cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 4 (2013): November 2013" : 15 Documents clear
POLA PERGERAKAN PEKERJA KOMUTER SAYUNG - SEMARANG Heldi Pebrian; Anita Ratnasari Rakhmatulloh
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1103.532 KB)

Abstract

Interaksi antara Kecamatan Sayung dengan Kota Semarang dapat dilihat dari pergerakan masyarakat yang terjadi setiap harinya atau yang lebih dikenal dengan istilah penglajuan (commuting). Dengan aksesibelnya jaringan jalan yang dilalui mengakibatkan pergerakan masyarakat komuter yang terjadi juga semakin tinggi untuk melakukan aktivitas. Kebutuhan akan pergerakan selalu menimbulkan permasalahan transportasi khususnya pada saat orang ingin bergerak untuk  tujuan yang sama di dalam daerah tertentu dan pada saat yang bersamaan pula. Salah satu usaha untuk mengatasinya adalah dengan memahami pola pergerakan yang akan terjadi. Arahan untuk penelitian ini untuk menjawab pertanyaan mengenai bagaimanakah pola pergerakan pekerja komuter di Kecamatan Sayung.Hasil penelitian menunjukkan, Pola pergerakan yang terbentuk yaitu pola pergerakan internal - eksternal, yaitu Internal dalam hal ini adalah wilayah pinggiran sebagai pusat permukiman yaitu Kecamatan Sayung dan wilayah tujuan sebagai wilayah eksternalnya adalah Kota Semarang dengan frekuensi tujuan paling tinggi daerah Genuk, yang merupakan kawasan industri. Hal ini mengakibatkan dampak yang negatif terhadap permasalahan transportasi, apabila tidak ditangani akan berdampak lebih besar nantinya. Oleh karena itu hendaknya dari temuan studi ini bisa membantu stakeholder sebagai dasar pertimbangan perencanaan transportasi.
KAJIAN KETERPADUAN KEGIATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KELURAHAN MANGUNHARJO, KOTA SEMARANG Fransisca Situmorang; Wiwandari Handayani
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.709 KB)

Abstract

Kelurahan Mangunharjo secara administrasi berada di Kecamatan Tugu dan merupakan salah satu kawasan pesisir di Kota Semarang. Terdapat banyak masalah lingkungan pesisir di Kelurahan Mangunharjo, seperti penurunan kualitas lingkungan, abrasi pantai, banjir dan juga rob. Permasalahan lingkungan tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu alam dan akibat aktivitas manusia. Bahkan untuk tingkat abrasi pantai terparah di Kecamatan Tugu dialami oleh Kelurahan Mangunharjo (DKP Kota Semarang, 2010). Banyak kegiatan pengelolaan lingkungan pesisir telah dilakukan dan melibatkan banyak pihak/stakeholder di Mangunharjo, namun belum diketahui keterpaduan dari setiap stakeholder yang terlibat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah untuk mengkaji keterpaduan kegiatan pengelolaan lingkungan pesisir yang dilakukan berbagai stakeholder dalam perwujudan lingkungan yang berkelanjutan di Kelurahan Mangunharjo. Untuk metode penelitiannya menggunakan metode campuran yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Metode pendekatan kuantitatif menggunakan analisis pembobotan dengan teknik sampelnya yaitu sampel acak stratifikasi tidak proporsional (disproportional stratified  random sampling, stakeholder dibagi ke dalam empat stratum yakni pemerintah, non pemerintahan, akademisi dan masyarakat (kelompok kerja). Metode pendekatan kualitatif menggunakan sampel purposif (purpossive sampling) yang disesuaikan dengan kelompok stakeholder yang telah dibagi. Berdasarkan hasil analisis pembobotan (pendekatan kuantitatif), diketahui telah terdapat keterpaduan dengan kategori rata-rata adalah baik dalam setiap variabel fragmented approach, komunikasi, koordinasi, harmonisasi dan integrasi (kondisi internal). Keterpaduan tersebut diwadahi oleh organisasi baru yaitu Kelompok Kerja Mangrove Kota Semarang (KKMKS). Namun diluar wadah tersebut (kondisi eksternal) ditemukan kurangnya keterpaduan karena terbentuk kelompok-kelompok kerja sama dalam pelaksanaan kegiatannya. Ketidaksinkronan kondisi internal dan eksternal ini disebabkan oleh tidak tersedianya sistem dan program kerja yang terintegrasi di dalam KKMKS terkait dalam pelaksanaan kegiatannya sehingga setiap stakeholder tidak berperan sesuai dengan peran stakeholder yang seharusnya.
PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DIBANTARAN KALI ANGKE KELURAHAN RAWA BUAYA KECAMATAN CENGKARENG JAKARTA BARAT Anne Asvada
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (760.411 KB)

