cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
JOGED
ISSN : 18583989     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
JOGED merangkai beberapa topik kesenian yang terkait dengan fenomena, gagasan konsepsi perancangan karya seni maupun kajian. Joged merupakan media komunikasi, informasi, dan sosialisasi antar insan seni perguruan tinggi ke masyarakat luas.
Arjuna Subject : -
Articles 137 Documents
EFEKTIVITAS PROMOSI ATRAKSI SAPU LIDI PADA PENINGKATAN WISATAWAN DI DESA MAMALA DAN MORELLA MALUKU TENGAH Merry V. F Pesulima
Joged Vol 4, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v4i1.527

Abstract

Pengembangan potensi pariwisata telah terbukti mampu memberi dampak positif dengan adanyaperubahan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Secara ekonomi pariwisata memberi dampak dalamperluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja, meningkatan income dan terjadinya interaksi sosial budayaantara pendatang dan penduduk setempat. Salah satu sektor di Maluku yang mendukung sumber devisa bagipemerintah Maluku adalah sektor kepariwisataan. Perencanan dan program pengembangan dan perluasaninformasi yang tepat dan penuh perhatian serius dari Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan“Efektivitas Promosi Atraksi Sapu Lidi (Pukul Manyapu) Pada Peningkatan Wisatawan di Desa Mamala danMorela, Kabupaten Maluku Tengah”.Berdasarkan masalah yang dikemukakan bisa diketahui apakah ada efektivitas promosi wisata padatingkat kunjungan wisatawan untuk menyaksikan Atraksi Sapu Lidi (Pukul Manyapu) di Desa Mamala danMorela, Kabupaten Maluku Tengah? Jumlah kunjungan wisatawan untuk menyaksikan event Atraksi SapuLidi (Pukul Manyapu) di Desa Mamala dan Morela, dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 yangmengalami peningkatan pada jumlah kunjungan wisatawan sehingga perlu adanya tambahan biaya promosi.Ini dibuktikan dari hasil analisis nilai signifikan lebih kecil 5% (lima persen).Kontribusi terbesar adanya efektivitas promosi pada kunjungan wisatawan (Y) dengan nilai thitungsebesar 6,054 dengan tingkat signifikansi 0,002 (p<0,05). Hasil analisis regresi sederhana untukmembuktikan secara statistik bahwa keseluruhan koefisien regresi dari indikator variabel bebas yangdigunakan dalam analisis ini berdasarkan nilai Fhitung. Hasil pengujian diperoleh nilai Fhitung hitung sebesar36,654 dengan signifikansi sebesar 0,002. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 5% (p<0,05), makamodel regresi dengan variabel biaya promosi wisata (X) berpengaruh signifikan terhadap kunjunganwisatawan untuk menyaksikan Atraksi Sapu Lidi (Pukul Manyapu) di Desa Mamala dan Morella, KabupatenMaluku Tengah.Kata kunci: efektivitas, promosi wisata, wisatawan, Atraksi Sapu Lidi
Karya Tari: She’s Rosalia Novia Ariswari
Joged Vol 4, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v4i1.528

Abstract

She‟s merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi dari pengalaman pribadi yang melihat berbagai haldari sosok seorang ibu. Kelemah lembutan, mempunyai daya juang yang tinggi, dan mempunyai tanggungjawab dibalik kelemahan dari serorang perempuan terlihat dari sosok seorang ibu.Karya ini merupakan karya tari yang dibawakan oleh dua orang penari putri dengan peran yang berbeda,yaitu penggambaran dari seorang ibu oleh satu penari, dan menggambarkan seorang anak oleh penari lain.Rangsang idesional adalah awal pembuatan dari karya ini. Tipe tari dramatik digunakan dalam karya inidengan mode penyajian simbolis- representasional.Permasalahan yang paling dekat dengan kehidupan penata menjadi pilihan dalam pembuatan karya ini.Ketertarikan dan kekaguman sosok seorang ibu dimata penata menginspirasi untuk membuat danmempersembahkan karya ini untuk ibu yang tangguh dalam menjalani hari- harinya.Kata Kunci: Ibu, perempuan, daya juang
MAKNA HUDOQ KITA’ PADA UPACARA PELAS TAHUN DI DESA PAMPANG KALIMANTAN TIMUR Tri Indrahastuti
Joged Vol 4, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v4i1.529

