cover
Contact Name
Aspandi
Contact Email
saintifika.islamica@uinbanten.ac.id
Phone
+6281385529992
Journal Mail Official
saintifika.islamica@uinbanten.ac.id
Editorial Address
Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Saintifika Islamica: Jurnal Kajian Keislaman
Core Subject : Religion, Social,
FOCUS : Religious Studies and Islamic Education SCOPE : Development of Democracy and Moderation of Islam in Indonesia Globalization and Contemporary Religious Social Phenomena Islamic spirituality, religious values, and local wisdom issues Islamic Education Evaluation, Policy and Curriculum Islam, Humanitarian, Philosophy, and Justice Gender Relations Islamic Economic Systems, pre modern muslim thought in criticism and disputes on economy, property, markets, banking and finance Scientific Development in Islamic Higher Education Science, Social, Technology and Islam Integration Syaria Law, Bahstul Masail and contemporary Islamic Juridisprudence (fiqh) Review The Book of Turas and the Ancient Manuscript of the Archipelago Islamic Scholars
Articles 68 Documents
HADIS DALAM PEMIKIRAN IMAM ABU HANIFAH Busthomi Ibrohim
Saintifika Islamica Vol 2 No 02 (2015): Juli - Desember 2015
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abu Hanifah meletakkan Hadis Mutawatir sebagai bentuk tertinggi yang diyakini kebenarannya tanpa sikap suspektif dalam melihat validitas sebuah hadis. Hal ini tentu dipengaruhi oleh jumlah kuantitas (alkamm) perawi yang banyak, serta ke-‘adalah-annya, disertai tempat kejadian turunnya (makanu al-wurud) hadis tersebut. Sehingga sesuatu yang telah ditetapkan secara mutawatir akan menghasilkan ilmu yang pasti (alilmu al-dlaruriy) sebagaimana seseorang melihat kejadian secara langsung (al-mu’ayanah). Jadi jelas bahwa Abu Hanifah dan pengikutnya melihat bahwa hadis mutawatir menghasilkan informasi yang tidak diragukan lagi. Namun, di sisi lain Abu Hanifah mengatakan bahwa mutawatir tersebut tidak mutlak dibatasi dengan jumlah kuantitas yang banyak, akan tetapi sebuah hadis akan mencapai derajat mutawatir, apabila hadis tersebut telah disepakati dan diterima secara aklamatif oleh seluruh umat tentang keabsahannya. Tulisan singkat ini mencoba melihat sisi kecil dari pemikiran Abu Hanifah tentang hadis.
PANDANGAN ULAMA CIREBON TERHADAP INPRES NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER (RUU KKG) Nurul Ma’rifah; Wardah Nuroniyah; Naila Farah
Saintifika Islamica Vol 2 No 02 (2015): Juli - Desember 2015
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dan memberikan deskripsi tentang pandangan ulama Cirebon terhadap Inpres nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG), pandangan ulama Cirebon terhadap Rancangan Undang-Undang Keadilan dan Kesetaraan Gender (RUU KKG), dan pengaruh pandangan ulama Cirebon terhadap Inpres nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Rancangan Undang-Undang Keadilan dan Kesetaraan Gender (RUU KKG) terhadap pandangan ulama mengenai implementasi keadilan dan kesetaraan gender di Indonesia Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang bersifat pengaruh berganda, yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh dari dua variabel independen terhadap satu variabel dependen. Subjek dalam penelitian ini adalah para ulama, kyai dan pengurus ORMAS yang ada di wilayah Cirebon. Data kualitatif dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara kebeberapa ulama, pengurus Pondok Pesantren, pengurus ORMAS Islam dan para tokoh ulama yang ada di wilayah Cirebon. Sedangkan data kuantitatif penelitian ini dengan menggunakan pengujian korelasional dan regresi, dengan menyebar angket kepada organisasi kemasyarakatan (Ormas) NU, Muhammdiyah, Persatuan Umat Islam, Fron Pembela Islam dan Al Irsyad degan mengambil sampel secara acak dari perwakilan masing-masing pengurus organisasi sebanyak 10 angket. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, pandangan ulama yang menyetujui gender sebagai pembedaan peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, ulama yang belum tegas dalam menyatakan pandangannya, antara menolak dan menerima dan ulama yang menyatakan bahwa ide kesetaraan gender bertentangan dengan Islam. Kedua, pandangan ulama Cirebon terhadap Rancangan Undang-Undang Keadilan dan Kesetaraan Gender (RUU KKG) terbagi menjadi tiga kelompok Pertama, memandang bahwa RUU KKG harus segera disahkan. Kedua, ulama yang tidak terlihat antara menolak atau menerima RUU KKG. Ketiga, ulama yang dengan tegas menolak RUU KKG karena dipandang akan berdampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Ketiga, pengaruh pandangan ulama Cirebon terhadap Inpres nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Rancangan Undang-Undang Keadilan dan Kesetaraan Gender (RUU KKG) secara kualitatif maupun secara kuantitatif juga menunjukkan bahwa pandangan Pengarusutamaangender (PUG) dan RUU KKG memiliki pengaruh terhadap pandangan mengenai implementasi Keadilan dan Kesetaraan Gender KKG. Hal ini menjukkan bahwa aturan yang tepat dan undang-undang yang jelas serta pandangan yang komprehensip mengenai gender dari ulama akan sangat efektif terhadap pemahaman kesadaran gender. Khusus mengenai persepsi ulama mengenai cara memandang gender memiliki kecenderungan yang tinggi dalam menkomunikasikan kesadaran gender pada masyarakat.
STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN FILOSOFIS Benny Kurniawan
Saintifika Islamica Vol 2 No 02 (2015): Juli - Desember 2015
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendekatan filosofis dalam studi agama berusaha mencari penjelasan dari konsep-konsep ajaran agama dengan cara memeriksa dan menemukan system nalar yang dapat dipahami manusia. Philosophy of religion mencakup keyakinan alternatif tentang Tuhan, varietas pengalaman religius, interaksi antara sains dan agama, sifat dan ruang lingkup baik dan jahat, dan perawatan agama lahir, sejarah, dan kematian. Bidang ini juga mencakup implikasi etis dari komitmen agama, hubungan antara iman, akal, pengalaman dan tradisi, konsep yang ajaib, suci wahyu, mistisisme, kekuasaan, dan keselamatan. Filsafat sebagai pendekatan agama pada umumnya dapat dinyatakan memiliki empat cabang: Pertama, Logika, adalah seni argumen rasional dan koheren. Logika merasuk ke seluruh proses berargumentasi dengan seseorang menjadikannya lebih cermat dan meningkat proses tersebut. Kedua, Metafisika, terkait dengan hal yang paling dasar, pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang kehidupan, eksistensi, dan watak ada (being) itu sendiri, secara literal metafisika berarti kehidupan, alam, dan segala hal. Ketiga, Epistemologi, ini menitik beratkan pada apa yang dapat kita ketahui, dan bagaimana kita mengetahui. Keempat, Etika, secara harfiah berarti studi tentang “perilaku” atau studi dan penyelidikan tentang nilai-nilai yang dengannya kita hidup, yang mengatur cara kita hidup dengan lainnya, dalam satu komunitas lokal, komunitas nasional, maupun komunitas global internasional. Dalam studi filsafat kontemporer, setidaknya ada tiga jenis atau model yang termasuk pendekatan yang digunakan dalam studi Islam (Islamic studies) saat ini yaitu : Pendekatan Hermeneutika, Pendekatan Teologi-Filosofis, dan Pendekatan Tafsir Falsafi.
