cover
Contact Name
Zuhri Humaidi
Contact Email
kenhumaidi@gmail.com
Phone
+6285732105612
Journal Mail Official
universum.journal@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri Address: Jl. Sunan Ampel No.7, Ngronggo, Kec. Kota, Kota Kediri, Jawa Timur 64127
Location
Kota kediri,
Jawa timur
INDONESIA
UNIVERSUM : Jurnal KeIslaman dan Kebudayaan
ISSN : 19786948     EISSN : 25028650     DOI : 10.30762/universum
UNIVERSUM; Jurnal Keislaman dan Kebudayaan adalah Jurnal yang diterbitkan oleh LP2M Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri. Jurnal ini bertujuan mengembangkan kajian mengenai hadis dan menjadi wadah artikulasi bagi dosen, peneliti dan pemerhati kajian hadis untuk mendeseminasikan hasil penelitiannya yang terkait dengan studi hadis, yaitu kajian sanad, matan, living hadis dan studi manuskrip hadis.. UNIVERSUM; Jurnal Keislaman dan Kebudayaan memposisikan diri sebagai laboratorium pemikiran, tempat semua gagasan diolah dan didialogkan untuk memperkaya khzanah pemikiran hadis, baik klasik maupun kontemporer. UNIVERSUM; Jurnal Keislaman dan Kebudayaan diterbitkan secara berkala setiap enam bulan sekali pada bulan Januari dan Juli. Pada awalnya, UNIVERSUM; Jurnal Keislaman dan Kebudayaan diterbitkan pertama kali pada tahun 2007 dengan ISSN 1978-6948 yang dikeluarkan oleh LIPI dan masih bernama UNIVERSUM. Pada fase ini, lingkup kajiannya mencakup Islam dan Kebudayaan dan diterbitkan secara cetak. Seiring dengan transformasi jurnal di Indonesia, tahun 2015 jurnal ini berbenah dengan terbitan online versi OJS dan mendapat lisensi dari LIPI dengan E-ISSN 2502-6948. UNIVERSUM mengalami sedikit perubahan nama menjadi UNIVERSUM; Jurnal Keislaman dan Kebudayaan, sebagaimana dipakai saat ini. Perkembangan berikutnya, mulai tahun 2017 seiring dengan kebijakan penataan jurnal di lingkungan IAIN Kediri, Universum menfokuskan kajiannya pada hadis dan ilmu hadis, mencakup wilayah studi sanad, matan, living hadis dan studi manuskrip hadis.
Articles 82 Documents
PEMBELAAN MUHAMMAD MUSTHOFA AZAMI DALAM PENULISAN HADIS QABLA TADWIN Moh. Misbakhul Khoir
UNIVERSUM: Jurnal Keislaman dan Kebudayaan Vol. 15 No. 2 (2021): December 2021
Publisher : LPPM IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v15i2.708

Abstract

The conversation around the writing of Hadith is always an interesting thing. This is due to the view that the Hadith was written late a century after the Prophet's death. Ulama argue that after the death of the Prophet until the end of the 1st century Hijriyah, Hadith was only narrated orally from rote-memorization. This condition is certainly very unfavorable for the Hadith, because without a disciplined writing like the Qur'an, the authenticity of the Hadith is highly questionable. In this modern century, a scholar named M. Musthofa Azumi emerged. He conducted in-depth research on the history of writing hadith. The results of his research, have changed the viewpoint of the temporary scholars who stated that Hadith was not written for a century, Azumi concluded that the writing of Hadith had actually been started since the time of the Prophet, and continued to develop until its golden peak, namely the 2nd century Hijrival. This is because there is a lot of strong evidence about it. Azami's evidence is used as an argument to criticize the views of the ulama and refute the negative accusations made by Western orientalists against the Prophet's Hadith.
COMMON LINK VIS A VIS GHARIB NISBI (Aplikasi Hadis tentang Wanita sebagai Sumber Fitnah) Zidna Zuhdana Mushthoza
UNIVERSUM: Jurnal Keislaman dan Kebudayaan Vol. 15 No. 2 (2021): December 2021
Publisher : LPPM IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v15i2.711

