cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Semantik
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 386 Documents
HYBRID WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK DWT-DCT DAN SVD Erwin Yudi Hidayat Yudi Hidayat; Erika Devi Udayanti
Semantik Vol 1, No 1 (2011): Prosiding Semantik 2011
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.964 KB)

Abstract

Sebagai salah satu teknik perlindungan data multimedia, watermarking telah banyak dikembangkan. Teknik watermarking dapat dilakukan pada domain transformasi, dengan menggabungkan metode Discrete Wavelet Transform (DWT) dan Discrete Cosine Transform (DCT).Watermarking pada citra digital harus memperhatikan tiga kriteria: security, robustness, dan imperceptibility. Dua kriteria terakhir merupakan hal yang paling sering bertentangan pada watermarking domain transformasi. Singular Value Decomposition (SVD) sebagai salah satu metode yang paling populer dari aplikasi aljabar linear telah banyak dimanfaatkan dalam pengolahan sinyal termasuk watermarking. Penggabungan DWT-DCT dan SVD ditujukan untuk mengatasi konflik di antara robustness dan imperceptibility. Nilai Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) dan Normalized Cross Correlation (NC) yang diperoleh dari percobaan menyatakan bahwa skema hybrid watermarking ini menghasilkan watermark yang tahanterhadap berbagai serangan, serta kualitas yang tinggi dari citra yang disisipi watermark. Hal ini menunjukkan bahwa konflik antara robustness dan imperceptibility yang muncul pada watermarking domain transformasi dapat diatasi.Kata kunci : Watermarking, DWT, DCT, SVD
MODEL PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KINERJA PEGAWAI KELURAHAN MENUJU TERWUJUDNYA E-GOVERNMENT Pramudi Y. Tyas Catur; Widyatmoko Karis
Semantik Vol 1, No 1 (2011): Prosiding Semantik 2011
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.646 KB)

Abstract

Belum maksimalnya penggunaan rteknologi informasi di Pemerintah diakibatkan karena masalah sumberdaya manusia.Penyediaan infrastruktur teknologi informasi akan tidak dimanfaatkan secara optimal tanpa didukung SDM yang baik dan akan berakibat pada kinerja yang kurang baik. Sedangkan penelitian yang mengkaji tentang sumberdaya manusia bidang teknologi informasi masih kurang maka perlu adanya kajian mengenai permasalah tersebut. Sumberdaya manusia teknologi informasi atau yang disebut user dapat dilihat dari karakteristik, sikap dan pelatihan sehingga variabel tersebut perlu dikaji pengaruhnya terhadap penggunaan teknologi informasi. Data empiris diambilkan dari 105 nara sumber pegawai kelurahan di Kota Semarang yang berasal dari 21 kelurahan. Data diolah menggunakan SPSS 16. Adapunhasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa penggunaan TI secara signifikan dipengaruhi oleh karakteristik, sikap dan pelatihan, sedangkan penggunaan TI di kelurahan juga mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai kelurahan. Karaktristik mempunyai pengaruh negatif dan didominasi oleh faktor umur. Sedangkan pendidikan dan masa kerja tidak secara signifikan berpengaruh. Sikap affektif danpsikomotorik memberikan pengaruh posisf terhadap penggunaan TI, sedangkan sikap kognitif tidak signifikan. Variabel pelatihan komputerdidominasioleh faktor durasi bukan frekwensi. Untuk meningkatkan penggunaan komputer di kelurahan perlu memperhatikan umur, sikap affektif, sikap psikomotorik dan durasi pelatihan. Dari data empiris yang diolah, penggunaan TI di kelurahan signifikan mempengaruhikinerja, sehingga penerapan egoverment perlu direalisasikan karena hal ini akan berdampak kepada kinerja pegawai kelurahanKata kunci : teknologi informasi, pegawai kelurahan, kinerja
PENGARUH POSISI DAN PENCAHAYAAN DALAM IDENTIFIKASI WAJAH Ricardus Anggi Pramunendar
Semantik Vol 1, No 1 (2011): Prosiding Semantik 2011
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.61 KB)

