cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
pusbullhsr@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BULETIN PENELITIAN SISTEM KESEHATAN
ISSN : 14102935     EISSN : 23548738     DOI : https://doi.org/10.22435/hsr.v23i2.3101
hasil-hasil penelitian, survei dan tinjauan pustaka yang erat hubungannya dengan bidang sistem dan kebijakan kesehatan
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan" : 8 Documents clear
VISUALISASI SEBARAN SPESIES NYAMUK TERTANGKAP DI ENAM EKOSISTEM DI KABUPATEN KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016 MENGGUNAKAN METODE BIPLOT Revi Rosavika Kinansi; Zainul Khaqiqi Nantabah; Herti Maryani
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.999 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.71

Abstract

Various types of flora and fauna are able to grow well because Indonesia has excellent environmental carrying capacity for the growth of its diversity. Transmission of vector infectious diseases is influenced by many factors, one of which is the topography of the region closely related to the pattern of transmission. One type of fauna that develops well is insects (insecta). To be achieved in writing this article is to obtain a mapping of the most dominant species of mosquito-causing diseases in six ecosystems in Kotabaru, South Kalimantan ie. Near Forest Settlement ecosystems, Remote Forest Settlements, Non Forest Near Settlements, Non Forest Remote Settlement, Near Beach Settlements and Beaches Deep Residential. The analysis used is biplot multivariate method using singular value and eigen value so that obtained visualization picture of data which have many object and variable. Biplot graphs provide a more practical visual illustration so that it can practically determine the proximity picture between the ecosystems of each other that have similar characteristics of mosquito species. This effort is useful for preventing the spread of certain species mosquito vectors, so that it can be utilized by the policy manager for the vector mosquito elimination program. ABSTRAK Berbagai jenis flora dan fauna mampu tumbuh dengan baik karena Indonesia mempunyai daya dukung lingkungan yang sangat baik untuk pertumbuhan keanekaragamannya. Penularan penyakit tular vektor dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah topografi wilayah yang erat hubungan dengan pola penularan. Salah satu jenis fauna yang berkembang dengan baik adalah serangga (insecta). Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan artikel ini adalah memperoleh pemetaan mengenai sebaran spesies nyamuk penyebab penyakit yang paling dominan di 6 ekosistem di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan yaitu ekosistem Hutan Dekat Pemukiman, Hutan Jauh Pemukiman, Non Hutan Dekat Pemukiman, Non Hutan Jauh Pemukiman, Pantai Dekat Pemukiman dan Pantai Jauh Pemukiman. Analisis yang digunakan adalah metode multivariat biplot menggunakan nilai singular dan nilai eigen sehingga diperoleh gambaran visualisasi data yang memiliki banyak obyek dan variabel. Grafik Biplot memberikan gambaran visualisasi yang lebih praktis sehingga dapat dengan mudah menentukan gambaran kedekatan antara ekosistem satu sama lain yang memiliki karakteristik spesies nyamuk yang hampir sama. Upaya ini bermanfaat untuk pencegahan penyebaran vektor nyamuk spesies tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengelola kebijakan untuk program eliminasi nyamuk vektor penyakit.
INTERVENSI TOKOH AGAMA DAN TOKOH ADAT PADA TRADISI MENIKAH SUKU SASAK DALAM RANGKA MENURUNKAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN LOMBOK BARAT PROVINSI NTB Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti; Syajaratuddur Faiqah; Ati Sulanty; Ristrini Ristrini
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.558 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.166