Abstract

Hudoq Kita’ adalah salah satu seni pertunjukan yang berhubungan dengan upacara ritual.Hudoq Kita’ ditarikan oleh para wanita, dengan menggunakan topeng (hudoq) cantik yang terbuatdari anyaman manik berbentuk cadar menggambarkan manusia, simbol dari kebaikan.Hudoq Kita’ menjadi bagian yang terpenting dan tidak terpisahkan dari kehidupan spritualreligius masyarakat Dayak Kenyah. Oleh karena di dalam tari ini mengandung makna dan simbolyang sangat berarti bagi masyarakat Dayak Kenyah di desa Pampang. Makna dan simbol dikupasdengan teori Victor Tuner.Hudoq Kita’ merupakan perwujudan permohonan kepada dewi padi, roh-roh leluhur, danpenjaga desa agar pada masa panen yang akan datang diberikan hasil yang lebih baik. Hudoq Kita’selalu berkaitan dengan upacara adat Pelas Tahun, di mana upacara ini merupakan ungkapan rasasyukur dan kegembiraan masyarakat Dayak Kenyah di desa Pampang atas hasil panen yangdiperoleh. Ungkapan rasa syukur dan kegembiraan itu terlihat dengan datangnya masyarakatuntuk ikut serta sebagai pelaku maupun penyelenggara upacara Pelas Tahun. Upacara Pelas Tahunyang diadakan setahun sekali , memilliki makna yang dalam karena masyarakat Dayak Kenyahtelah memenuhi kewajiban tradisi secara turun temurun.Kata kunci: Hudoq Kita’ , upacara Pelas Tahun, makna.
Tari Dolalak Sebagai Identitas Masyarakat Kabupaten Purworejo Sentri Captian Ningsih
Joged Vol 4, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v4i1.530

Abstract

Tulisan ini mengupas tari Dolalak dari Kabupaten Purworejo sebagai identitas masyarakat Purworejo.Anya Peterson Royce menyatakan bahwa sebagai sebuah simbol identitas, tari membawa informasi darisuatu masyarakat yang mengkomunikasikan sesuatu tentang dirinya sendiri, terutama dalam situasi-situasi dimana orang yang berbeda-beda saling berhubungan. Ciri kompleks yang digunakan untuk menandai sebuahidentitas yang muncul dalam masyarakat adalah gaya. Gaya tersusun dari simbol, bentuk, dan orientasi nilaiyang mendasari. Bentuk dan simbol terang-terangan memasukkan pakaian, bahasa, musik tari, tipe rumah,dan agama yang ditunjang oleh nilai-nilai persahabatan, etika, dan pendidikan. Dengan kata lain, tari yangberada dalam suatu masyarakat, memiliki gaya dan konteksnya masing-masing sesuai dengan apa yangterjadi di dalam masyarakatnya.Analisis teks dalam penulisan adalah elemen gerak, rias dan busana, serta musik iringan yang didalamnya terdapat syair-syair dengan pola berpantun sebagai sebuah perilaku masyarakat KabupatenPurworejo untuk memunculkan konteks yang ada di dalam masyarakatnya. Analisis konteks adalah denganmelihat tari Dolalak sebagai perilaku masyarakat yang merupakan ekspresi dari kehidupan masyarakatpendukungnya.Kata kunci: tari, Dolalak, Kabupaten Purworejo.
FISIOLOGI SISTEM KESEIMBANGAN PADA TEKNIK GERAK TARI KLANA TOPENG GAYA YOGYAKARTA Ika Candra Maulida
Joged Vol 4, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v4i1.531