Abstract

Penyebab utama timbulnya permukiman di Bantaran Kali Angke Kelurahan Rawa Buaya Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat merupakan kegagalan pemerintah DKI Jakarta dalam upaya penyediaan hunian yang layak bagi pendatang yang memiliki penghasilan rendah. Permukiman yang ada di bantaran Kali Angke merupakan penghambat program Pemerintah untuk menormalisasi Kali dalam mengatasi  masalah banjir. Dengan adanya bangunan-bangunan di bantaran kali angke merupakan salah satu penyebab terjadinya banjir di wilayah tersebut, Bantaran kali merupakan kawasan lindung, artinya kawasan yang dilindungi pemerintah karena memiliki kemiringan tertentu  dan merupakan daerah aliran kali (tempat penyerapan air hujan sebelum masuk ke badan air). Selain sebagai fungsi untuk menahan air, juga berfungsi sebagai konservasi dan pencegah erosi. Oleh karena itu area ini tidak untuk dibangun bangunan jenis apapun.namun masyarakat penghuni bantaran kali angke enggan berpindah ketempat yang sudah disediakan oleh pemerintah.Munculnya permukiman di bantaran kali angke merupakan kelemahan manajemen dalam pengelolaan tata ruang di  Jakarta Barat.Untuk itu  tujuan penelitian ini adalah mengkaji bentuk pengendalikan pembangunan permukiman di bantaran Kali Angke Kelurahan Rawa Buaya Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Sasarannya yaitu mengidentifikasi kondisi spasial terkait dengan keberadaan kawasan permukiman yang meliputi kondisi fisik dan non fisik permukiman,mengidentifikasi kebijakan pemerintah terkait dengan pengendalian pembangunan permukiman dibantaran kali serta peran serta pemerintah dalam pengendalian pembangunan permukiman di bantaran kali angke Jakarta Barat. Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampling bertujuan (Purposive Sampling) yang dilakukan dengan mengambil orang-orang terpilih menurut sifat-sifat spesifik yang dimiliki oleh sample tersebut Hal ini berarti bahwa purpose sampling tidak akan dilakukan dari populasi yang belum kita kenal sifat-sifatnya, atau yang masih harus dikenal terlebih dahulu. Penelitian juga berusaha agar sampel yang dipilih meskipun jumlahnya kecil tetapi merupakan wakil-wakil dari segala lapisan populasi, dan dapat memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui karakteristik sosial, karakteristik ekonomi, karakteristik spasial,analisis kebijakan terkait dengan peraturan pemerintah mengenai pengendalian pembangunan permukiman di bantaran kali angke. Analisis deskriptif menjelaskan mengenai pengendalian pembangunan permukiman di Bantaran Kali Angke Kelurahan Rawa Buaya Jakarta Barat. Berbagai tahapan analisis tersebut kemudian menghasilkan bentuk pengendalian permukiman di Bantaran Kali Angke yaitu kegiatan pengawasan dan penertiban . Bentuk penertiban yang dilakukan dalam pengendalian pembangunan permukiman di bantaran kali yaitu berupa pembongkaran, kemudian dilanjutkan dengan pengerukan kali.
EVALUASI PENGELOLAAN PROGRAM PAMSIMAS DI LINGKUNGAN PERMUKIMAN KECAMATAN MIJEN, SEMARANG Marlina Tri Astuti; Mardwi Rahdriawan
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (977.632 KB)