Abstract

The high amount of early marriage in Lombok was caused by several factors namely social and cultural factors, as well as economic factors. The Sasak tribe has a culture of “Merarik” or Eloping. Higher pregnancies and births in adolescence can be prevented by delaying early marriage until healthy reproductive age by optimizing the role of figures who are considered as role models, so that the potential in society needs to be mobilized. This type of research is quasi experiment, with a pretest posttest design. Sample size 60 adolescents grouped into 2 groups with purposive sampling technique. Increased knowledge of adolescents about the effects of early marriage and changes in adolescent attitudes towards a better delay in early marriage. Formed rules (awek-awek) when married adolescents <20 years pay a custom fine and set in the rules of local custom. There is one young woman who wants to delay her marriage up to age> 20 years. Need further research parent participation and involvement of education as reinforcement of adolescent understanding. The involvement of parents and the education sector is needed to strengthen adolescent understanding. Abstrak Tingginya menikah usia dini di Lombok disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial dan budaya, serta faktor ekonomi. Suku Sasak memiliki budaya “Merarik” atau Kawin Lari. Tingginya kehamilan dan kelahiran pada usia remaja bisa dicegah dengan menunda pernikahan usia dini sampai dengan usia reproduksi sehat dengan mengoptimalkan peran serta para tokoh yang dianggap sebagai panutan, sehingga potensi yang ada di masyarakat perlu digerakkan. Jenis penelitian ini quasi experiment, dengan rancangan pretest posttest design. Besar sampel 60 remaja dikelompokkan menjadi 2 kelompok, memiliki pacar (Kelompok I) dan belum memiliki pacar (kelompok II) dengan teknik purposive sampling. Terjadi peningkatan pengetahuan remaja terhadap dampak pernikahan dini dan perubahan sikap remaja ke arah yang lebih baik terhadap penundaan pernikahan usia dini. Terbentuk aturan (awek-awek) apabila remaja menikah < 20 tahun membayar denda adat dan tertuang dalam aturan adat setempat. Terdapat satu remaja putri yang ingin menunda pernikahannya sampai dengan usia > 20 tahun. Perlu pelibatan peran serta orang tua dan pihak pendidikan sebagai penguat pemahaman remaja.
ANALISIS BIAYA KESEHATAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI TINGKAT PUSKESMAS DALAM MENYUKSESKAN GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT Astridya paramita; Lusi Kristiana; A Yudi Kristanto
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.475 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.407

Abstract

Primary health care (Puskesmas) are the pioneer of GERMAS movement by health promotion and community empowerment activities (Promkes and PM). Financial support is one of the most important resources to managing activities. The object of this research is to provide information of costs and financial sources of Promkes and PM activities in Puskesmas. This research is a secondary data analysis of Health Cost Research for First Level Health Facility (RPK FKTP) 2015. The unit of analysis is puskesmas which organize Promkes and PM activities. There were 299 puskesmas in 2013 and 302 puskesmas in 2014. The data was analyze descriptively and comparing the amount and percentage of cost Promkes and PM activities in 2013/2014 along with financial resources by characteristics of Puskesmas. The results showed the average cost of organizing the Promkes and PM activities in 2014 is increasing, but the average percentage has decreased. In the period of 2013–2014, the average percentage to managing activities is 7,8%. The main financial source of the program is BOK. This condition occurs throughout the region. The cost of organizing the activities is directly proportional to the FCI category, but is inversely proportional to the IPKM category. Furthermore, in 2014 there is also an increased cost to organize activities in inpatient primary health care (Puskesmas rawat inap) and non-inpatient primary health care (Puskesmas non rawat inap). There is no minimum standard to regulate costing for program. It recommends to set up a minimum budget standard to takes account the categories of FCI and IPKM, arrange indicators to evaluate Promkes and PM activities to generate an ideal budget for Promkes and PM activities at puskesmas for succeeding the Germas movement. Abstrak Puskesmas menjadi ujung tombak keberhasilan GERMAS melalui kegiatan wajib promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat (Promkes dan PM). Dukungan anggaran menjadi salah satu sumber daya penting penyelenggaraan kegiatan. Penelitian ini bertujuan memberi informasi besaran biaya dan sumber dana penyelenggaraan kegiatan Promkes dan PM di Puskesmas. Penelitian ini merupakan analisis lanjut data sekunder Riset Pembiayaan Kesehatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (RPK FKTP) 2015. Unit analisis adalah puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan Promkes dan PM yaitu 299 puskesmas di tahun 2013 dan 302 puskesmas di tahun 2014. Analisa data secara deskriptif dan komparasi terhadap besaran dan rerata persentase biaya tahun 2013/2014, sumber dana, dengan memperhatikan karakteristik Puskesmas. Hasil menginformasikan rerata biaya penyelenggaraan kegiatan Promkes dan PM tahun 2014 mengalami pertambahan, namun penurunan dalam rerata persentase biaya. Pada periode tahun 2013–2014, rerata persentase biaya penyelenggaraan adalah 7,8%. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan sumber dana utama. Tahun 2014 seluruh regional mengalami pertambahan biaya penyelenggaraan, namun penurunan dalam rata-rata persentase biaya. Besar anggaran penyelenggaraan kegiatan berbanding lurus dengan kategori FCI, namun berbanding terbalik dengan kategori IPKM. Tahun 2014, biaya penyelenggaraan kegiatan pada puskesmas non rawat inap dan puskesmas perairan atau di daerah terpencil bertambah. Belum ada peraturan standar minimal anggaran kegiatan Promkes dan PM. Disarankan perlu ditetapkan standar anggaran yang memperhatikan kategori IPKM dan FCI, penyusunan indikator keberhasilan kegiatan promkes dan PM untuk memperoleh besaran ideal anggaran kegiatan Promkes dan PM di Puskesmas demi keberhasilan GERMAS.
PERAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEPESERTAAN PENERIMA BANTUAN IURAN DAERAH DI KOTA BLITAR DAN KOTA MALANG Rukmini Rukmini; Oktarina Oktarina
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.348 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.418

