cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
pusbullhsr@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BULETIN PENELITIAN SISTEM KESEHATAN
ISSN : 14102935     EISSN : 23548738     DOI : https://doi.org/10.22435/hsr.v23i2.3101
hasil-hasil penelitian, survei dan tinjauan pustaka yang erat hubungannya dengan bidang sistem dan kebijakan kesehatan
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 23 No 3 (2020): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan" : 8 Documents clear
Tingkat Ketanggapan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap di Indonesia Lukman Prayitno; Primasari Syam; Hendrianto Trisnowibowo; Mugeni Sugiharto
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 23 No 3 (2020): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v23i3.2534

Abstract

Responsiveness of the health system in in-patient services is closely related to patient's reasonable expectations of non-clinical aspects for inpatient care. A comfortable patient can straight influence level of responsiveness. This study aimed to determine level of in-patient responsiveness and significance of respondent characteristics on eight responsiveness domains. It was a further analysis of the Responsiveness Survey of 2017. A Cross-Sectional design with a quantitative approach and has performed in 34 provinces in Indonesia. Most mean responsiveness scores were in range of good scores. Moreover, Lowest score was quality basic amenities domain, while highest score was confidentiality domain. Level of in-patient responsiveness was good category (8,05). Each characteristic has significantly correlated with one or more responsiveness domains. We can increase in-patient responsiveness value that less than 8,0 through improving three responsiveness domains, i.e., dignity, access to social network, and provider choice. Abstrak Ketanggapan rawat inap sistem kesehatan berkaitan dengan harapan logis pasien terhadap aspek non medis. Level Ketanggapan dapat secara langsung mempengaruhi kenyamanan pasien. Penelitian bertujuan mengetahui level Ketanggapan rawat inap dan signifikansi karakteristik responden terhadap 8 domain Ketanggapan. Penelitian ini merupakan analisa lanjut data survei Ketanggapan tahun 2017. Metode penelitian adalah cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Survei ini dilakukan di 34 provinsi di Indonesia. Semua rerata skor Ketanggapan berada pada rentang skor baik. Nilai skor yang paling rendah adalah domain quality basic amenities. Sedangkan nilai skor yang paling tinggi adalah domain confidentiality. Level Ketanggapan rawat inap adalah 8,05 dan masuk kategori baik. Setiap karakteristik mempunyai hubungan signifikan dengan satu atau lebih domain Ketanggapan. Nilai Ketanggapan rawat inap bisa ditingkatkan dengan memperbaiki 3 domain Responsiveness, yaitu Dignity, Acces to social network, Choice of provider.
Peningkatan Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Difabel di Sukoharjo, Jawa Tengah Aan Kurniawan; Ajeng Kusuma Wardani; Tri Juni Angkasawati; Mugi Wahidin
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 23 No 3 (2020): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v23i3.2735

Abstract

Exclusive operations in health services remains a common practice on primary health services in Indonesia, particularly in the First Level Health Facility. This form of services was incapable of covering the need for people with disability (PwD) towards adequate health services. Prerequisite facilities were not available nor accessible for the disabled in need of health treatment. This research was aimed at depicting friendly health services for people with disability at the Puskesmas level. This research looked at several factors, including the need for PwD, assessment of facility provision, evaluating policy support, also support from family and Disabled People Organisation (DPO) to ensure adequate services for PwD. This study is qualitative research with in-depth interviews, observations, and literature reviews, data collection methods. Research sites were three Puskesmas in Sukoharjo, Central Java. The result shows that PwD’s needs on primary health services in Puskesmas include physical accessibility, health worker’s ability to understand them and proper health insurance. DPO in Sukoharjo had actively supported disability rights. DPO and local government had also been working together in the improvement of health services for PwD. However, the three Puskesmas were in the process of improving their supporting facilities. The refurbishment followed building accessibility guidelines from the Ministry of Public Works. This study was a pilot project on inclusive primary health services in Sukoharjo. Abstrak Pola-pola non inklusif masih sering ditemui pada pelayanan kesehatan dasar di Indonesia, khususnya pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Bentuk layanan itu tidak dapat mengakomodir kebutuhan difabel terhadap pelayanan kesehatan yang memadai. Kebutuhan seperti aksesibilitas fisik masih belum tersedia dan dapat diakses oleh difabel yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari gambaran pelayanan kesehatan yang ramah bagi difabel pada tingkat Puskesmas. Penelitian ini melihat pada faktor kebutuhan difabel akan pelayanan kesehatan, mengevaluasi ketersediaan pelayanan kesehatan dan faktor dukungan kebijakan, serta melihat faktor dukungan dari keluarga dan organisasi difabel dalam memastikan kebutuhan difabel akan pelayanan kesehatan yang memadai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian dilaksanakan di tiga Puskesmas di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara mendalam, observasi dan penelusuran literatur terkait. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan difabel pada pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas meliputi aksesibilitas fisik, kemampuan petugas dalam memahami dan jaminan kesehatan yang tepat. Organisasi Difabel di Sukoharjo secara aktif mengadvokasi hak difabel kepada pemerintah setempat. Sinergi yang baik terbangun di antara kedua belah pihak dalam meningkatkan pelayanan kesehatan untuk difabel. Sarana dan prasarana penunjang yang lebih aksesibel masih dalam proses peningkatan pada ketiga Puskesmas yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Pembangunan tersebut dilakukan dengan mengikuti petunjuk teknis aksesibilitas gedung. Ini merupakan pilot project pembangunan Puskesmas ramah-difabel di Sukoharjo.
Persepsi Pasien Penyakit Kronis Terhadap Kualitas Dan Kepuasan Pelayanan Sebelum Dan Sesudah Pemberlakuan BPJS Di Unit Rawat Jalan RSH Blitar Nikma Fitriasari; Fajar Juli Nursanti; Siswanto Siswanto
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 23 No 3 (2020): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v23i3.2999