Abstract

Penelitian tentang identifikasi wajah telah banyak dilakukan sebagai salah satu kebutuhan dalam sistem keamanan. Namun penelitian tersebut hanya menekankan kepada metode dengan kondisi dimana wajah dalam keadaan normal dan pencahayaan yang sama. Di dalam penelitian ini, input yang diidentifikasi berupa citra wajah yang belum diketahui, sistem selanjutnya akan memberikan output berupa identifikasi wajah yang paling sesuai dengan database yang tersedia. Penelitian ini fokus kepada peningkatan ketelitian dalam identifikasi wajah berdasar pengaruh dari citra input dengan posisi dan pencahayaan berbeda. Penelitian ini mengusulkan 4 tahapan untuk prosesidentifikasi yang meliputi pre-processing (normalisas dan deteksi tepi), transformasi data training dengan Pulse Coupled Neural Network (PCNN), dan klasifikasi menggunakan metode Learning Vector Quantization (LVQ). Dari hasil percobaan identifikasi 540 data training citra wajah terhadap 180citra wajah acuan didapatkan tingkat ketelitian mencapai 90.7%.Kata Kunci : Posisi dan pencahayaan, Pre-processing, PCNN, LVQ.
ANALISIS PERBANDINGAN FUZZY REGRESI BERGANDA DENGAN REGRESI BERGANDA KONVENSIONAL SEBAGAI ALAT PERAMALAN Sutrisno Sutrisno Sutrisno
Semantik Vol 1, No 1 (2011): Prosiding Semantik 2011
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.3 KB)

Abstract

Regresi berganda merupakan suatu model yang terdapat variabel dependent dan variabel independent. Regresi berganda juga diartikan sebagai persamaan matematik yang memungkinkan peramalan nilai suatu peubah takbebas (dependent variable) dari nilai peubah bebas (independent variable). Suatu nilai tegas Yˆ diperoleh sebagai fungsi dari x, Yˆ = f(x). Tentu saja nilai Yˆ bukanlah nilai eksak, dengan kata lain terdapat toleransi error antara nilai Yˆ sebagai fungsi dari x, dengan nilai aktual yang diharapkan. Tentu saja toleransi error diharapkan cukup kecil sehingga akurasi Yˆ sebagai hasil regresi juga cukup tinggi. Oleh karena itu, variabel output Yˆ bisa saja tidak presisi. Untuk mengatasi ketidak presisian tersebut dapat digunakan metode statistik. Metode statistik didasari oleh teori probabilitas yang merepresentasikanketidakpastian. Selama ini hanya teori statistik yang digunakan dalam menyelesaikan masalah regresi berganda. Padahal toeri Fuzzy juga dapat digunakan dalam mempresentasikan ketidak presisian. Teori Fuzzy membuat suatu interval „kebolehan‟ yang mana keberadaan data hasil regresi dalam intervaltersebut masih diperbolehkan (mendapatkan toleransi). Interval ini sebenarnya dapat direpresentasikan dengan memberikan nilai koefisien regresi sebagai bilangan Fuzzy, (Tanaka 1992). Oleh karena itu, dalam penelitian ini mencoba untuk membandingkan kinerja metode konvensionil dalam hal ini analisis regresi berganda dengan metode logika Fuzzy. Dari hasil pengolahan data, metode Fuzzy regresi mempunyai nilaikoefisien determinasi (R2) sebesar 0.84 dan metode regresi berganda konvensional koefisien determinasi (R2) sebesar 0.167. Kesalahan standar ( y xk S , ) Fuzzy regresi sebesar 11.78 dan nilai y xk S , dari regresi berganda konvensional sebesar 9.93. Nilai Average Error (AE) dari metode Fuzzy regresi sebesar 0.57467 dan AE dari metode regresi berganda konvensional sebesar 0.00067.Pemilihan metode peramalandidasarkan nilai koefisien determinasi terbesar (R2), nilai standar baku estimasi yang terkecil dan kesalahan prakiraan atau error terkesil, (Arsyad,2001). Sehingga metode regresi berganda konvensional lebih tepat. Hal ini disebabkan karena penggunakan interval pada metode Fuzzy regresi untukmendapatkan nilai Ŷ tergantung dari batas bawah, batas atas dan jumlah data yang akan diamati.Kata kunci: Regresi Berganda, Teori Fuzzy, Keakuratan peramalan
PENGUATAN PENYEBARAN INFORMASI DAN PENINGKATAN PENDAPATAN LEWAT PELATIHAN PEMBUATAN WEBLOG BAGI PENGELOLA PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) SE KOTA SEMARANG Zaenal Arifin
Semantik Vol 1, No 1 (2011): Prosiding Semantik 2011
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.206 KB)

