cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
JOGED
ISSN : 18583989     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
JOGED merangkai beberapa topik kesenian yang terkait dengan fenomena, gagasan konsepsi perancangan karya seni maupun kajian. Joged merupakan media komunikasi, informasi, dan sosialisasi antar insan seni perguruan tinggi ke masyarakat luas.
Arjuna Subject : -
Articles 137 Documents
Buai Ba Ayun Agung Saputra
Joged Vol 3, No 2 (2012): NOVEMBER 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v3i2.328

Abstract

Buai Ba Ayun merupakan sebuah karya tari yang berpijak pada tradisi Minangkabau, tepatnya di pesisir Padang, Sumatra Barat yaitu tari Buai. Tari Buai ini menceritakan tentang seorang ibu yang sedang membuai anak sambil berdendang.Karya tari ini merupakan proses lanjutan dari penciptaan karya pada koreografi III, namun tetap terdapat perubahan-perubahan baik secara gerak, kostum, penari, dan properti, serta adanya pengembangan isi tema.Jenis karya tari ini adalah koreografi kelompok yang ditarikan oleh 5 penari yang terdiri dari 2 penari perempuan dan 3 penari laki-laki. Karya tari ini bermula dari rangsang kinestetik dan idesional. Tipe tari yang digunakan adalah tipe tari dramatik, sedangkan mode penyajiannya adalah simbolik.Pemilihan budaya Minangkabau sebagai orientasi garapan tari, karena latar belakang keluarga penata berasal dari ranah Minang. Hal tersebut menjadi wajar karena latar belakang budaya setiap seniman sedikit banyak pasti berpengaruh terhadap penciptaan karya seninya. Karya tari ini diharapkan selain memberikan pengalaman visual kepada penikmat atau penonton, juga memberi pesan bahwa kasih sayang itu jangandisalah gunakan karena akan berakibat fatal dalam suatu hubungan.Kata Kunci : Buai, Kasih sayang, Koreografi
HANGGUM Goesthy Ayu Mariana Devi Lestari
Joged Vol 3, No 2 (2012): NOVEMBER 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v3i2.330

Abstract

Hanggum merupakan judul yang dipilih untuk mewakili keseluruhan isi karya tari ini. Kata hanggumberasal dari kosakata Lampung adat Saibatin yang berarti hormat, kagum, atau memuja baik kepada tamuagung maupun kepada Sang Pencipta. Berawal dari pengetahuan mengenai sejarah kebudayaan Lampungyang pernah dipengaruhi kepercayaan Hindu pada masa Kerajaan Tulang Bawang, serta berhasilterrekonstruksinya salah satu bentuk kesenian dalam ritual pemujaan yang telah punah (Tari Bedayo TulangBawang), memunculkan ide baru penggarapan yang akan tertuang dalam bentuk karya tari.Karya tari ini terinspirasi dari sosok pertapa serta perjalanan spiritualnya sebagai asal-usul lahirnyatarian pemujaan dalam melengkapi sebuah ritual adat masa itu. Pertapa dalam proses tapanya tentumengalami berbagai gejolak serta menghadapi segala bentuk gangguan dan godaan. Namun, semua haltersebut diupayakan semaksimal mungkin untuk dikendalikan hingga berhasil mencapai tingkat spiritualyang khusus, ditandai dengan diterimanya wangsit oleh pertapa. Wangsit berupa pelaksanaan upacara ritualdisebutkan juga mendorong lahirnya sebuah tarian pemujaan sebagai kelengkapan ritualnya. Kesakralanpemujaan yang terbentuk inilah yang juga akan ditampilkan dalam kemunculan dramatik karya tari ini.Tari Hanggum ditarikan oleh lima penari laki-laki dan tiga penari perempuan sebagai bentuk inovasidalam penggarapan yang tetap mengacu pada kesakralan tradisi ritual. Kehadiran para penari merupakanpenggambaran sosok pertapa, aktivitas pemujaan, serta bentuk gangguan dalam perjalanan spiritualnya.Penggunaan properti kain yang tergantung menjadi klimaks dramatika dalam karya tari ini. Diharapkankarya tari ini dapat memberikan manfaat bagi setiap penikmatnya, termasuk bagi Pemerintah Daerah TulangBawang-Provinsi Lampung agar lebih memperhatikan kelestarian wujud dan nilai budaya dan tradisi yangluhur.Kata kunci: pertapa, ritual pemujaan, Lampung
FUNGSI TARI REGO DALAM UPACARA VUNJA PADA TO KAILI SULAWESI TENGAH Kristina Rahmawati
Joged Vol 3, No 2 (2012): NOVEMBER 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v3i2.331