Abstract

BPJS is legal body of National Health Insurance providers to achieve Indonesia universal coverage. This study aims at identifying BPJS role to increase the number Recipient of Contribution Subsidy membership. This was observational study with cross sectional design. This study conducted in Blitar and Malang city. The data were collected by in-depth interview to some stakeholders such as: the chief of BPJS, the head of membership division, district health ofice. Meanwhile, focused group discussion were conducted to gathered the opinions of some stakeholders such as: district health ofice, BPJS, local government, district inancial management and asset agency, district planning and development agency, and social ofice. Result was BPJS had issued regulation to support the increased number of National Health Insurance as beneiciaries. Moreover, they implemented advocacy to deal with local government. District health ofice and other sectors in both Blitar and Malang had played role to integrate Local Health Insurance and SPM users to become district beneiciaries in BPJS. The member of beneiciaries in Blitar and Malang was the highest coverage. Nevertheless, the coverage centre beneiciaries were higher than the local one. Actually, there were many obstacles on local beneiciaries’ management but those could be overcome by coordination among BPJS, district health ofice as well as other sectors. BPJS had optimally played role to increase number of National Health Insurance memberships especially for the poor as local beneiciaries by supporting the integration of local health insurance and SPM users. Local beneiciaries membership was supposed to use close membership with one year payment. It means purchasing premium for one year based on the number of members registered in Memorandum of Understanding. Abstrak BPJS merupakan badan hukum penyelenggara program Jaminan Kesehatan Nasional untuk mencapai universal coverage Indonesia. Penelitian bertujuan mengetahui peran BPJS dalam peningkatan kepesertaan PBI daerah. Studi kasus dilakukan secara kualitatif, di Kota Blitar dan Kota Malang pada tahun 2015. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam Kepala BPJS, Kepala Bidang kepesertaan BPJS, Dinas Kesehatan dan focus group discussion (FGD) dengan Dinas Kesehatan, BPJS, Pemda, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), Bappeda, dan Dinas Sosial. Analisis data secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa BPJS telah menerbitkan peraturan untuk mendukung peningkatan kepesertaan JKN sebagai PBI Daerah dan melakukan berbagai proses mulai dari advokasi sampai perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Daerah. Dinas Kesehatan dan lintas sektor terkait di Kota Blitar dan Kota Malang telah berperan dalam integrasi Jamkesda dan pengguna SPM menjadi PBI Daerah di BPJS sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Peserta PBI di Kota Blitar dan Kota Malang merupakan jenis peserta dengan cakupan tertinggi di BPJS, tetapi cakupan PBI Pusat (APBN) lebih tinggi dari PBI Daerah (APBD). Berbagai kendala ditemui dalam pengelolaan PBI Daerah tetapi dapat diselesaikan dengan koordinasi yang baik antara BPJS, Dinas Kesehatan dan Lintas Sektor yang terlibat. BPJS telah berperan penuh dalam meningkatkan kepesertaan JKN khususnya bagi masyarakat miskin sebagai PBI di Daerah, dengan membantu melaksanakan integrasi kepesertaan Jamkesda dan pengguna SPM yang dilaksanakan Dinas Kesehatan. Kepesertaan PBID sebaiknya menggunakan close member ship yang berlaku satu tahun yaitu pembayaran premi selama 1 tahun sesuai dengan jumlah peserta yang terdaftar di perjanjian kerjasama.
MENGUNGKAP KEJADIAN INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR (STUDI ETNOGRAFI DI DESA TARAMANU KABUPATEN SUMBA BARAT) Suharmiati Suharmiati; Rochmansyah Rochmansyah
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.844 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.420