Abstract

Tulisan ini membahas mengenai aplikasi teori come link melalui hadis tentang wanita sebagai sumber fitnah yang dianggap palsu oleh luynboll dengan mengaitkan pada pembahasan hadis ghari>b nisbi> dalam tradisi Muslim Common link yang digagas oleh Joseph Schact dan dikembangkan oleh Juynholl secara sederhana dapat diartikan sebagai pemalsu atau penyebar hadis. Penggunaan teori common link sebagai media kritik otentitas sanad yang cenderung mengklaim bahwa hadis itu adalah buatan perawi common link dapat dijawab bahwa tak selamanya perawi tunggal itu memalsukan hadis. Oleh karena ita, perlu adanya penelitian lebih lanjut apakah perawi itu benar-benar sendiri ketika mendapatkan hadis dari gurunya. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini berpandangan bahwa teori common link identik dengan sistem hadis glari>b nisbi> yaitu hadis yang pada awalnya diriwayatkan oleh beberapa perawi kemudian diriwayatkan oleh seorang perawi saja pada pertengahan jalur sanadaya. Meskipun beberapa kritikus hadis meragakan kevalidannya, hasil bahasan ini sejalan dengan pendapat al- al-Shafi'i yang tidak menilai dari Kuantitas perawi, melainkan melihat dari kualitas perawi
ANALISIS KONSEP HERMENEUTIKA HADIS PERSPEKTIF MUHAMMAD ARKOUN Andris Nurita; Masruhan
UNIVERSUM: Jurnal Keislaman dan Kebudayaan Vol. 15 No. 2 (2021): December 2021
Publisher : LPPM IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v15i2.712

Abstract

Terbentuknya teks hadis merupakan respon terhadap adanya realitas masa lalu, baik yang bersifat mikro dan makro, sehingga bahasa yang terdapat dalam teks mengikuti konteks pada masa terbentuknya teks tersebut. Perkembangan bahasa dan dinamika kehidupan semakin signifikan, tentunya teks tidak mampu menjangkau secara komprehensif apabila hanya berdasarkan pemahaman tekstualis dan dogmatis. Sebab, peristiwa yang melatarbelakangi terbentuknya teks berbeda dengan realitas yang terjadi pada saat ini. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode yang dapat memecah kebekuan teks untuk memperoleh makna secara komprehensif dan kontekstual terhadap tuntutan perkembangan zaman. Pada kajian ini, menggunakan metode kualitatif untuk menganalisis dalam bentuk narasi verbal berdasarkan fakta data yang bersifat rasionalisme. Muhammad Arkoun sebagai seorang pemikir neo modernis mencoba untuk menginterprestasikan konsep hermeneutika sebagai solusi dalam memecahkan kebekuan teks tersebut. Adapun corak pemikiran hermeneutika Arkoun menitikberatkan pada filsafat sebagai sebuah alat berfikir dinamis yang tidak terbatas dengan ruang dan waktu. Menurutnya, hermeneutika tidak dapat dipisahkan dari islamologi terapan, semiotika dan sosio historis. Telaah bahasa yang bersifat diakronik dan singkronik menjadi tataran utama dalam mengkaji sebuah teks, sehingga menghasilkan suatu pemikiran yang komprehensif dengan nalar kritis berdasarkan analisis fenomenologis.
LIVING HADIS DALAM TRADISI RABU MALAM MAJELIS SELAWAT NARIYAH 4444 SEBAGAI SARANA BERTAWASUL Danu Wibowo; Akhmad Jazuli Afandi
UNIVERSUM: Jurnal Keislaman dan Kebudayaan Vol. 15 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : LPPM IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v15i1.713

