cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 55 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013" : 55 Documents clear
HUBUNGAN KEMAMPUAN MASYARAKAT TERHADAP KEMAMPUAN KOMPOSISI KDB DAN KDH DI PERUMAHAN PURI DINAR MAS SEMARANG Ayu Anisa Febriana Sanoerman; Mussadun Mussadun
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.578 KB)

Abstract

Penggunaan lahan bermacam-macam fungsi salah satunya merupakan penggunaan lahan sebagai perumahan atau tempat tinggal masyarakat. Perumahan merupakan kebutuhan dasar (basic needs) bagi manusia disamping pangan dan sandang. Perumahan mempunyai fungsi sangat penting yang tidak hanya dilihat sebagai sarana kehidupan semata, tapi perumahan juga merupakan suatu proses bermukim. Perumahan sudah merupakan kebutuhan tersendiri yang diinginkan berbagai kalangan atau kelas masyarakat. Agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pembangunan perumahan masyarakat, diperlukan perumahan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat. Pembeli di perumahan membeli rumah dengan tipe dan harga yang dipilihnya sesuai kemampuan ekonomi dimiliknya. Awang Firdaos (1997) menjelaskan bahwa permintaan rumah dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya adalah lokasi, pertumbuhan penduduk, pendapatan, kemudahan pendanaan, fasilitas, dan sarana umum. Dari segi pendapatan perekonomian masyarakat sangat penting dalam memiliki suatu rumah. Hal ini dikarenakan bahwa dalam mendapatkan rumah yang terletak di perkotaan besar sangat sulit untuk masyarakat yang memiliki pendapatan rendah. Pertimbangaan lingkungan dan lokasi yang ada, masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah akan memilih perumahan yang menawarkan perumahan yang sesuai pendapatan tersebut. Berbeda dengan masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi dengan mudah mereka. Intesitas pemanfaatan lahan merupakan komponen penting dalam penataan suatu bangunan di suatu lahan yang direncanakan. Masyarakat lebih tertarik dengan harga yang memikat dan fasilitas yang disediakan. Intensitas pemanfaatan lahan diperlukan di setiap rumah karena merupakan unsur penting dalam mendirikan rumah. Para penghuni Perumahan Puri Dinar Mas Semarang merupakan masyarakat yang beragam, karena memiliki mata pencaharian dan tingkat sosial yang berbeda-beda. Dalam waktu yang akan datang kebutuhan ruang dalam hunian pasti akan terus meningkat, seperti merekonstruksikan ulang rumah mereka dan lain-lain. Berdasarkan uraian penjelasan diatas dapat ditarik menjadi pertanyaan penelitian (research questions) yaitu Bagaimana hubungan kemampuan masyarakat penghuni RW 16 Perumahan Puri Dinar Mas dalam penentuan komposisi KDB dan KDH di rumahnya? analisis cross tab untuk menganalisa pengaruh komposisi KDB dan KDH dengan kemampuan masyarakat dan dengan menggunakan analisis kuantitatif untuk memperkuat analisis yang dilakukan selama penelitian berlangsung. 
POLA KONSUMSI AIR BERSIH PADA RUMAH KOST DI KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI TEMBALANG Wahyu Indriastuti; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.787 KB)