Abstract

PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan sanitasi Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu program Pemerintah yang bertujuan menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat dengan meningkatkan akses air minum dan sanitasi yang berkelanjutan serta melibatkan masyarakat secara aktif melalui; sosialisasi program, pembangunan sarana air bersih, pembentukan badan pengelola, pemeliharaan dan pengelolaan sarana, dan kesinambungan program. Salah satu sasaran PAMSIMAS di Kota Semarang adalah Kecamatan Mijen. Untuk mewujudkan keberlanjutan program, harus dilakukan pengelolaan secara efektif. Meskipun sudah dilakukan pengelolaan, masih ada beberapa permasalahan yang mengakibatkan masyarakat belum dapat mengakses air bersih PAMSIMAS. Dari permasalahan tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pengelolaan Program PAMSIMAS di Kecamatan Mijen belum berjalan optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap pengelolaan program PAMSIMAS di kecamatan ini. Dalam mengevaluasi program PAMSIMAS, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis deskriptif kuantitatif serta analisis skoring dan distribusi frekuensi. Melalui analisis mengenai peran badan pengelola, peran serta masyarakat, dan ketersediaan sarana prasarana penunjang program PAMISMAS menghasilkan temuan studi bahwa pengelolaan program PAMSIMAS di Kecamatan Mijen dapat dikategorikan baik hal tersebut karena faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pengelolaan program PAMSIMAS yaitu partisipasi masyarakat dan peran anggota BPSPAM.
MODEL PEMILIHAN MODA PERGERAKAN KOMUTER DI KECAMATAN SAYUNG Reviline Sijabat; Anita Ratnasari Rakhmatulloh
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (946.443 KB)

Abstract

Interaksi suatu desa kota dapat terjadi karena berbagai faktor yang ada dalam desa dan kota. Interaksi keduanya terlihat dari perpindahan masyarakat dari desa ke kota. Perpindahan yang dilakukan dengan moda transportasi baik dalam jangka waktu yang singkat maupun waktu yang lebih lama. Pemilihan moda transportasi untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain ditentukan oleh preferensi masyarakat itu sendiri. Pemilihan moda transportasi menjadi tahap terpenting dalam perencanaan dan kebijakan transportasi, karena menyangkut efisiensi pergerakan dan penyediaan ruang untuk dijadikan prasarana transportasi dan penyediaan moda transportasi yang akan digunakan oleh masyarakat. Pengambilan keputusan untuk menggunakan moda transportasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi sepeda motor dan angkutan umum dan melakukan model pemilihan moda transportasi komuter di Kecamatan Sayung. Metode penelitian yaitu penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu ditujukan kepada masyarakat komuter ke Kota Semarang dengan menggunakan moda transportasi sepeda motor dan angkutan umum. Alat analisis yang digunakan adalah alat analisis regresi linier dengan variabel yang terbentuk adalah variabel berdasarkan biaya, seperti jumlah keluarga, tingkat pendapatan, waktu tempuh, jarak tempuh, biaya operasional dan usia. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi tidak hanya faktor biaya, tetapi dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi sepeda motor adalah jumlah keluarga, pendapatan, waktu tempuh, biaya operasional dan usia. Faktor sosial yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi sepeda motor adalah kepemilikan SIM, jenis kelamin, keamanan dan kenyaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi angkutan umum adalah jumlah keluarga, pendapatan, waktu tempuh dan usia. Faktor sosial lain yang mempengaruhi pemilihan angkutan umum adalah kepemilikan kendaraan pribadi, jarak tempuh dan jenis kelamin.
PEMODELAN RESIKO BANJIR LAHAR HUJAN PADA ALUR KALI PUTIH KABUPATEN MAGELANG Fahrul Hidayat; Iwan Rudiarto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1775.001 KB)

