cover
Contact Name
Wildan Insan Fauzi
Contact Email
wildaninsanfauzi@upi.edu
Phone
+6285221045707
Journal Mail Official
historia@upi.edu
Editorial Address
Gedung Numan Soemantri, FPIPS UPI, Laboratorium Prodi Pendidikan Sejarah, Lantai 4, Jl. Dr. Setiabudhi No 229 Bandung, 40154
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah
ISSN : 26204789     EISSN : 26157993     DOI : https://doi.org/10.17509/historia.v5i1
Focus and Scope 1. Learning History at school 2. Learning History in college 3. History education curriculum 4. Historical material (local, national, and world history) 5. History of education 6. Historical material in social studies
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal" : 10 Documents clear
Filosofis Kurikulum Mata Pelajaran Sejarah Masa Orde Lama Zulkarnain, Zulkarnain
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.176 KB) | DOI: 10.17509/historia.v1i1.7011

Abstract

Para pengambil kebijakan  sering kali tidak menyadari efek dari sebuah keputusan penting dan strategis yang diambilnya di bidang pendidikan, terutama kebijakan pemerintah dalam melakukan perubahan  terhadap  kurikulum. Arti pentingnya filosofi dalam suatu pengembangan kurikulum  didasari atas keyakinannya  bahwa pendidikan adalah sebuah proses pengembangan potensi peserta didik. Filosofi pengembangan kurikulum yang dijadikan pijakan oleh pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan sangat berpengaruh dalam  menentukan arah perkembangan aspek-aspek yang berhubungan dengan kebijakan kurikulum pendidikan. Aspek-aspek tersebut meliputi: tujuan, materi, proses, dan evaluasi hasil belajar, dalam pengembangan kurikulum, Pancasila sebagai filosofi pendidikan tertinggi yang diadopsi dari agama dan kebudayaan lokal serta nasional perlu terpatri dalam sanubari bagi setiap warga, termasuk di dalamnya para peserta didik Pada massa orde lama filosofis dan  praktik-praktik pendidikan sarat dengan muatan politis dan doktrin  idiologis,hal ini disebabkanb oleh beberapa hal diantaranya secara formal sebenarnya Indonesia baru mempuyai undang undang pendidikan nasional pada tahun 1950. Para pengambil kebijakan lebih banyak disibukkan pada hal hal yang berhubungan dengan konstitusi kenegaraan, mereka  lupa bahwa ketika Indonesia merdeka seharusnya perdebatan utama justru pada tataran filosofi pendidikan. Oleh karenanya, 5 tahun setelah Indonesia merdeka tepatya pada tahun 1950, barulah Indonesia memiliki Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional.
Tantangan dan Peluang Pembelajaran Sejarah Lisan pada Mahasiswa Pendidikan Sejarah di FKIP Universitas Tadulako Nuraedah, Nuraedah
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.045 KB) | DOI: 10.17509/historia.v1i1.7005

Abstract

Sejarah lisan dapat menganalisa dan mengevaluasi sifat dari proses memori sejarah. Bagaimana seseorang mampu mengaktualisasikan masa lalunya, bagaimana menghubungkan pengalaman seseorang dalam konteks sosialnya, dan bagaimana orang menggunakan sumber-sumber lisan untuk menginterpretasikan kehidupan mereka sebagai bagian masa lalu dan menjadi masa kini.Sejarah lisan diperlukan untuk merekonstruksi sejarah Indonesia kontemporer, penggunaan teknik sejarah lisan sangat penting. Sebab para pelaku sejarah yang masih hidup, dapat melengkapi khasanah sumber- sumber sejarah sebagai modal bagi penulisan sejarah dan penelusuran sumber sejarah.
Nilai Gigih dalam Biografi K.H. Sjamun (1883-1949) Permana, Rahayu
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.27 KB) | DOI: 10.17509/historia.v1i1.7010