TITIK TEMU SUNNI – SYIAH: Studi Pendekatan Komparatif dalam Pemahaman Islam Mazhab Sunni Syiah Ali Muhtarom
Saintifika Islamica Vol 2 No 02 (2015): Juli - Desember 2015
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perbedaan pendapat yang terjadi dikalangan umat Islam, khususnya yang terjadi di kalangan Sunni dan syiah sebenarnya disebabkan oleh perbedaan metodologi dari imam-imam mazhab. Perbedaan dalam memahami sumber-sumber hukum Islam sudah terjadi sejak lama dan menjadi khazanah tersendiri bagi pembentukan sikap toleransi bagi para mujtahid. Dalam konteks Sunni dan Syiah para ulama mazhab merupakan mata rantai hubungan guru dan murid sebagaimana Imam Hanafi dan Imam Malik berguru pada Imam Ja’far Shadiq. Kedua aliran Islam ini sepakat menggunakan sumber hukum pokok yang menjadi dasar utama dalam Islam. Perbedaan antara kedua aliran tersebut hanya pada persoalan penafsiran dari para imam-imam yang menjadi rujukan dari kedua madzhab ini. Para imam berbeda pendapat dalam masalah-masalah bagaimana mengamalkan ajaran dari sumber pokok Islam dalam persoalan yang bersifat cabang agama (furu’iyah). Faktor penyebab perbedaan paham tersebut adalah dikarenakan kesukaran memahami ayat-ayat Quran, persoalan hidup yang selalu tumbuh dalam berbagai bentuk menurut tempat, masa dan cara berpikir manusia, perbedaan penangkapan terhadap apa yang didengar dari hadits-hadits Rasululloh Usaha untuk menemukan titik temu diantara sunni dan syiah sudah terjalin lama antara para ulama imam mazhab Sunni dan syiah. Hal ini sebagaimana yang dilakukan antara Imam Ja’far Shadiq dengan Imam Hanafi, Imam Malik dan pola hubungan antara murid-murid dari para Imam tersebut. Dalam konteks modern, usaha mempertemukan kedua mazhab Sunni dan syiah juga digagas oleh ulama mesir dan beberapa ulama Islam lainya sebagaimana pembentukan “Darut Taqrib bainal Mazahibil Islamiyah” dan pembuatan majalah “Risaltul Islam”. Dengan tujuan menjalin hubungan dan menyebargan gagasan tentang yang harmonis antar ulama di dunia Islam.
PEMIKIRAN AL GHAZALI TENTANG ILMU DAN EPISTEMOLOGI DALAM KAJIAN FILSAFAT ILMU M. Fadholi Noer
Saintifika Islamica Vol 2 No 02 (2015): Juli - Desember 2015
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkenalan al-Ghazali dengan klaim-klaim metodolgis mutallimu, filosofis, Ta’limiyah dan sufi memberikan andil sebagai penyebab krisis yang bersifat epistemologis, karena pada dasarnya merupakan krisis mencari tempat yang tepat bagi daya-daya mengetahui (daya-daya kognitif) dalam skema total pengetahuan. Sebagai seorang filosof muslim, al-Ghazali selalu memetakan pemikirannya pada adanya kekuatan transendntal, dimana dia senantiasa percaya pada adanya superioritas wahyu kenabian dan intuisi intelektual atas akal, begitupun juga dalam epistemologinya, terlihat nuansa keilahiyahan yang begitu kental, tapi hal itu bukan berarti menutup pada hal-hal yang bersifat non-transendental, artinya dia meletakkan suatu pemahaman tentang hakekat ilmu dalam kesatuan teoritik yakni menjurus pada pemahaman ilmu sebagai ilmu Allah yang harus dituntut dan dikaji oleh setiap pribadi dalam upaya membawa dunia dan seisinya ke gerbang kemaslahatan. Hakekat ilmu menurut al-Ghazali secara psikologis adalah untuk mengubah mental umat Islam yang dikhotomik menjadi monokhotomi, sebab umat Islam telah lama terkungkung oleh pengaruh barat yang meniupkan adanya pemisahan intelektual, antara ilmu agama dan ilmu umum sebagai dua disiplin ilmu yang tidak bisa dipertemukan. Selain itu makna monokhotomik yang terkandung dalam hakekat ilmu versi al-Ghazali juga membawa dampak yang positif bagi umat Islam khususnya dalam memahami bahwa setiap ilmu berporos pada tujuan mencari keridhoan dan sebagai upayapengabdian kepada Allah.
