cover
Contact Name
Ahmad Fuadin
Contact Email
ahmadfuadin@upi.edu
Phone
+6285222333818
Journal Mail Official
artikulasi_fpbs@upi.edu
Editorial Address
Jl. Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154 Jawa Barat - Indonesia Telp. 022-2013163
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
@Artikulasi
ISSN : 14124548     EISSN : 27765911     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal @Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia adalah jurnal berkala ilmiah yang diterbitkan Progran Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia. Jurnal ini terbit pertama kali pada Mei 2002 dengan nama Jurnal @rtikulasi. Sejak Mei 2011 jurnal @rtikulasi diterbitkan atas kerjasama Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI dengan Perhimpunan Pengajar Bahasa Indonesia (PPBI) secara cetak. Sejak 2019 mulai diterbitkan secara elektronik (e-jurnal) melalui alamat e-jurnal.upi.edu. Kemudian pada tahun 2021, Jurnal @Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia versi OJS ( Open Journal System ) terbit secara berkala sebanyak 2 kali dalam satu tahun setiap bulan April dan Oktober. Jurnal ini menerima tulisan hasil penelitian dengan topik berikut ini. Hasil kajian atau penelitian mengenai pendidikan bahasa dan sastra Indonesia yang meliputi: 1) model/strategi/metode/teknik pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia; 2) media pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia; 3) bahan ajar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia; 4) kurikulum pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia; 5) evaluasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia; 6) inovasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia; 7) kajian kependidikan bahasa Indonesia lainnya. Hasil kajian atau penelitian mengenai pendidikan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang meliputi: 1) model/strategi/metode/teknik pembelajaran BIPA; 2) media pembelajaran BIPA; 3) bahan buka pembelajaran BIPA; kurikulum pembelajaran BIPA; 4) evaluasi pembelajaran BIPA; 5) inovasi pembelajaran BIPA dan kajian kependidikan BIPA lainnya. Hasil kajian dan penelitian di bidang linguistik bahasa Indonesia, bahasa daerah, atau bahasa asing yang dikaitkan dengan kajian linguistik bahasa Indonesia (dapat dikaitkan dengan kependidikan/kepembelajaran). Hasil kajian dan penelitian di bidang kesusastraan Indonesia, daerah, atau sastra asing yang dikaitkan dengan kajian kesusastraan Indonesia (dapat dikaitkan dengan kependidikan/kepembelajaran).
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 2 (2021): Oktober 2021" : 10 Documents clear
TRADISI MERANTAU MASYARAKAT MINANG DALAM LAGU KELOK AMPEK PULUAH AMPEK Azka Azkia Amelia; Yostiani Noor Asmi Harini; Memen Durachman
Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tradisi merantau masyarakat Minang untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Akivitas tersebut menjadi inspirasi penciptaan lagu berbahasa Minang, Kelok Ampek Puluah Ampek yang sering dinyanyikan oleh masyarakat Minang di perantauannya.Artikel ini mendeskripsikan struktur teks dan fungsi lagu tersebut. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur teks memiliki formula formulaik sehingga mudah untuk diingat. Fungsi lagu tersebut yaitu sebagai sistem proyeksi mengenai tradisi merantau yang di satu sisi dianggap sebagai peluang memperoleh kehidupan yang lebih baik sekaligus keharuan yang harus dijalani karena berpisah dengan sanak saudara dan kampung halaman.  Selain sebagai sistem proyeksi, lagu ini pun berfungsi sebagai penglipur lara para perantau terhadap rasa rindu kepada sanak saudara dan kampung halaman. Kata kunci: masyarakat Minang, merantau, lagu Kelok Ampek Puluah Ampek AbstractThis research was motivated by merantau (expedition) tradition of Minang community for a better life. This activity became an inspiration for the creation of Kelok Ampek Puluah Ampek, a Minang-language song, which is often sung by Minang community in their journey. This article describes the text structure and function of the song. The method used was qualitative approach. The results showed that the text has a formulaic structure making it easy to remember. The song functions as a projection system regarding the tradition of merantau, considered as both an opportunity to get a better life and an obligation leading to separation from relatives and hometown. In addition, this song also functions as a comforter for the wanderers who miss their relatives and hometown. Keywords: Minang community, merantau, Kelok Ampek Puluah Ampek song
PERBANDINGAN BAHASA SUNDA WEWENGKON KUNINGAN DENGAN BAHASA SUNDA LULUGU DI KOTA BANDUNG Annida Fitriyani; Novi Resmini; Sri Wiyanti
Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dilatarbelakangi adanya leksikon-leksikon khas dalam bahasa Sunda wewengkon Kuningan yang dianggap sebagai bahasa yang berbeda dengan bahasa Sunda pada umumnya. Terdapat pula spekulasi awam yang mengatakan bahwa dialek merupakan bentuk substandar yang memperlihatkan jenis penyimpangan dari bahasa standar. Dalam ilmu sosiolinguistik, dialek termasuk ke dalam variasi bahasa yang memiliki tingkatan tertinggi dibandingkan variasi-variasi bahasa lainnya. Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran umum kondisi kebahasaan wilayah perbatasan melalui proses pendeskripsian unsur-unsur pembeda kebahasaan dan penghitungan jarak kekerabatan antara bahasa Sunda wewengkon Kuningan dengan bahasa Sunda lulugu Bandung dan menambah khazanah kebahasaan khususnya dialektologi. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan komparatif. Metode deskriptif digunakan untuk menghasilkan data deskriptif berupa tuturan dari informan dan metode komparatif digunakan untuk mendapatkan perbandingan antara bahasa Sunda wewengkon Kuningan dengan bahasa Sunda lulugu Bandung. Penelitian ini menghasilkan 1) wujud tuturan bahasa Sunda wewengkon Kuningan, 2) wujud tuturan bahasa Sunda lulugu Bandung, 3) pada perbandingan bahasa ditemukan 51 gloss dikategorikan beda leksikal, 2 gloss dikategorikan beda fonologi, dan 2 gloss dikategorikan beda morfologi, 4) unsur-unsur pembeda kebahasaan yang ditemukan terdapat pada tataran pembeda fonologi, pembeda morfologi, dan pembeda leksikal, dan 5) keterpaham masyarakat tutur Kota Bandung diwujudkan dalam penghitungan dialektometri leksikal dan wawancara. Penghitungan dialektometri menunjukkan bahasa Sunda wewengkon Kuningan berada pada kategori beda wicara dan tidak ada perbedaan dengan bahasa Sunda lulugu Bandung, begitupun dengan wawancara menghasilkan bahwa bahasa Sunda wewengkon Kuningan tidak jauh berbeda dengan bahasa Sunda lulugu di Kota Bandung.
PENGGUNAAN BAHASA SUNDA DI LINGKUNGAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA KONSERVASI BUDAYA Marlia Marlia
Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya indikasi keterancaman punahnya bahasa Sunda di lingkungan keluarga Sunda. Kajian ini bertujuan mendeskripsikan dominansi penggunaan bahasa Sunda, eksistensi bahasa Sunda di lingkungan keluarga Sunda, dan solusi yang dapat dilakukan guna melestarikan bahasa Sunda di lingkungan keluarga Sunda. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan dengan google form. Jumlah informan yang merespons selama dua pekan sebanyak 102 orang. Adapun hasil penelitiannya adalah dominansi penggunaan bahasa Sunda di lingkungan keluarga Sunda masih mendominasi dibandingkan dengan penggunaan bahasa Indonesia ataupun bahasa campuran (Sunda/Jawa-Indonesia); eksistensi penggunaan bahasa Sunda di lingkungan keluarga Sunda masih terlihat aktif terbukti dengan penggunaannya di berbagai kalangan dan usia dengan persentase yang lebih besar daripada penggunaan bahasa Indonesia/campuran; solusi untuk konservasi bahasa Sunda di lingkungan keluarga Sunda adalah melalui peran orang tua dalam memperkenalkan dan menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu serta membangun kesadaran kepada anak-anaknya akan pentingnya pelestarian bahasa sehingga anak-anak dapat terbiasa dan tidak merasa malu dalam menggunakan bahasa Sunda. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bahasa Sunda merupakan warisan budaya yang wajib dilestarikan secara turun-temurun dengan diawali di lingkungan keluarga sehingga konservasi bahasa daerah dapat terjaga. Kata kunci: konservasi bahasa daerah, bahasa Sunda, lingkungan keluarga. AbstractThis research arose from a threat of the loss of Sundanese language in Sundanese family environment. This study aims to describe the dominance of the use of Sundanese, the existence of Sundanese in Sundanese family, and solutions to preserve the language in the Sundanese family. Research method used was descriptive qualitative. Data was obtained through a questionnaire distributed using Google form. The number of respondents in two weeks was 102 people. The results of the research are the use of Sundanese in Sundanese family environment is still more dominant than the use of Indonesian or mixed languages (Sundanese/Javanese-Indonesian) in family communication; the use of Sundanese in Sundanese family environment still exists and is active since the percentage of its use in various circles and ages had a greater percentage than the use of Indonesian/mixed languages. A solution to conserve Sundanese in Sundanese family environment is by having parents introduce and use Sundanese as their mother tongue, and build awareness to their children about the importance of language preservation, so that children can be familiar with the language and do not feel ashamed at using it. It can be concluded that Sundanese is a cultural heritage that must be preserved from one generation to another, starting in the family environment to maintain the conservation of local languages. Keywords: local language conservation, Sundanese, family environment.
