cover
Contact Name
Brigitta Laksmi Paramita
Contact Email
brigitta.laksmi@uajy.ac.id
Phone
+6282329549978
Journal Mail Official
journal.biota@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari No. 44, Sleman, Yogyakarta 55281, Indonesia
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati
ISSN : 25273221     EISSN : 2527323X     DOI : doi.org/10.24002/biota
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati merupakan jurnal ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian, kajian-kajian pustaka dan berita-berita terbaru tentang ilmu dan teknologi kehayatian (biologi, bioteknologi dan bidang ilmu yang terkait). Biota terbit pertama kali bulan Juli 1995 dengan ISSN 0853-8670. Biota terbit tiga nomor dalam satu tahun (Februari, Juni, dan Oktober).
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 3 (2020): October 2020" : 10 Documents clear
Genotipe Single Nucleotide Polimorphism (SNP) Gen PLA2G10 T512C dan T-123/IN1C pada Penderita Angina Pektoris di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta, Indonesia Mumtazah, Dzul Fithria; Listiyaningsih, Erlin; Wijayanti, Nastiti
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.3345

Abstract

Angina pektoris merupakan salah satu gejala awal yang menjadi penanda masalah kardiovaskuler berat seperti penyakit jantung koroner. Sementara gen PLA2G10 dipercaya memiliki peran, baik dalam progresi aterosklerotik yang menyebabkan deposit plak dan penyumbatan pada arteri koroner, atau justru sebaliknya yaitu antiaterogenik. Polimorfisme PLA2G10 pada titik SNP T512C (rs36072688) dan T-123/in1C (rs4003232) mampu mengubah level ekspresi gen PLA2G10 sebagai gen pengode enzim sPLA2-GX. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui genotip dari PLA2G10 pada titik SNP T512C (rs36072688) and T-123/in1C (rs4003232) para penderita angina pektoris dan mengkaji apakah penyakit disebabkan karena mutasi. Sampel penelitian berupa peripheral blood mononuclear cell koleksi Divisi Litbang Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Sampel berjumlah 113, berasal dari penderita angina pektoris dengan dan tanpa plak pada arteri koroner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen PLA2G10 pada titik SNP T512C (rs36072688) memiliki genotip homozigot wildtype (TT) dan T-123/In1C (rs4003232) memiliki genotip heterozigot (TC) melalui metode TaqMan® SNP Genotyping Assay, dan tidak ada polimorfisme yang ditemukan pada kedua grup sampel tersebut.
Pemanfaatan dan Skrining Fitokimia Infusa Daun Rumput Knop (Hyptis capitata Jacq.) To'bungan, Nelsiani
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.3520

Abstract

Rumput Knop (Hyptis capitata Jacq.)  banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional  oleh masyarakat suku Toraja.  Informasi  ilmiah tentang pemanfaatan Rumput Knop dan kandungan metabolit sekundernya yang berkhasiat sebagai obat tradisional  masih terbatas.  Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari masyarakat suku Toraja mengenai khasiat Rumput Knop dalam mengatasi berbagai penyakit, variasi organ tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat dan cara pengolahannya. Data pemanfaatan rumput knop diperoleh melalui wawancara. Untuk mendukung data khasiat, dilakukan uji fitokimia kualitatif meliputi uji alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, tannin dan flavonoid. Rumput knop diaplikasikan untuk beberapa penyakit seperti sakit perut, sakit kepala, demam dan luka terbuka. Organ tumbuhan yang sering digunakan dalam pengobatan adalah daun muda. Cara pengolahan yang paling banyak dilakukan adalah perebusan. Berdasarkan hasil tersebut, maka organ yang dipilih untuk dilakukan skrining fitokimia adalah daun dan metode ekstraksi metabolit sekundernya dengan metode infusa. Skrining fitokimia menunjukkan infusa daun Rumput Knop mengandung flavonoid, steroid dan tannin.  Kata Kunci: Etnobotani, Infusa, rumput knop, nutrasetika
Effect of the Type of Organic Waste and Retention Time on Biogas Production from Cow Dung Mago, Oktavius Yoseph Tuta; Nirmalasari, M A Yohanita; Kuki, Agustina Dua; Bunga, Yohanes Nong; Misa, Aljefridus
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.3682