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM SISTEM PENDIDIKAN ISLAM: Studi Di Pesantren Modern di Banten Hafid Rustiawan
Saintifika Islamica Vol 2 No 02 (2015): Juli - Desember 2015
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan multikultural di pesantren Al-Manshur Darunnajah sudah dilaksanakan semenjak berdirinyanya pesantren tersebut. Hal ini didasarkan kepada kurikulum pendidikan yang digunakan di pesantren al-Manshur Darunnajah 3 ciomas Serang Banten yang menggunakan dua sistem kurikulum, yakni kurikulum yang ditentukan berdasarkan PERMENDIKNAS dan kurikulum yang dibuat oleh pesantren yang dipergunakan untuk di lingkungan pesantren Darunnajah.Pendidikan multikultural dalam sistem pendidikan Islam dilaksanakan, bukan hanya sekedar kebutuhan peserta didik atau kondisi sosial masyarakat yang multikultural, melainkan lebih karena ajaran Islam yang mengandung ajaran tentang multikultural, sehingga pelaksanaannya lebih disebabkan sebagai upayapengamalan ajaran Islam. Hasil pendidikan multikultural di pesantren al-Manshur Darunnajah, belum maksimal. Hal ini terbukti bahwa peserta didik lebih memahami tentang multikultural antar umat beragama dari pada memahami multikultural interen beragama, padahal memahami multikultural intern beragama harus lebih diutamakan, sebab para santri/peserta didik akan lebih banyak hidup bersama yang seagama dari pada yang berbeda agama, sehingga multikultural interen umat beragama lebih ditemukan daripada multikultural antar umat beragama.
MOTIVASI BERPRESTASI GURU MADRASAH ALIYAH AL KHAIRIYAH PROVINSI BANTENPERSPEKTIF DEMOGRAFIS M. A. Djazimi
Saintifika Islamica Vol 2 No 02 (2015): Juli - Desember 2015
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan, menganalisis tingkat motivasi berprestasi guru dan membandingkan motivasi berprestasi guru perspektif demografis. Metode penelitian menggunakan kuantitatif komparasional. Sampel penelitian berjumlah 100 orang dari populasi 210 orang. Istrumen penelitian dikembangkan sendiri peneliti dengan dimensi (1) berusaha unggul, (2) menyelesaiakn pekerjaan dengan baik, (3) rasional dalam meraih keberhasilan, (4) menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses, (5) Menyukai situasi kerja dengan tanggung jawab pribadi. Analisis data dekriptif menggunakan rata-rata, standar deviasi dan persentase. Analisis inferens menggunakan uji-t dan uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan keseluruhan motivasi berprestasi guru tinggi. Terdapat perbedaan motivasi berprestasi guru perspektif demografis berdasarkan jenis kelamin, umur, dan lama pengabdian.Perlu upaya-upaya konkrit untuk meningkatkan dan mengurangi perbedaan motivasi berprestasi berdasarkan jenis kelamin, umur dan lama berkerja antara lain dengan berkompetisi dalam bekerja. Senang bekerja, suka tantangan dalam pekerjaan.