Abstract

Pelatihan pembuatan weblog bagi pengelola Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) se Kota Semarang ini terselenggara pada 19 Desember 2010 dengan diikuti oleh perwakilan PSAA se Kota Semarang. Diselenggarakan dari pagi jam 08.00 dan selesai jam 16.00, di Udinus, Jalan. Nakula I no. 5-11 Semarang. Evaluasi telah dilakukan dengan cara mengecek pada peserta yang diminta menyerahkan alamat blognya serta dengan indikator bahwa peserta telah mampu merancang blog, menulis/ postingartikel baru mengedit artikel hingga membuat link download.Kata kunci : weblog, internet, panti asuhan
PENGOLAHAN CITRA DIGITAL UNTUK MENDETEKSI OBYEK MENGGUNAKAN PENGOLAHAN WARNA MODEL NORMALISASI RGB RD. Kusumanto; Alan Novi Tompunu
Semantik Vol 1, No 1 (2011): Prosiding Semantik 2011
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.352 KB)

Abstract

Pengolahan citra digital (Digital Image Processing) adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang teknik-teknik mengolah citra. Citra yang dimaksud pada penelitian ini adalah gambar statis yang berasal sensor vision berupa webcam. Secara matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dengan intensitas cahaya pada bidang dua dimensi. Agar dapat diolah dengan komputer digital, maka suatu citra harus dipresentasikan secara numerik dengan nilai-nilai diskrit. Sebuah citra digital dapat diwakili oleh sebuah matriks dua dimensi f(x,y) yang terdiri dari M kolom dan N baris. Pada pengolahan warna gambar, ada bermacam-macam model salah satunya adalah model rgb atau normalisai RGB. Model pengolahan ini merupakan pengolahan warna dengan menghitung prosentase warna RGB dalam sebuah citra. Denganmenggunakan model ini, sebuah obyek dengan warna tertentu dapat dideteksi dan terbebas dari pengaruh perubahan intensitas cahaya dari luar. Kelemahan dari pengolahan warna model ini adalah tidak dapat membedakan warna hitam dan putih, karena memiliki prosentase nilai RGB yang sama yaitu 33%. Guna melihat pengaruh pendeteksian obyek terhadap perubahan intensitas cahaya maka nilai brightness diubahubah.Berdasarkan hasil tersebut pada saat nilai brightness antara 1 – 80 obyek target yang diinginkan masih dapat dideteksi.Kata Kunci : Citra Digital, Deteksi Obyek, Normalisasi RGB
KLASIFIKASI METODE GOAL ORIENTED REQUIREMENT ENGINEERING (GORE) DAN KEMUNGKINANNYA UNTUK MENGEMBANGKAN APLIKASI KEPEMERINTAHAN Imam M. Shofi; Eko K. Budiardjo
Semantik Vol 1, No 1 (2011): Prosiding Semantik 2011
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.238 KB)