Abstract

Perkembangan Kawasan Pendidikan Tinggi Tembalang yang diiringi dengan peningkatan jumlah mahasiswa berdampak pada peningkatan jumlah rumah kost dengan berbagai tipe yaitu sederhana, menengah, dan mewah. Selain itu, peningkatan jumlah penduduk juga secara langsung berpengaruh pada peningkatan kebutuhan air bersih sebagai infrastruktur vital bagi kehidupan manusia. Namun, permasalahan yang terjadi adalah kesenjangan antara tingkat kebutuhan air bersih yang tinggi dengan terbatasnya pelayanan air bersih dari PDAM. Hal ini kemudian mendorong masyarakat termasuk pengelola rumah kost untuk menyediakan air bersih secara individu. Kebiasaan konsumsi atau pemakaian air bersih pada masyarakat lokal dan cara mereka untuk beradaptasi dengan fasilitas penyedia air berdasarkan pemakaian air yang dilakukan kemudian membentuk suatu pola konsumsi air bersih (Andey dan Kelkar, 2008). Untuk itu, tujuan penelitian ini adalah menganalisis pola konsumsi air bersih pada rumah kost baik kost tipe sederhana, menengah, maupun mewah di Kawasan Pendidikan Tinggi Tembalang berdasarkan tingkat konsumsi, sistem aktivitas, dan sistem penyediaan air bersih. Adapun variabel penelitian yang digunakan adalah tingkat konsumsi air bersih per kapita, jumlah konsumen, volume konsumsi, jenis dan fluktuasi pemakaian air bersih, serta sistem penyediaan air bersih (sumber air, pengolahan dan penampungan air, serta dari aspek pembiayaan) dengan metode kuantitatif melalui analisis crosstab dan deskriptif. Dari hasil penelitian diketahui adanya variasi pola konsumsi air bersih pada masing-masing rumah kost yang ditandai dengan perbedaan tingkat konsumsi air per kapita. Urutan rata-rata tingkat konsumsi air per kapita dari yang tertinggi hingga terendah adalah kost mewah sekitar 123,45 liter/orang/hari, kost sederhana sekitar 120,52 liter/ orang/hari dan kost menengah sekitar 115,86 liter/ orang/hari. Faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi per kapita adalah gender dan hari maksimum konsumsi air serta jumlah penghuni dan volume konsumsi air bersih pada tiap rumah kost. Dari kesimpulan hasil analisis dapat diketahui bahwa pola konsumsi air bersih pada rumah kost memiliki karakteristik yang berbeda dengan domestik ditinjau dari tingkat konsumsi per kapita dan faktor yang mempengaruhi pola konsumsi tersebut. Temuan studi yang diperoleh adalah adanya indikasi peningkatan konsumsi air bersih yang terus meningkat seiring perkembangan kampus di Tembalang. Namun, di satu sisi hal tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan air dari PDAM sehingga berimplikasi pada upaya masyarakat dalam pemanfaatan air tanah. Tingkat pengeboran air tanah yang cukup tinggi jika dikaitkan dengan sistem sanitasi yang bersifat individu, kurang terintegrasi dengan bangunan di sekitarnya, serta masih bercampur dengan saluran drainase dapat memberikan suatu ancaman terhadap bahaya lingkungan seperti meningkatnya volume saluran drainase, pencemaran air sungai dan pencemaran sumber air tanah dangkal. Dalam hal ini rumah kost yang paling berpotensi mendapatkan ancaman pencemaran air tanah dangkal adalah kost sederhana. Untuk itu, perlu adanya pengaturan mengenai sistem air bersih yang baik.
PENGARUH ANOMALI IKLIM TERHADAP RISIKO KEBENCANAAN LINGKUNGAN DI KAWASAN HULU DAS GARANG Syamsu Rizal Hendarto; Widjonarko Widjonarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (909.049 KB)

