cover
Contact Name
Putra Afriadi
Contact Email
putraafriadi12@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal_imaji@uny.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni
ISSN : 16930479     EISSN : 25800175     DOI : -
IMAJI is a journal containing the results of research/non-research studies related to arts and arts education, including fine arts and performing arts (dance, music, puppetry, and karawitan). IMAJI is published twice a year in April and October by the Faculty of Languages and Arts of Universitas Negeri Yogyakarta in cooperation with AP2SENI (Asosiasi Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik se-Indonesia/Association of Drama, Dance, and Music Education Study Programs in Indonesia).
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL" : 10 Documents clear
PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI: Sebuah Alternatif Metode Belajar Tari - Kuswarsantyo; - Kusnadi; Titik Agustin
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.72 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9535

Abstract

Pengembangan video pembelajaran tari ini  bertujuan untuk memberikan kemudahan peserta didik yang akan mempelajari tari secara mendiri (tanpa guru). Video ini dibuat dengan dua sistem. Pertama dengan iringan lengkap, dan kedua tanpa iringan (hanya dengan hitungan). Cara penggunaan video pembelajaran tari ini adalah mengacu pada konsep pembelajaran SAS (Struktur Analisa Sintesa) yang merupakan metode keunsuran yang akan memberikan kejelasan pada peserta didik dalam mengamati ragam per ragam tari yang diajarkan. Metode ini dipadu dengan metode imitasi dan demonstasi yang dilakukan guru dalam  media ini. Perpaduan metode pembelajaran tersebut  untuk memperjelas aksentuasi gerak yang dilakukan model pada pengguna media ini (peserta didik/guru). Hasil dari pengembangan  media pembelajaran melalui video ini adalah :1) peserta didik akan dimudahkan dalam menambah jam pelajaran di luar kelas ; 2) dengan media pembelajaran video ini tingkat kesalahan teknis mengenai ragam gerak dapat diminimalisir ; 3) dengan materi pembelajaran video ini akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam  berkespresi baik gerak, irama dan penghayatan tarinya. 
NILAI FILOSOFI MOTIF PARANG RUSAK GURDO DALAM TARI BEDHAYA HARJUNA WIWAHA Endang Sutiyati
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.78 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9530

Abstract

             Tari Bedhaya Harjuna Wiwaha adalah sebuah tarian putri Jawa klasik yang adiluhung, halus, luhur, dan bercerita tentang legenda, babad, ataupun sejarah. Bedhaya sendiri bila diwujudkan dalam kehidupan manusia dapat diartikan sebagai lambang arah mata angin, arah kedudukan planet-planet dalam kehidupan alam semesta dan lambang lubang hawa dalam tubuh manusia sebagai kelengkapan hidup atau dalam bahasa jawa disebut babadan hawa sanga yaitu diwakili oleh dua buah mata, dua buah lubang hidung, satu mulut, dua kuping, satu lubang kemaluan, dan satu lubang pelepasan. Ciri khas tari Bedhaya Harjuna Wiwaha adalah para penari yang berjumlah Sembilan orang. Mereka biasanya terlihat hampir sama dan terlihat sangat cantik, anggun, dan bersinar karena menggunakan rias wajah Paes Ageng seperti pada mempelai putri pengantin Jawa, komposisi make up dimulai pada dahi dengan diberi paesan berwarna hitam dan di atasnya diberi hiasan kinjengan lalu disekelilingnya diberi lapisan garis prada kemudian alisnya dibentuk manjangan ranggah, ditambah dengan rias jahitan untuk kelopak mata, serta wajikan di tengah dahi. Unsur visual dan makna simbolis pada tari Bedhaya Harjuna Wiwaha ini adalah pemakaian batik motif Parang Rusak Sawat Gurdo .Gurdo adalah motif batik dengan gambar garuda.Garuda sebagai lambang matahari, dipandang sebagai sumber kehidupan yang utama, sekaligus ia merupakan lambang kejantanan, dan diharapkan agar selalu menerangi kehidupan umat manusia di dunia. Parang mempunyai arti perang atau menyingkirkan segala yang rusak, atau melawan segala macam godaan.Motif ini mengajarkan agar sebagai manusia mempunyai watak dan perilaku yang berbudi luhur sehingga dapat mengendalikan segala godaan dan nafsu.Corak-corak tersebut hadir dan digunakan dalam seni pertunjukan tari keraton bukan sekedar hadir sebagai ragam hias. Corak-corak tersebut dalam hal ini adalah corak larangan, yang merupakan corak ungkapan visual yang lahir dari kerangka pikiran tradisional masyarakat Jawa, yang merupakan kumulasi dari filsafat kejawen dan kebatinan, konsep kekuasaan, serta orientasi terhadap arah-arah mata angin yang dilatarbelakangi pandangan peredaran matahari dalam konteks ketergantungan dan pengakuan terhadap kekuatan-kekuatan alam dan Sang Pencipta. 
KESENIAN LARAS MADYA SEBAGAI MATERI PELAJARAN SENI BUDAYA DALAM LIMA ORIENTASI NILAI PENDIDIKAN GAGE DAN BERLINER Sagaf Faozata Adzkia
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.888 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9536

