry. Geo-resources are applied earth sciences scoping in geological resources. Geo-hazards are applied earth sciences concerning in geological hazards. Geo-environments are applied earth sciences focusing in environmental geology.
Articles 443 Documents
Regolith Landform Unit Mapping using Hyperspectral Imaging (Case study: Block G TickHill Mt.Isa, Australia) Fitriani Agustin
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 4 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i4.10

Abstract

The advent of new hyperspectral has improved the rapid surface mapping of minerals and earth materials. This research is creating the mineral maps using HyMap in Tick Hill Mount Isa Northwest Queensland as a guide for the regolith landform unit mapping.Tick Hill area is part of the Proterozoic Eastern and Western Fold Belt Province of Mt.Isa Inlier Complex. The areas were covered by Mesozoic and Paleozoic lithologies dominated by medium to coarse hornblende-biotite granite and gneiss intruded during 1760 – 1720Ma. Highly weathered landform covered the whole area. The Mesozoic sediments have experienced to deep weathering currently present in the form of mesas. The weathering profiles are dominated by kaolinite, smectite, and pedogenic carbonates with some secondary silicification. Part of the landform was covered by colluvium which varied in thickness from less than 1 meter to up to 12 meter in certain places.The general image processing for HyMap has been done for the area. In addition, ASD spectra laboratory has been applied to validate the remotely sensed mineral information. Iron Oxide and Al-OH (kaolinite, illite, smectite) mineral maps have been successfully created through HyMap imagery. Those can easily identified through the band ratio with some mask application (relative band depth method) in HyMap. For final process, GIS method is used to overlay all the data producing regolith landform unit map. AL-OH mainly kaolinite mineral map is showing the usefulness for identification the surface regolith mapping (mottle zone) and its crystallinity maps can differentiate transported and in situ regolith materials. In addition, Iron oxide map is able to identify ferruginous and laterite surface materials.Keywords: HyMap,Regolith,Mineral Mapping, TickHill,Mt.Isa
Geokimia Batugamping Formasi Gumai dan Formasi Baturaja di Wilayah Muaradua, Ogan Komring Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan Ronaldo Irzon; Sigit Maryanto
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 3 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i3.11

Abstract

Formasi Gumai dan Formasi Baturaja merupakan dua dari beberapa satuan batuan yang terdiri dari batugamping di daerah Muaradua, Ogan Komring Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. Komposisi geokimia merupakan sisi yang dibahas dalam penelitian ini pada kelompok batugamping dari Formasi Gumai dan Formasi Baturaja. Kadar oksida utama pada contoh diketahui menggunakan perangkat XRF, sedangkan unsur jarang dan unsur tanah jarang dengan ICP-MS. Bivariate plots, koefisien determinasi, dan pearson correlation coefficient dimanfaatkan untuk membedakan batugamping dari kedua unit batuan ini. Rataan unsur tanah jarang pada batugamping Formasi Baturaja (89,79 ppm) jauh lebih tinggi dari contoh yang sama dari Formasi Gumai (33,63 ppm). Melalui studi ini dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok batugamping memiliki proses pembentukan berbeda. Formasi Baturaja lebih banyak dipengaruhi oleh bahan klastik dengan mengacu pada komposisi Al2O3, Fe2O3T, dan Er/Nd. Kondisi lingkungan lebih oksidatif pada batugamping Formasi Baturaja dikonfirmasi oleh anomali Ce. Pengaruh material terrigenous pada Formasi Baturaja dan Formasi Gumai dapat disimpulkan melalui perbandingan Y/Ho.
Karakteristik dan Lingkungan Pengendapan Batubara Formasi Warukin di Desa Kalumpang, Binuang, Kalimantan Selatan Dian Novita
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 3 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i3.12