Abstract

Penelitian ini memfokuskan pada kajian tentang fungsi tari rego dalam upacara vunja pada to (orang) Kailidi Sulawesi Tengah. Rego adalah tarian kaum laki-laki dan perempuan dewasa dalam posisi melingkar.Esensi gerak Rego penarinya. Sementara ritual vunja adalah upacara ritual yang digelar saat perayaan panentiba. Dengan demikian, rego vuja berarti tarian rego yang disajikan pada saat perayaan panen.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan teori kebudayaan dari RaymondWilliams,. Teori ini dianggap sesuai karena dimungkinkan mengungkap lebih jauh tentang tari rego vunjadari sisi kelembagaan, isi, dan efeknya serta sisi artistik dan ritual dari sebuah kesenian.Kata Kunci: Rego, upacara vunja, fungsi
SRIKANDHI, WANITA YANG MENEMBUS BATAS Susanti Pujiastuti
Joged Vol 3, No 2 (2012): NOVEMBER 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v3i2.332

Abstract

Srikandhi adalah nama sebuah tokoh wayang putri, namanya sering di dengar sebagai simbol dariemansipasi wanita. “Srikandhi Wanita yang Menembus Batas” merupakan judul dari konsep perancangankoreografi yang menggambarkan tentang Srikandhi. Pada konsep perancangan koreografi tersebutdigambarkan mengenai bagaimana sosok Srikandhi. Srikandhi yang mempunyai dua pribadi yang maskulinserta feminim berusaha dituangkan oleh penata tari melalui konsep perancangan karya tersebut. Penulisan inibertujuan menjelaskan mengenai sebuah konsep perancangan sebuah karya tari yang bersumber dari tokohSrikandhi serta sekaligus menganalisis karakter dari tokoh tersebut melalui apa yang digambarkan dalamkonsep perancangan karya tari. Penulisan ini diharapkan dapat menjadi sebuah referensi tentang bagaimanamengungkapkan atau menggambarkan sebuah objek ke dalam sebuah konsep perancangan koreografi.Kata kunci : Srikandhi, Konsep Perancangan, Karakter
PERANG BAJAU Mr. Diantori
Joged Vol 3, No 2 (2012): NOVEMBER 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v3i2.333

Abstract

PERANG BAJAU ang terinspirasi dari cerita turun temurun di daerah Tulang Bawang, Menggala,Lampung yang menceritakan perang besar yang terjadi antara perompak Cina dengan masyarakat TulangBawang. Cerita ini diyakini memang benar-benar terjadi, dengan diperkuat adanya beberapa bukti yang adadi sekitar sungai Tulang Bawang yang terletak di kampung Ujung Gunung, Menggala, yaitu sebuah bukitmenyerupai kapal yang tertelungkup, yang disebut oleh masyarakat setempat “bukit Kapal Cina”, dansebuah pulau yang disebut “pulau Daging” dianggap merupakan tumpukan dari mayat-mayat mereka yangmenjadi korban pada peperangan dahsyat tersebut.Karya tari ini menggambarkan suasana ketidaknyamanan rakyat Tulang Bawang atas peristiwaperampokan dan pembantaian yang terjadi di daerah mereka yang akhirnya menyebabkan rakyat bangkit danmelawan perompak.Adapun koreografinya merupakan penggabungan gerak Chang Quan salah satu aliran Wushu dariberbagai aliran yang ada di Cina utara yang memiliki karakter gerak yang kuat, cepat, dengan langkah yanglebar dengan banyak variasi loncatan dan putaran. Untuk gerak Lampung mengacu pada gerak pencak danigol yaitu tari yang dilakukan oleh laki-laki, memiliki karakter gerak yang membumi dan tajam. Ditarikanoleh lima orang penari laki-laki yang berbentuk suita terdiri dari empat adegan.Kata kunci: bajau, perang, karya tari
ROUK BETINO Merlia Atika
Joged Vol 3, No 2 (2012): NOVEMBER 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v3i2.334