Abstract

Nowadays, the demand on fossil energy is increasing in number whereas its availability is decrease. People are still reckoned on it, despite of its rareness. Fossil energy utilized must be banned due to its negative effect. It is time for us to use renewable and eco-friendly energy (biofuel). Biogas is one of biofuel produced from anaerobic decomposition of organic matter by microorganisms. Organic waste as a by-product of our daily activities can be used as raw material to produce biogas. To use waste, means to decrease the environmental pollution problem. This research is aim to study the type of organic waste as a raw material to produce biogas through anaerobic digestion and its retention time. Organic wastes that were used in this research are domestic waste (food waste), agriculture waste (corn leaves) and industrial waste (solid and liquid waste of tofu). All of these wastes were mixed with cow dung as the starter/inoculum. As a control, the starter was used without organic waste addition. The testable retention times were 1st week until 9th week. The experimental design was Factorial Complete Randomized Design with confidence level 95%. The result showed that all the type of organic waste can be used to produce biogas through anaerobic digestion. Statistically, the average volume of biogas produced from industrial waste per week, 5794,3 ml was significantly different from any other organic waste (P=0,000). The best retention time was found on 8th week with the average volume of biogas was 3675,6 ml (P=0,006). There was no interaction between these two factors (P=0,1). This research is expected to open the people’s awareness about the management of useable organic waste as a raw material to produce biogas.
Respons Pembentukan Kalus Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) dengan Penambahan Naphtalene Acetic Acid dan Benzyl Amino Purin Secara In Vitro Anwar, Nurhayati; Isda, Mayta Novaliza
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.3232

Abstract

AbstractGotu kola (Centella asiatica (L.) Urb.) is a medicinal plant that contains chemical compounds as triterpenoids and saponins.  The chemical compounds can be produced quickly using in vitro callus induction.  The callus is a very important source of planting material in regenerating new plants.  Therefore, by inducing callus the need for seedling in large quantities achievable in a short time.  This study aimed to determine the effect of the BAP single and combination of BAP and NAA, and determine the effective concentration of a BAP single and combination of BAP and NAA on callus induction of gotu kola leaf explant using in vitro method.  This study used Complete Randomized Design (CRD) which consisted of nine treatments (control, 1 mg/l BAP, 2 mg/l BAP, 1 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA) with five replication for each treatment. Data obtained from observation were analyzed descriptively.  The results of this research showed that a single BAP and combine of BAP and NAA were able provide a response in the form of colour, swelling and callus formation.  The best concentration that from the most optimal callus and the highest callus growth (+++) is the treatment of P5 ( 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA) which is equal to 100% with the caracteristics of green callus and callus covering the entire surface of explants.  All the callus produced was textured compact, while the colour of the callus was green and brown.Keywords: Gotu Kola (Centella asiatica (L.) Urb.), Callus, BAP, NAA AbstrakPegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) merupakan tanaman berkhasiat obat yang mengandung berbagai bahan aktif seperti triterpenoid dan saponin.  Bahan aktif tersebut dapat diproduksi dengan cepat menggunakan teknik induksi kalus secara in vitro.  Kalus merupakan sumber bahan tanam yang sangat penting dalam meregenerasi tanaman baru.  Oleh karena itu, dengan menginduksi kalus kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dapat dicapai dengan waktu singkat.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan BAP tunggal dan kombinasi BAP dan NAA, dan menentukan konsentrasi terbaik dari penambahan BAP tunggal dan kombinasi BAP dan NAA terhadap pembentukan kalus dari eksplan daun pegagan secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 9 (sembilan) perlakuan (kontrol, 1 mg/l BAP, 2 mg/l BAP, 1 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA) dan masing-masing diulang sebanyak 5 (lima) ulangan.  Data hasil pengamatan yang diperoleh dibahas secara deskriptif karena tidak semua ulangan menghasilkan kalus.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan BAP tunggal dan kombinasi penambahan BAP dan NAA mampu memberikan respons pada eksplan daun pegagan berupa perubahan warna, pembengkakan dan terbentuknya kalus.  Konsentrasi terbaik yang mampu membentuk kalus paling optimal dan pertumbuhan kalus paling tinggi (+++) yaitu perlakuan P5 ( 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA) yakni sebesar 100% dengan ciri-ciri kalus berwarna hijau dan kalus menutupi seluruh permukaan eksplan.  Semua kalus yang dihasilkan bertekstur kompak, sedangkan warna kalus yang dihasilkan hijau dan coklat.Katakunci: Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.), Kalus, BAP, NAA
Pengaruh Ekstraksi Benih Mentimun dengan Sodium Hipoklorit (NaOCl) dan Teknik Pengeringan Benih terhadap Pertumbuhan Vegetatif Mentimun (Cucumis sativus) Kartina, Kartina; Karlina, Wiwik; Mardhiana, Mardhiana
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.4556