Abstract

Batubara masih menjadi salah satu sumber energi utama di Indonesia, utamanya sebagai pemasok energi pembangkit listrik. Formasi Warukin menjadi salah satu formasi pembawa batubara dalam kuantitas besar di Cekungan Barito. Berdasarkan litostratigrafi dan pengeplotan nilai TPI (Total Presevation Index) dengan GI (Gelification Index) dalam diagram fasies Diessel menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan batubara Formasi Warukin merupakan daerah delta dan dataran banjir yang masih kaya akan pasokan sedimen produk endapan crevarsse splay. Dari nilai reflektansi vitrinit menunjukkan batubara berada pada peringkat lignite (0.29) hingga high volatile bituminous C (0.49). Berdasarkan zona pembentukan hidrokarbon, peringkat batubara dengan nilai 0.49 telah berada pada zona awal pembentukan minyak. Dengan demikian ada indikasi kematangan batuan sumber untuk hidrokarbon dari Formasi Warukin 
Fasies, lingkungan pengendapan dan sifat fisik (kesarangan dan kelulusan) batuan karbonat Formasi Parigi di daerah Pangkalan Karawang, Jawa Barat Praptisih Praptisih
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 4 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i4.13

Abstract

Parigi Formation carbonate rocks well croped out in the Pangkalan area, Karawang. Research methods include both of field research of detailed observations of Parigi Formation carbonate rocks and laboratory analysis consisting of petrography and paleontology. The results showed that the carbonate rock of the Parigi formation can be identified into seven facies carbonate namely (1) plangtonic packstone facies, (2) foraminiferal packstone facies, (3) packstone facies, (4) bindstone facies, (5) rudstone facies, (6) Framstone facies, and (7) algal-forams packstone facies. The Parigi Formation estimated deposited on the environments lower reef slope, reef front, reef crest and backreef. The results of the analysis of large foraminifera fossils show the age Parigi Formation is Early Miocene. The physical analysis showed that porosity and permeability founded in framestone facies, up to 25.84% and 21.13 mD permeability. From the pattern of depositional environment The Parigi Formation in the central basin that is probably is in the west-southwest area. Keywords: carbonate rocks, Parigi Formation, facies, depositional environments, reefs
DELINEASI CEKUNGAN SEDIMEN DAN INTERPRETASI GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN CEKUNGAN TANIMBAR BERDASARKAN ANALISIS DATA GAYABERAT Imam Setiadi; Arenda Reza Riyanda
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 3 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i3.14

Abstract

Produksi migas Indonesia semakin menurun secara bertahap, untuk kembali meningkatkan produksi migas diperlukan pencarian cadangan-cadangan  baru dengan cara melakukan penelitian pada cekungan-cekungan sedimen frontier. Salah satu metoda geofisika yang dapat digunakan untuk mendelineasi cekungan sedimen adalah metoda gayaberat. Metode gayaberat mengukur variasi percepatan gravitasi yang disebabkan karena perbedaan densitas antar batuan bawah permukaan. Penelitian gayaberat dilakukan di daerah Kepulauan Tanimbar dengan tujuan untuk mengetahui Anomali Bouguer, pola sub-cekungan, pola tinggian, struktur geologi bawah permukaan daerah penelitian melalui pemodelan 2,5D  dan inversi 3D. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian meliputi : analisis spektral, analisis SVD, pemodelan 2,5D dan pemodelan inversi 3D untuk mengetahui struktur bawah permukaan daerah penelitian dan model/pola sub-cekungan Tanimbar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Daerah penelitian memiliki rentang anomali Bouguer antara -46,4 mGal hingga 9,6 mGal dengan anomali rendah pada bagian tengah, anomali sedang pada bagian tepi Pulau Yamdena, sedangkan anomali tinggi pada bagian tenggara dan barat laut daerah penelitian. (2) Jumlah sub-cekungan sedimen yang dapat diinterpretasi adalah sebanyak 6 sub-cekungan. (3) Pola tinggian (basement high)  mempunyai arah relatif timur laut-barat daya. (4) Hasil pemodelan bawah permukaan 2,5D menunjukan, a) batuan pengisi dari setiap sub-cekungan adalah batuan sedimen Tersier, yaitu Anggota Napal Formasi Batimafudi (Tmbm) nilai densitas 2,38 gr/cc, Formasi Batimafudi (Tmb) dengan densitas 2,37 gr/cc, Formasi Tangustabun (Tpt) dengan densitas 2,42 gr/cc dan batuan yang mengalasi sub-cekungan adalah batuan pra-tersier yakni batubasalt dengan densitas 2,7 gr/cc dari Kompleks Molu (M), b) Analisis SVD  menunjukkan letak patahan pada model 2,5D relatif sama dengan grafik SVD yang diperoleh dari peta anomali SVD.
KONFIGURASI GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN CEKUNGAN SEDIMEN DAERAH LONG BIA-MUARA WAHAU, KALIMANTAN TIMUR, BERDASARKAN ANALISA ANOMALI GAYABERAT Budi Setyanta
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 4 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i4.15