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang tradisi pembacaan Selawat Nariyah 4444 di Pondok pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah mengetahui pemaknaan selawat nariyah dan relevansinya sebagai sarana untuk bertawasul. Penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu tentang fenomena living hadis. Penelitian ini bersifat deskriptif, kualitatif, induktif yang artinya suatu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum atau deskripsi tentang living hadis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi dengan teori fungsional. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tradisi yang berkembang di dalam kehidupan santri Al-Jihad merupakan fenomena living hadis. Selain itu, ada beberapa landasan hadis yang dijadikan prinsip dalam kegiatan tersebut. Di samping itu, terdapat makna penting dari adanya majelis tersebut, yakni praktek ibadah spiritual yang tidak bisa hilang dalam kehidupan masyarakat.
TEMPORALITAS HADIS; REINTERPRETASI HADIS-HADIS KLASIK DI TENGAH ARUS MODERNITAS Moh. Misbakhul Khoir
UNIVERSUM: Jurnal Keislaman dan Kebudayaan Vol. 14 No. 2 (2020): December 2020
Publisher : LPPM IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v14i2.714

Abstract

Keterkaitan Hadis dengan situasi masa lampau, merupakan realita yang tidak bisa diingkari. Rasulullah hidup 62 tahun di Abad 6 Maschi. Beliau tidak hidup secara abadi, tidak pula menyaksikan setiap perubahan peradaban dunia dari masa ke masa. Maka wajar, jika apa yang termuat dari Hadis, terkadang dijumpai corak khas peradaban klasik Arab. Fakta ini, jika tidak dijadikan pertimbangan dalam memahami Hadis, niscaya Hadis akan sulit diadaptasikan pada tempo yang berbeda dari saat Hadis itu lahir. Diperlukan upaya baru untuk mensikapi problem ini. Beberapa upaya yang muncul sebagai solusi atas permasalahan tersebut adalah pemahaman Hadis dengan mempertimbangkan latar konteks sosio-historis saat Hadis itu disabdakan, juga dengan membedakan sarana dan tujuan, serta dengan melihat peran dan fungsi Muhammad. Sehingga umat akan mendapatkan makna yang lebih jernih serta lebih terfokus pada inti tujuan Hadis (makna universal), daripada sekedar terjebak pada tekstualitas Hadis yang memiliki keterikatan kuat terhadap waktu (zaman). Dengan demikian, jika ini diterapkan. Hadis mampu menjadi sebuah ajaran Islam yang shalih li kulli zaman wa al-makan dan mampu memberikan manfaat secara total.
DEKADENSI PERAN RAWI HADIS PEREMPUAN DARI MASA KE MASA (Pendekatan Historis) Hasan Mahfudh
UNIVERSUM: Jurnal Keislaman dan Kebudayaan Vol. 15 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : LPPM IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v15i1.715

Abstract

Tulisan ini mengkaji secara mendalam tentang peran serta perempuan muslim dalam menerima dan menyebarkan hadis. Dalam lintasan kesejaruhan hadis, peran serta perempuan dalam mengakses, mendalami dan menyebarkan hadis mengalami pasang surut. Jika dilihat dari aspek kuantitatif, berbeda dengan fenomena peruwi laki-laki yang semakin meluas, rata-rata jumlah rawi perempuan justru cenderung menurun dan berkurang. Kemerosotan peran perempuan dalam meriwayatkan hadis bukanlah terjadi begitu saja. Dengan menelusuri historisitas perkembangan umat Islam dari masa ke masa, ditemukan berbagai faktor yang mendorong dekadensi tersebut. Peran perempaan di wilayah domestik yang menanjak dari masa ke masa turut mengurangi kesempatan mereka dalam periwayatan hadis Positifnya, fenomena ini dapat meneguhkan bahwa proses periwayatun hadis merupakan peristiwa historis dan bukan buatan sebagaimana anggapan beberapa orientalis.
TARBIYAH SALAT QABLIYAH DAN BA'DIYAH DARI RASULULLAH Imam Masrur
UNIVERSUM: Jurnal Keislaman dan Kebudayaan Vol. 15 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : LPPM IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v15i1.716