Abstract

Kendala dalam penanganan benih mentimun adalah adanya selaput daging berlendir (pulp), yang menyebabkan benih mudah terinfeksi penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstraksi benih mentimun dengan Sodium hipoklorit (NaOCl) dan teknik pengeringan berbeda terhadap pertumbuhan vegetatif benih mentimun. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial, yang terdiri dari dari 8 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan two way anova, dan disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan ekstraksi benih dengan NaOCl dan teknik pengeringan berbeda pada benih mentimun, tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada semua parameter, kecuali pada parameter jumlah daun pada tanaman yang berumur 21 dan 28 hari setelah tanam (HST), NaOCl secara umum menekan pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun. Namun pada parameter panjang akar, berat basah dan berat kering tanaman kombinasi perlakuan NaOCl 15% dan pengeringan dengan oven (K3D1) konsisten menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai vigor dan viabilitas benih, serta hasil tanaman yang diperoleh.   
Respons Pembentukan Kalus Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) dengan Penambahan Naphtalene Acetic Acid dan Benzyl Amino Purin Secara In Vitro Nurhayati Anwar; Mayta Novaliza Isda
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.3232

Abstract

Gotu kola (Centella asiatica (L.) Urb.) is a medicinal plant that contains chemical compounds as triterpenoids and saponins.  The chemical compounds can be produced quickly using in vitro callus induction.  The callus is a very important source of planting material in regenerating new plants.  Therefore, by inducing callus the need for seedling in large quantities achievable in a short time.  This study aimed to determine the effect of the BAP single and combination of BAP and NAA, and determine the effective concentration of a BAP single and combination of BAP and NAA on callus induction of gotu kola leaf explant using in vitro method.  This study used Complete Randomized Design (CRD) which consisted of nine treatments (control, 1 mg/l BAP, 2 mg/l BAP, 1 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA) with five replication for each treatment. Data obtained from observation were analyzed descriptively.  The results of this research showed that a single BAP and combine of BAP and NAA were able provide a response in the form of colour, swelling and callus formation.  The best concentration that from the most optimal callus and the highest callus growth (+++) is the treatment of P5 ( 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA) which is equal to 100% with the caracteristics of green callus and callus covering the entire surface of explants.  All the callus produced was textured compact, while the colour of the callus was green and brown. Keywords: Gotu Kola (Centella asiatica (L.) Urb.), Callus, BAP, NAA   Abstrak Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) merupakan tanaman berkhasiat obat yang mengandung berbagai bahan aktif seperti triterpenoid dan saponin.  Bahan aktif tersebut dapat diproduksi dengan cepat menggunakan teknik induksi kalus secara in vitro.  Kalus merupakan sumber bahan tanam yang sangat penting dalam meregenerasi tanaman baru.  Oleh karena itu, dengan menginduksi kalus kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dapat dicapai dengan waktu singkat.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan BAP tunggal dan kombinasi BAP dan NAA, dan menentukan konsentrasi terbaik dari penambahan BAP tunggal dan kombinasi BAP dan NAA terhadap pembentukan kalus dari eksplan daun pegagan secara in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 9 (sembilan) perlakuan (kontrol, 1 mg/l BAP, 2 mg/l BAP, 1 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,1 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA, 1 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA, 2 mg/l BAP + 0,5 mg/l NAA) dan masing-masing diulang sebanyak 5 (lima) ulangan.  Data hasil pengamatan yang diperoleh dibahas secara deskriptif karena tidak semua ulangan menghasilkan kalus.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan BAP tunggal dan kombinasi penambahan BAP dan NAA mampu memberikan respons pada eksplan daun pegagan berupa perubahan warna, pembengkakan dan terbentuknya kalus.  Konsentrasi terbaik yang mampu membentuk kalus paling optimal dan pertumbuhan kalus paling tinggi (+++) yaitu perlakuan P5 ( 1 mg/l BAP + 0,3 mg/l NAA) yakni sebesar 100% dengan ciri-ciri kalus berwarna hijau dan kalus menutupi seluruh permukaan eksplan.  Semua kalus yang dihasilkan bertekstur kompak, sedangkan warna kalus yang dihasilkan hijau dan coklat. Katakunci: Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.), Kalus, BAP, NAA
Genotipe Single Nucleotide Polimorphism (SNP) Gen PLA2G10 T512C dan T-123/IN1C pada Penderita Angina Pektoris di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta, Indonesia Dzul Fithria Mumtazah; Erlin Listiyaningsih; Nastiti Wijayanti
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.3345