Abstract

Persoalan bangsa yang begitu rumit telah membuat masyarakat resah, padahal kenyamanan dan keamanan serta kebanggaan terhadap negaranya sangat didambakan. Hal ini karena mereka sadar akan tanggung jawab sebagai warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tidak dapat dipungkiri, berbagai kekurangan dan kelemahan terjadi dalam pendidikan. Tanpa menafikan berbagai usaha perbaikan yang berlangsung tiada henti, diperlukan berbagai terobosan atau usaha-usaha baru dalam pengembangan pendidikan. Hal tersebut semakin memberi harapan dengan adanya kesadaran pihak-pihak terkait dengan menyadari berbagai kelemahan  yang membalutnya. Pendidikan nilai   pada hakikatnya menjadi sebuah komitmen mengenai langkah-langkah apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengarahkan generasi muda kepada pemahaman dan internalisasi nilai-nilai dan kebajikan yang akan membentuknya menjadi manusia yang baik. karena dalam kontek sekarang penguatannya sangat relevan untuk mengatasi krisis  moral yang terjadi di Indonesia. Praktik pendidikan karakter yang semestinya memperkuat aspek nilai-nilai kebaikan. Penanaman nilai kegigihan tokoh K.H. Sjam’un sudah sepantasnyalah dijadikan sebagai panutan bagi masyarakat Banten.
Pembelajaran Sejarah Indonesia Berbasis Peristiwa-peristiwa Lokal di Tasikmalaya untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Hardiana, Yanyan
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.134 KB) | DOI: 10.17509/historia.v1i1.7008

Abstract

Artikel ini membahas pentingnya pengajaran sejarah lokal di sekolah-sekolah yang dikembangkan. Belajar sejarah atau kejadian lokal masih dirasakan sebagai beban oleh para guru. Penyebabnya adalah kurangnya guru kreatif dalam mengembangkan materi sejarah, mereka berfokus pada materi yang tercantum dalam silabus sejarah pengajaran dan minimal atau tidak ada sumber sejarah lokal yang dapat digunakan oleh guru sebagai bahan ajar di sekolah. Makalah ini berfokus pada urgensi belajar sejarah lokal, yang terintegrasi dengan pengajaran sejarah di Indonesia. Lebih banyak penelitian dilakukan secara khusus terhadap karakter dan peristiwa yang terjadi di wilayah Tasikmalaya. Dalam penelitian ini, penulis menunjukkan bahwa di Tasikmalaya harus ada banyak karakter dan acara lokal yang harus mendapat perhatian serius dari semua pihak untuk dikembangkan dalam pengajaran sejarah di sekolah. Hal ini sangat penting mengingat pengembangan karakter harus dimulai dari kesadaran akan identitas mereka sebagai bagian dari sejarah Indonesia. Oleh karena itu, perkembangan sejarah lokal merupakan bagian dari pengembangan identitas sebagai bangsa Indonesia.
Pembelajaran Sejarah Melalui Pelatihan Kesenian Jathilan untuk Meningkatkan Pemahaman terhadap Nilai-Nilai Lokal trisnawati, diana
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.301 KB) | DOI: 10.17509/historia.v1i1.8602