Abstract

Tari Klana Topeng Gaya Yogyakarta merupakan salah satu bentuk tari tunggal yang bersumber daribentuk pertunjukan wayang topeng. Setiap tarian memiliki teknik gerak dan kesulitan yang berbeda. TariKlana Topeng menjadi salah satu materi pembelajaran di pusat pendidikan baik formal maupun non formal.Tingkat kesulitan yang terdapat pada tari Klana Topeng menjadikan tarian ini diberikan bukan sebagaimateri tingkat dasar.Penglihatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keseimbangan tubuh. Topeng yangdikenakan oleh penari tari Klana Topeng merupakan penghambat penglihatan dan juga menjadi penghambatmasuknya suplai oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas, dalam hal ini adalahmenarikan tari Klana Topeng. Latihan dengan mempergunakan topeng diperlukan untuk menemukan teknikkunci sehingga penari dapat melakukan gerak tari dengan baik tanpa merasa terbebani dengan topeng yangdikenakan.Menari merupakan suatu aktivitas fisik yang membutuhkan koordinasi dari bagian-bagian tubuh,ketahanan, dan kelenturan. Penari membutuhkan latihan untuk memperkuat hafalan, teknik dan keterampilangerak, serta untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan melatih organ-organ yang dibutuhkan untukmenggerakkan bagian tubuh. Penari tidak hanya memiliki teknik gerak yang baik, namun membutuhkanketahanan tubuh untuk dapat menyajikan tarian dengan baik.Kata kunci: Tari Klana Topeng, keseimbangan, gerak tubuh.
PENGARUH ‘EDAN-EDANAN’ DI DALAM TARI NIRBAYA KARYA SETYASTUTI Risang Ayu Agustin
Joged Vol 4, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v4i1.532

Abstract

Tari Nirbaya karya Setyastuti, merupakan sebuah karya tari baru yang berorientasi pada tradisi „edanedanan‟sebagai sumber penciptaannya. „Edan-edanan‟ merupakan sebuah ritual adat dalam upacaratemanten agung Kraton Yogyakarta, yang berfungsi sebagai penolak bala. Bentuk „edan-edanan‟menggambarkan wujud orang gila yang dipercayai dapat mengusir hal-hal gaib yang dapat menggangguacara. Dalam tari Nirbaya akan nampak adanya hasil dari hubungan pengaruh mempengaruhi, yaitu pengaruhdari „edan-edanan‟ sebagai obyek sumber penciptaan di dalam karya tari baru yang tercipta. Pengaruhtersebut dapat dilihat dari elemen-elemen „edan-edanan‟ yang masih dapat diidentifikasi dalam tari Nirbaya.Pengaruh secara visual terdapat pada rias, busana, properti dan gerakannya, sedangkan dari aspek nilaiterdapat pada esensi tolak bala yang masih ada pada tari Nirbaya.Kata kunci: „edan-edanan‟, nirbaya, pengaruh
PEMETAAN MANAJEMEN SANGGAR SENI DI KABUPATEN MALINAU Arung Ajo
Joged Vol 4, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v4i1.533

Abstract

Pembangunan pariwisata budaya merupakan salah satu program prioritas pembangunan di KabupatenMalinau. Aktivitas kesenian yang dilakukan oleh sanggar-sanggar seni ditentukan penerapan manajemenpada setiap sanggar seni masing-masing. Penelitian ini memaparkan keberadaan sanggar-sanggar seni yangada di Kabupaten Malinau, memetakan penerapan manajemen sanggar seni, serta untuk mengetahuipemahaman komunitas Sanggar Seni di Kabupaten Malinau tentang arti dan makna manajemen. Penelitimenggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancaradan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukan bahwa sanggar seni di Kabupaten Malinau menerapkan empat fungsimanajemen. Perencanaan dilakukan untuk mempersiapkan pertunjukan sesuai permintaan masyarakatataupun pemerintah daerah. Pada proses pengorganisasian, semua sanggar sudah memiliki struktur organisasimeskipun masih bersifat sederhana sesuai dengan kebutuhan sanggar. Pengarahan sanggar seni di KabupatenMalinau menggelar pertunjukan seni berdasarkan permintaan masyarakat dan pemerintah daerah.Pengawasan dilakukan dengan menetapkan standar pertunjukan yakni gerakan tari sesuai dengan standar aslidari gerakan tarian yang diadopsi oleh sanggar.Di Kabupaten Malinau terdapat 56 sanggar seni yang menyebar di 12 kecamatan. Pengelolaan sanggarsanggartersebut menerapkan empat fungsi manajemen, dan masih menggunakan manajemen tradisional,serta belum mengenal adanya penerapan Manajemen Seni Pertunjukan secara profesional. namun selalu siapmenampilkan pergelaran seni sesuai permintaan.Kata Kunci: Pemetaan, Manajemen dan Sanggar Seni.
Kaawakan Ulun Fauji Romansyah
Joged Vol 7, No 2 (2016): NOPEMBER 2016
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.868 KB) | DOI: 10.24821/joged.v7i2.1597