Abstract

Helminthic disease including one of the most neglected tropical diseases present in Indonesia, can attack all ages but are more common in school aged children and primary school age. In 2014 the Central Bureau of Statistics data in West Sumba regency recorded 932 cases of worms, and the case is one of infectious diseases caused by parasites. This paper aims to reveal the incidence of worms infection in children of primary school in Taramanu Village, West Sumba regency. Collecting data in the form of participant observation and direct communication in addition to the faeces collection and examination. The result showed that the belief not to bury the faeces obtained since of the ancestors caused the people of West Sumba, especially Taramanu Village less attention to environmental conditions and personal hygiene. This has an impact on the behavior of taramanu community, especially children defecate in any place (shrubs, forests or behind the house) and the habit of not using footwear for daily activities causes the worm life cycle perfectly, and reinforced with the results of laboratory tests, positive infected earthworms, there are even 3 types of worms in 1 child. The real action that can be taken by the community, the government and health workers in reducing the disease of the worm is to break the parasite life cycle that can be done from the individual level is the use of latrine for bowel (jamban) movement and the use of footwear/sandalisasi. In addition, it should be given understanding through the traditional leaders and religious leaders about the use of latrines that the stool is not buried but directly mixed with water. Abstrak Kecacingan termasuk salah satu penyakit tropis yang terabaikan di Indonesia, dapat menyerang semua usia namun lebih sering terjadi pada anak-anak usia belum sekolah dan usia sekolah dasar. Pada tahun 2014 data Badan Pusat Statistik di Kabupaten Sumba Barat tercatat 932 kasus kecacingan, dan kasus tersebut termasuk salah satu penyakit infeksi akibat parasit. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap kejadian infeksi kecacingan pada anak Sekolah dasar di Desa Taramanu Kabupaten Sumba Barat. Pengumpulan data berupa observasi partisipasi serta komunikasi langsung, di samping itu juga dilakukan pengambilan dan pemeriksaan tinja. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat Sumba Barat khususnya Desa Taramanu mempunyai kepercayaan yang diperoleh sejak zaman nenek moyang yaitu tidak mengubur tinja manusia sehingga menyebabkan masyarakat kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan kebersihan perorangan. Hal tersebut berdampak pada perilaku masyarakat Desa Taramanu khususnya anak-anak untuk buang air besar (BAB) di sembarang tempat (semak-semak, hutan atau di belakang rumah). Kebiasaan tidak menggunakan alas kaki untuk kegiatan sehari-hari menyebabkan siklus hidup cacing berlangsung sempurna. Hal tersebut diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium, positif terinfeksi cacing tanah, bahkan terdapat 3 jenis cacing dalam 1 orang anak. Tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh masyarakat, pemerintah maupun tenaga kesehatan dalam mengurangi penyakit kecacingan adalah memutus lingkaran hidup parasit yang dapat dilakukan mulai dari tingkat individu adalah penggunaan jamban untuk BAB dan penggunaan alas kaki/sandalisasi. Di samping itu perlu diberikan pemahaman melalui pemuka adat dan pemuka agama tentang penggunaan jamban bahwa tinja tersebut tidak dikubur tetapi langsung bercampur dengan air.
ANALISIS NEED DAN DEMAND PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS SIWALANKERTO KOTA SURABAYA DI ERA JKN Eriska Haning; Thinni Nurul Rochmah; Ira Ummu Aimanah
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.514 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.431

