cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
pusbullhsr@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BULETIN PENELITIAN SISTEM KESEHATAN
ISSN : 14102935     EISSN : 23548738     DOI : https://doi.org/10.22435/hsr.v23i2.3101
hasil-hasil penelitian, survei dan tinjauan pustaka yang erat hubungannya dengan bidang sistem dan kebijakan kesehatan
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 24 No 2 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan" : 9 Documents clear
Penempatan Bidan Sebagai Tenaga Pelaksana Gizi Di Puskesmas : Profesionalisme dan Kebutuhan Organisasi Rosita Rosita; Iin Nurlinawati
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No 2 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v24i2.3296

Abstract

Nutrition services at the primary health center (PHC) are ideally carried out by a nutritionist. At present not all PHC has nutritionists. All PHC without nutritionists in West Bandung Regency and Depok were assigning midwives as nutrition officer. The study was conducted to analyze the utilization of midwives as nutrition officer in PHC of professionalism and organizational needs and function. The study was conducted qualitatively in two health centers, one each in West Bandung Regency and Depok City. Data collection was carried out through in-depth interviews and document review. The informants consisted of midwives who served as nutrition officer, coworkers, PHC heads and cadres, as well as nutrition managers at the health centers. The results showed that the utilization of midwives as nutrition officer at PHC was carried out by the head of the PHC due to limited health workers. The selection of midwives as nutrition officers was appointed through an appointment letter taking into consideration the function of midwives in maternal and child health services which were considered to be closely related to nutrition services. The midwife's performance as a nutrition officer was considered quite good, but the midwife herself felt that being a nutrition officer was not in accordance with their profession. For this reason, it is necessary to recruit nutritionists for nutrition services so that midwives can be posted at the right position. Nutritionists recruitment can be carried out independently by PHC by using BLUD funds . Abstrak Pelayanan gizi di puskesmas idealnya dilakukan oleh seorang nutrisionis. Saat ini belum seluruh puskesmas memiliki nutrisionis. Semua puskesmas di Kabupaten Bandung Barat dan Kota Depok yang tidak memiliki nutrisionis memberdayakan bidan sebagai tenaga pelaksana gizi (TPG). Penelitian dilakukan untuk menganalisis pemberdayaan bidan sebagai TPG di puskesmas berdasarkan aspek profesionalisme dan kebutuhan puskesmas. Penelitian dilakukan secara kualitatif di dua puskesmas, masing-masing satu puskesmas di Kabupaten Bandung Barat dan Kota Depok. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam serta telaah dokumen. Informan terdiri dari bidan yang bertugas sebagai TPG, rekan kerja, kepala puskesmas dan kader posyandu, serta pengelola program gizi Dinkes di wilayah studi. Hasil penelitian menunjukkan pemberdayaan bidan sebagai TPG di puskesmas dilakukan oleh kepala puskesmas dikarenakan keterbatasan tenaga gizi. Pemilihan bidan sebagai TPG dilakukan melalui surat penunjukkan dengan pertimbangan fungsi bidan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak yang dinilai erat kaitannya dengan pelayanan gizi. Kinerja bidan sebagai TPG dinilai cukup baik, namun bidan sendiri merasa bahwa sebagai TPG tidak sesuai dengan profesinya. Untuk itu diperlukan upaya pengadaan nutrisionis puskesmas melalui proses perencanaan sehingga bidan dapat menjalankan sikap profesional terhadap profesinya sebagai bidan. Pengadaan nutrisionis dapat dilakukan secara mandiri oleh puskesmas melalui pemanfaatan dana BLUD dengan memperhatikan regulasi yang berlaku.
Hubungan Status Gizi Dan Kejadian Tuberculosis Paru Pada Anak Usia 1-5 Tahun Di Indonesia Nabilla Niken Widyastuti; Wahyu Pudji Nugraheni; Tri Yunis Miko Wahyono; Yovsyah Yovsyah
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No 2 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v24i2.3793