Abstract

Anomali iklim merupakan suatu fenomena di mana iklim berubah secara tidak teratur (Wu, 2008)Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, anomali iklim memberikan dampak secara langsung maupun tidak terhadap lingkungan sekitar, salah satunya daerah hulu DAS. Dampak yang disebabkan anomali iklim di hulu sungai dapat mengganggu kondisi lingkungan bahkan dapat menimbulkan bencana alam di wilayah hilirnya. Contoh bencana alam yang terjadi adalah banjir kiriman pada kawasan hilir sungai saat hujan turun di kawasan hulu. Sehingga penelitian ini akan membahas dampak anomali iklim terhadap risiko kebencanaan lingkungan di kawasan hulu DAS Garang. Seperti diketahui Kota Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah, sehingga DAS Garang memiliki peran strategis bagi Kota Semarang.Metode analisis yang digunakan adalah kuantitatif dengan analisis spasial dan skoring, menggunakanSIG dalam pengolahan, analisis, dan penyajian datanya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara, dan penelaahan dokumen. Variabel terkait risiko kebencanaan lingkungan di kawasan DAS Garang adalah risiko bencana banjir,  kekeringan, dan tanah longsor. Harapan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah terpetakannya risiko kebencanaan lingkungan kawasan hulu DAS Garang. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah terpetakannya risiko kebencanaan lingkungan kawasan hulu DAS Garang. Dari hasil peta tersebut didapatkan perubahan tingkat risiko bencana antara tahun 2000 dan 2010. Penurunan tingkat risiko pada bencana banjir dan longsor, sedangkan kekeringan mengalami peningkatan. Perubahan tingkat risiko tersebut disebabkan oleh perubahan jumlah curah hujan yang cenderung menurun antara tahun 2000 dan 2010.
ADAPTASI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI KERENTANAN AIR BERSIH AKIBAT PERUBAHAN IKLIM DI KELURAHAN TANDANG, KECAMATAN TEMBALANG, SEMARANG Sonia Vianitya Kusuma; Jawoto Sih Setyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.454 KB)

Abstract

Perubahan iklim merupakan peristiwa kenaikan suhu bumi sehingga berdampak peningkatan suhu udara dan perubahan pola musim. Akibatnya musim kemarau panjang menyebabkan beberapa daerah mengalami kerentanan air bersih sehingga masyarakat perlu melakukan adaptasi. Pusat Layanan Teknologi dan Riset Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (2011) mengatakan nilai gap Kelurahan Tandang yaitu -45,3 menunjukkan bahwa kondisi ketersediaan dan kebutuhan air termasuk kategori kesenjangan tingkat tinggi. Tujuan penelitian adalah pengkajian mengenai kapasitas dan proses adaptasi masyarakat untuk dapat bertahan hidup dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan snowballing sampling dan triangulasi. Metode analisis deskriptif yang membahas mengenai kapasitas adaptasi masyarakat yang menjadi dasar terbentuknya proses adaptasi masyarakat dalam menghadapi tantangan perubahan kondisi. Penelitian menghasilkan temuan studi yaitu adaptasi masyarakat mengalami peningkatan yang disebabkan oleh peningkatan kapasitas adaptasi yang dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal. Melalui analisis proses adaptasi diperoleh 4 tipe keputusan dan respon adaptasi. Kondisi semakin membaik karena peran institusi dan komunitas. Adaptasi yang dilakukan masyarakat merupakan adaptasi proaktif sehingga penelitian memberikan rekomendasi perlunya rancangan dilakukannya adaptasi terencana dengan tahapan pengumpulan informasi, perencanaan, desain yang diimplementasi, monitoring, dan evaluasi.
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN KAWASAN PERMUKIMAN BAGI MASYARAKAT GOLONGAN MENENGAH KE ATAS DI KECAMATAN NGALIYAN, SEMARANG Astri Purnama Dewi; Broto Sunaryo
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3309.548 KB)