Abstract

Ukuran keberhasilan suatu sistem software ditentukan seberapa besar sistem software itu memenuhi/sesuai dengan tujuannya. Requirement Engineering (RE) merupakan proses untuk menemukan tujuan tersebut. Salah satu pendekatan dalam RE yang saat ini berkembang sangat pesat adalah Goal OrientedRequirements Engineering (GORE), karena GORE melengkapi kekurangan pada pendekatan tradisional yang lebih menekankan pada pemodelan low-levelnya, dimana GORE pada high levelnya juga. Goal adalah kondisi/keadaan yang ingin dicapai oleh pemangku kepentingan (stakeholder) suatuperusahaan/organisasi/sistem. Terdapat 3 level/tingkatan dari goal, yaitu: highest level, high level, dan low level. Sedangkan cara/teknik mengidentifikasi goal ada beberapa, diantara yang disarankan adalah mengekstrak dari pernyataan-pernyataan resmi (intentional statements) berdasarkan: transkrip interview,kebijakan perusahaan (enterprise policies), visi dan misi perusahaan (enterprise mission statements), sasaran perusahaan (enterprise goals), diagram workflow, dan skenario yang ditulis stakeholder. Sedikitnya telah terdapat 17 metode dalam GORE, diantaranya juga ada metode yang merupakangabungan maupun pengembangan dari metode-metode yang lain. Dari hasil klasifikasi metode GORE yang telah dilakukan terhadap aktifitas REnya, terlihat bahwa masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan serta titik berat tersendiri. Walaupun tidak dinyatakan secara implisitmendukung strategi e-Government, sebagian besar instansi pemerintah telah mempunyai dokumen resmi/peraturan baku (dalam bentuk peraturan pemerintah) yang berisi visi, misi, tugas pokok dan fungsi, maupun peraturan-peraturan lainnya yang lebih detil. Sehingga GORE sangat cocok untukmengembangkan Aplikasi Kemerintahan. Aplikasi kepemerintahan juga mempunyai karakteristik khususjika dibandingkan dengan aplikasi enterprise/bisnis pada umumnya, yaitu pada goal/sasaran/orientasinya. Kalau aplikasi bisnis lebih berorientasi pada profit/keuntungan sedangkan service/pelayanan merupakan pendukungnya, maka aplikasi kepemerintahan lebih berorientasi pada pelayanan sedangkan keuntungan hanya sebagai pendukung. Untuk itu, perlu dikembangkannya metode GORE untuk mengembangkanaplikasi kepemerintahan.Kata kunci : Requirement Engineering (RE), Goal Oriented Requirement Engineering (GORE), AplikasiKepemerintahan
E-COMMERCE PADA UKM KOTA SEMARANG SEBAGAI MODEL PEMASARAN YANG EFEKTIF Achmad Solechan; Natalistyo Natalistyo Natalistyo
Semantik Vol 1, No 1 (2011): Prosiding Semantik 2011
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.221 KB)

Abstract

Usaha kecil menengah (UKM) mempunyai kesempatan merebut pasar dengan menerapkan e-commerce sebagai salah satu media pemasaran yang efektif. Dalam penggunaan e-commerce di UKM perlu mendapatkan evaluasi berdasarkan analisis biaya-manfaat, perlu dibandingkan antara biaya atau investasi dan pemeliharaan dengan manfaatnya, yaitu apakah keberadaan e-commerce dapat meningkatkan produktivitas kinerja pemasaran perusahaan, baik secara individual maupun organisasional. Motivasi dilakukannya penelitian ini yaitu adanya fenomena research gap antara McGill (2003) dan Livari (2005) tentang model pengembangan sistem informasi yangdikembangkan oleh DeLone dan McLean (1992). Research gap muncul dari ketidaksesuaian dampak dari hasil penelitian mereka. Hal ini memberikan ruang pengujian studi empiris mengenai model pengembangan aplikasi ecommercedan dampaknya pada kepuasan user, kinerja individu dan kinerja organisasi (UKM). Penelitian ini menggunakan model pengembangan sistem yang dikemukakan oleh DeLone dan McLean (1992) dengan menggunakan Structural Equation Modelling dan LISREL. Sampel penelitiannya UKM yang menggunakan e-catalog melalui website sebanyak 127 perusahaan melalui fasilitas e-mail. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi berpengaruh positif pada intensitas penggunaan sistem informasi. Variabel intensitas penggunaan sistem informasi berpengaruh positif pada faktor individu pengguna. Faktor individu pengguna e-commerce berpengaruh positif dan signifikan pada faktor organisasi.Kata kunci: Usaha Kecil Menengah, e-commerce, kualitas informasi, intensitas penggunaan, kepuasan pengguna,faktor organisasi
Penerapan Sistem Manajemen Konten Wordpress dan Sistem Jejaring Sosial Mingle Untuk Membangun Komunitas Online Titus Permadi Setiawan
Semantik Vol 1, No 1 (2011): Prosiding Semantik 2011
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.832 KB)