Abstract

Salah satu gunung berapi aktif di Indonesia adalah Gunung Merapi.Tercatat telah mengalami 84 kali peristiwa hingga tahun 2010 dengan rata – rata erupsi adalah 5 tahun sekali. Rangkaian peristiwa pada bencana erupsi gunung berapi tidak dapat dipisahkan dari kerusakan dan kerugian. Peristiwa erupsi Merapi tahun 2010/2011 mengakibatkan kerusakan dan kerugian sebesar Rp 471.468.280.000 dan Rp 417.548.740.000. Salah satu penyebabnya adalah banjir lahar hujan di beberapa alur sungai yang telah merusak banyak infrastruktur, rumah penduduk hingga lahan pertanian. Rangkaian tersebut masih mungkin terjadi yang berarti resiko kerusakan dan kerugian juga masih mungkin khususnya di daerah aliran sungai. Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap resiko banjir lahar hujan di salah satu alur sungai yakni Kali Putih sebagai pengembangan model yang telah ada. Model resiko bersifat dinamis dan selalu memerlukan pembaharuan data agar semakin akurat. Pemodelan resiko tersebut menggunakan tiga komponen utama yakni tingkat bahaya banjir lahar hujan, tingkat kerentanan (fisik, sosial budaya & ekonomi) dan kapasitas. Metode yang digunakan adalah kuantitatif berupa analisis skoring dan overlay terhadap semua variabel yang telah dimasukkan dalam unit spasial administrasi dusun dengan Sistem Informasi Geografis. Didapatkan tingkat resiko 54 dusun terhadap 2 kejadian banjir lahar dingin yang berbeda. Resiko Eksisting (banjir lahar 2010/2011): 2% resiko sangat tinggi, 20% resiko tinggi, 35% resiko sedang, 26% resiko agak rendah, dan 17% resiko sangat rendah. Sedangkan Resiko Prediksi (banjir lahar hasil pemodelan HEC-RAS): 2% resiko sangat tinggi, 20% resiko tinggi, 33% resiko sedang, 28% resiko agak rendah, dan 17% resiko sangat rendah. Setelah dibandingkan dengan hasil pemodelan yang lama (penelitian KESDM & BNPB, 2012), ternyata memiliki perbedaan yang dipengaruhi oleh masukan variabel, skala  penilaian dan data yang berbeda.
PEMBANGUNAN MODEL KERUANGAN UNTUK IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN EROSI DI WILAYAH PESISIR (STUDI KASUS: KABUPATEN KULON PROGO) Rakyan Paksi Nagara; Imam Buchori
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1340.691 KB)