Abstract

GHealth is an important thing needed by man to sustain all activities of his life. The phenomenon of people who prefer to seek treatment abroad than using domestic health services becomes a big challenge. This challenge can be answered with the improvement of quality in all areas, especially in health field. Thus, this will help healthcare providers define strategies to meet community health needs. The aim of this research was to determine the need, demand and value of public health services in Puskesmas Siwalankerto, Surabaya. This was observational research using cross sectional approach. Data collection technics using questionnaires and data processed using descriptive statistical tests. The population was the communities located in the region of Siwalankerto health centers, Surabaya. With a sample size of 50 people. This research was conducted on May 2016. Results of this research that need indicate that the main needs of respondents related to public service is quality and access. Community Demand is a service of dental care and general medical treatment which is provided by Puskesmas Siwalankerto. Abstrak Kesehatan merupakan hal penting yang dibutuhkan oleh manusia untuk menopang semua aktivitas hidupnya. Fenomena masyarakat yang lebih memilih untuk berobat keluar negeri dibandingkan menggunakan layanan kesehatan dalam negeri menjadi sebuah tantangan besar. Tantangan ini dapat dijawab dengan peningkatan mutu dalam segala bidang khususnya bidang kesehatan. Maka, hal inilah yang akan membantu penyedia jasa layanan kesehatan dalam menetapkan strategi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui need, demand dan utility pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Siwalankerto, Surabaya. Jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan diolah menggunakan uji statistik. Populasi adalah masyarakat yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Siwalankerto, Surabaya. Dengan jumlah sampel 50 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2016. Hasil penelitian terkait need menunjukkan bahwa kebutuhan utama responden terkait fasilitas pelayanan kesehatan adalah kualitas dan jarak ≤ 3 km. Demand masyarakat adalah pelayanan poli gigi dan poli umum yang disediakan oleh Puskesmas Siwalankerto
PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PEMBANGUNAN KESEHATAN DI KABUPATEN PASURUAN DAN SAMPANG Tumaji Tumaji; Gurendro Putro
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.196 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.452

Abstract

Maternal death is still a problem in Indonesia. The government has long been improving maternal and child health care programs, including by involving the community through Posyandu and Polindes. However, people do not use both facilities because access is difficult, services are incomplete, or indeed there are no Polindes/Poskesdes. This condition is exacerbated by the practice of clean and healthy living behavior of the community which is still low. On the other hand, since 2015 the government has allocated Village Funds to finance the development and empowerment of rural communities. This study aims to analyze the use of Village Funds for health development. This type of study is descriptive with a cross sectional design. This study was conducted in Pasuruan and Sampang Regencies. Data on the use of the Village Fund in 2017 in all villages in the two districts was processed to obtain the amount of budget used for health development, to find out the reason for the amount of Village use for health development, in-depth interviews were conducted in two selected villages. Result of Village Fund utilization for community development and empowerment in Posyandu activities 0.50%, Polindes/Poskesdes 0.63%, health promotion and healthy and healthy living movements 2.46%, and other activities 0.58%. Village Fund utilization for health development in Pasuruan and Sampang District is still low, an average of 4.17%. The need for socialization to health workers (especially those who work in the village) about the use of Village Funds for health development, the need for advocacy for local / village governments so that 10% of the Village Fund is allocated for health development. And it is necessary to have regulations and written instructions the Ministry of Villages, Development of Disadvantaged Regions and Transmigration regarding the importance of Village Funds allocated to health as an embodiment of improving community welfare. Abstrak Kematian Ibu masih menjadi masalah di Indonesia. Pemerintah telah lama meningkatkan program layanan kesehatan ibu dan anak, termasuk dengan melibatkan masyarakat melalui Posyandu dan Polindes. Namun masyarakat kurang memanfaatkan kedua fasilitas tersebut dikarenakan akses yang sulit, layanan tidak lengkap, atau memang tidak ada Polindes/Poskesdes. Kondisi ini diperparah dengan praktek perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih rendah. Disisi lain, sejak 2015 pemerintah mengalokasikan Dana Desa untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan Dana Desa untuk pembangunan kesehatan. Jenis kajian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Kajian ini dilakukan di Kabupaten Pasuruan dan Sampang. Data penggunaan Dana Desa tahun 2017 di seluruh desa di kedua kabupaten diolah untuk mendapatkan pagu anggaran yang digunakan untuk pembangunan kesehatan. Untuk mengetahui alasan besaran penggunaan Desa untuk pembangunan kesehatan dilakukan wawancara mendalam di dua desa terpilih. Hasil menunjukkan bahwa pemanfaatan Dana Desa untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Posyandu 0,50%, Polindes/Poskesdes 0,63%, promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan sehat 2,46%, dan kegiatan lainnya 0,58%. Pemanfaatan Dana Desa untuk pembangunan kesehatan di Kabupaten Pasuruan dan Sampang masih rendah, rata-rata 4,17%. Perlunya dilakukan sosialisasi kepada tenaga kesehatan (terutama yang bertugas di desa) tentang pemanfaatan Dana Desa untuk pembangunan kesehatan, perlunya dilakukan advokasi kepada pemerintahan daerah/desa agar 10% Dana Desa dialokasikan untuk pembangunan kesehatan. Dan diperlukan peraturan serta petunjuk pelaksanaan secara tertulis Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi tentang pentingnya Dana Desa dialokasikan untuk kesehatan sebagai perwujudan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
PENGETAHUAN,SIKAP DAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DALAM UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA JEMAAH HAJI INDONESIA DI ARAB SAUDI TAHUN 2016 Rustika Rustika; Esny Burase
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 21 No 3 (2018): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.035 KB) | DOI: 10.22435/hsr.v21i3.469