Abstract

Peta anomali Bouguer Lembar Long Bia-Muarawahau memperlihatkan kenampakan daerah rendahan dan daerah tinggian dengan beberapa daerah spot-spot bulatan kecil anomali positif. Dua model bawah permukaan geologi AB dan CD berdasarkan data gayaberat memperlihatkan bahwa batuan alas daerah ini adalah kerak granitik dan fragmen-fragmen ofiolit. Model bawah permukaan geologi CE dibuat untuk menjelaskan geodinamika daerah tersebut. Model bawah permukaan gayaberat yang berbasis tektonik kompresi dan sesar-sesar anjak cocok untuk diterapkan di daerah Longbia-Muara Wahau karena sesuai dengan perkembangan tektonik di kawasan Laut Cina Selatan dan Selat Makassar. Cekungan sedimen yang terbentuk di bagian barat lebih disebabkan oleh lenturan kerak bagian bawah (deformasi plastis) yang diikuti sedimentasi. Kata Kunci : Anomali Bouguer, model bawah permukaan gayaberat, geodinamika, tektonik kompresi
INITIAL STUDIES OF THE MARINE GEOPHYSICAL SURVEY IN THE OFFSHORE WAIGEO, WEST PAPUA Dida Kusnida; Subarsyah Subarsyah; Eko Saputro; arif ali
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 3 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i3.16

Abstract

The offshore northern Waigeo situated and evolved within the obliquely converging of the Australian and Pacific plates boundary zone and  bound by an active left-lateral transform fault of the Sorong Fault Zone (SFZ) in the southern part. In general the Waigeo waters characterized by +200 nT to -150 nT of total magnetic intensities which indicate that the study area possibly overlain by a homogenous rock of oceanic origin in the form of highs (terranes) and lows (basins).  Seismic data indicate that the morphology of the study area relatively steep due to the tectonic contact boundary between island-terranes of Waigeo and between Ayu islands and Pacific Oceanic crust. This tectonic contact boundaries characterized by the present of Waigeo Trough that extends southeast-northwest direction. Seismic data reveal about 1000 meters thick of acoustically chaotic to laminated, indicate fine-grained sediments of slumps at Waigeo Trough slope and trough floor, and about 1500 meters thick of pelagic sediments at the Ayu Trough.
Pendugaan Mineral Kromit Menggunakan Metode Induced Polarization (Ip) di Daerah Kabaena Utara, Bombana Sulawesi Tenggara Budy Santoso; Subagio Subagio
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 3 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i3.17