Abstract

Hadith memiliki posisi sentral dalam Islam. Ia merupakan sumber kedua setelah al-Qur'an yakni berfungsi merinci pesan-pesan al-Qur'an yang mujmal, sehingga diperoleh keterangan yang jelas dalam menjalankan amaliah ibadah sehari-hari, termasuk shalat Qabliyah dan Ba'diyah. Akan tetapi faktanya, hegemoni pemikiran fiqh lebih kental mewarnai daripada pemahaman terhadap hadith dalam menentukan amaliah ibadah kaum Muslim, terutama Muslim Indonesia. Fiqh seakan-akan menjadi tolok ukur pertama dan utama dalam menghadapi persoalan. Oleh karena itu, peneliti akan menghadirkan bagaimana sebenarnya hadith melukiskan af aliyah Rasulullah terkait salut Qahliyah dan Ba'diyah murni sesuai dengan pandangan alamah (ach>th Dalam penelitian ini, motode yang digunakan adalah metode hadith tematik. Yakni dengan mengumpulkan hadith- hladith yang setema yang membahas stalat Qabilyah dan Ba'dayah Rasulullah. Dalam penelitian ini, sebelum melangkah pada pemahaman hadith akan dipaparkan validitas kualitas hadith, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penafsiran. Adapun lokal penelitian hadith adalah kitab kutab al-tis'ah, sedangkan pemahamannya diambil dari sharh kitab hadith. Dari hasil penelitian diperoleh penjelasan bahwa Rasulullah melaksanakan stalar Qabliyah dan Ba'diyah: Qabliyah subuh sebanyak dua raka'at dan setelahnya beliau tidur ringan sampai muadzin iqamat. Qabliyah Dhubur beliau laksanakan dua raka'at dan terkadang empat raka'at, sedangkan Ba'diyah Dhuhur beliau laksanakan dua raka'at Qabliyah "As far beliau laksanakan empat raka'at dengan dua kali salam. Untuk Qubliyah Maghrib Rasulullah memerintahkan menjalankannya bagi mereka yang menghendaki, tapi dengan catatan jangan menganggapnya sebagai kesunnahan yang dikuatkan, sedangkan Ba'diyah Maghrib, beliau menjalankan dua raka'at. Ba'diyalı "Isha>, beliau menjalankan dua raka'at.
PENGAPLIKASIAN TEORI HERMENEUTIKA HANS-GEORG GADAMER TERHADAP HADIS NABI MUHAMMAD Muh. Ilham R. Kurniawan
UNIVERSUM: Jurnal Keislaman dan Kebudayaan Vol. 15 No. 1 (2021): Juni 2021
Publisher : LPPM IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v15i1.717

Abstract

Hadits Nabi hadir dalam kehidupan masyarakat saat ini dalam bentuk beku' dan tidak memiliki aplikasi. Hal ini telah mendorong pencetusan berbagai terobosan untuk mencari jalan keluar dari kebekuan tersebut demi pribumi' hadits agar sesuai dengan tuntutan zaman. Salah satunya melalui pendekatan hermeneutik dalam tafsir hadits. Pendekatan hermeneutik dalam tafsir hadits dapat ditempuh melalui tiga lapis tafsir, yaitu: 1. Penafsiran "dari dalam" teks hadits. 2. penafsiran "lingkungan sekitar" teks hadits. 3. penafsiran " yang melawan" teks hadis. Dari tafsir di atas mempunyai fokus, sasaran dan metode antara satu dengan yang lainnya. Metode ini tidak hanya sebagai alat untuk mempelajari cakrawala teks (matan), tetapi juga cakrawala pemrakarsa (Nabi), pembaca (rijal al-hadits, mukharrij al-hadits, dan mufassir), serta kontekstualitasnya. Meskipun hermeneutika merupakan "alat" (bukan pengganti) berbagai ilmu hadits yang sudah mapan, namun pendekatan hermeneutika diharapkan menghasilkan makna yang menggabungkan unsur tekstualitas dan kontekstualitas hadits pada saat yang bersamaan, mengingat teks hanya dapat menemukan makna dalam konteks.
RESEPSI HADIS DALAM DIALOG BUDAYA WAYANG KULIT KI SUPARNO HADI Fatimah Nurul Khoiriyah
UNIVERSUM: Jurnal Keislaman dan Kebudayaan Vol. 12 No. 02 (2018): Juni 2018
Publisher : LPPM IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v12i02.718