Abstract

All hospitals in Indonesia are required to serve BPJS patients with quality services. Service quality consists of five dimensions:tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empathy. Quality service increases service satisfaction. Conditions at RSH Blitar showed an increase in outpatient visits by 79.4% after the application of BPJS. This case may lead to changes in service quality. This study identifies the differences in patient perceptions of service quality and satisfaction before and after the application of BPJS. This study applies observational analytic research with a cross-sectional approach. Data collection was from Blitar Hospital Outpatient Unit in April-June 2018. The sample was 66 patients. The Wilcoxon Paired Test indicated a significant difference in perception of service quality and satisfaction before and after the issue of BPJS in outpatients BPJS with chronic illness at RSH Blitar. Abstrak Seluruh rumah sakit di Indonesia wajib melayani pasien BPJS dengan pelayanan yang berkualitas. Kualitas pelayanan dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty. Pada dasarnya, pelayanan yang berkualitas meningkatkan kepuasan pelayanan. Kondisi di RSH Blitar menunjukkan peningkatan kunjungan rawat jalan sebesar 79,4% setelah bekerjasama dengan BPJS. Peningkatan kunjungan ini dapat menimbulkan perubahan pada kualitas pelayanan. Studi ini mengkaji lebih lanjut perbedaan persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan dan kepuasan sebelum dan sesudah diberlakukan BPJS. Studi ini adalah analitik observasional dengan pendekatan potong lintang. Pengumpulan data dilakukan di Unit Rawat Jalan RSH Blitar pada bulan April-Juni tahun 2018. Jumlah sampel penelitian adalah 66 pasien. Hasil Uji Paired Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara persepsi dengan kualitas pelayanan dan kepuasan pelayanan sebelum dan sesudah pemberlakuan BPJS pada pasien rawat jalan BPJS dengan penyakit kronis di RSH Blitar.
Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Harapan Sembuh Pada Pasien Kanker Yang Menjalani Program Kemoterapi Di Rumah Sakit Baladhika Husada Jember Alvinda Apriliatul Jannah; Anisah Ardiana; Retno Purwandari
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 23 No 3 (2020): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v23i3.3123

Abstract

Hope is a crucial issue in patients with cancer. Hope can be increased by providing social support. Social support can be obtained from the nurses caring behavior. This research aimed to analyze the relationship between nurses caring behavior and recovery hope level of cancer patients undergoing chemotherapy program at Baladhika Husada Hospital in Jember. A cross-sectional study was conducted to 112 respondents using the Caring Behavior Inventory (CBI-24) questionnaire and Scale of Hope. The data were analyzed applying the Kendall Tau B (τ) correlation. The results showed that there was a relationship between nurses caring behavior with the level of recovery expectancy of cancer patients undergoing chemotherapy programs at Baladhika Husada Hospital in Jember (p-value <0.001; τ = 0.375). Nurse caring behavior increases patient comfort and makes patients more enthusiastic about undergoing therapy. Patients feel valued and get more information from nurses. Therefore, the patient's recovery hopes can increase. This study concludes that nurses caring behavior can increase the expectation of recovery of cancer patients. Abstrak Harapan adalah hal krusial pada pasien kanker. Harapan dapat ditingkatkan dengan pemberian dukungan sosial yang bisa didapat dari perilaku caring perawat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat harapan sembuh pasien kanker yang menjalani program kemoterapi di Rumah Sakit Baladhika Husada Jember. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan 112 responden didapatkan dengan teknik sampel purposive samping. Data didapatkan melalui kuesioner CBI-24 dan kuesioner skala harapan. Analisis pada penelitian ini menggunakan uji korelasi Kendall Tau B (τ). Hasil menunjukkan terdapat hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat harapan sembuh pasien kanker yang menjalani program kemoterapi di Rumah Sakit Baladhika Husada Jember (p value < 0,001; τ = 0,375). Perilaku caring perawat dapat meningkatkan kenyamanan pasien dan membuat pasien lebih semangat menjalankan terapi yang dijalani. Pasien merasa dinilai dan mendapatkan informasi lebih dari perawat. Maka dari itu, harapan sembuh pasien dapat meningkat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku caring perawat dapat meningkatkan harapan sembuh pasien kanker.
Hubungan Tingkat Pencapaian Indikator Kapitasi Berbasis Kompetensi (KBK) Dengan Kepuasan Pasien Khujaefah Khujaefah; Ratnawati Ratnawati; Suryani Yuliyanti
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 23 No 3 (2020): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v23i3.3214