Abstract

Salah satu hasil penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa pembelajaran sejarah memiliki banyak media ataupun metode yang luwes dalam penyampaiannya, salah satunya melalui pelatihan Kesenian Jathilan. Kesenian Jathilan merupakan salah satu kesenian rakyat dengan menggunakan properti kuda kepang, seperti halnya pemain reog atau kuda lumping atau kuda kepang. Kesenian Jathilan Wahyu Turonggo yang ada di Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kesenian rakyat yang sarat akan nilai-nilai lokal. Pembelajaran sejarah melalui pelatihan Kesenian Jathilan untuk meningkatkan nilai-nilai lokal diharapkan mampu memberikan gagasan yang baru dalam pembelajaran sejarah. Hal tersebut karena sejarah tidak terlepas dari kebudayaan-kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sementara itu, kesenian merupakan salah satu hasil dari kebudayaan. Pengajaran sejarah pada saat ini juga banyak mengangkat mengenai nilai-nilai lokal dikarenakan Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Untuk meningkatkan kecintaan terhadap negara Indonesia (nasionalisme) tidak hanya melalui pembelajarah sejarah, terutama materi-materi sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Cara meningkatkan nasionalisme dapat dilakukan dengan meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai lokal. Nilai-nilai lokal yang dapat ditanamkan melalui pelatihan Kesenian Jathilan meliputi nilai-nilai gotong royong, kekeluargaan, nilai-nilai religious berupa rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, nilai-nilai kecintaan pada lingkungan sekitar, nilai-nilai kemandirian yakni memanfaatkan hasil bumi untuk kegiatan dalam masyarakat, dan sebagainya.
Penerapan Konsep Kearifan Lokal Masyarakat Sunda (Sabilulungan) dalam Pembelajaran Sejarah Sutarman, Usep
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.785 KB) | DOI: 10.17509/historia.v1i1.7006

Abstract

About 1400 years ago, the Prophet Muhammad saw states that the main mission in educate people is to making perfect akhlak and trying to build good characters. It is so important about akhlak and character of human beings from the Prophet Muhammad saw that he gives good examples in educating his peoples. As well as these days, human’s akhlak and self existence is very important to see, grow so that someone’s/student’s potential can grow and finally becomes the character. A nation will be strong if the citizens have the sense of self-existences of his nation. The sense of self-existence will be planted well if the citizens have the horizon of the history journey of his nation. The planning of the sense of self-existence of his nation can be done in the very strategic activities which is through the history learning in the school which indeed the full of the active, innovative and fun history learning and full with the precious heritages.
Pendidikan Karakter dalam Perspektif Tokoh Muhamadiyah kumalasari, dyah
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.87 KB) | DOI: 10.17509/historia.v1i1.8603

Abstract

Muhammadiyah didirikan pada saat kondisi pendidikan pemerintah kolonial yang diskriminatif dan kondisi pendidikan Islam yang memprihatinkan. Kondisi tersebut mendorong KH. Ahmad Dahlan untuk menyelenggarakan sekolah Muhammadiyah, yang memadukan pengetahuan umum dengan pengajaran agama. Hal ini bertujuan untuk memberi keseimbangan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan spiritual pada siswa. Pendidikan karakter KH. Ahmad Dahlan didasarkan pada ajaran Islam, yaitu iman, ilmu, dan amal. Pada prinsipnya, agama bukan sekedar sebagai pengetahuan saja, tetapi harus sampai pada amalan. KH. Ahmad Dahlan  menolak sistem pendidikan pemerintah kolonial Belanda saat itu, yang diskriminatif dan sangat intelektualis. Selain itu, KH. Ahmad  Dahlan menganggap penting dilaksanakannya pendidikan yang bersifat menyeluruh, yang dilaksanakan dalam sistem pondok, dan dikelola dengan prinsip kekeluargaan. Melalui sistem pondok, dengan kebersamaan guru dan murid setiap harinya, secara tidak langsung anak tidak hanya belajar dari buku-buku pelajaran, tetapi juga melalui kehidupan yang mereka alami sehari-hari. Pendidikan karakter berbasis agama dalam pendidikan akhlak menurut KH. Ahmad Dahlan sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang berbasis agama dan budaya, jika diterapkan saat ini selaras pula dengan desain induk pendidikan karakter yang dikembangkan oleh pemerintah.  
Menggali Daya Intelektual Lokal sebagai Basis Pembelajaran Sejarah yang Kreatif Purwiyastuti, Wahyu
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.149 KB) | DOI: 10.17509/historia.v1i1.7007