Abstract

Mineral kromit di daerah Kabaena Utara terdapat pada batuan ultramafik (batuan peridotit) dan endapan aluvial. Untuk mengetahui penyebaran mineral kromit di daerah penelitian maka dilakukan pengukuran Induced Polarization. Induced Polarization merupakan salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk pendugaan mineral kromit berdasarkan parameter fisis chargeabilitas dan resistivitas batuan. Teknik pengukuran Induced Polarization dilakukan dengan metode Sounding Profilling 2D, dengan metode ini penyebaran mineral kromit secara lateral dan vertikal dapat diketahui. Konfigurasi elektroda yang digunakan dalam akuisisi data IP yaitu Konfigurasi Dipole-Dipole dengan menggunakan alat Res & IP Meter Supersting-R8. Pengolahan data menggunakan program inversi Res2Dinv. Endapan kromit di daerah penelitian terdiri dari endapan primer dan endapan sekunder. Berdasarkan hasil pengukuran Induced Polarization, endapan kromit primer yang terdapat pada batuan ultramafik (batuan peridotit) mempunyai nilai chargeabilitas (221 – 320) msec dan resistivitas (900 – 6000) Ohm.m, sedangkan endapan kromit sekunder yang terdapat pada lapisan pasir yang mengandung gravel dan fragmen batuan peridotit mempunyai nilai chargeabilitas (203 – 270)  msec dan resistivitas (296 – 400) Ohm.m. 
Palynology of the Permian Freshwater Deposit in West Timor Eko Budi Lelono
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 4 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i4.18

Abstract

The Permian sediment is considered to be the oldest formation which occurs in West Timor. It derived from Australian continent which was collided in Late Neogene with the Banda volcanic arc in the Timor Island due to northward moving of this continent. It consists of carbonate (limestone) of Maubise Formation and clastic sediment of Bisane Formation (equivalent to Cribas and Atahoc Formations). This study focusses on the Bisane Formation which lithologically comprises thick calcareous sandstone (0.3 - 5 meters) with abundant marine macrofossils of Chrinoid and common mica. These facts suggest that the Bisane Formation was deposited during Permian age in the shallow marine environment. This interpretation supports the previous study to define shallow marine environment for the Permian sequence. However, this study found different lithology of the Bisane Formation in some locations which is composed of the intercalation of noncalcareous, dark gray to black shale and siltstone showing papery structure and rich of sulphur. Seven shale samples were collected randomly due to outcrop limitation. Stratigraphic range and paleoenvironment of key palynomorphs refer to some authors including Traverse (1988), Brugman et al. (1985), Feng et al. (2008), Jan (2014) and Jha et al. (2014). This paper reveals the result of palynological investigation performed on the noncalcareous black shales of the Bisane Formation. Palynological assemblage characterises Permo - Triassic age as indicated by the existence of striate-bisaccate pollen including Protohaploxypinus samoilovichii, P. fuscus, P. goraiensis, Striatopodocarpidites phaleratus, Pinuspollenites globosaccus and Lunatisporites pellucidus. However, the appearance of trilete-monosaccate spores of Plicatipollenites malabarensis and Cannanoropollis janakii defines that the mentioned shales have an age of Permian. The recovered pollen and spores are associated with the freshwater environment as supported by the disappearance of marine dinoflagellates and noncalcareous lithology. Considering tectonic event during Perm which is marked by rifting, it is possible that the analysed sediment is a product of early syn-rift sedimentation as proved by the occurrence of freshwater deposit (probably lacustrine deposit). If this is the case, the appearance of Permian black shale samples provides opportunity to discover new petroleum system in the Paleozoic sedimentary series of West Timor. KEY WORDSPalynology, Permian, Freshwater Sediment, West Timor
Perubahan Biofasies Foraminifera pada Batugamping di Pantai Baron dan Serpeng, Provinsi D.I. Yogyakarta Emma Yan Patriani; Sonia Rijani; Dessy Sundari
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 2 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v17i2.19