Abstract

Patient satisfaction is one of the health service quality indicators. The national health insurance, the quality in First Level Health Facilities (FKTP) is translated to Competence-Based Capitation indicators. This study aims to elaborate on the correlation between CBC Indicators and Patient Satisfaction at FKTP in Semarang City. A cross-sectional design with observational study was conducted from July to August 2019. According to CBC Data, indicators achievement involving Contact Rate (AK), Non-Specialist Referral Rate (RRnS), and Ratio of Chronic Disease Management Program Attendees (RPPB) were obtained from First Level Health Facility collaborated with Social Health Insurance Administration Body (BPJSK), (consisting of 2 Health Centers, 2 Physician Practices, and 2 Primary Clinics). Furthermore, Patients Satisfaction Data were gathered from 60 respondents, where every ten patients for each FKTP use questionnaire had validation test. Satisfaction Scale uses LIKERT with range 1 for very dissatisfi ed until 5 for very satisfi ed. The Mean of patient satisfaction toward health services at FKTP in Semarang City was Quite Satisfi ed (3,74), satisfaction dimensions lowest were tangible and assurance. The Spearman test results showed that AK was 0.038(p<0,05), RRnS was 0,651(p>0,05), and RPPB was 0,939(p>0,05). It concluded a correlation between the AK indicator and patient satisfaction, whereas RRnS and RPPB indicators were not correlated with patient satisfaction at FKTP in Semarang City. Attempts to increase the contact rate through a healthy contact are needed to improve the FKTPs CBC target achievement. Abstrak Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan. Pada era jaminan kesehatannasional, kualitas pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dinyatakan dalam indikator Kapitasi Berbasis Kompetensi (KBK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pencapaian indikator KBK dengan kepuasan pasien di FKTP di Kota Semarang. Penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2019. Data capaian KBK yang terdiri dari Angka Kontak(AK), Rasio Rujukan non Spesialistik (RRnS) dan Rasio Peserta Prolanis Berkunjung (RPPB) diperoleh dari FKTP mitra BPJS yang terdiri dari 2 Puskesmas, 2 Dokter praktik mandiri, dan 2 klinik pratama. Data kepuasan pasien diperoleh dari 60 responden (masing-masing 10 pasien dari setiap FKTP) menggunakan kuesioner yang sudah di uji validitasnya. Skala kepuasan menggunakan skala LIKERT dengan nilai antara 1 untuk sangat tidak puas sampai 5 untuk sangat puas. Rerata kepuasan pasien terhadap pelayanan di FKTP di Kota Semarang adalah cukup puas (3,74), aspek kepuasan terendah terletak pada dimensi tangible dan assurance. Berdasarkan uji korelasi Spearman didapatkan nilai p<0,05 (0,038) untuk angka kontak (AK), p>0,05 (0,651) untuk RRNS dan p>0,05 untuk (0,939) RPPB. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pencapaian indikator KBK pada indikator AK dengan kepuasan pasien di FKTP di Kota Semarang, sedangkan untuk indikator lain tidak berhubungan. Upaya peningkatan kontak sehat diperlukan untuk memperbaiki capaian target KBK di FKTP.
Posisi Relatif Provinsi di Indonesia Berdasarkan Penggunaan Pengobatan Tradisional: Analisis Komponen Utama Biplot Lusi Kristiana; Astridya Paramita; Pramita Andarwati; Herti Maryani; nailul izza
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 23 No 3 (2020): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v23i3.3244