Abstract

Since 2014, the program to provide masks for Hajj pilgrims from Indonesia in Saudi Arabia as one of the efforts to prevent ISPA, continues to be increased in 2015 Ministry of Health Perform Movement Use Mask (GERMAS). Based on this case, this research focuses on the relationship of Knowledge and Attitude with Mask Usage Behavior among Prayer Hajj Indonesia in Saudi Arabia Year 2016 in preventing the incidence of Acute Respiratory Tract Infection. The design used is cross sectional with quantitative approach. The population in this study is all pilgrims who perform the pilgrimage, amounting to 168,800 people with a sample of 163 respondents. Data analysis techniques include univariate analysis, bivariate analysis with Chi-Square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression test. The result of bivariate selection shows that the knowledge variable has no significant correlation with relationship p-value is 0.284 > 0.05. Where as attitude variable have relationship because p-value value 0.000 < 0.05. In multivariate analysis multiple logistic regression test showed that attitude variable which has the most dominant significance with the mask use on haj pilgrims with p-value 0.000 <0.05 and Odds Ratio 3.558. This means that attitude that does not support the use of masks has a 3 times chance of experiencing ISPA events. Abstrak Sejak tahun 2014 program pemberian masker bagi jemaah haji asal Indonesia di Arab Saudi sebagai salah satu upaya pencegahan ISPA, terus ditingkatkan pada tahun 2015 Kementerian Kesehatan melakukan Gerakan Memakai Masker (GERMAS). Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan penggunaan masker pada jemaah haji Indonesia. Desain yang digunakan cross sectional, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh jemaah haji yang melakukan ibadah haji sebanyak 168.800 jiwa, sampel adalah jemaah haji Indonesia yang berada di Mekkah dan Madinah sebanyak 163 responden. Teknik analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-Square, dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil seleksi bivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dimana nilai p-value 0,284 > 0,05, sedangkan variabel sikap memiliki hubungan karena nilai p-value 0,000 < 0,05. Pada analisis multivariat uji regresi logistik berganda diperoleh bahwa variabel sikap yang memiliki signifikansi paling dominan dengan penggunaan masker pada jemaah haji atau nilai p-value 0,000 < 0,05 dan Odds Ratio 3,558, artinya sikap yang tidak mendukung penggunaan masker berpeluang sebesar 3 kali mengalami kejadian ISPA.

Page 1 of 1 | Total Record : 8