Abstract

Urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan perkotaan dalam aspek  sosial, ekonomi, budaya, politik dan fisik terbangundan memlalui urbanisasi tersebut terdeskripsikan perpindahan penduduk ke kota. Salah satu kota yang menjadi tujuan urbanis adalah Kota Semarang. Kota Semarang menjadi daerah tujuan karena selain merupakan ibukota Jawa Tengah, Kota Semarang juga memiliki berbagai macam aktivitas, sehingga permintaan kebutuhan ruang menjadi tinggi. Dengan terbatasnya ruang perkotaan, maka kawasan permukiman  semakin berkembang di kawasan pinggiran kota. Salah satu kecamatan yang berada di pinggiran kota dan potensial untuk kawasan permukiman di Kota Semarang adalah Kecamatan Ngaliyan, yang bebas dari banjir,kondisi jaringan air minum, sistem drainase, sanitasi lingkungan yang baik, jaringan telepon yang cukup, lingkungan yang sehat dan nyaman, serta fasilitas dan infrastruktur yang lengkap. Berdasarkan data perumahan permukiman di Kota Semarang, penduduk Kecamatan Ngaliyan didominasi oleh masyarakat golongan menengah ke atas, dan masih diperlukan lagi alokasi ruang untuk kawasan permukiman masyarakat golongan menengah ke atas. Untuk alokasi kawasan permukiman masyarakat golongan menengah ke atas perlu diperhatikan kondisi fisik maupun non fisik. Terkait dengan hal tersebut, ditemukan adanya alokasi permukiman yang tidak sesuai dengan regulasi. Berdasarkan fenomena di atas pertanyaan penelitian yang diangkat dalam studi ini adalah “Dimanakah lahan untuk kawasan permukiman bagi masyarakat golongan menengah ke atas di Kecamatan Ngaliyan berdasarkan kelayakan fisik maupun non fisik?” Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian  ini adalah untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan kawasan permukiman bagi masyarakat golongan menengah ke atas di Kecamatan Ngaliyan. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan rasionalistik dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis super impose. Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga lahan untuk kawasan permukiman masyarakat golongan menengah ke atas di Kecamatan Ngaliyan serta data kondisi fisik Kecamatan Ngaliyan seperti kelerengan, curah hujan, jenis tanah, rencana penggunaan lahan permukiman, bencana alam, dan sempadan sungai melalu 2 (dua) analisis tersebut diperoleh hasil penelitian bahwa kesesuaian lahan kawasan perumahan permukiman bagi masyarakat golongan menengah ke atas di Kecamatan Ngaliyan, Semarang berada di 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Beringin dan Ngaliyan yang masing-masing luasannya adalah 15,07 Ha untuk Kelurahan Ngaliyan dan 16,19 Ha untuk Kelurahan Beringin. Sumbangan yang dapat diberikan bagi pengembangan ilmu perencanaan wilayah dan kota adalah dapat menambah wawasan mengenai kesesuaian lahan kawasan permukiman bagi masyarakat golongan menengah ke atas dalam bidang perencanaan wilayah dan kota terutama dibidang penataan dan perancangan bangunan serta keterkaitannya dengan bidang ilmu lainnya. Rekomendasi bagi pengembangan kebijakan pembangunan adalah dapat digunakan sebagai masukan dalam membangun kawasan permukiman khususnya di Kecamatan Ngaliyan yang diperlukan bagi masyarakat golongan menengah ke atas.
KEGIATAN ISLAMI DI KAMPUNG KAUMAN KOTA SEMARANG Dian Sandri; Hadi Wahyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1058.051 KB)

Abstract

Kampung Kauman merupakan salah satu cikal bakal pertumbuhan kota Semarang. Dahulunya Kampung Kauman dikenal sebagai pusat peradaban Islam. Kampung Kauman sangat berperan penting dalam penyebaran agama Islam di kota Semarang dan merupakan tempat tinggal atau hunian para pemuka Agama Islam. Kini, pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Islam dipengaruhi oleh akulturasi dengan kebudayaan setempat dan inkulturasi dengan budaya luar. Secara eksternal Kampung Kauman memiliki posisi yang sangat sulit, terjepit diantara pesatnya perkembangan fungsi komersial di kawasan Johar, sementara itu semangat untuk mempertahankan suatu sejarah kota di kawasan ini semakin memudar. Melihat kondisi seperti itu maka penelitian ini bertujuan pada mengkaji Kegiatan Islami dan keberlangsungannya di Kampung Kauman Kota Semarang. Penelitian ini pada dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif yang mana untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait. Melalui penelitian ini maka hasil yang diharapkan adalah fakta yang ada dalam bentuk kegiatan Islami dan keberlangsungannya, menurut rukun Islam, kegiatan Islami tahunan dan kegiatan Islami lainnya, begitupula bentuk pengaruh kawasan sekitarnya terhadap  kegiatan islami di Kampung Kauman ini. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bentuk keunikan Kampung Kauman dari segi kegiatan Islami dan keberlangsungannya yang telah ada sejak turun temurun.
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIAL DI KORIDOR JALAN D.I PANDJAITAN KOTA SAMARINDA Roosmayri Lovina Hermaputi; Ragil Haryanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.536 KB)