Abstract

            Berkaitan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Menuntut seni diwajibkan masuk dalam kurikulum pendidikan nasional sebagai mata pelajaran seni budaya (UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pasal 37). Pendidikan seni tergolong dalam pendidikan humanistik yang mencakup pendidikan nilai guna membentuk kecerdasan melalui cara berfikir yang kreatif. Gage dan Berliner menjelaskan lima orientasi nilai dalam pendidikan seni yang harus mengarah pada peningkatan nilai kepribadian, kecakapan hidup, kreativitas dan kognisi, meningkatkan rasa keingin tahuan, dan dapat menimbulkan kepekaan (Brian Hill, 1999:1). Kesenian Laras Madya sebuah perpaduan budaya Islam Jawa yang syarat dengan kandungan nilai, akan berguna bagi perkembangan karakter personal. Kesenian Laras Madya relevan untuk diaplikasikan dalam dunia pendidikan sebagai salah satu materi pelajaran seni budaya dalam pendidikan formal yang memenuhi lima orientasi nilai Gage dan Berliner. Tiga pembahasan dalam penulisan ini diantaranya deskripsi kesenian Laras Madya, relevansi kesenian Laras Madya sebagai materi pelajaran seni budaya, dan Laras Madya dalam lima orientasi nilai pendidikan Gage dan Berliner. Sebagai upaya pelestarian budaya dan pendukung kemajuan pendidikan di Indonesia.
SENI LUKIS SOKARAJA: PROSES PEWARISAN DAN PEMASARANNYA DALAM KONTEKS PASAR SENI Fery Setyaningrum
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1050.1 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9531

Abstract

            Seni lukis Sokaraja pernah menjadi perhatian publik, dalam kurun waktu yang realitif lama, yakni tahun 1960-1980an. Pada perkembangannya lukisan Sokaraja dimasyarakat pada saat ini masih tetap ada, sekalipun tidak semaju di masa jayanya. Tampaknya ada proses pewarisan yang berlanjut, pewarisan terjadi pada proses belajar nonformal dan informal. Terbukti sampai saat ini masih muncul lukisan baru yang ada di pasaran.Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik seni lukis Sokaraja, proses pewarisan dan pemasarannya dalam konteks pasar seni. Pendekatan penelitian ini adalah interdisiplin, dengan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan. Pertama, ditemukan karakteristik seni lukis Sokaraja berdasarkan unsur rupa  yang hampir sama, pada lukisan dulu (raut lebih banyak dan warna lebih sedikit), sedangkan pada lukisan saat ini (raut lebih sedikit dan warna lebih banyak). Komposisi kedua lukisan hampir sama, berbeda pada irama dan dominasi, perbedaan tema lukisan dulu (alam fisik sokaraja) dengan sekarang (beranekaragam), kedua lukisan berupa aliran naturalisme. Kedua, pada pewarisan adanya empat yang mencapai enkulturasi. Berupa proses belajar melukis di sanggar dan keluarga. Ketiga, pada pemasaran adanya managemen marketing pada pelukis dan galeri. Fakta perencanaan, promosi dan pendistribusianyang ada pada pelukis dan galeri berdampak pada kondisi perkembangan pasar seni lukis Sokaraja yang makin menurun.
KREATIVITAS DALAM PEMBUATAN ARANSEMEN MUSIK SEKOLAH Heni Kusumawati
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.713 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9534