Abstract

Tuberculosis is one of the causes of morbidity and mortality that often occurs in children. WHO 2018 data states that there are 1.1 million cases of TB in children each year. One of the causes of TB in children is nutritional status. Poor nutritional status led to weak immunity and thus easier to be infected by tuberculosis. This study aims to analyze the correlation of nutritional status and the occurrence of TB in children aged 1-5 years old in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional design using Riskesdas 2018 data. The sample of the study was children aged 1-5 years old with a total sample of 27779. The confounding variables were sex, residence area, BCG immunization, parents’ education status, parents’ employment status, the existence of smokers, and the physical condition of the house. Bivariate analysis using Chi-Square test and regression logistic for multivariate analysis. The variable associated with TB in children was nutritional status (p-value 0.02) PR 1.78 (95% CI; 1.1-2.9). Other variables related were the area of residence (p <0.05) PR 2.336 (95% CI 1.449-3.768) and the employment status of the father (PR 3.943 95% CI 1.584-9.815). There was a correlation between nutritional status and pulmonary tuberculosis in children aged 1-5 years in Indonesia. Further research is needed by using different designs and other variables. Abstrak TB paru merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering terjadi pada anak. Data WHO 2018 menyebutkan terdapat 1,1 juta kasus TB anak terjadi setiap tahunnya. Salah satu penyebab TB anak adalah status gizi. Status gizi yang buruk membuat imunitas anak rentan sehingga dapat terserang TB paru. Penelitian ini bertujuan unuk melihat ada tidaknya hubungan status gizi terhadap kejadian TB paru anak usia 1-5 tahun di Indonesia. Penelitian kuantitatif studi crossectional dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Sampel penelitian adalah anak usia 1-5 tahun dengan jumlah sampel 27779. Variabel perancu jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, imunisasi BCG, status pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, keberadaan perokok, dan kondisi fisik rumah. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan multivariate menggunakan analisis regresi logistic ganda. Variabel yang berhubungan dengan TB paru anak adalah status gizi (p value 0,020) PR 1,78, (95% CI; 1,1-2,9). Variabel lainnya yang berhubungan adalah wilayah tempat tinggal (p value 0,00) PR 2,336 (95%CI 1,449-3,768) dan status pekerjaan ayah (PR 3,943 95%CI 1,584-9,815). Terdapat hubungan antara status gizi terhadap kejadian TB paru anak usia 1-5 tahun. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan desain yang berbeda dan variabel lainnya.
Sikap Masyarakat terhadap Penerapan Imbauan Social/Physical Distancing saat Pandemi COVID-19 Delfirman Delfirman; Rudy G. Erwinsyah; Bilal As'adhanayadi
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No 2 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v24i2.3797

Abstract

Since the first case of COVID-19 was found in Indonesia, the government has started to appeal to the public to always keep their distances (social/physical distancing). For the public, this appeal was new and its implementation requires adaptation. This is what encourages us to find out more about people attitudes in implementing this social/ physical distancing appeal. This research was conducted one month after the first case was found and before the Indonesia large-scale social restrictions/PSBB was implemented. This research used a descriptive quantitative approach with data collection techniques through online surveys distributed through social media. The results showed that in general the attitude of the community in implementing social/physical distancing has a high enough value. There are three aspects of attitude that are assessed, namely cognition, affection, and conation. The majority of respondents realized that social/ physical distancing needed to be done to prevent the spread of COVID-19 and had also applied various appeals regarding this matter. Even though the affection component related to the application of appeals to worship at home has a low value compared to other appeals related to social/ physical distancing which have an average value of above 90 percent. The mass media has provided information to the general public, but there are several aspects that require a more persuasive and personal approach. Therefore, increasing public awareness of social/physical distancing calls through community leaders is important. Abstrak Sejak ditemukan kasus pertama COVID-19 di Indonesia, pemerintah mulai mengimbau agar masyarakat senantiasa menjaga jarak (social/physical distancing). Bagi masyarakat imbauan ini merupakan hal yang baru dan penerapannya memerlukan adaptasi. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengetahui lebih jauh terkait sikap masyarakat dalam penerapan imbauan social/physical distancing. Penelitian ini dilakukan satu bulan sejak kasus pertama ditemukan dan sebelum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan, menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui survey daring yang disebarkan melalui media sosial. Hasil penelitian menunjukkan secara umum sikap masyarakat dalam penerapan social/physical distancing memiliki nilai yang cukup tinggi, melalui penilaian aspek sikap yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. Mayoritas responden menyadari bahwa social/physical distancing perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan telah menerapkan berbagai imbauan terkait hal tersebut. Meskipun pada komponen afeksi terkait penerapan imbauan untuk beribadah di rumah memiliki nilai yang rendah dibandingkan dengan imbauan lain terkait social/physical distancing yang memiliki nilai rata-rata di atas 90 persen. Media massa telah memberikan informasi kepada masyarakat umum, namun ada beberapa aspek yang membutuhkan pendekatan lebih persuasif dan personal. Sehingga, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap imbauan social/physical distancing melalui tokoh masyarakat menjadi penting .
Jejaring Ibu Nyai Pesantren Untuk Penguatan Kampanye Kesehatan Masyarakat Samsul Arifin
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No 2 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v24i2.3850