Abstract

Batugamping di Lokasi Pantai Baron dan Serpeng merupakan bagian dari Batugamping Formasi Wonosari di Pegunungan Selatan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terbentuk pada umur Miosen Awal – Miosen Tengah. Batugamping ini mengandung organisma khas yang menunjukkan keragaman biofasies yang terdiri dari kandungan foraminifera plangtonik, foraminifera bentonik kecil, foraminifera besar, ganggang, koral dan moluska yang memerlukan beberapa persyaratan ekologi tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan biofasies foraminifera pada batugamping di Formasi Wonosari pada lokasi Pantai Baron dan Serpeng. Enambelas perconto batuan telah di analisis petrografi dan mikropaleontologi. Hasil analisis petrografi menunjukkan adanya dua kelompok fasies karbonat yang berhubungan dengan standar facies belt. Data analisis mikropaleontologi (tabel distribusi foraminifera) diolah menggunakan metoda analisis kluster. Hasil penelitian menunjukkan adanya dua biofasies. Pertama basin facies dengan taksa pencirinya adalah foraminifera plangtonik dan subordo Textulariina. Kedua foreslope facies dengan taksa pencirinya adalah Cycloclypeus dan Amphistegina. Fosil lainnya yang hadir yang bukan taksa penciri adalah Lepidocyclina, Miogypsina, dan Heterostegina. Perubahan biofasies foraminifera di lingkungan basin dan foreslope menunjukkan bahwa distribusi foraminifera sangat dipengaruhi oleh faktor paleoekologi, yaitu kedalaman, cahaya dan energi air. Paleoekologi dapat digunakan juga untuk membantu menentukan lingkungan pengendapan purba yang berguna untuk waduk hidrokarbon di batuan karbonat. 

Page 1 of 45 | Total Record : 443


Filter by Year

2006 2024


Filter By Issues
All Issue Vol. 25 No. 1 (2024): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Vol. 24 No. 4 (2023): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Vol. 24 No. 3 (2023): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Vol. 24 No. 2 (2023): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Vol. 24 No. 1 (2023): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Vol. 23 No. 4 (2022): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 23 No. 3 (2022): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 23 No. 2 (2022): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 23 No. 1 (2022): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22 No. 4 (2021): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Vol. 22 No. 3 (2021): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Vol. 22 No. 2 (2021): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Vol. 22 No. 1 (2021): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Vol. 21 No. 4 (2020): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Vol. 21 No. 3 (2020): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 21 No. 2 (2020): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Vol. 21 No. 1 (2020): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 20 No. 4 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 20 No. 3 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 20 No. 2 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 20 No. 1 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 19 No. 4 (2018): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 19 No. 3 (2018): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 19 No. 2 (2018): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 19 No. 1 (2018): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 18 No. 4 (2017): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 18 No. 3 (2017): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 18 No. 2 (2017): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 18 No. 1 (2017): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 4 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 3 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 2 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 17 No. 1 (2016): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 16 No. 4 (2015): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 16 No. 3 (2015): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 16 No. 2 (2015): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 16 No. 1 (2015): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 15 No. 4 (2014): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 15 No. 3 (2014): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 15 No. 2 (2014): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 15 No. 1 (2014): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 23 No. 3 (2013): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 23 No. 2 (2013): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 23 No. 1 (2013): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 14 No. 4 (2013): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22 No. 4 (2012): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 22 No. 3 (2012): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 22 No. 2 (2012): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 22 No. 1 (2012): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 21 No. 5 (2011): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 21 No. 4 (2011): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 21 No. 3 (2011): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 21 No. 2 (2011): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 21 No. 1 (2011): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 20 No. 6 (2010): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 20 No. 5 (2010): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 20 No. 4 (2010): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 20 No. 3 (2010): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 20 No. 2 (2010): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 20 No. 1 (2010): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 19 No. 6 (2009): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 19 No. 5 (2009): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 19 No. 4 (2009): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 19 No. 3 (2009): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 19 No. 2 (2009): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 19 No. 1 (2009): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 18 No. 6 (2008): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 18 No. 5 (2008): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 18 No. 4 (2008): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 18 No. 3 (2008): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 18 No. 2 (2008): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 18 No. 1 (2008): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 17 No. 6 (2007): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 17 No. 5 (2007): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 17 No. 4 (2007): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 17 No. 3 (2007): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 17 No. 2 (2007): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 17 No. 1 (2007): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 16 No. 6 (2006): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 16 No. 5 (2006): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 16 No. 4 (2006): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 16 No. 3 (2006): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 16 No. 2 (2006): Jurnal Sumber Daya Geologi Vol. 16 No. 1 (2006): Jurnal Sumber Daya Geologi More Issue