Abstract

Kreativitas merupakan sarana untuk mengungkapkan ekspresi, imajinasi dan apresiasi dalam bermusik. Salah satu kegiatan pembelajaran seni budaya/seni musik adalah mengekspresikan diri melalui karya seni dengan pembuatan aransemen musik sekolah. Aransemen merupakan kegiatan kreatif dalam mengolah dan mengembangkan elemen-elemen musik menjadi sebuah karya baru. Adapun tahapan dalam pembuatan aransemen sederhana untuk musik sekolah diantaranya adalah: 1) Menentukan lagu yang akan di aransemen, 2) Mengolah pola ritme/harga nada/irama/durasi notasi, 3) Menentukan Akor, 4) Menulis melodi, 5) Progresi Akor (pergerakan akor), dan 6) Lintas sukat, sedangkan format instrumen yang akan diaransemen menyesuaikan dengan alat musik yang dimiliki sekolah sehingga format instrumen bisa berupa kuartet, kuintet atau ansambel. 
EMPAT PILAR PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN SENI Edin Suhaedin Purnama Giri
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9529

Abstract

Terlepas dari pro dan kontra, suka atau tidak suka, kurikulum berbasis kompetensi sudah ditetapkan sebagai pendekatan dalam kurikulum yang dilaksanakan dalam dekade ini. Untuk saat ini yang terpenting adalah bagaimana mensiasati implentasi kurikulum tersebut di lapangan. Hal ini perlu karena bagaimanapun menterengnya nama kurikulum, pendekatan kurikulum, dan inovasi pendidikan, jika pada tataran implentasinya gagal, maka dapat dipastikan perubahan kurikulum tersebut tidak memiliki makna yang berarti dalam perubahan pendidikan di Indonesia. Dengan kehadiran kurikulum berbasis kompetensi ini dirapkan adanya  perbaikan dalam pembelajaran seni. Pembelajaran ini tidak lagi berorientasi pada pengembangan rasionalitas saja, namun esensi pembelajaran seni yang sensitif  dan kreatif harus dapat dicapai. Dalam tulisan ini ada beberapa aspek yang perlu dikaji ulang terkait dengan pembelajaran seni berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi. Sedikitnya ada empat aspek yang perlu dirubah, yakni: pertama, perubahan orientasi pembelajaran dari materi menjadi kompetensi; kedua, untuk mencapai efektivitas dalam pembelajaran seni peserta didik harus dijadikan sebagai subjek yang aktif dan terlibat bukan sebagai objek yang fasif; ketiga, pendekatan pembelajaran yang berbasis lingkungan; dan yang keempat, perubahan sistem penilaian dari angka yang tidak bermakna menjadi ulasan yang komunikatif. Dengan empat perubahan tersebut diharapkan kompetensi pendidikan seni  (berapreasiasi, mencipta, menyajikan, dan mengkritisi seni) dapat dikuasai peserta didik.
FILSAFAT SENI NUSANTARA - Sunarto
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.26 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9537

Abstract

               Elemen-elemen dalam filsafat, meliputi: Ada (Being) (Metafisika dan Ontologi); Pengetahuan (Knowledge) (Epistemologi, Metodologi, Logika, dan Filsafat Ilmu); Nilai/Aksiologi (Value) (Etika dan Estetika). Filsafar seni Nusantara mempunyai 3 elemen: Being, Knowledge, Value. Seni Nusantara tersebar mulai dari Sabang sampai Papua, yang jumlahnya mencapai ribuan. Filsafat seni Nusantara merupakan rangkuman dari dari eksistensi seni dari Sabang sampai Papua. Konteks seni Nusantara, walaupun ada beratus jenis seni namun, seperti konsep ontologisnya Plotinus, tetap berpegang pada yang Transenden. Alam raya (empiris) Nusantara telah memberikan dasar ontologis penciptaan bagi seniman Nusantara (Aristoteles). Secara epistemologis, seni Nusantara mempunyai: sumber pengetahuan, batas pengetahuan, struktur pengetahuan, dan keabsahan pengetahuan. Dalam konteks aksiologi, seni Nusantara terdiri dari 4 jenis nilai, yaitu: kekudusan (holiness), kebaikan (goodness), kebenaran (truth), dan keindahan (beauty). Ketiga elemen dalam filsafat membentuk rajutan dalam seni Nusantara. Elemen-elemen tersebut saling menjalin kesinambungan dan harmoni.
PERMAINAN DUET PIANO EMPAT TANGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN PRAKTEK INSTRUMEN MAYOR II PIANO DI JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK Francisca Xaveria Diah K.
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.672 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9532