Abstract

Kota Samarinda merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Timur yang terletak di tepian sungai Mahakam. Seiring dengan masuknya investor pembangunan ke kota Samarinda, pembangunan kota ini terus meningkat dan membuat kota ini terus berkembang. Kota Samarinda adalah kota yang ekonominya berbasis  komersial dan industri kecil-menengah. Pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan yang cenderung menunjang sektor basis perekonomian kota ini. Penduduknya yang memiliki karakteristik konsumtif tinggi, mendorong berkembanglah properti komersial di kota ini. Koridor jalan D.I Pandjaitan merupakan koridor yang diperuntukan sebagai kawasan perdagangan dan jasa . Pada kawasan ini terletak dua perumahan skala besar dan juga beragam fasilitas publik. Kawasan ini terletak pada Kecamatan Samarinda Utara dan juga merupakan akses utama yang terhubung dengan jalan poros Samarinda-Bontang sebagai jalan provinsi.  Perkembangan komersial pada koridor ini tergolong cepat hingga saat ini, banyak perkembangan aktivitas komersial yang terjadi. Menurut Kepala DCKTK Kota Samarinda perkembangan kawasan ini bermula sejak 10 tahun yang lalu dimana saat itu walikota Samarinda Achmad Amin membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada investor untuk mengambangan usahanya di kota Samarinda. Di kawasan studi sendiri aktivitas yang terus berkembang adalah komersial. Aktivitas komersial yang mendominasi adalah primer dan sekunder. Terdapat banyak faktor baik yang berasal internal yaitu keberadaan perumahan elit, permukiman sekitar, fasilitas umum, ketersediaan angkutan umum, aksesibilitas, kualitas prasarana, keramaian lalu lintas, keberadaan pesaing, kenyamanan dan keamanan kawasan , dan aglomerasi pasar, sedangkan dari eksternal kawasan  yaitu program pemerintah, kebijakan pemerintah, gaya hidup, pola konsumsi masyarakat yang kemungkinan berpengaruh terhadap perkembangan aktivitas komersial di kawasan ini. penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan aktivitas komersial di kawasan ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif yang sampel nya merupakan pemilik bangunan usaha perdagangan dan jasa di koridor Jalan D.I Pandjaitan. Hasil analisis mengungkapkan bahwa perkembangan kawasan ini cepat dengan pola ribbon area. Pada wilayah studi juga ditemukan bahwa skala pelayanan aktivitas komersial yang ada mayoritas masih berskala lingkungan dan perkembangan aktivitas komersial dipengaruhi oleh faktor yang terkelompokkan sebagi faktor penarik dan pendorong. Temuan yang menarik dari penelitian ini, kawasan ini berkembang diluar dari arahan pemerintah dan lokasinya yang cukup jauh dari pusat kota serta memiliki konstelasi dengan wilayah secara regional dengan Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Kertanegara sebagai konsumennya. Sedangkan faktor baru yang ditemukan mempengaruhi perkembangan kawasan berupa citra kawasan tergolong eklusif dan konstelasi wilayahnya secara regional.
IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ILMU FENG SHUI PADA KAWASAN PECINAN SEMARANG Dara Citra Hati; Djoko Suwandono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.228 KB)