Abstract

“Kaawakan Ulun” merupakan sebuah judul karya koreografi pada tugas akhir yang penata tempuh pada semester genap tahun akademik 2015/2016. Koreografi Kaawakan Ulun menceritakan tentang pengalaman penata yang kembali dan menemukan kenyamanan dalam bergerak, menari serta kebudayaan penata dengan melihat tradisi dari daerah penata. Kata Kaawakan Ulun, berasal dari kata dasar Awak dan Ulun, kedua kata tersebut diambil dari bahasa daerah suku Banjar, salah satu suku yang ada di Kalimantan Selatan.            Koreografi Kaawakan Ulun, hadir dalam bentuk koreografi kelompok, yang menggambarkan atau menceritakan pengalaman penata yang tidak tahu akan tari tradisional dari daerah penata sendiri. Seiring berjalannya waktu, penata mulai merasa malu karena tidak mengetahui tari tradisional yang berasal dari Kalimantan Timur. Penata mulai mencari tahu dan mempelajari tari tradisional Kalimantan Timur, melalui teman-teman yang ada disekitarnya yang berasal dan memiliki kebudayaan yang sama dengan penata. Sehingga akhirnya penata sadar, bahwa tari tradisional sangatlah istimewa dan indah, sehingga munculah ide untuk menggarap unsur budaya tradisional dengan ketubuhan yang penata miliki, untuk dikolaborasikan hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan indah.            Koreografi Kaawakan Ulun ini, penata masukan beberapa unsure budaya yang ada di Kalimantan Timur, yaitu unsur budaya Pedalaman atau Dayak dan unsur budaya Pesisir atau Melayu Kutai. Koreografi ini di dalamnya juga hadir permainan Flag Marching Band sebagai salah satu properti tari. Musik pengiring koreografi ini juga mengikuti kedua unsure budaya tersebut. Sumber suara pada musik pengiring ini tidak hanya bersumber dari alat musik tradisional dan musik digital yang diciptakan melalui program komputer saja, namun juga bersumber dari suara vokal seperti senandung, agar suasana khas dari Kalimantan Timur tambah terasa. "KaawakanUlun" is the title of choreographic creation on the final project that artist btained on the second semester of the 2015/2016 academic years. This dance tells about flashback of  choreographer’s experiences that found comfort in moving. KaawakanUlun , derived from the base word Awak and Ulun, that words are taken from Banjar language , one of the ethnic in South Kalimantan. This dance presented in a form of choreography group. The dance describes the choreographer’s experience who did know traditional dances from choreographer’s own. Over time, the choreographer began to feel embarrassed because he did not know the traditional dances that originated from East Kalimantan. Furthermore, the choreographer began to seek out and learned traditional dance of East Kalimantan from friends who comes from the same culture. Finally choreographer understood that traditional dance is very special and beautiful. So came idea to make creation with element that choreographer has. It was be collaborate and became a harmonious and beautiful dance.            Choreographer combined some elements of that exist in East Kalimantan. That ware outback area or Dayak culture and coastal or Malay culture. In this dance choreographer used Marching Band flags as one of the properties dance. The music followed both of the cultures. The musical accompaniment not only from musical instruments and digital music that created by using computer program but also from the sound like humming so the atmosphere like East Kalimantan tasted.
Berdisco Sebagai Bentuk Pengalaman Proses Penggarapan Karya Tari I Nyoman Galih Adi Negara
Joged Vol 7, No 1 (2016): APRIL 2016
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.084 KB) | DOI: 10.24821/joged.v7i1.1589