Abstract

Belajar sejarah di Indonesia mengalami berbagai dinamika. Materi sejarah yang dibuat membosankan, siswa tidak termotivasi untuk belajar sejarah karena kondisi diskriminasi dalam hirarki pengetahuan, dan lain-lain. Pada tahun 2013, Pemerintah Indonesia meluncurkan kurikulum baru. Kurikulum ini menekankan pengembangan pemikiran kritis - kreatif dan inovatif bagi peserta didik. Tujuan kurikulum baru adalah mendorong guru sejarah menjadi kreatif. Tulisan ini mencoba memusatkan perhatian pada dua tokoh intelektual dalam sejarah Indonesia dan India. Ada Ki Hadjar Dewantara dan Mohandas Karamchand Gandhi. Nilai-nilai kebijaksanaan budaya Dewantara dan Gandhi berikut dapat diaktualisasikan dalam sejarah. Pendidik histoical dapat memberikan ruang yang lebih luas bagi siswa untuk menciptakan materi sejarah. Penerapan berbasis ilmiah pada tahun 2013 kurikulum yang akan memberikan ruang yang tepat untuk diimplementasikan. Diantaranya dengan berbagai cara seperti membentuk ruang diskusi, membuat media elektronik, menciptakan sebuah komunitas, sekelompok penggemar sejarah, menulis sebuah sejarah gerakan, mengadakan program karakter camp yang bertemakan dan berinteraksi dengan masyarakat, atau berbagai tindakan yang mampu mengobarkan semangat siswa.
The Construction of History Learning Oriented to Gender Equality Chaerunissa, Yasmin Nindya
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.665 KB) | DOI: 10.17509/historia.v1i1.7009

Abstract

Gender issues have become a global agenda nowadays, where the inequality can make one of the parties, which in this case is women, discredited. Education, included history education of course, should be as one of the agents that can contribute to solve of gender problems. Based on social reconstruction philosophy, history education does not only talk about the past, but also relate to the present, and see the future. In this context, the history learning is made to be oriented in gender equality. The research location is on SMA Negeri 5 Bandung, class of social science. There are three main results in this research. First, to create a history learning that oriented to gender equality, the most important thing is that the teacher should have a deep understanding about it. It is fine whether the teacher is a man or woman, because gender equality is not only for woman, but for making a more equitable social order. History learning which oriented on gender equality could be delivered by its process and content. Second, on its implementation, history learning that could accommodate gender equality’s values is contextual learning. Teacher should be clever enough to make connection between the past and the present. It should be done dialogically. Discussion might be made through question and answer which bridged with gender issues emancipatory critical questions. It could help the students shape their own thought and direct which values that suit into them. Third, through this kind of construction, it resulted that students’ perception about gender equality developed. The students placed basically man and woman is in an equal partnership, where any kind of chances are open equally for both. It happened also friction about domestic role is not only for woman again, but as shared responsibility. Concluded, history learning could contribute in cultivating of gender equality, as a part to develop the social justice.
Mengembangkan Nilai Nasionalisme, Patriotisme, dan Toleransi Melalui Enrichment dalam Pembelajaran Sejarah tentang Peranan Yogyakarta Selama Revolusi Kemerdekaan Winarti, Murdiyah
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 1, No 1 (2017): Pembelajaran Sejarah lokal
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.921 KB) | DOI: 10.17509/historia.v1i1.7004

Abstract

Kemerdekaan yang diproklamasikan sejak Agustus 1945 merupakan modal bagi bangsa Indonesia memulai perjuangan untuk mengisi kemerdekaan dengan membangun rakyatnya agar sejahtera dengan menanamkan perasaan persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Sejarah merupakan mata pelajaran yang paling penting, tanpa bermaksud mengesampingkan pelajaran lainnya, untuk melahirkan perasaan kuat tentang itu, menyangkut nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, dan toleransi dalam mewujudkan integrasi bangsa. Salah satu topik yang menurut peneliti sangat penting untuk dipelajari oleh generasi muda (siswa), namun tidak banyak disinggung dalam buku pegangan mereka yakni tentang masa revolusi kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945-1950. Peristiwa ini sarat dengan nilai-nilai kehidupan bagi generasi muda untuk mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya, seperti yang telah ditorehkan oleh generasi sebelumnya.    

Page 1 of 1 | Total Record : 10