GANGGUAN FONOLOGI PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB AB KEMALA BHAYANGKARI 2 GRESIK Maylina Alvi Rosidah; Ika Febriani
Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakNeurolinguistik merupakan bidang kajian ilmu linguistik yang membahas mengenai struktur otak yang dimiliki seseorang untuk merespons bahasa. Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Bahasa memiliki fungsi yang sangat erat kaitannya dalam kehidupan. Proses pembelajaran bahasa di sekolah merupakan sumber utama seseorang agar berbahasa dengan baik bagi anak yang memiliki kekurangan ataupun tidak. Anak tunarungu memiliki tingkat kesulitan dalam pembelajaran bahasa. Anak tunarungu memiliki gangguan pendengaran dan mekanisme berbicara yang menyebabkan ia sulit menggunakan bahasa dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan berbahasa anak tunarungu serta mendeskripsikan bentuk gangguan fonologi yang terjadi pada anak tunarungu di SLB AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik. Penelitian ini menggunakan teori neurolinguistik yang di dalamnya mengkaji tentang hubungan fungsi otak manusia dengan proses mengolah bahasa. Apabila seseorang tidak dapat berbahasa dengan baik dapat dikatakan ia memiliki gangguan yang mencakup gangguan pendengaran serta mekanisme berbicara. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, teknik rekam, dan teknik simak catat. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan  simpulan. Teknik keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi  sumber dan triangulasi teknik guna menguji kreadibilitas data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:  (1) 10 peserta didik tunarungu di SLB AB Kemala Bhayangkari 2 memiliki kemampuan berbahasa yang rendah, (2) terdapat gangguan fonologi yang terjadi pada 10 peserta didik tunarungu yang mencakup omisi, adisi, dan substitusi pada kontoid dan vokoid. Kata Kunci : gangguan fonologi, neurolinguistic, tunarungu AbstractNeurolinguistics is a branch of linguistics discussing the structure of one’s brain to respond to language. Meanwhile, phonology is the study of the sounds of language. Language has functions very closely related to life. Language learning process at school is the main education for normal or disabled children to learn to speak well. Deaf children have difficulty in language learning. Deaf children have hearing problems and speech mechanisms that make it difficult for them to use language well. The purpose of this study is to describe the language skills of deaf children and to describe the forms of phonological disorders among deaf children at SLB AB Kemala Bhayangkari 2 Gresik. This research was based on neurolinguistic theory examining the relationship between human brain function and language processing. If a person cannot speak well, it can be said that he has a disorder that includes hearing loss and speech mechanisms. The research method used was descriptive qualitative. Data was collected by using documentation, recording, and note-taking techniques. After collected, data were analyzed through data reduction, data presentation, and drawing conclusion phases. Data validity technique was ensured due to source triangulation and technical triangulation to test the credibility of the data. The results showed that: (1) 10 deaf students at SLB AB Kemala Bhayangkari 2 had low language skills, (2) there were phonological disorders among 10 deaf students, including omission, addition, and substitution in contoid and vocoid.Keywords: phonology, neurolinguistic, deaf 
ANALISIS KESALAHAN FONETIK ARTIKULATORIS PADA PELAFALAN PEMELAJAR BIPA KOREA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR BIPA DASAR Afina Naufalia; Nunung Sitaresmi; Rosita Rahma
Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPembelajaran pelafalan adalah salah satu komponen penting yang harus dipelajari dalam pengembangan kemampuan berbahasa kedua. Jika diksi dan struktur kalimat sudah benar, tetapi dilafalkan dengan salah, maka maksud yang hendak diutarakan pada masyarakat awam tidak tersampaikan dengan baik. Apabila kesalahan tersebut tidak dibenarkan, maka pemelajar akan terbiasa dengan pelafalan yang salah. Berdasarkan hal tersebut, mesti ada sebuah perangkat pembelajaran yang membantu pemelajar untuk melatih kemampuan pelafalannya. Modul digital menjadi pilihan peneliti sebagai bahan ajar pelafalan BIPA. Untuk menyusun bahan ajar tersebut, ujaran pemelajar harus dianalisis terlebih dahulu untuk mengetahui jenis kesalahan apa yang sering dilakukan. Dengan pisau analisis fonetik artikulatorislah bunyi bahasa Indonesia yang dilafalkan pemelajar dapat diketahui letak kesalahannya dengan tepat. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan pelafalan pemelajar BIPA Korea dan hasil analisis kesalahan fonetik artikulatoris terhadap pelafalan tersebut, serta pemanfaatannya sebagai bahan ajar BIPA tingkat dasar. Penelitian ini dilakukan dalam bingkai metode kualitatif deskriptif dengan langkah analisis kesalahan dan fonetik artikulatoris sebagai pisau analisisnya. Sebagai temuan penelitian, peneliti berhasil menemukan kata-kata, khususnya fonem-fonem yang salah dilafalkan. Kesalahan tersebut dilihat dari jenis-jenis kesalahan yang ditemukan, yaitu perubahan bunyi sebanyak 245 kesalahan, yang terdiri atas fonem [s], [ə], [r], [f], dan [z], dan lainnya. Pertukaran bunyi sejumlah 5 kesalahan yakni fonem [r] dengan [l], dan lainnya. Penambahan bunyi sejumlah 73 kesalahan, yang terdiri atas fonem [ə] dan lainnya. Penghilangan bunyi sebanyak 76 kesalahan yang terdiri atas fonem [ĥ], [h], [r], dan lainnya. Hasil temuan tersebut kemudian disusun untuk pembuatan bahan ajar berbentuk modul digital. Modul digital yang diberi judul “Modul Pelafalan Bunyi Bahasa Indonesia untuk BIPA” ini memuat video-video yang mencontohkan kepada pemelajar cara mengartikulasikan bunyi bahasa yang benar seperti penutur asli bahasa Indonesia. Video tersebut beserta fasilitas lainnya dihubungkan dengan teknologi media QR Code, sehingga bisa diaplikasikan di mana saja dan kapan saja. Oleh karena itu, modul digital ini sesuai digunakan pada masa modern dan suasana pandemi saat ini. Kata kunci: analisis kesalahan fonetik artikulatoris, modul digital, pelafalan, BIPA dasar. AbstractPronunciation learning is one of the important components in developing second language skills. If the diction and structure of sentences are correct, but they are pronounced incorrectly, the intention to be conveyed to the public in general may not be delivered properly. If such error is not justified, students may get accustomed to incorrect pronunciation. Hence, a learning tool that helps students to practice their pronunciation skills becomes necessary. The researcher was interested in developing a digital module as a pronunciation teaching material for BIPA lesson. To compile the materials, BIPA students' utterances were first analyzed to find out common types of pronunciation mistakes made. The purpose of this research is to describe the pronunciation skill of Korean students of BIPA, the results of the articulatory phonetic error analysis over the pronunciation, and its use as teaching materials for the basic level of BIPA. The research framework was descriptive qualitative with error analysis steps and articulatory phonetics as the analytical tool. Researchers managed to find words, especially phonemes, with mispronunciation. The errors were identified by the types of errors found, namely sound changes with as many as 245 errors, consisting of phonemes [s], [ə], [r], [f], and [z], and others; sound exchange with 5 errors, including phonemes [r] with [l], and others; addition of the sound with 73 errors, consisting of phonemes [ə] and others; and 76 sound omissions, consisting of phonemes [ĥ], [h], [r], and others. The findings were then compiled for to develop teaching materials in a digital module. The module, entitled " Modul Pelafalan Bunyi Bahasa Indonesia untuk BIPA (Indonesian Sound Pronunciation Module for BIPA lessons)", provides example videos for students about how to articulate the correct sounds of the language like native speakers of Indonesian language. Videos and other features in the module have QR Codes to provide easy access anywhere and anytime. Therefore, this digital module is suitable for use in modern times and this current pandemic atmosphere. Keywords: An analysis of articulatory phonetic errors, digital module, pronunciation, basic level of BIPA.