Abstract

Erosi dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang merugikan antara lain penurunan kesuburan tanah yang dapat mengurangi produktifitas, bencana kekeringan dan tanah longsor dan kekeringan. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten Kulon Progo, seluas 26.093,395 ha atau 45,48% merupakan kawasan rawan kekeringan dan terdapat lebih dari 306 kk yang mengalami kasus kekeringan pada tahun 2012. Sedangkan untuk bencana tanah longsor, seluas 15.726,40 ha atau 27,40% merupakan kawasan rawan longsor dan terjadi 166 kali kasus tanah longsor pada tahun 2012. Dengan adanya latar belakang tersebut, maka studi ini akan membuat mitigasi bencana yang dapat memprediksi persebaran kawasan rawan erosi dengan menggunakan pemodelan. Model yang dikembangkan adalah model matematis RUSLE yang dibuat ke dalam bentuk spasial, dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Model tersebut menghasilkan nilai laju erosi pada Kabupaten Kulon Progo adalah 0,456-200,825 ton/ha/tahun. Nilai tersebut terbagi menjadi empat tingkat kerawanan yaitu sangat ringan, ringan, sedang, dan berat. Seluas 36.784,804 ha atau 64,11% merupakan kawasan dengan tingkat erosi ringan dan seluas 1,440 atau 0,0025% merupakan kawasan dengan tingkat erosi berat. Kemudian dilakukan validasi model melalui survey lapangan, dengan hasil kevalidan 89,47%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa permodelan cukup baik dalam menghitung besarnya laju erosi secara spasial. Untuk pengembangan kedepannya perlu adanya updating data seperti data penggunaan lahan yang sifatnya dinamis. Selain itu, penggunaan data DEM dengan perkembangan teknologi yang baru memiliki tingkat resolusi lebih tajam dapat menunjukkan data kelerengan yang lebih detail untuk kedepannya.         
PENGARUH KARAKTERISTIK MASYARAKAT PERUMNAS TLOGOSARI TERHADAP KOMERSIALISASI KORIDOR JALAN TLOGOSARI RAYA SEMARANG Samhudi Dodi Oktanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (946.801 KB)

Abstract

Kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari memberikan pengaruh terhadap keruangan kawasan sekitar. Tren masyarakat sekarang lebih memilih tinggal di daerah yang memiliki fasilitas lengkap karena akan memudahkan mereka untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus pergi ke pusat kota. Dengan demikian kawasan komersial akan menjadi daya tarik bagi masyarakat. Perumnas Tlogosari terletak di Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan. Kawasan Perumnas Tlogosari merupakan Perumahan Nasional yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan kawasan disekitarnya, yang saat ini perkembangannya sangat pesat. Mengakibatkan tumbuhnya kegiatan komersial yang menunjang kebutuhan masyarakat. Kawasan komersial yang berada di Perumnas Tlogosari terletak di Koridor Jalan Tlogosari Raya, dengan perkembangannya sangat pesat. Koridor jalan ini menghubungkan kawasan permukiman sebagai pusat pertumbuhan dengan Jalan Arteri Soekarno-Hatta yang merupakan jalur utama menuju pusat Kota Semarang. Kegiatan komersial pada kawasan tersebut berskala menengah kebawah. Namun disisi lain dengan perkembangan aktivitas komersial yang tidak terkendali dapat mengakibatkan pertumbuhan kawasan komersial menjadi tidak teratur, seperti perubahan fungsi perumahan menjadi komersial. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh karakteristik masyarkat terhadap komersialisasi koridor jalan Tlogosari Raya. Penelitian ini menggunakan teknis analisis berupa analisis kuantitatif dan analisis deskriptif dengan mendeskriptifkan analisis yang dilakukan. Temuan dari penelitian ini terdapat pengaruh karakteristik masyarakat terhadap komersialisasi koridor jalan Tlogosari Raya. Aktivitas komersial yang ada di Jalan Tlogosari Raya memiliki letak yang strategis untuk kegiatan komersial.
UPAYA MASYARAKAT DALAM PENANGANAN TEMPAT BERMUKIM DI LINGKUNGAN PESISIR DI KELURAHAN BANDENGAN PEKALONGAN UTARA Wanti Sitanggang; Sunarti Sunarti
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1367.521 KB)