Abstract

Hadis dalam tatanan aplikasinya merupakan sumber hukum yang menjadi penjelas bagi al- Qur'an. Dalam proses penyebarannya, hadis berkembang di Indonesia seiring dengan masuknya agama Islam di Nusantara. Adapun di daerah Jawa, Islam lebih dipopulerkan oleh Wali Sanga. Dan dalam menyebarkan agama Islam, para Wali Sanga mempunyai beragam cara penyebaran agama. Sebut saja Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang yang menggunakan metode budaya dalam penyebaran agama Islam, salah satunya adalah wayang kulit. Maka dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai resepsi hadis yang juga merupakan sumber syariat Islam dalam pagelaran wayang kulit. Fokus penelitian ini pada Wayang Kulit Ki Suparno Hadi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosio-historis. Adapun teknik pengumpulan data, penulis melakukan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Metode dekriptif-eksplanatif penulis pakai dalam menganalisis data yang terkumpulkan. Sedangkan teori yang ditawarkan oleh Geertz akan menjadi pisau analisis dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Ki Suparno Hadi tidak mempunyai kriteria khusus dalam meresepsikan hadis dalam pagelaran wayang kulitnya. Namun, dalam pagelarannya penulis merangkum setidaknya menjadi lima resepsi, yaitu: Resepsi Simbolis, Resepsi Filosofis, Resepsi Eksegesis, Resepsi Historis, dan Resepsi Estetis Pertunjukan Wayang Ki Suparno Hadi dalam lakon Sena Babat terdapat 12 penggunaan hadis,dengan rician 9 adalah hadis sahih, 2 hadis hasan, dan satu hadis yang belum diketahui status kehujjahannya. Selain itu, penulis menemukan dua pola dalam penggunaan hadis dipagelarannya, yaitu pengutipan dan penjelasan. Kedua pola ini hampir penulis temukan dalam setiap pagelaran wayang kulit Ki Supamo Hadi yang penulis ikuti, terkhusus lakon Seno Babat yang menjadi pembahasan dalam tulisan ini.
TRADISI PENYELENGGARAAN AQIQAH MASYARAKAT DESA PURWOREJO KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR (KAJIAN LIVING HADIS) Siti Aminah
UNIVERSUM: Jurnal Keislaman dan Kebudayaan Vol. 12 No. 02 (2018): Juni 2018
Publisher : LPPM IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/universum.v12i02.719

Abstract

Aqiqah merupakan upacara keagamaan yang sangat memasyarakat di kalangan umat Islam, merupakan acara penyembelihan hewan berupa kambing pada hari ketujuh dari kelahiran sang bayi. Aqiqah telah menjadi tradisi di masyarakat kita namun dalam pelaksanaannya banyak terjadi perbedaan. Faktor utama penyebab perbedaan ini karena adanya perbedaan pemahaman dan persepsi terhadap hadis-hadis aqiqah Tulisan ini membahas tentang pemahaman masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar terhadap hadis-hadis aqiqah dan implementasinya dengan menggunakan pendekatan sosiologis-historis Berdasarkan hasil penelitian bahwa masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar ini menjalankan tradisi aqiqah tersebut tidak hanya mengikuti tradisi sebelumnya, namun juga adanya pengetahuan bahwa hal tersebut merupakan perintah yang telah disabdakan Nabi. Pemahaman masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar terhadap hadis tidaklah tekstual Mereka juga memahami hadis-hadis aqiqah secara kontekstual.