Abstract

Angina pektoris merupakan salah satu gejala awal yang menjadi penanda masalah kardiovaskuler berat seperti penyakit jantung koroner. Sementara gen PLA2G10 dipercaya memiliki peran, baik dalam progresi aterosklerotik yang menyebabkan deposit plak dan penyumbatan pada arteri koroner, atau justru sebaliknya yaitu antiaterogenik. Polimorfisme PLA2G10 pada titik SNP T512C (rs36072688) dan T-123/in1C (rs4003232) mampu mengubah level ekspresi gen PLA2G10 sebagai gen pengode enzim sPLA2-GX. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui genotip dari PLA2G10 pada titik SNP T512C (rs36072688) and T-123/in1C (rs4003232) para penderita angina pektoris dan mengkaji apakah penyakit disebabkan karena mutasi. Sampel penelitian berupa peripheral blood mononuclear cell koleksi Divisi Litbang Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Sampel berjumlah 113, berasal dari penderita angina pektoris dengan dan tanpa plak pada arteri koroner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen PLA2G10 pada titik SNP T512C (rs36072688) memiliki genotip homozigot wildtype (TT) dan T-123/In1C (rs4003232) memiliki genotip heterozigot (TC) melalui metode TaqMan® SNP Genotyping Assay, dan tidak ada polimorfisme yang ditemukan pada kedua grup sampel tersebut.
Pemanfaatan dan Skrining Fitokimia Infusa Daun Rumput Knop (Hyptis capitata Jacq.) Nelsiani To'bungan
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.3520

Abstract

Rumput Knop (Hyptis capitata Jacq.)  banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional  oleh masyarakat suku Toraja.  Informasi  ilmiah tentang pemanfaatan Rumput Knop dan kandungan metabolit sekundernya yang berkhasiat sebagai obat tradisional  masih terbatas.  Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari masyarakat suku Toraja mengenai khasiat Rumput Knop dalam mengatasi berbagai penyakit, variasi organ tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat dan cara pengolahannya. Data pemanfaatan rumput knop diperoleh melalui wawancara. Untuk mendukung data khasiat, dilakukan uji fitokimia kualitatif meliputi uji alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, tannin dan flavonoid. Rumput knop diaplikasikan untuk beberapa penyakit seperti sakit perut, sakit kepala, demam dan luka terbuka. Organ tumbuhan yang sering digunakan dalam pengobatan adalah daun muda. Cara pengolahan yang paling banyak dilakukan adalah perebusan. Berdasarkan hasil tersebut, maka organ yang dipilih untuk dilakukan skrining fitokimia adalah daun dan metode ekstraksi metabolit sekundernya dengan metode infusa. Skrining fitokimia menunjukkan infusa daun Rumput Knop mengandung flavonoid, steroid dan tannin.  Kata Kunci: Etnobotani, Infusa, rumput knop, nutrasetika
Effect of the Type of Organic Waste and Retention Time on Biogas Production from Cow Dung Oktavius Yoseph Tuta Mago; M A Yohanita Nirmalasari; Agustina Dua Kuki; Yohanes Nong Bunga; Aljefridus Misa
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.3682