Abstract

Perencanaan suatu kawasan heritage tentu tidak lepas dari unsur sejarah yang membentuk ruang kawasan tersebut.Oleh karena itu perencanaan itu sendiri tidak hanya memperhatikan aspek karakteristik fisik bangunan, namun juga karakteristik sosial yang tinggal di dalamnya.Untuk memahami identitas suatu kawasan bisa ditelisik melalui sejarah dan budaya yang tertanam di dalamnya, bagaimana norma-norma dan aturan-aturan adat membentuk suatu perilaku sosial masyarakat menjadi seperti yang ada saat ini.Perencanaan Pecinan sebagai contoh, juga merupakan salah satu kawasan heritage yang berada di Kota Semarang.Kawasan pecinan memiliki keunikan dan ciri khas nya sendiri yang masih terlihat sangat kental pada lingkungan, keadaan fisik, dan sosial masyarakat yang berada di kawasan tersebut.Banyak warga Tionghoa yang bertempat tinggal di Pecinan masih menganut kepercayaan tradisional, seperti pemujaan dewa-dewa di Klenteng dan Feng Shui.Selama ini Feng Shui lebih sering dikenal sebagai ilmu mistik yang tidak dapat dibuktikan kredibilitasnya.Namun sesungguhnya dibalik itu Feng Shui merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki banyak aspek yang sebenarnya berdasarkan pada hal-hal yang sering kita jumpai sehari-hari.Feng Shui merupakan hitungan matematika tentang hubungan sebab akibat dari kondisi yang terjadi.Jadi, ada teori dan rumusan yang dapat dianalisis melalui hitungan oleh setiap orang yang mempelajarinya.Feng Shui yang kita kenal saat ini lebih banyak diimplementasikan pada skala kecil seperti pada rumah dan bangunan perkantoran atau pusat perbelanjaan.Masih sangat jarang kita melihat pengaruh Feng Shui pada skala perkotaan dan wilayah. Bukan hal yang mustahil memanfaatkan Feng Shui dalam suatu proses perencanaan kota, karena pada dasarnya bangunan dan kota memiliki unsur-unsur yang serupa.Tema yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah menganalisis bagaimana penerapan ilmu Feng Shui pada kawasan Pecinan Semarang. Penelitian ini akan mengkaji Feng Shui dari berbagai sudut pandang, dan menganalisis prinsip keseimabangan Feng Shui yang ada pada kawasan Pecinan Semarang. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Dalam banyak kasus teori perancangan modern terkadang dianggap kurang pas untuk menata kawasan heritage seperti kawasan Pecinan. Penelitian ini bertujuan semata-mata hanya untuk mencari solusi yang sesuai untuk mengembangkan dan dalam waktu yang bersamaan melestarikan kebudayaan warga Tionghoa yang bertempat tinggal di Pecinan dengan memanfaatkan ilmu dan kebudayaan yang familiar dengan gaya hidup mereka. Sehingga pada hasil akhir penelitian ini diharapkan akan diperoleh rumusan perencanaan kota dengan alternatif ilmu Feng Shui.Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah bahwa Feng Shui masih dimanfaatkan oleh masyarakat Pecinan, baik dalam skala makro maupun mikro.Dilihat dari ditemukannya unsur-unsur yang ada pada kondisi eksisting.Feng Shui dan perencanaan modern/barat bukan benar-benar suatu hal yang bertolak belakang, ada kesamaan logis pada masing-masing dasar teori.Bisa dikatakan bahwa Feng Shui mengungkapkannya dengan bahasa yang berbeda. Namun pada akhirnya Feng Shui dan perencanaan modern tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, diperlukan suatu kombinasi dan kerjasama dari keduanyauntuk membangun kota secara harmonis.
PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN KUMUH DI DESA KURAU, KECAMATAN KOBA, KABUPATEN BANGKA TENGAH Bani Dipra Ramdani; Ragil Haryanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.5 KB)