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan proses pembelajaran Praktek Instrumen Mayor II Piano melalui permainan duet piano empat tangan sebagai upaya peningkatan kemampuan mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan. Subyek penelitian adalah mahaisswa Jurusan Pendidikan Seni Musik Semester II yang mengambil matakuliah Praktek Instrumen Mayor II Piano Kelas B sejumlah 10 orang. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi visual dan angket. Prosedur penelitian menggunakan dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri atas empat pertemuan dan terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa permainan duet piano empat tangan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa pada pembelajaran Praktek Instrumen Mayor 2 Piano di Jurusan Pendidikan Seni Musik. Peningkatan ini ditunjukkan dengan hasil perolehan nilai masing-masing komponen bagi pasangan duet berada pada kategori  baik dan tinggi dengan rentang nilai  76 – 90 di setiap akhir siklus terutama diakhir siklus II. Pembelajaran menggunakan permainan duet piano empat tangan dapat dikategorikan berhasil.  Dalam hal ini sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan yang telah ditentukan, dan hasilnya adalah  (a) mahasiswa mampu menggunakan tubuhnya dan mengatur posisi tubuh atau ruang gerak serta menempatkan partitur secara baik, (b) mahasiswa mampu memainkan bagian primo atau secondo dengan baik dan lancar dalam membaca partitur, (c) mahasiswa mampu memainkan sesuai irama dan terlihat jelas alur melodinya, (d) mahasiswa mampu menjaga keseimbangan tempo dan harmonisasi dengan baik, serta menghasilkan warna suara / tone colour yang bulat dan indah didengar, serta (e) mahasiswa mampu menggunaan komunikasi verbal-nonverbal dan bekerja sama dengan baik dalam praktek bermain duet piano empat tangan. 
RANCANG BANGUN MUSIK ANGKLUNG MODEL SATB, DASAR ARANSEMEN MODEL ORCHESTRA Susilo Pradoko; Wien Pudji Priyanto Djuli Pitoyo
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.715 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9538

Abstract

Penciptaan karya seni angklung model SATB-SP ini merupakan karya seni guna mengembangkan permainan dan teknik bermnain angklung sebagai warisan budaya tak  benda UNESCO. Karya ini memiliki tujuan memadukan teori ilmu harmoni 4 suara seta sistem tuts piano untuk bermain angklung sehingga hanya dengan 4 orang pemain sudah mampu menghasilkan bunyi/suara harmoni sekualitas permainan orchestra. Metode dalam penciptaan karya seni angklung SATB-SP ini dengan metode penelitian dan pengembangan  (Research and development) dengan modifikasi pada bagian revisi penciptaan karya seni dan pementasan serta produksi masal diganti dengan publikasi masal. Hasil penciptaan karya seni angklung SATB-SP adalah sebagai beriokut: (1)  Semua aransemen paduan SATB dapat dimainkan dengan angklung SATB-SP, (2) Aransemen paduan suata sejenis, paduan suara anak dapat dimainkan dengan angklung SATB-SP, (3) Cara memainkannya mudah, satu orang bisa memainkan 3 nada atau akor, (4) Angklung SATB-SP ini dapat digabungkan dengan Symphonic Orchestra, (5) Angklung SATB-SP juga dapat digabungkan dengan musik Band dan musik tradisional lainnya seperti Gejog Lesung, (6) Alat musik ini dapat diasambelkan dengan alat-alat musik tradisional seperti: Kendang suling dsb (7) Dua orang pemain mampu membuat harmoni musik dua s/d enam nada anggota anggota akor, (8) Pementasan musik angklung tidak satu paket kerangka dan (9) alat musik ini dapat digunakan untuk melatif kreativitas kejeniusan melodi dan harmoni.
PENGEMBANGAN PEDOMAN RUANG RAMAH ANAK BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK FASILITAS PENDIDIKAN USIA DINI Hajar Pamadhi; Dwi Retno Sri Ambarwati; Eni Puji Astuti
Imaji Vol 14, No 1 (2016): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.252 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v14i1.9533

Abstract

            Buku Pedoman Ruang Ramah Anak Berbasis Kearifan Lokal tahun kedua difokuskan pada penyempurnaan isi, tata tulis dan kelengkapan gambar agar terbaca dengan jelas oleh pengguna. Langkah penyempurnaan dengan jalan (1) melengkapi ilustrasi sesuai dengan poetunjuk serta menyesuaikan dengan bahasa formal. (2) memvalidasi dengan pakar pendidikan anak usia dini, Guru pendidikan anak nusia dini serta pemangku kepentingan dari subbag sarana-prasarana Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga. (3) Fokus Group Discussion dan Seminar. Hasil perbaikan digunakan untuk menyempurnakan buku panduan yang dimaksud.

Page 1 of 1 | Total Record : 10