INTERTEKSTUAL BABAD TANAH JAWI DALAM NOVEL BILANGAN FU KARYA AYU UTAMI Halimah Halimah; Sumiyadi Sumiyadi; Choirul Asari
Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPenelitian ini membahas kisah Babad Tanah Jawi  yang terdapat dalam Novel Bilangan Fu Karya Ayu Utami secara intertekstual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan makna secara lebih mendalam terhadap novel terkait hubungannya dengan aspek-aspek intertekstual kisah-kisah Babad Tanah Jawi. Sekaitan hal itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori  Intertekstual. Rumusan masalah penelitian  adalah bagaimanakah intertekstualitas Babad Tanah Jawi dalam novel  Bilangan Fu karya Ayu Utami? Tujuan penelitian ini secara umum adalah menjelaskan intertekstualitas Babad Tanah Jawi dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami; Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode content analysis (analisis isi) yang menekankan pada isi. Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah teknik analisis deksriptif.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil Intertektual Kisah Babad Tanah Jawi  dalam Novel Bilangan Fu terhadap Babad Tanah Jawi Buku I  dan II,  menjelaskan kisah- kisah yang terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kisah yang diangkat antara lain: kisah “Prabu Watugunung di Gilingwesi”; “Riwayat Siung Wanara”; “Kisah Jaka Tarub”; “Kisah Senapati Bertemu Nyai Rara Kidul”; “Kisah Sultan Agung Bertemu Nyai Rara Kidul”; dan “Kisah Raja Mataram menyerang Benteng VOC”. Bentuk Transformasi yang terjadi antara kisah dalam Babad Tanah Jawi Buku I  dan II,  dan Novel Bilangan Fu yang dominan adalah afirmasi. Hanya terdapat satu kisah saja terjadi bentuk transformasi secara parodi, yakni dalam menampilkan Kisah “Raja Mataram menyerang Benteng VOC”. Kata Kunci: Babad Tanah Jawi, intertektual, novel Bilangan Fu, teks, transformasi  AbstractThis study discusses the story of Babad Tanah Jawi in the novel Bilangan Fu by Ayu Utami in intertextuality context. The purpose of this study is to get a deeper meaning to the novel related to its relationship with the intertextual aspects of the Babad Tanah Jawi stories. In this regard, this study is based on intertextual theory. A research problem formulated is how the intertextuality of the Babad Tanah Jawi emerges in the novel Bilangan Fu by Ayu Utami? In general, this study was aimed to explain the intertextuality of the Babad Tanah Jawi in the novel Bilangan Fu by Ayu Utami. A qualitative approach with content analysis method was employed to emphasizes the content. Data was processed by means of descriptive analysis technique. The results of this study indicated that the results of intertextuality of Babad Tanah Jawi story in the novel Bilangan Fu over Babad Tanah Jawi book I and book II explain the stories contained in the Babad Tanah Jawi. Stories incorporated are the story of “Prabu Watugunung in Gilingwesi”; “History of Siung Wanara”; "The Story of Jaka Tarub"; "The Story of Senapati meeting Nyai Rara Kidul"; "The Story of Sultan Agung meeting Nyai Rara Kidul"; and “The story of the King of Mataram attacking the VOC Fort”. The dominant form of transformation from the stories in Babad Tanah Jawi Book I and II, and the novel Bilangan Fu is affirmation. There is only one story transformed as a parody, namely "The King of Mataram attacking the VOC Fort". Keywords: Babad Tanah Jawi, intertextuality, Bilangan Fu novel, text, transformation
TRADISI DAN RITUAL KEMATIAN DI GARUT: SEBUAH KAJIAN DIALEKTOLOGI Lilis Hartini
Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakDialektologi adalah cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari variasi-variasi bahasa dalam aspek fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon, semantik, onomasiologis, dan semasiologis, yang wujud pelafalannya ada pada dialek. Sumber kajian dialektologi kali ini adalah bahasa lisan yang dituliskan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tradisi dan ritual kematian di Garut. Melalui pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode deskriptif. Ditemukan bahwa terdapat tradisi dan ritual kematian pada masyarakat Garut yang sesuai dengan variasa bahasanya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diterapkan secara daring dengan cara membagikan kuesioner dan wawancara kepada informan yang memenuhi syarat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, masih tedapat tradisi dan ritual kematian di Garut dan kedua, terdapat variasi bahasa pada bidang fonetk, morfologi, leksikal, dan onomasiologis. Kemudian hasil data yang dianalisis tersebut disajikan melalui contoh-contoh yang relevan dengan keadaan tradisi dan ritual kematian dewasa ini.  