cover
Contact Name
Shita Dewi
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jkki.fk@ugm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
ISSN : 2089 2624     EISSN : 2620 4703     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 1 (2020)" : 7 Documents clear
Evaluasi Program Rujukan Terencana Maternal Risiko Tinggi Serta Pemanfaatan RTK di Kabupaten Boyolali Putut Wisnu Nugroho; Laksono Trisnantoro; Dwi Handono Sulistyo
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkki.47978

Abstract

Latar belakang : Derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi permasalahan utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Salah satu permasalahan kesehatan yang harus diselesaikan bagi negara berkembang seperti yang tertuang di dalam Sustainable Development Goal (SDGs) adalah penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Di Kabupaten Boyolali kasus kematian ibu termasuk masih tinggi. Tahun 2018 jumlah kematian ibu sejumlah 15 orang. Program rujukan terencana maternal risiko tinggi merupakan salah satu program pemerintah untuk menurunkan jumlah kematian ibu. Meskipun sudah tersedia fasilitas puskesmas PONED, Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) dan rumah sakit PONEK di Kabupaten Boyolali.Tujuan penelitian : Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan rujukan maternal risiko tinggi serta pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) dalam rangka penurunan kasus kematian ibu di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap responden yang dianggap mengetahui dan terlibat dalam proses pelaksanaan program rujukan terencana maternal risiko tinggi serta pemanfaatan rumah Tunggu Kelahiran (RTK). Data sekunder didapatkan melalui observasi dokumen yang berhubungan dengan rujukan terencana di Kabupaten Boyolali Tahun 2018. Validitas data kualitatif dalam penelitian ini akan diperoleh dengan menggunakan triangulasi sumber dan metode.Hasil penelitian : pemanfaatan PONEK RSUD Pandan Arang belum maksimal, Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) belum efektif digunakan, koordinasi dan pengawasan belum berjalan baik, pola rujukan  menyebar ke berbagai rumah sakit, puskesmas PONED dan RSUD PONEK sudah memiliki SOP dan dijalankan, tenaga kesehatan yang ikut pelatihan PONED masih terbatas dan tenaga kesehatan di PONEK belum mengikuti pelatihan PONEK, alat kesehatan di PONED masih terdapat kekurangan, pembiayaan rujukan maternal berasal dari BPJS dan jampersal, Sistem komunikasi sudah tersedia melalui call center 119 namun belum optimal, ketersediaan alat transportasi rujukan sudah baik.Kesimpulan : Secara umum pelaksanaan program rujukan terencana maternal risiko tinggi dan pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) di Kabupaten Boyolali belum efektif, RTK Tidak cocok diterapkan di Boyolali, sebagian besar persyaratan rujukan terencana belum memenuhi standar PONED dan PONEK. Hanya SOP dan transportasi yang sudah memenuhi standar PONED dan PONEK.Kata Kunci: evaluasi, rujukan terencana, maternal risiko tinggi, rumah tunggu kelahiran
Evaluasi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) : Studi Kasus di Tingkat Puskesmas Eva Rusdianah; Retno Widiarini
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.634 KB) | DOI: 10.22146/jkki.50034