Abstract

Ibu Nyai (female scholars from pesantren) have high social capital in a paternalistic society, but their existence has yet to be studied. This paper aims to describe the potences of Ibu Nyai, concern for healthy lifestyles, and the network of Ibu Nyai pesantren which can be used for education related to the public health. The research method used a qualitative hermeneutic-ethnographic approach. This research indicate that first, Ibu Nyai has a great potential and plays an important role to the decision-making of female students. Second, Ibu Nyai cares about a healthy and hygiene lifestyle with a strong religious rationalization. Ibu Nyai plays as a role model for female students in developing health care. Third, Ibu Nyai has a very close social network to both physical and inner relationships among her fellows. Thus, the district health office have to strengthen cooperation with the pesantren to provide a better public health education. Abstrak Ibu nyai memiliki modal sosial (social capital) yang tinggi pada masyarakat paternalistik namun keberadaan mereka masih banyak yang belum diungkap. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi, kepedulian terhadap pola hidup sehat, dan jejaring ibu nyai pesantren yang dapat dimanfaatkan untuk edukasi terkait kesehatan masyarakat. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif hermeneutik-etnografi. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa pertama, ibu nyai mempunyai potensi yang besar dan berperan penting dalam pengambil keputusan para santriwati. Kedua, ibu nyai memiliki kepedulian terhadap pola hidup sehat dan bersih dengan rasionalisasi keagamaan yang kuat. Ibu nyai berperan sebagai teladan bagi santriwati dalam menumbuhkembangkan kepedulian kesehatan. Ketiga, ibu nyai mempunyai jejaring sosial (social of network) yang sangat erat, meliputi hubungan lahiriyah dan batiniyah dengan para pengikutnya. Dinas kesehatan diharapkan menjalin kerjasama yang lebih baik dengan kalangan pesantren untuk memberikan edukasi kesehatan masyarakat.
Quo Vadis Diversifikasi Pendidikan Kebidanan Di Indonesia Umi Sa'adatun Nikmah; Dian Agung Wicaksono
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No 2 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v24i2.3876

Abstract

The enactment of Law Number 4 of 2019 concerning Midwifery (Midwifery Law) provides its euphoria for the midwifery profession in Indonesia. The purpose of establishing the Midwifery Law is to improve the quality of midwives and midwifery services, provide protection and legal certainty to midwives and clients, and improve the health status of the community. Do the provisions in the Midwifery Law support the realization of these goals? This research tries to see whether the principle of clear objectives (beginsel van duidelijke doelstelling) as a material principle in the formation of the Midwifery Law has been manifested in the formulation of norms in the Midwifery Law, or other words whether the formulation of norms in the Midwifery Law supports the realization of the objectives of the formation of the Midwifery Law. This research specifically looks at the aspects of midwifery education as a starting point and a central point in improving the quality of midwives and midwifery services in Indonesia. This research is a qualitative study using the method of reviewing regulations and literature related to the regulation of midwifery education in Indonesia. As for normative legal research, it used a statutory approach. The results of the study indicate that the norms in the Midwifery Law, particularly related to midwifery education, are counterproductive with the aim of the formation of the Midwifery Law to improve the quality of midwives and midwifery services in Indonesia. Abstrak Berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan (UU Kebidanan) memberikan euforia tersendiri bagi profesi bidan di Indonesia. Tujuan dibentuknya UU Kebidanan adalah untuk meningkatkan mutu bidan dan pelayanan kebidanan, memberikan pelindungan, dan kepastian hukum kepada bidan dan klien, serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Apakah pengaturan dalam UU Kebidanan mendukung terwujudnya tujuan tersebut? Penelitian ini mencoba untuk melihat apakah asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelstelling) sebagai asas materiil dalam pembentukan UU Kebidanan telah diwujudkan dalam perumusan norma-norma dalam UU Kebidanan, atau dengan kata lain apakah perumusan norma dalam UU Kebidanan mendukung terwujudnya tujuan dibentuknya UU Kebidanan. Penelitian ini spesifik melihat aspek pendidikan kebidanan sebagai titik awal dan titik sentral dalam peningkatan mutu bidan dan pelayanan kebidanan di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode review peraturan serta literatur terkait pengaturan pendidikan kebidanan di Indonesia. Adapun sebagai penelitian hukum normatif, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan peraturan perundang-undangan (statutory approach). Hasil dari penelitian mengindikasikan bahwa norma dalam UU Kebidanan, khususnya terkait pendidikan kebidanan, kontraproduktif dengan tujuan dibentuknya UU Kebidanan untuk meningkatkan mutu bidan dan pelayanan kebidanan di Indonesia.
Status Gizi Dan Perkembangan Pada Anak Baduta Di Kabupaten Wonosobo Hadi Ashar; Yusi Dwi Nurcahyani; Dyah Yunitawati; Hastin Dyah Kusumawardani
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No 2 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v24i2.4009