Kata kunci: tradisi, ritual, dialek, Garut AbstractDialectology is a branch of linguistics specifically studying language variations in the aspects of phonology, morphology, syntax, lexicon, semantics, onomasiology, and semasiology, with pronunciation manifestation in dialects. The source of this dialectological study is written verbal language. This study aims to describe traditions and death rituals in Garut through a qualitative approach and descriptive methods. It was found that Garut community has traditions and death rituals which are in line with the variety of languages. Research data were collected online by distributing questionnaires and conducting interviews with qualified informants. The results show that first, traditions and death rituals still exist in Garut, and second, there are language variations in the terms of phonetics, morphology, lexical, and onomasiology. The results of the data analysis were presented through examples relevant to the current state of traditions and death rituals. Keywords: traditions, rituals, dialect, Garut  
REPRESENTASI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL RAPIJALI 1: MENCARI KARYA DEE LESTARI Clarisa Septiani Putri; Suci Sundusiah; Dheka Dwi Agustiningsih
Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakRepresentasi karakter perempuan pada tokoh perempuan dalam novel Rapijali 1: Mencari begitu kental disampaikan dalam novel. Hal tersebut menjadikan novel Rapijali 1:Mencari tidak cukup dibaca saja namun juga perlu adanya tanggapan ilmiah khususnya mengenai karakter tokoh perempuan yang ada di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeroleh deskripsi struktur novel, deskripsi representasi karakter tokoh perempuan dalam novel, dan perancangan pembelajaran teks novel di SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi. Fokus kajian lebih menekankan pada analisis representasi karakter tokoh perempuan dalam novel, dan model perancangan Dick and Carey sebagai perancangan pembelajaran sastra di SMA. Hasil dari penelitian ini yaitu adanya data struktur novel Rapijali 1:Mencari, adanya representasi karakter tokoh perempuan dalam novel yang digambarkan dalam tiga bagian yaitu, penampilan perempuan, minat perempuan, dan kecerdasan perempuan. Adapun pemanfaatan penelitian terhadap perancangan pembelajaran sastra di SMA dirancang untuk pembelajaran Kompetensi Dasar 3.8, 4.8 dan 3.9 di kelas XII SMA. Kata kunci: novel, rancangan pembelajaran, Rapijali 1:Mencari, Representasi perempuan AbstractThe representation of female characters on female characters in the novel Rapijali 1: Mencari is conveyed very vividly in the novel. Therefore, the novel Rapijali 1: Mencari deserves not only reading, but also scientific endeavors, especially regarding the characteristics of the female characters. The purpose of this study was to obtain a description of the structure of the novel, a description of the representation of female characters in the novel, and a learning design for novel learning in senior high schools. This study used a qualitative approach with content analysis method. The study emphasized the analysis of the representation of the female characters in the novel, and Dick and Carey’s model as a literary learning design in senior high schools. The results obtained from this study are the data of the structure of the novel Rapijali 1: Mencari, and the representation of female characters in the novel which is described in three parts, namely, female appearance, female interest, and female intelligence. The utilization of this research as a literary learning design in senior high schools was intended for Basic Competencies 3.8, 4.8 and 3.9 in senior high school class XII. Keywords: novel, learning design, Rapijali 1: Mencari, representation of women
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA Iim - Karimah
Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara sastra siswa. Melalui penggunaan media boneka  para siswa dimotivasi untuk berani menampilkan karya mereka sebagai bentuk kreativitas. Metode penelitian dilakukan melalui prosedur penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus pembelajaran. Masing-masing siklus pembelajaran terdiri dari tiga langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Peningkatan kemampuan berbicara sastra siswa SMPN 1 Baleendah sebesar 6,49%. Pada siklus satu rata-rata perolehan nilai bercerita siswa dengan alat peraga yaitu 77 dan pada siklus dua rata-rata nilai siswa yaitu 82. Adapun peningkatan hasil belajar siswa di siklus satu sebesar 51,1%. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa di siklus dua sebesar 27,1%. Rata-rata nilai hasil postest di siklus satu sebesar 64,9 sedangkan di siklus dua menjadi 86,1. Rata-rata nilai hasil pretest di siklus satu sebanyak 46,4 sedangkan di siklus dua menjadi 69,6. Para siswa sebanyak 84,09% menyatakan suka terhadap pembelajaran bercerita dengan alat peraga dan sebanyak 88,64 % para siswa senang terhadap boneka. Kata kunci: bercerita, alat peraga, media boneka. AbstractThis study was intended to improve students' speaking skills with literary works. By means of puppets, students are motivated to present their work confidently as a form of creativity. The research was carried out through classroom action research procedures which consisted of two learning cycles. Each learning cycle consists of three steps, namely planning, implementation, and reflection. As a result, SMPN 1 Baleendah students’ speaking skills with literary works increased by 6.49%. In the first cycle, the average score of students performing storytelling with teaching aids was 77, and in the second cycle, the average score was 82. The students’ learning outcomes in the first cycle were 51.1% while that in the second cycle was 27.1%. The average score in the first cycle’s posttest was 64.9 while that in the second cycle was 86.1. The average score in the first cycle’s pretest was 46.4, but that in the second cycle was 69.6. Further, 84.09% the students stated that they like learning storytelling with properties and as many as 88.64% of the students liked puppets. Keywords: story telling, properties, puppet media. 
BAHASA IKLAN INDOMIE PERIODE TAHUN 2021 Lita Tania; Kholid A. Harras; Afi Fadlilah
Artikulasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh terdapat berbagai bentuk dan fungsi tuturan ilokusioner serta bentuk register dan fungsi bahasa dalam bahasa iklan Indomie pada tahun 2021. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti data tuturan tersebut menggunakan kajian sosiopragmatik. Metode dalam penelitian ini ialah kualitatif deskriptif dengan teknik dokumentasi, simak, dan catat. Tujuan dalam penelitian ini ialah mengetahui, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan (1) bentuk dan fungsi tindak tutur ilokusioner, serta (2) bentuk register dengan ragam penggunaan bahasa dan fungsi bahasa. Hasil penelitian ini menemukan (1) dua bentuk tindak tutur ilokusioner yaitu asertif dan direktif dengan dua fungsi tuturan yang berbeda yaitu mengklaim dan memerintah, serta (2) penggunaan register kasual dengan penggunaan ragam bahasa nonformal dan fungsi bahasa berupa instrumental dan imajinatif. Kata kunci: tindak tutur ilokusioner, register, fungsi bahasa. AbstractThis research is motivated by the fact that there are various forms and functions of illocutionary speech and register forms and language functions in Indomie's advertising language in 2021. Therefore, researchers are interested in examining the speech data using sociopragmatic analysis. The method in this research is descriptive qualitative with documentation, listening, and note-taking techniques. The aims of this study are to discern, identify, and describe (1) the form and function of illocutionary speech acts, and (2) register forms with various uses of language and language functions. The results of this study found (1) two forms of illocutionary speech acts, namely assertive and directive, with two different speech functions, namely claiming and commanding, and (2) the use of casual registers with the use of various non-formal languages and instrumental and imaginative language functions. Keywords: illocutionary speech act, register, language function 

Page 1 of 1 | Total Record : 10