Abstract

Penataan Kawasan Kumuh merupakan salah satu upaya  untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat, terutama golongan berpenghasilan rendah atau kurang mampu dan lingkungan tidak layak huni. Penanganan masalah lingkungan permukiman kumuh tidak dapat dilakukan secara sepihak, melainkan harus merupakan upaya terpadu yang saling mendukung dan saling bersinergi dalam mencapai sasaran manfaat yang optimal. Begitu pula dengan Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah yang sebagian masyarakatnya bermata pencarian sebagai nelayan. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah sangat berpotensi untuk memunculkan kawasan permukiman kumuh, serta kondisi budaya/tradisi masyarakat yang dapat menimbulkan permukiman kumuh antara lain yaitu membuang sampah dan kotoran di sungai, membuang sampah di sembarang tempat serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungannya. Melihat kondisinya, Desa Kurau perlu untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakatnya sehingga perlu dilakukan penataan kawasan permukiman nelayan kumuh. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana preferensi masyarakat untuk tetap tinggal atau pindah terhadap penataan kawasan permukiman nelayan kumuh di Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Dimana masyarakat ditawarkan dengan dua pilihan yaitu pindah dengan kata lain relokasi atau tetap tinggal sehingga dilaksanakan konsolidasi lahan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif, dan tabulasi silang atau crostab sedangkan populasinya yaitu semua pihak yang terkait dengan penataan kawasaan sehingga menggunakan metode sensus, kemudian data primer dan sekunder yang diperoleh dianalisa secara kuantitatif. Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan tabulasi silang atau crosstab diperoleh kesimpulan dengan terjawabnya pertanyaan penelitian yaitu masyarakat memilih untuk tetap tinggal atau dilaksanakan konsolidasi lahan dalam rangka penataan kawasan permukiman nelayan kumuh di Desa Kurau. Preferensi masyarakat ini dipertimbangkan dari beberapa hal diantaranya aksesibilitas, kenyamanan serta kondisi sarana dan prasarana.
PARIWISATA KEAGAMAAN DI MASJID AGUNG JAWA TENGAH Shindy Taftia Ramadhani; Hadi Wahyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.945 KB)

Abstract

Masjid Agung Jawa Tengah merupakan salah satu obyek wisata keagamaan di Kota Semarang yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan dan aset wisata Jawa Tengah.  Masjid ini memiliki keunikan atraksi wisata yang dapat mengundang wisatawan untuk datang. Pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana kondisi pariwisata keagamaan di Masjid Agung Jawa Terngah berdasarkan kelima elemen sistem pariwisata? Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pariwisata keagamaan di Masjid Agung Jawa Tengah berdasarkan lima elemen sistem pariwisata diantaranya atraksi wisata, akomodasi, aksesibilitas, promosi, dan wisatawan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Temuan penelitian ini mengemukakan bahwa tidak hanya keunikan atraksi wisata keagamaan yang mampu menjadi daya tarik wisatawan, tetapi atraksi wisata bukan keagamaan juga menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke masjid ini. Akan tetapi, jumlah wisatawan yang berkunjung ke masjid ini mengalami pasang surut, dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang mengalami penurunan pada tahun 2010. Hal ini dikarenakan belum ada penambahan atraksi wisata, masih kurang terawatnya akomodasi serta aksesibilitas dan promosi yang dilakukan masih terbatas. Rekomendasi penelitian ini lebih difokuskan terhadap elemen yang memiliki pengaruh dan kekuatan rendah dan sedang untuk menarik wisatawan datang diantaranya lebih difokuskan untuk memperbaiki dan lebih mengembangkan elemen akomodasi, aksesibilitas, dan promosi. Sedangkan elemen atraksi wisata sudah memiliki pengaruh dan kekuatan tinggi untuk menarik wisatawan, hanya dipertahankan dan lebih ditambah jenis-jenis atraksinya. Rekomendasi ini ditujukan kepada pihak pengelola Masjid Agung Jawa Tengah dan Dinas Pariwisata untuk ikut serta mengembangkan Masjid Agung Jawa Tengah sebagai pariwisata keagamaan berdasarkan 5 elemen sistem pariwisata

Filter by Year

2013 2013