Abstract

The utilization of traditional health services and the use of traditional medicine in Indonesia is still high. There are socio-cultural-natural resources connection in the use of traditional health services and traditional medicine. This study examines Basic Health Research (Riskesdas) 2018 data relating to Indonesia's top ten provinces' relative position, whose community exercises self-traditional health practices and utilizing traditional health services. The analysis was conducted by using PCA-Biplots. Results showed similarities between North Maluku-Maluku-West Papua; Central Sulawesi-South Sulawesi-East Nusa Tenggara-Papua; Special Region of Yogyakarta-Central Java-East Java; South Kalimantan-Banten, while the others were scattered. The utilization of TOGA had a positive correlation with the utilization of traditional medicines. The result of variable diversity identification showed that the community utilizes traditional health services (83.29%) was higher than community exercising self-traditional health practices (73.19%). Actively monitoring, improving information sharing, and educating people on traditional medicine applications, particularly non-communicable disease issues, should be done according to traditional medicine variables' main characteristics in the region. Traditional medicine should serve promotive and preventive health initiatives, as its efficacy in therapeutic use is still debatable. Abstrak Pemanfaatan pelayanan Kesehatan tradisional (yankestrad) dan penggunaan obat tradisional masih cukup banyak. Terdapat keterkaitan sosial, budaya, dan sumber daya alam dalam pemanfaatan yankestrad dan penggunaan pengobatan tradisional lokal. Penelitian ini menganalisis posisi relatif 10 besar provinsi di Indonesia yang melakukan upaya kestrad sendiri dan memanfaatkan yankestrad berdasarkan data Riskesdas 2018. Analisis posisi relatif dalam artikel ini adalah PCA-Biplot. Hasil analisis menunjukkan pola pengelompokan kemiripan sebagai berikut: Malut-Maluku-Pabar; Sulteng-Sulsel-NTT-Papua; DIY-Jateng-Jatim; Kalsel-Banten, dan lainnya tersebar. Variabel pemanfaatan TOGA, semakin positif variabel, maka diikuti oleh pemanfaatan obat tradisional yang semakin baik. Hasil identifikasi keragaman variabel pada pengelompokan 10 besar provinsi dengan masyarakat memanfaatkan yankestrad (83,29%) mempunyai nilai lebih tinggi daripada masyarakat melakukan upaya kestrad sendiri (73,19%). Pemerintah melalui dinas terkait harus melakukan pemantauan, pemberian informasi dan edukasi pengobatan tradisional khususnya untuk penyakit tidak menular dengan penyesuaian terhadap karakteristik pemanfaatan pengobatan tradisional di wilayah tersebut.
Pemanfaatan Metode Tes Cepat Molekuler (XPERT MTB/RIF) Di Kabupaten Sorong Tahun 2014-2018 Kristina Kristina; Dina Bisara Lolong; Dian Perwita Sari
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 23 No 3 (2020): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v23i3.3321