Abstract

ABSTRAK Pemerintah telah membuat Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan program ini karena mereka yang berinteraksi langsung dengan masyarakat dan kader kesehatan. Kualitas suatu program dapat terlihat dari hasil monitoring dan Evaluasi yang telah dilaksanakan. Dalam hal ini, kementerian kesehatan telah membuat panduan monitoring dan Evaluasi yang lebih menitikberatkan pada proses dan output pelaksanaan program saja. Peneliti tertarik ingin melakukan Evaluasi program ini dengan pendekatan sistem guna mengetahui berbagai kekurangan dan kelebihan dari berbagai aspek (input-proses-output-outcome). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) melalui pendekatan sistem (input-proses-output-outcome). Metode menggunakan desain kualitatif melalui wawancara mendalam dan telaah dokumen yang akan menghasilkan tema yang dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini menghasilkan tujuh tema yang menggambarkan pemikiran sistem, Terdapat kelemahan empat tema yang didapatkan oleh peneliti yaitu, Petugas Puskesmas harus menyempurnakan survei yang belum selesai yang dilakukan oleh pihak ketiga sehingga hal ini akan menjadi tugas tambahan bagi mereka. Belum terdapat alokasi dana khusus untuk kegiatan PIS-PK, sehingga menghambat Puskesmas untuk bebas merencanakan kegiatan yang mendukung program ini. Kebijakan tentang standar prosedur operasional survei di lapangan belum juga dibuat dan penetapan Surat Keputusan yang belum maksimal. Belum ada kesatuan persepsi tentang Definisi Operasional yang digunakan dalam PIS-PK sehingga semua ini akan mempengaruhi proses pelaksanaan PIS-PK yang akan berdampak secara tidak langsung pada kualitas data yang dihasilkan dan mempengaruhi pemanfaatan data yang kurang maksimal oleh Puskesmas. Terdapat kelemahan empat tema yang masuk dalam kategori input yang akan berdampak pada proses-output-dan outcome PIS-PK. Sehingga perlu adanya penguatan sumber daya manusia berupa continuing education, dan penguatan kebijakan yang akan berdampak pada meningkatnya kinerja para karyawan dalam PIS-PK dan data yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik. Kata Kunci : Pendekatan sistem, Program PIS-PK, Manajemen SDM.ABSTRACTThe Government has created a Healthy Indonesia Program with a Family Approach (PIS-PK). Puskesmas are the spearhead in implementing this program because they are interacting directly with the community and health cadres. The quality of a program can be seen from the results of monitoring and evaluation that have been carried out. In this case, the ministry of health has made monitoring and evaluation guidelines that focus more on the process and output of program implementation. Researchers are interested in evaluating this program with a systems approach to find out the various advantages and disadvantages of various aspects (input-process-output-outcome). To evaluate the Healthy Indonesia Program with The Family Approach (PIS-PK) through a systems approach (input-process-output-outcome). Using qualitative design through in-depth interviews and document review which will produce a theme that was analyzed descriptively. This study produced seven themes that illustrate the system thinking. There were four themes weaknesses obtained by researchers, which were, the Puskesmas staff had to complete an unfinished survey conducted by a third party so that this would be an additional task for them. There is no specific funding allocation for PIS-PK activities, which prevents Puskesmas from freely planning activities that support this program. Policies on standard operational procedures for surveys in the field have not yet been made and the stipulation of Decree has not been maximized. There is no unity of perception about the Operational Definition used in PIS-PK so all of this will affect the process of implementing PIS-PK which will have an indirect impact on the quality of the data generated and affect the utilization of less than maximum data by the Puskesmas.  There are four weaknesses of the themes included the input category which will have an impact on the process-output-and outcome of PIS-PK. So it is necessary to strengthen human resources in the form of continuing education, and strengthening policies that will have an impact on improving the performance of employees in PIS-PK and the resulting data have better quality. Keywords: System approach, PIS-PK program, Human resource management. 
Analisis Perencanaan Anggaran pada Badan Layanan Umum Daerah (BLUD): Studi Kasus pada Puskesmas Halmahera dan Ngesrep di Kota Semarang Rido Muid Riambodo; Chriswardani Suryawati; Septo Pawelas Arso
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkki.52067

Abstract

Puskesmas-puskesmas di Kota Semarang masih mengalami kendala terkait penerapan BLUD, khususnya dalam perencanaan penganggaran. Tujuan penelitian menganalisis perencanaan penganggaran pada BLUD Puskesmas Halmahera dan Ngesrep di Kota Semarang, faktor penghambat dan pendukung, serta upaya mengatasi faktor penghambat. Jenis penelitian adalah kualitatif, dengan informan dari unsur puskesmas Dinas Kesehatan Kota, dan BPKAD. Data diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi. Analisis data secara kualitatif. Hasil penelitian (1) perencanaan anggaran pada BLUD Puskesmas Halmahera dan Ngesrep di Kota Semarang belum maksimal; (2) Faktor penghambatnya meliputi regulasi, pelayanan, SDM, keuangan, sarana prasarana, kepemimpinan, manajemen puskesmas. Sementara faktor pendukung meliputi pelayanan, SDM, keuangan, dukungan Dinas Kesehatan Kota; dan (3) Upaya mengatasi hambatan mencakup upaya internal dan upaya eksternal. Saran penelitian adalah Dinkes Kota Semarang bersama BPKAD dan Puskesmas menyelenggarakan workshop atau lokakarya terkait penyusunan dokumen dan laporan yang dibutuhkan puskesmas; diterbitkan payung hukum; menyelenggarakan pelatihan keuangan dan administrasi; dan memfasilitasi untuk merekrut tenaga akuntansi 
Lean Management to Reduce Waiting Time for Routine Blood Service at Blood Transfusion Service Unit Cipto Mangunkusumo Hospital Siti Ayu Putriasih; Andreasta Meliala; Firman Firman
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkki.52462