Abstract

Dalam konsep New Wave Marketing yang dipaparkan oleh Hermawan Kartajaya, internet merupakan sarana pemasaran lowbudget, high impact. Untuk melakukan pemasaran di internet diperlukan sebuah sistem manajemen konten dan sistem jejaring sosial. Penelitian ini menguraikan tentang sistem manajemen konten Wordpress dan sistem jejaring sosial Mingle. Wordpress merupakan sistem manajemen konten yang paling banyak digunakan di dunia, sementara Mingle merupakan sistem jejaring sosial baru yang cukup solid untuk bersaing dengan Facebook dan Twitter. Kedua sistem ini merupakan software open source yang didistribusikan dibawah lisensi GPL (General Public License) yang memberikan kebebasan bagi orang untuk menggunakan, mengubah dan menggandakannya. Studi ini mengkaji penerapan Wordpress dan Mingle dan berbagai fitur yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi proses pemasaran dan komunikasi dari perusahaan kepada komunitasnya. Berdasarkan kajian atas fungsi dan fitur yang telah tersedia, Wordpress dan Mingle merupakan kombinasi sistem manajemen konten dan sistem jejaringsosial yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menerapkan pemasaran dalam era New Wave Marketing, dimana konektifitas dan pengelolaan komunitas merupakan faktor kunci keberhasilan bisnis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi perusahaan dalam meningkatkan performa bisnisnya dalam abad teknologi informasi yang sedang berlangsung dan berkembang pesat ini dan terbangunnya komunitas sosial yang menunjang bisnis perusahaan.Kata kunci : New Wave Marketing, Wordpress, Mingle, Social Network
ANALISIS KEBUTUHAN MODUL ”PENGELOLAAN PENGINAPAN” PADA ”SISTEM PENDIDIKAN DAN LATIHAN” DENGAN FRAMEWORK GOALSSKILLS- PREFERENCES (GSP) Imam M. Shofi; Dwi Wahyudi
Semantik Vol 1, No 1 (2011): Prosiding Semantik 2011
Publisher : Semantik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.832 KB)

Abstract

Ukuran keberhasilan suatu sistem software ditentukan seberapa besar sistem software itu memenuhi/sesuai dengan tujuannya. Requirement Engineering (RE) merupakan proses untuk menemukan tujuan tersebut, sedangkan Analisis Kebutuhan (Requirements Analysis) merupakan salah satu aktifitas yang harus dilakukan dalam RE tersebut. Salah satu pendekatan dalam RE yang saat ini berkembang sangat pesat adalah Goal Oriented Requirements Engineering (GORE), dimana Goals-Skills-Preferences (GSP ) merupakan salah satu framework dalam GORE yang mendukung kustomisasi pada saat merancang software (software design). Dengan kata lain, GSP mendukung variability dalam analisis dan perancangansoftware. Setidaknya terdapat 47 Aplikasi Kepemerintahan di Indonesia, diantaranya adalah Sistem Pendidikan danLatihan(SIMDIKLAT), dimana salah satu modul yang mendukung SIMDIKLAT adalah ”Pengelolaan Penginapan”. Karena banyaknya instansi/lembaga pemerintah yang memerlukan SIMDIKLAT, maka SIMDIKLAT yang dikembangkan terdapat bagian-bagian yang bersifat commonality (sama antara satu lembaga dengan yang lain) dan ada yang bersifat variability (beda/khusus untuk lembaga tertentu).Tulisan ini menjelaskan proses Analisis Kebutuhan dengan framework GSP pada modul ”Pengeloaan Penginapan” tersebut dengan studi kasus pada Pusat TIK Nasional (PUSTIKNAS) KEMKOMINFO. Dari hasil Analisis Kebutuhan ini, dapat memberikan beberapa alternatif perancangan softwarenya,sehingga dapat disesuikan perancangannya jika nantinya ingin diterapkan pada modul yang sejenis lainnya dengan tanpa/sedikit melakukan analisis kebutuhan lagi.Kata kunci : Requirement Engineering (RE), Goal Oriented Requirement Engineering (GORE), AplikasiKepemerintahan, Goals-Skills-Preferences (GSP) Framework, Sistem Pendidikan dan Latihan.

Page 5 of 39 | Total Record : 386