Abstract

Kelurahan Bandengan di Pekalongan Utara yang berada di wilayah pesisir sudah mengalami masalah rob dan banjir yang merusak tempat bermukim mereka sejak 10 tahun terakhir. Kondisi kerusakan semakin parah karena banyak warga yang sudah kehilangan pekerjaan tidak mampu memperbaiki kerusakan yang ada secara permanen. Menurunnya kualitas ekonomi warga Bandengan disebabkan karena ladang melati yang dulu menjadi mata pencarian sebagian besar warga Kelurahan Bandengan sudah rusak karena rob. Penelitian ini mengkaji upaya yang sudah dilakukan masyarakat terhadap tempat bermukim sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan pesisir dari bencana banjir dan rob.Dari data yang dikumpulkan serta dianalisis secara deskriptif, maka diketahui bahwa tempat bermukim di lingkungan pesisir Kelurahan Bandengan mengalami banjir dan rob setinggi 5-9 cm dengan lama genangan di RW IV dan V selama 12 jam, dan di RW III dan VI selama 1-4 hari. Berdasarkan kondisi tersebut maka warga melakukan bentuk upaya yang berbeda-beda. Upaya penanganan yang sudah dilakukan warga dianalisis menggunakan analisis crosstab untuk mengetahui hubungan antara upaya dengan kondisi yang terjadi saat ini. Upaya tersebut merupakan bentuk adaptasi terhadap bencana yang melanda rob dan banjir yang melanda wilayah pesisir saat ini. Bentuk adaptasi yang sudah dilakukan berupa adaptasi reaktif dan adaptasi proaktif. Adaptasi reaktif yang dilakukan warga Bandengan adalah dengan meninggikan bagian depan rumah saja yang dapat berguna juga sebagai tanggul sementara. Sedangkan adaptasi proaktif yang akan dilakukan adalah pembuatan geotube di sepanjang garis pantai sebagai penghalang ombak atau pasang yang masuk ke daratan. Namun berdasarkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan, warga lebih banyak memilih untuk pasrah dan tidak melakukan upaya penanganan apa pun. Hal tersebut disebabkan karena dengan kondisi ekonomi yang rendah dan jenis kerusakan pada atap dan lantai rumah, maka warga lebih memprioritaskan kebutuhan pangan daripada harus memperbaiki tempat bermukim mereka yang sudah rusak.
Kajian Kesesuaian Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Arahan Pemanfaatan Fungsi Kawasan Sub DAS Rawapening Angga Dwisapta Ardi; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1911.696 KB)

Abstract

Dewasa ini, danau/waduk di Indonesia sebagian besar telah mengalami tingkat kerusakan lingkungan yang cukup tinggi termasuk di Danau Rawapening. Danau Rawapening merupakan bagian hilir dari Sub DAS Rawapening yang berada di Propinsi Jawa Tengah. Aktivitas masyarakat yang tinggi di Sub DAS Rawapening akibat adanya aktivitas perkotaan memberikan dampak negatif  bagi keberlanjutan Danau Rawapening. Belum adanya regulasi yang jelas tentang penggunaan lahan mengakibatkan perubahan penggunaan lahan yang sulit dikendalikan sehingga banyak perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan fungsi kawasan. Perubahan penggunaan lahan di daerah hulu Sub DAS Rawapening meningkatkan resiko terjadinya erosi dan sedimentasi yang tinggi sehingga memungkinkan Danau Rawapening menjadi daratan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesesuaian perubahan penggunaan lahan terhadap arahan pemanfaatan fungsi kawasan Sub DAS Rawapening. Hasil yang diperoleh, sebesar 34,74% lahan di Sub DAS Rawapening merupakan kawasan lindung. Perubahan penggunaan lahan selama tahun 1991 hingga tahun 2009 sebesar 30,43%. Perubahan penggunaan lahan terbesar yaitu perubahan penggunaan lahan tanaman keras menjadi  lahan permukiman. Kecamatan Bandungan dan Kecamatan Sidomukti merupakan daerah yang mengalami perubahan penggunaan lahan paling pesat. Sebesar 19,84% lahan di Sub DAS Rawapening tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan fungsi kawasan karena telah mengalami perubahan fungsi kawasan lindung dan fungsi kawasan penyangga serta fungsi kawasan danau menjadi fungsi kawasan budidaya yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti erosi, sedimentasi dan banjir serta penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya regulasi zoning yang lebih mempertimbangkan aspek fungsi kawasannya.

Page 1 of 2 | Total Record : 15


Filter by Year

2013 2013