Abstract

Tuberculosis (TBC) is one of the health problems in the world, including in Indonesia. According to the World Health Organisation, the adult population is more exposed to TBC. An early TBC case finding is required to prevent disease transmission. The delay in diagnosis of TBC cases and treatment irregularities increase the chances of transmission in the community. The molecular rapid-test (MRT) examination can more accurately detect cases of confirmed TB culture than the microscopic one. Sorong District Hospital has conducted the molecular rapid-test to diagnose TBC since 2014.. This study aims to describe the utilization of MRT in Sorong Regency from 2014-2018. This research used a cross-sectional design. The population were TBC suspects who were examined by MRT at the District Hospital. The samples were all TBC suspects referred to the Sorong District Hospital for MRT examinations from 2014 to July 2018. The secondary data collected from the patient identity, the origin of referral, the type of specimen examined, the purpose of examination, the patient treatment status, and MRT examination results. Most of the MRT examinations were male (54.5%), aged 15-54 years (71.3%), the origin of referrals from internal health facilities (38.7%) and the health centre (37.8%). The MRT examination of most TBC patients with re-treatment cases was 88-90% in 2014-2016 and 53-66% in 2017-2018. Every year, drug-resistant TBC (RO) tests ranged (47-87%). Total MRT examination results obtained 25.7% rifampin sensitive, and 5% rifampin resistant. Conclusion: Most of the MRT examinations were male, aged 15-54 years. The origin of the referral was from the internal health facility/hospital. The purpose of examination was mostly from the drug-resistant TB tests. The results of MRT examination diagnosed 25.7% of new TBC cases and 5% of drug-resistant TBC from the total of 1,528 examinations. Abstrak Penyakit tuberculosis (TBC) merupakan masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut WHO (World Health Organization) populasi orang dewasa lebih banyak terpapar TBC. Penemuan kasus TBC sedini penting dalam upaya pencegahan penularan penyakit. Keterlambatan diagnosis kasus TBC dan ketidak teraturan pengobatan memperbesar peluang transmisi di masyarakat. Pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM) dapat mendeteksi lebih akurat kasus konfirmasi kultur TBC dibanding dengan pemeriksaan mikroskopik. RSUD Kabupaten Sorong telah menerapkan penggunaan metode diagnosa TBC dengan tes cepat molekuler sejak 2014 hingga saat ini. Tujuan penulisan artikel untuk mengetahui gambaran pemanfaatan TCM di Kabupaten Sorong dari Tahun 2014-2018. Disain penelitian potong lintang. Populasi adalah suspek TBC yang diperiksa TCM di RSUD Kabupaten sedangkan sampel adalah semua suspek TBC yang dirujuk ke RSUD Kab Sorong untuk pemeriksaan TCM periode 2014-Juli 2018. Data sekunder yang dikumpulkan: identitas pasien, asal rujukan, jenis specimen yang diperiksa, tujuan pemeriksaan, status pengobatan pasien, dan hasil pemeriksaan TCM. Pemeriksaan TCM sebagian besarlaki-laki (54,5%), umur 15-54 tahun (71,3%), asal rujukan dari internal faskes (38,7%) dan Puskesmas (37,8%). Pemeriksaan TCM sebagian besar pasien TBC kasus pengobatan ulang yaitu 88-90% tahun 2014-2016 dan 53-66% tahun 2017-2018. Setiap tahun pemeriksaan TBC resisten obat (RO) berkisar (47-87%). Dari seluruh total pemeriksaan TCM diperoleh hasil 25,7% rifampisin sensitive, dan 5% rifampisin resisten. Kesimpulan: Pemeriksaan TCM sebagian besar laki-laki, umur 15-54 tahun, dan asal rujukan dari internal fasyankes/rumah sakit. Tujuan pemeriksaan sebagian besar memeriksa TBC resisten obat. Hasil pemeriksaan TCM mendiagnosa 25,7% kasus TBC baru dan 5% TBC resisten obat dari 1.528 pemeriksaan.
Peran Dukungan Sosial Pada Ibu Dengan Gejala Depresi Dalam Periode Pasca Persalinan Tri Wurisastuti; Rofingatul Mubasyiroh
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 23 No 3 (2020): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v23i3.3610

Abstract

A mother who just gave birth needs to psychological support from her closest people. Lack of support from the closest people triggers her emotions that lead to depression. This study aims to determine the relationship between social support and postpartum depression. The analysis used Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 data in 2014. The samples were all mothers aged 15 years old and above who married and had babies aged 2-24 weeks. The independent variables included the presence of a spouse, the presence of other relatives, the participation of the mother in the social gathering, and the characteristics of the mother (age, education and occupation). Data were from 593 mothers who had complete variables using multiple logistic regression analysis. The analysis showed that the absence of a husband had a significant effect on postpartum depression (p-value = 0.001; OR = 2.81). Both the presence of other relatives and the maternal age are confounding variables for postpartum maternal depression. Mothers who did not stay with their partners had a risk of depression 2.81 times higher than those who did. It was controlled by the presence of other relatives and the age of the mother. Postpartum mothers have to be accompanied by her partner during babysitting. Abstrak Ibu yang baru melahirkan membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi. Studi ini bertujuan mengetahui hubungan dukungan sosial dengan depresi ibu pasca persalinan. Analisis menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 tahun 2014. Sampel dalam analisis adalah seluruh ibu berusia 15 tahun ke atas yang menikah dan memiliki bayi berusia 2-24 minggu. Variabel bebas yang dianalisis meliputi keberadaan pasangan, keberadaan kerabat lain, keikutsertaan ibu dalam arisan, dan karakteristik ibu (usia, pendidikan dan pekerjaan). Data dianalisis dari 593 ibu yang memiliki variable lengkap dengan menggunakan analisis regresi logistik berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketidakberadaan suami berpengaruh signifikan terhadap depresi pasca persalinan (p-value=0,001; OR=2,81). Keberadaan kerabat lain dan usia ibu merupakan variabel confounding terhadap depresi ibu pasca bersalin. Ibu yang tidak tinggal bersama pasangannya memiliki risiko depresi 2,81 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tinggal dengan pasangannya setelah dikontrol variabel keberadaan kerabat lain dan usia ibu. Ibu pasca bersalin disarankan didampingi oleh pasangan selama pengasuhan bayi.

Page 1 of 1 | Total Record : 8