Abstract

The need for nutritional intake in early childhood is not just to maintain survival with the predicate of good nutritional status, but more than that lack of nutritional intake will affect the child's developmental status. This study aims to determine the relationship of characteristics, nutritional status with development status in children aged 6-20 months. The study was conducted in Wonosobo Regency in 2019 with a Cross Sectional design. The population was children aged 6-20 months with sub-districts as the sampling unit. The total sample was 455 of children under two years in one district, but only 450 under two years met the data requirements. The results of the study showed that 19.8% of children under two years were stunted; 27.1% of children experienced motoric development delay; 16.2% of children endured language development delay and 68.7% of children had personal social development delay. Chi-Square test results showed that age was significantly related to motoric and language development with p=0.00; but there was no relationship with social personal development (p=0.50). There was no significant relationship between nutritional status and child development status. In conclusion, age of infants had a significantly higher risk of impaired motor and language development than age above. There was a tendency for boys to have motoric and language development delay. Children who had low birth weight have a risk of personal social development, and WHZ and WAZ nutritional status had a tendency of having language development delay. Abstrak Kebutuhan asupan nutrisi pada anak usia dini tidak hanya sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan predikat status gizi yang baik, namun lebih dari itu asupan gizi yang kurang akan mempengaruhi status perkembangan anak. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik, status gizi dengan status perkembangan pada anak baduta usia 6–20 bulan. Studi dilakukan di Kabupaten Wonosobo tahun 2019 dengan desain Cross Sectional. Populasi adalah baduta usia 6-20 bulan dengan sampling unitnya adalah kecamatan. Sampel total sebanyak 455 baduta di satu kecamatan, namun hanya 450 baduta yang memenuhi syarat kelengkapan data. Hasil studi menemukan sebesar 19.8% baduta mengalami stunting; 27.1% mengalami hambatan perkembangan motorik; 16.2% hambatan perkembangan bahasa dan 68.7% mengalami hambatan perkembangan personal sosial. Hasil uji Chi-Square menunjukkan usia berhubungan secara signifikan dengan perkembangan motorik dan bahasa dengan nilai p=0.00; namun tidak terdapat hubungan dengan perkembangan personal sosial (p=0.50). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dan status perkembangan anak. Kesimpulan dalam studi ini bahwa usia bayi secara signifikan mempunyai risiko lebih tinggi terhadap gangguan perkembangan motorik dan bahasa dibandingkan usia diatasnya. Terdapat kecenderungan anak laki-laki memiliki risiko hambatan perkembangan motorik dan bahasa, anak yang BBLR memiliki risiko terjadi hambatan perkembangan personal sosial, dan status gizi WHZ dan WAZ terdapat kecenderungan untuk mengalami hambatan perkembangan bahasa.
Determinan Penggunaan Kontrasepsi pada Perempuan di Perkotaan Indonesia Tumaji Tumaji; Oktarina Oktarina
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No 2 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v24i2.4028