Abstract

Rouk Betino dalam bahasa Melayu berarti Rok Perempuan. Rok identik dengan perempuan, sehinggakarya tari ini merupakan ungkapan keberagaman sifat dan karakter perempuan di balik rok yangdikenakannya. Koreografi Rouk Betino terinspirasi dari cara perempuan Melayu Riau memakai kain songketsebagai bagian dari identitas kulturalnya. Kesadaran artistik dibentuk melalui pengembangan fungsi kain,status sosial, simbol, berbagai sifat dan karakternya. Pembeda status dan karakter perempuan Melalyutercermin dari cara pakai rok sebagai kostum dan properti antara perempuan yang sudah menikah dan yangmasih gadis, terutama sifat dan karakter masing-masing. Ekspresi simbolis karya ini adalah perjuanganperempuan yang hebat dan kuat, baik dalam kedudukannya sebagai ibu maupun pemimpin keluarga.Kekuatan pesan komunikasi dari koreografi ini adalah bahwa perempuan merupakan motivator dandinamisator masyarakat Melayu. Ia adalah manusia kuat dan hebat.Kata kunci: koreografi, rok, ekspresi, simbol
KARAKTERISTIK EMPAT TOKOH PADA WAYANG TOPENG MALANG Robby Hidajat
Joged Vol 3, No 2 (2012): NOVEMBER 2012
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v3i2.335

Abstract

Karakteristik tokoh dalam Lakon Panji terkait dengan konsepsi konsmologi Jawa yang hidup dalampikiran para pendukungnya. Pemahaman ini dimaksudkan untuk memahami nilai pendidikan, kaitannyadengan konsepsi yang melatar belakangi tokoh-tokoh di dalam lakon yang disajikan. Pada Lakon WayangTopeng Malang ditemukan empat tokoh sentral (inti) yaitu: Panji Asmarabangun, GaluhCandrakirana, Gunungsari, dan Klana Sewandana. Adapun keterkaitan dari empat tokoh tersebutadalah bersandar pada kosmologi Jawa yang disebut macapat, yaitu tentang kesadaran tentang adanyanilai-nilai kearifan local yang mampu membentuk kepribadian masyarakat pendukungnya.Kata kunci: karakterisik, Nilai, Lakon, Panji
REFLEKSI RUPA JIWA Mila Rosinta Totoatmojo
Joged Vol 4, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v4i1.524

Abstract

In the era of a fast technological and communication’s advancement, people feels that the worldincreasingly narrowed, as if there is no limit of space and time. The awareness squeezed by everything isgetting closer, and led to act promptly, quickly, and instant. The world seems like a folded or compressed.Man forcing himself to do something with the minimizing quality. What it does have a profound loss ofmeaning. Man is losing his roles as personal (self-reflection) and social (social reflection).The creation of the dance is set from fashion’s manner of self reflection in a front of mirror.In the stepsof process creation of this workbased on Creativity and Choreography. Creativity approach is used in thecreation of art can not be separated from the process of thinking and working creatively, through this way ofthinking and approach a creative work will be built.The second approach is the choreography, which is usedas the foundation in aspects of behavior and other visuals.Artworks " Refleksi Rupa Jiwa /The Reflection Face of Soul" is an exploration of the human psycheneeds to fullfil its personal and social aspects. Its actualization is the result of self-reflection upon thepersonal need as well as social, ie as a dialectic results on both. Corresponding with Sigmund Freud whichis differentiate the human psyche in the id, ego, and super ego, then by self-reflection human will discoverhis/her true identity in fullfil the basic needs of self-satisfaction and lust. In a reflection of social life, peopleare faced with the reality of such as: social relations, ethics, norms, and religion, which sometimes felt as animpediment to fullfil a personal satisfaction and lust. Balance between a self-fulfillment to a fulfilling ofpublic needs on social scope will produce a moral value, in concept of super ego so-called conscience.Key words: self-reflection, social reflection, moral value.
PERUBAHAN BENTUK PENYAJIAN TARI JOGED BUMBUNG DI DESA SUWUG KECAMATAN SAWAN, KABUPATEN BULELENG BALI Made Dyah Agustina
Joged Vol 4, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v4i1.525