Abstract

Background:Blood supply at Cipto Mangunkusumo Hospital is done by the Blood Transfusion Service Unit which is responsible for the availability of safe, high-quality, and sufficient blood. The high number of routine blood demand at the same time makes the waiting time lengthen and exceed the standard time. The implementation of lean methods is needed to identify value added and work activities that do not add value in order to meet the waiting time standard for routine blood services.Methods: This is an action research conducted at UPTD RSCM from October to November 2019. Samples taken by consecutive sampling for 2 weeks during working hours and outside working hours, weekdays and weekend. Observation guidelines use value-added, non-value added, waiting time, cycle time, and lead time observation sheets. Waste is included in the DOWNTIME matrix. Followed by interviews and focus group discussions and the implementation of 5S and visual management (PRC order monitoring systems based on information technology).Results: Research on 50 samples of routine blood demand pre-intervention and 50 samples of post-intervention with PRC blood and first serial transfusion. The most samples pre- and post-intervention came from the Thalassemia Polyclinic, Inpatient Building A, and Emergency Room. Waste found includes over production, waiting, non-utilized talent, transportation, motion, and extra processing. Value added of routine blood service post-intervention decreased from 1 hour 26 minutes 49 seconds to 1 hour 22 minutes 52 seconds (5%). The post-intervention waiting time decreased from 48 minutes 19 seconds to 31 minutes 23 seconds (35%). The routine blood service lead time at the UPTD RSCM post-intervention decreased from 2 hours 35 minutes 31 seconds to 2 hours 7 minutes 47 seconds (18%). An efficient process of routine blood demand occurs with an increase in value added ratio from 56% to 65% (9%).Conclusion: Implementation of lean management, namely 5R and visual management (PRC order monitoring system based in information technology), can reduce the waiting time for routine blood services in UPTD RSCM. The routine blood service process at UPTD RSCM has become more efficient.Keywords: lean management, blood service, waiting time.
Pengaruh Program Kesehatan Seksual dan Reproduksi Berbasis Pendidikan terhadap Tingkat Kehamilan Remaja di Indonesia Teza Thalita
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.626 KB) | DOI: 10.22146/jkki.53336

Abstract

Kehamilan remaja merupakan masalah global yang dihadapi oleh negara-negara di dunia dan Indonesia juga tidak luput dari permasalahan ini. Besarnya resiko membuat pemerintah harus memberikan perhatian khusus dalam menghadapi masalah kehamilan remaja ini. Hingga saat ini, pemerintah masih terfokus pada program pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi remaja. Untuk mengetahui efektivitas program-program ini, penelitian ini mengukur pengaruh Program Kesehatan Seksual dan Reproduksi berbasis pendidikan terhadap tingkat kehamilan remaja di Indonesia. Dari hasil estimasi, setidaknya ada satu program yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kehamilan remaja yaitu, Keterpanjangan Informasi Tentang Program Keluarga Berencana melalui Media Massa, sedangkan dua variable lain yang diamati yakni Indeks Jangkauan Program Keluarga Berencana dan Prevalensi Wanita Indonesia Menggunakan Alat Kontrasepsi memberikan pengaruh yang signifikan. Hal ini ditentukan oleh inklusivitas dan kelengkapan informasi yang diberikan oleh pelaksana program. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan peninjuan kembali terhadap program-program yang ada saat ini dan mempertimbangkan tipe program lain yang terbukti secara empiris berhasil mengurangi tingkat kehamilan remaja di negara lain.
Kolaborasi Pada Program Kursus Calon Pengantin di Kabupaten Grobogan Rafika Farianita; Sri Achadi Nugraheni; Apoina Kartini
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.54 KB) | DOI: 10.22146/jkki.53664