Abstract

One of the government's efforts to control population growth is the family planning (KB) program through the use of contraception. Contraceptive use is influenced by several factors. This study aims to analyze the determinants of contraceptive use among women in urban Indonesia. This research is an observational study with a cross sectional design. The data were obtained from the Non-Communicable Diseases Research in 2016. The data analyzed including age, education, occupation, number of children, and index of possession as well as the use of contraception among women who had had sexual intercourse. Data were analyzed by using the chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that work had no effect on contraceptive use. Meanwhile, the use of contraception among women aged 25–34 years was 2.823 times greater than those aged 55–64 years and this possibility decreased with age. At low education level, the likelihood was 1.441 higher than that of tertiary education. Those with 2–3 children were 8.120 times more likely than those who had none. Women with the lowest index of ownership were 1.196 times more likely than women with the highest index of ownership. Contraceptive use is influenced by age, education level, number of children, and ownership index. It is recommended to pay attention to the determinants that affect the use of contraceptives in every outreach/socialization of family planning programs so that the activities are right on target and can ultimately increase the use of contraception. Abstrak Upaya pemerintah untuk mengontrol pertumbuhan penduduk adalah dengan program keluarga berencana (KB) melalui penggunaan kontrasepsi. Penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan menganalisis determinan penggunaan kontrasepsi pada perempuan di perkotaan Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang. Data didapat dari data hasil Riset Penyakit Tidak Menular tahun 2016. Data yang dianalisis meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, dan indeks kepemilikan serta penggunaan kontrasepsi pada perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual. Data dianalisis dengan uji chi-square serta uji regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan pekerjaan tidak berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi. Sementara itu, penggunaan kontrasepsi pada perempuan umur 25–34 tahun 2,823 kali lebih besar dibandingkan umur 55–64 tahun dan kemungkinan ini menurun seiring bertambahnya umur (95%CI: 2,611–3,053). Pada tingkat pendidikan rendah, kemungkinannya 1,441 lebih besar dibandingkan pendidikan tinggi (95%CI: 1,339–1,550). Mereka yang memiliki anak 2–3 kemungkinannya 8,120 kali lebih besar dibandingkan dengan yang belum memiliki anak (95%CI: 7,461–8,838). Perempuan dengan indeks kepemilikan terbawah kemungkinannya 1,196 kali lebih besar dibandingkan dengan perempuan dengan indeks kepemilikan teratas (95%CI: 1,112–1,287). Penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, jumlah anak, dan indeks kepemilikan. Disarankan untuk memperhatikan determinan yang berpengaruh terhadap pengguunaan kontrasepsi dalam setiap melakukan penyuluhan/sosialisasi program KB agar kegiatan tepat sasaran dan pada muaranya dapat meningkatkan penggunaan kontrasepsi.
Adaptasi Kebiasaan Baru pada Masa Pandemi Covid-19: Studi Cross-Sectional di Provinsi DKI Jakarta Wardah Hanifah; Anissa Dwi Oktaviani; Fidah Syadidurrahmah; Nurul Fadhillah Kundari; Rizky Muharany Putri; Tri Aulia Fitriani; Hoirun Nisa
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No 2 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/hsr.v24i2.4162

Abstract

Adapting New Habits (ANH) is a new way of life to maintain productivity during the COVID-19 pandemic by implementing COVID-19 prevention behaviors. The ANH implemented in stages according to specific regional conditions. This study aims to determine the factors influencing the people of DKI Jakarta in implementing ANH readiness behavior. This cross-sectional study was conducted from September-October 2020 in Jakarta by a voluntary sampling technique. The questionnaire was distributed by online form via social media and achieved total 424 respondents. The proportion for respondents with good ANH readiness behavior was 57.10%. The multivariate analysis showed gender (OR = 2.29; 95% CI = 1.38-3.80), attitudes towards ANH (OR = 4.41; 95% CI = 2.78-6.98), infrastructure for IMR (OR = 1.97; 95% CI = 1.27-3.10), the frequency of seeking ANH information (OR = 1.94; 95% CI = 1.24-3.03) was significantly related to ANH behavior (P <0.05). Gender, attitudes towards ANH, infrastructure for ANH, and frequency of seeking ANH information had contribution in encouraging ANH readiness behavior among people in Jakarta. The Provincial Government and Health Office of Jakarta need to strengthen optimum health promotion and to design strategies to influence people's attitudes towards ANH. Abstrak Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) merupakan tindakan menerapkan tatanan hidup baru guna menjaga produktivitas selama masa pandemi COVID-19 dengan menerapkan perilaku pencegahan penularan COVID-19. Pemberlakuan AKB dilakukan bertahap sesuai kondisi wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku AKB masyarakat DKI Jakarta dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian potong lintang ini dilakukan pada bulan September—Oktober 2020 di DKI Jakarta dengan teknik voluntary sampling. Kuesioner disebarkan secara online melalui media sosial dan sebanyak 424 responden berpartisipasi. Proporsi responden dengan perilaku AKB yang baik adalah 57,10%. Hasil analisis multivariat menunjukkan gender (OR= 2,29; CI 95%= 1,38—3,80), sikap terhadap AKB (OR= 4,41; CI 95%= 2,78—6,98), sarana prasarana untuk AKB (OR= 1,97; CI 95%= 1,27—3,10), frekuensi pencarian informasi AKB (OR= 1,94; CI 95%= 1,24—3,03) berhubungan signifikan dengan perilaku AKB (P<0,05). Gender, sikap terhadap AKB, sarana prasarana untuk AKB, dan frekuensi mencari informasi AKB berperan untuk mendorong perilaku AKB pada masyarakat DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta disarankan untuk memperkuat promosi kesehatan secara masif dan merancang strategi guna mempengaruhi sikap masyarakat terhadap AKB.
Cover, Dewan Redaksi, Daftar Isi dan Kata Pengantar hsr managerxot
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 24 No 2 (2021): Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Page 1 of 1 | Total Record : 9