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan bentuk penyajian tari joged bumbung diDesa Suwug yang mengalami perubahan dari tahun 1986 sampai tahun 2002.Objek penelitian ini adalah perubahan bentuk penyajian tari Joged Bumbung dengan menggunakanpendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah penari, ketua sanggar, kepala desa, dan pendudukdesa Suwug. Data diperoleh melalui metode observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Data-datatersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif. Kemudian dilakukan uji triangulasi keabsahan data yaituobservasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi, kemudian subjek penelitian dengan pustaka.Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa tari Joged Bumbung merupakan tarian pergaulan yangmulai muncul di Bali sekitar tahun 1946, bentuk gerak tari ini adalah lincah dan dinamis dengan ciri khasmenggunakan kipas sebagai properti. Bentuk penyajiannya pada tahun 1986 yakni: (1) gerak baku yangdigunakan adalah ragam tari Bali (2) penggunaan disain lantai bebas selalu berpasangan (3) tata rias yangsederhana rias canntik (4) penggunaan busana pelegongan (5) tempat pertunjukan yang luas dan lebar (6)iringan yang masih berupa grantang, gong, dan kendang. Sedangkan pada bentuk penyajian tahun 2002sampai sekarang mengalami perubahan (1) gerak tari bertambah goyang pinggul (2) iringan menyerupaigong kebyar.Kata kunci: perubahan, bentuk penyajian, joged bumbung
DOLO BELILILE BENTUK, KARAKTER, DAN PERILAKU KOMODO DI PULAU KOMODO KABUPATEN MANGGARAI BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR Melki Jemri Edison Neolaka S.Sn.
Joged Vol 4, No 1 (2013): JUNI 2013
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v4i1.526

Abstract

Dolo belilile adalah sebuah karya tari yang menggambarkan bentuk, Karakter, dan perilaku Komodo dipulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat-Nusa Tenggara Timur. Mengupas tentang bentuk komodo(bentuk tangan, kaki, kepala, leher, mata) yang dihadirkan kembali dalam bentuk baru yang berbeda yangditarikan dalam bentuk koreografi dengan gerak, pola lantai, desain gerak, arah hadap, level, waktu, dantenaga. Karakter yang lebih mengarah kepada sifat misterius, dingin, namun biasa menjadi bengis dan liarsaat kelaparan dan merasa terusik kenyamanannya. Perilaku yang lebih mengambil esensi pada cara makan,cara minum, cara menatap, cara berjalan, hingga pola hidup menyendiri, berdua, dan saat mengelompok.Karya ini memadukan dua tipe tari yaitu tipe studi dan dramatik. Studi yang lebih mengacu padapengembangan gerak dasar cara berjalan komodo dan bentuk tangan dan kaki serta jari-jari Komodo. Karyatari ini menggunakan mode penyajian simbolis representasional. Gerak di garapan ini menggunakan geraktari kontemporer yang berkonsep warna-warna gerak primitif yang berasal dari kabupaten Manggarai Barat.Menggunakan duabelas penari campuran antara putra dan putri yang terbagi sesuai dengan adegan tarinya.Instrumen musik yang digunakan dalam tarian ini adalah; ceng-ceng, jimbe, seruling, udupot, conga bedug,dan biola. Lantunan syair adat dan lagu daerah Dolo juga turut mewarnai koreografi ini.Inti karya ini adalah kemenangan sejati dalam kebersamaan yang diungkapkan dalam bentuk KoreografiLingkungan. Mengajak masyarakat untuk melihat perjalanan kisah komodo yang selama ini menjadibinatang langka yang berusaha bertahan hidup dihutan lindung yang besar dan gersang. Pemerintahdiharapkan dapat mengubah pola pikir untuk tidak meremehkan dan menomerduakan sektor seni, budayadan pariwisata karena kehidupan alam, budaya, dan habitat komodo teryata dapat menjadi aset daerah yangmembanggakan di mata dunia. Mari sama-sama bergandengan tangan, berpesta dan bergembira bersamamerayakan kemenangan ini, menyatukan rasa dan semangat membangun NTT menjadi makmur, bersahabat,semakin maju, cinta budaya dan alam.Kata kunci: bentuk, karakter, perilaku komodo

Page 2 of 14 | Total Record : 137