Abstract

ABSTRAKJumlah pernikahan di Kabupaten Grobogan tahun 2018 sebanyak 13.915 pasang, tetapi yang mengikuti kursus calon pengantin hanya sekitar 12% (1680 pasang), maka 88% (12.235 pasang) tidak mendapatkan kursus calon pengantin.Tujuan penelitian menganalisis kolaborasi pada program kursus calon pengantin di Kabupaten Grobogan. Penelitian menggunakan kualitatif observasional dengan wawancara mendalam dan observasi secara purposive sampling yaitu Puskesmas yang sudah memiliki MOU dengan KUA. Informan utama 5 orang Bidan Koordinator Puskesmas dan informan triangulasi 4 orang Kepala KUA, 1 orang Kepala Seksi Bidang Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan, dan 1 orang Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama, dan dianalisis dengan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan bimbingan mandiri dilakukan sesuai jadwal Puskesmas dan bimbingan tatap muka dilakukan satu angkatan saja setiap tahunnya, karena keterbatasan anggaran dan jumlah calon pengantin yang ikut bimbingan sudah ditentukan oleh pusat, sehingga tidak semua calon pengantin dapat mengikuti bimbingan tatap muka, hal tersebut kurang didukung juga, banyak calon pengantin tidak bisa hadir, karena kegiatan bersamaan dengan jam kerja ataupun salah satu pasangannya tinggal didaerah berbeda, sedangkan kendala bimbingan mandiri yaitu tidak semua calon pengantin ke Puskesmas akan mendapatkan KIE kesehatan reproduksi, KIE kesehatan reproduksi hanya diberikan kepada calon pengantin yang memiliki risiko atau dibawah umur saja, karena kekurangan tenaga kesehatan disebabkan oleh banyaknya tugas selain pelayanan kesehatan calon pengantin. Kolaborasi ini memiliki MOU, dan kurangnya koordinasi pembagian tanggung jawab pelaporan. Rekomendasi penelitian yaitu menambahkan tenaga kesehatan dan anggaran, pelaporan saling berkoordinasi, dan menambahkan jadwal pelaksanaan bimbingan, sehingga semua calon pengantin mendapatkan KIE kesehatan reproduksi.Kata kunci: Kolaborasi, Kesehatan reproduksi, Calon Pengantin.ABSTRACTThe number of marriages in the Grobogan Regency in 2018 was 13,915 pairs, but only 12% (1680 pairs) attended the bride and groom courses, so 88% (12,235 pairs) did not get a bride-to-be course. The purpose of the study was to analyze collaboration in the bride-to-be course in the Regency Grobogan The study uses qualitative observational in-depth interviews and observations by purposive sampling, namely Puskesmas that already have an MOU with KUA. Main informants were 5 Puskesmas Coordinating Midwives and triangulation informants 4 KUA Heads, 1 Head of the Health and Mother Section of the Health Office, and 1 Head of the Islamic Community Guidance Section of the Ministry of Religion Office, and analyzed with content analysis. The results showed that the implementation of independent guidance was carried out according to the Puskesmas schedule and face-to-face guidance was carried out by one batch each year, due to budget constraints and the number of prospective brides participating in the guidance had been determined by the center so that not all prospective brides could follow face-to-face guidance, this matter less supported too, many brides cannot attend, because the activities coincide with working hours or one of their partners lives in a different area, while the obstacle of independent guidance is that not all brides to the Puskesmas will get reproductive health IEC, IEC of reproductive health is only given to the bride and groom who have risks or are underage only, due to lack of health workers caused by many tasks other than the bride and groom’s health services. This collaboration has an MOU and a lack of coordination of the division of reporting responsibilities. Research recommendations are adding health workers and budget, coordinating reporting, and adding guidance on implementing the schedule so that all brides-to-be receive reproductive health IEC.Keywords: Collaboration, Reproduction health, Prospective bride.
Peranan Pemangku Kepentingan dalam Pengendalian Rabies dengan Pendekatan One Health Terintegrasi di Bali Made Subrata; Sang Gede Purnama; Arya Wahyu Utami; Kadek Karang Agustina; IBN. Wahyu Swacita
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkki.54246

Abstract

Bali sejak 2008 mengalami kasus rabies dan saat ini menjadi daerah endemis rabies. Berbagai cara telah dilakukan untuk pengendaliannya namun kasusnya masih tetap ada. Diperlukan pendekatan one health yang berkolaborasi antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tantangan program, peranan pemangku kepentingan dalam pengendalian rabies dan upaya pendekatan one health yang terintegrasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui tantangan program, peranan pemangku kepentingan dan pendekatan one health terintegrasi. Informan dipilih sesuai dengan kebutuhan peneliti. Hasil penelitian menunjukan tantangan dalam pelaksanaan program pada sistem pendataan masih kurang, vaksinasi anjing belum optimal, cara memelihara anjing yang masih diliarkan, program kontrol populasi, manajemen kasus gigitan anjing belum terpadu, edukasi masih rendah, partisipasi masyarakat yang rendah. Perlu peranan dari semua pemangku kepentingan untuk pengendalian rabies. Program pengendalian rabies dapat terlaksana dengan baik apabila mampu mengurangi kesenjangan yang terjadi. Masing-masing kelompok pemangku kepentingan berperan dalam program pengendalian rabies. Melalui pendekatan one health yang terintegrasi dilaksanakan kegiatan yang berkolaborasi dalam surveilan epidemiologi, manajemen kasus gigitan terpadu, manajemen hewan penular rabies dan faktor sosial-budaya-ekologi lingkungan.

Page 1 of 1 | Total Record : 7