Abstract

Nowadays, the demand on fossil energy is increasing in number whereas its availability is decrease. People are still reckoned on it, despite of its rareness. Fossil energy utilized must be banned due to its negative effect. It is time for us to use renewable and eco-friendly energy (biofuel). Biogas is one of biofuel produced from anaerobic decomposition of organic matter by microorganisms. Organic waste as a by-product of our daily activities can be used as raw material to produce biogas. To use waste, means to decrease the environmental pollution problem. This research is aim to study the type of organic waste as a raw material to produce biogas through anaerobic digestion and its retention time. Organic wastes that were used in this research are domestic waste (food waste), agriculture waste (corn leaves) and industrial waste (solid and liquid waste of tofu). All of these wastes were mixed with cow dung as the starter/inoculum. As a control, the starter was used without organic waste addition. The testable retention times were 1st week until 9th week. The experimental design was Factorial Complete Randomized Design with confidence level 95%. The result showed that all the type of organic waste can be used to produce biogas through anaerobic digestion. Statistically, the average volume of biogas produced from industrial waste per week, 5794,3 ml was significantly different from any other organic waste (P=0,000). The best retention time was found on 8th week with the average volume of biogas was 3675,6 ml (P=0,006). There was no interaction between these two factors (P=0,1). This research is expected to open the people’s awareness about the management of useable organic waste as a raw material to produce biogas.
Pengaruh Ekstraksi Benih Mentimun dengan Sodium Hipoklorit (NaOCl) dan Teknik Pengeringan Benih terhadap Pertumbuhan Vegetatif Mentimun (Cucumis sativus) Kartina Kartina; Wiwik Karlina; Mardhiana Mardhiana
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 3 (2020): October 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i3.4556

Abstract

Kendala dalam penanganan benih mentimun adalah adanya selaput daging berlendir (pulp), yang menyebabkan benih mudah terinfeksi penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstraksi benih mentimun dengan Sodium hipoklorit (NaOCl) dan teknik pengeringan berbeda terhadap pertumbuhan vegetatif benih mentimun. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial, yang terdiri dari dari 8 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan two way anova, dan disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan ekstraksi benih dengan NaOCl dan teknik pengeringan berbeda pada benih mentimun, tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada semua parameter, kecuali pada parameter jumlah daun pada tanaman yang berumur 21 dan 28 hari setelah tanam (HST), NaOCl secara umum menekan pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun. Namun pada parameter panjang akar, berat basah dan berat kering tanaman kombinasi perlakuan NaOCl 15% dan pengeringan dengan oven (K3D1) konsisten menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai vigor dan viabilitas benih, serta hasil tanaman yang diperoleh.   

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 3 (2023): October 2023 Vol 8, No 1 (2023): February 2023 Vol 7, No 3 (2022): October 2022 Vol 7, No 2 (2022): June 2022 Vol 7, No 1 (2022): February 2022 Vol 6, No 3 (2021): October 2021 Vol 6, No 2 (2021): June 2021 Vol 6, No 1 (2021): February 2021 Vol 5, No 3 (2020): October 2020 Vol 5, No 2 (2020): June 2020 Vol 5, No 1 (2020): February 2020 Vol 4, No 3 (2019): October 2019 Vol 4, No 2 (2019): June 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 3, No 3 (2018): October 2018 Vol 3, No 2 (2018): June 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 2, No 3 (2017): October 2017 Vol 2, No 2 (2017): June 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 1, No 3 (2016): October 2016 Vol 1, No 2 (2016): June 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 19, No 1 (2014): February 2014 Biota Volume 19 Nomor 1 Tahun 2014 Biota Volume 13 Nomor 2 Tahun 2014 Vol 18, No 2 (2013): June 2013 Vol 18, No 1 (2013): February 2013 Biota Volume 18 Nomor 1 Tahun 2013 Vol 17, No 3 (2012): October 2012 Vol 17, No 2 (2012): June 2012 Vol 17, No 1 (2012): February 2012 BIOTA Volume 17 Nomor 3 Tahun 2012 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 15, No 3 (2010): October 2010 Vol 15, No 2 (2010): June 2010 Vol 15, No 1 (2010): February 2010 Vol 14, No 3 (2009): October 2009 Vol 14, No 2 (2009): June 2009 Vol 14, No 1 (2009): February 2009 Vol 13, No 3 (2008): October 2008 Vol 13, No 2 (2008): June 2008 Vol 13, No 1 (2008): February 2008 Vol 12, No 3 (2007): October 2007 Vol 12, No 2 (2007): June 2007 Vol 12, No 1 (2007): February 2007 Vol 11, No 3 (2006): October 2006 Vol 11, No 2 (2006): June 2006 Vol 11, No 1 (2006): February 2006 Vol 10, No 3 (2005): October 2005 Vol 10, No 2 (2005): June 2005 Vol 10, No 1 (2005): February 2005 Vol 9, No 3 (2004): October 2004 Vol 9, No 2 (2004): June 2004 Vol 9, No 1 (2004): February 2004 Vol 8, No 3 (2003): October 2003 Vol 8, No 2 (2003): June 2003 Vol 8, No 1 (2003): February 2003 More Issue