TRILOGI DALAM MEMBANGUN SEKOLAH UNGGUL: Kepemimpinan, Budaya Mutu, Benchmarking Mustajab Mustajab
Saintifika Islamica Vol 2 No 02 (2015): Juli - Desember 2015
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Improved quality is becoming increasingly important for an educational institution in order to obtain better control through their own efforts. Moreover, today, the demand for educational institutions to be able to provide quality education services for students. The process that was first in establishing a school culture based on the quality of the school. Elements that must be built into the school culture as work culture, performance and discipline of implementing school (teachers, staff and principals). Executing school always eager to go forward, eager continues to add capabilities and skills which will ultimately improve their performance. Quality of institutions is influenced by the extent to which leadership can direct the organization's activities, both visible (tangable) or invisible (intangable) to build a strong quality. Here the leader is required to manage the elements of the quality of the institution as a manifestation in the form of beliefs, values and behaviors of all members. In building quality in primary schools to internalize things in a work culture that values quality foundation that is ethics, integrity, trust, communication, and recognition. Then the principal's role in building a quality school requires a strong commitment by involving members or individuals in the school environment. The next process in the development of quality culture which is the principal along with school staff andstakeholders do the reviews carefully and objectively. Starting from school review then the school should establish benchmarking and followed up with a quality control (quality control). In a sense, -after set ideal performance, - the principal along with the staff should try to do quality control by comparing the actual performance with the ideal performance (benchmarking). Conversely, if the actual performance has reached the ideal performance, it must be done to improve the quality (benchmarking) higher in a sustainable manner. If this is done constantly, the head of the school will be ready and able to assure the quality of schools (quality assurance).
AL-MIHNAH DALAM DINASTY ABBASIYYAH KHALIFAH AL-MA’MUN: Mihna in The Reign of Al-Ma’mun by Iskandar Arnel Ahmad Lahmi
Saintifika Islamica Vol 2 No 02 (2015): Juli - Desember 2015
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The al-Mihna is one of the fitan in Islamic history which shows a confrontation between the ruling and orthodok Sunni ‘ulama in the ‘Abbasid dynasty. Even though al-Mihna is religious in nature, it has a political significant in the sense that the Mihna is employed by al-Ma’mun to control the influence of the ‘ulama in the society, to establish a new orthodok called al-Mu’tazilla as state religious doctrine, and to get supports from the Shi’ites.
PEMAHAMAN HADITS GHADIR KHUM Utang Ranuwijaya
Saintifika Islamica Vol 4 No 1 (2017): Januari - Juni 2017
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jalan Jenderal Sudirman No. 30, Serang - Banten 42118

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengungkapkan asbab wurud hadits Ghadir Khum, (2) mengungkapkan takhrij hadits Ghadir Khum, (3) mengungkapkan pemahaman hadits Ghadir Khum versi Syiah, dan (4) mengungkapkan pemahaman hadits Ghadir Khum versi Sunni. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif kajian pustaka dengan teknik analisis isi. Fokus penelitian ini adalah pemahaman hadits Ghadir Khum dalam versi Syiah dan versi Sunni, yang dirinci menjadi beberapa subfokus, yaitu (1) asbab wurud hadits Ghadir Khum, (2) takhrij hadits Ghadir Khum, (3) pemahaman hadits Ghadir Khum versi Syiah, dan (4) pemahaman hadits Ghadir Khum versi Sunni. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis isi. Hasil penelitian ini adalah (1) Syiah telah menjauhkan peristiwa Ghadir Khum dari konteksnya. Hadis Ghadir Khum tidak ada hubungannya sama sekali dengan Imamah atau Khilafah, dan jika tidak demikian, maka tidak ada yang menghalangi Nabi SAW untuk menyatakan dengan jelas dari menggunakan kata “mawla” yang dikenal oleh semua orang bermakna “sahabat tercinta”, (2) Lebih-lebih lagi, Ghadir Khum terletak 250 km dari Mekah, jika Nabi SAW bermaksud untuk mencalonkan Ali RA maka semestinya dia akan melakukan hal itu pada pertemuan yang lebih besar di puncak Gunung Arafat selama Khotbah Perpisahan di depan semua kaum muslimin dari setiap penjuru kota, dan (3) Paradigma Syiah secara keseluruhan didasarkan pada ide sekilas dan mudah disangkal bahwa Ghadir Khum adalah lokasi sentral di mana semua umat Islam akan berkumpul bersama sebelum berpisah dan pergi ke rumah masing-masing. Padahal, hanya Muslim yang menuju ke Madinah yang akan melewati Ghadir Khum, bukan Muslim yang tinggal di Mekah, Taif, Yaman, dll.Kata Kunci: Ghadir Khum, Syiah, Sunni, Maula, dan Ahlul Bait.