Abstract

Berdisco merupakan judul dari karya tari ini. Disco berarti sebuah kegiatan berdansa di lantai dansa secara bersama-sama, berikan awalan ber- yang merujuk pada proses disco tersebut. Berdisco memiliki makna melakukan disco baik dalam tari, musik, dan busana, namun dalam karya ini merujuk pada proses bagaimna disco itu menjadi sebuah jati untuk berkarya. Karya ini menekankan pada proses pencarian dan menetapkan pilihan hingga berjuang untuk pilihan tersebut. Dahulu disco dianggap sangat tidak pantas untuk ditampilkan di publik karena dianggap merusak generasi. Bentuk tari, musik, dan busana yang digunakan oleh seniman disco dianggap tidak senonoh dan diluar dari aturan yang berlaku pada saat itu. Disco sangat kelam pada saat itu, apapun yang berbau disco dihancurkan hingga tidak tersisa. Disco dianggap membawa perubahan yang buruk bagi masyarakat pada saat itu.Karya ini memiliki alur dramatik yang hampir mirip dengan situasi disco pada saat itu. Situasi tersebut dikaitkan dengan apa yang terjadi pada proses penggarapan karya tari ini. Proses yang sangat tidak mudah, karena disco dianggap kurang “keren”. Padahal hingga saat ini disco masih setia diperdengarkan, ditayangkan, dan diaransemen ulang agar lebih menarik.Karya tari Berdisco disajikan dengan menampilkan dua belas orang penari putra dan putri. Musik iringan yang digunakan pada karya ini adalah rekaman bentuk WAV dari midi. Busana yang berkilau, menghadirkan disco ball, dan aksesoris yang dikenakan penari dimaksudkan dapat mewakili disco. Berdisco is the title of this masterpiece. Disco means a dance activities on the dance floor together each other, added “ber-“ refer to disco proses. Berdisco meaning do disco in dance, music, or fashion style, but in this work refers to the proses of how disco became a identity. This masterpiece emphasize on proses to find a choice and struggle for that choice. Before disco considered inappropriate to show on public because it can damaging generations. Dance form, music, and fashion style was used by disco artist are considered not profanity and out of applicable rule in that era. Disco has a dark time, they destroyed anything about disco until no remaining. Disco considered to bring a bad change for society at that time.This masterpiece has a dramatic flow is almost similar to situation at era. That situation related to what happens in the proses of this masterpiece. Perform productions proses is never easy, because disco concendered is not cool. Whereas until now they still played, dance, and listen disco. Berdisco displaying twelve male and female dancers. Musical accompaniment used are recording from midi. Blink costume design, displaying disco balls, and many disco setting, lighting they wearing.
Tari Agirang: Usaha Mengubah Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Joged Bumbung Putu Merina Rahayu
Joged Vol 8, No 1 (2017): APRIL 2017
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.241 KB) | DOI: 10.24821/joged.v8i1.1675

Abstract

Agirang merupakan garapan tari kreasi baru yang terinspirasi dari tari Joged Bumbung.. Tari Joged Bumbung merupakan kesenian rakyat populer di Bali yang biasanya dipentaskan pada musim sehabis panen, hari-hari raya, serta hari-hari penting lainnya, dan masih mengandung nilai-nilai moral yang mengangkat tema sosial dalam pengkemasannyaTujuan diciptakannya karya tari ini yaitu agar dapat mengubah persepsi masyarakat Bali terhadap tari Joged Bumbung yang berkembang saat ini. Joged Bumbung diharapkan tetap memiliki nilai-nilai budaya tinggi yang berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat lokal maupun wisatawan

Page 3 of 14 | Total Record : 137