cover
Contact Name
Mochamad Rochim
Contact Email
mochammad.rochim@unisba.ac.id
Phone
+6224-8508013
Journal Mail Official
yasir.alimi@gmail.com
Editorial Address
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/about/editorialTeam
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
KOMUNITAS: INTERNATIONAL JOURNAL OF INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE
ISSN : pISSN246     EISSN : eISSN246     DOI : DOI: 10.15294/komunitas.v8i1.4516
Core Subject : Education, Social,
Di Data GARUDA saya, jurnal KOMUNITAS yang diterbitkan oleh UNNES belum terakreditasi, seharusnya sudah terakreditasi SINTA 2 sesuai data SINTA. https://sinta.kemdikbud.go.id/journals?q=komunitas
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2013): September 2013" : 14 Documents clear
A METHODOLOGICAL MODEL FOR INTEGRATING CHARACTER WITHIN CONTENT AND LANGUAGE INTEGRATED LEARNING IN SOCIOLOGY OF RELIGION Alimi, Moh Yasir
Komunitas Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2744

Abstract

AbstractIn this article, I describe a methodological model I used in a experimental study on how to integrate character within the practice of Content and Language Integrated Learning (CLIL) at the higher education Indonesia.This research can be added to research about character education and CLIL in tertiary education, giving nuances to the practice of CLIL so far predominantly a practice in primary and secondary schools.The research was conducted in Semarang State University, in the Department of Sociology and Anthropology, in Sociology of Religion bilingual class. The research indicates that the integration of character within CLIL enrich the perspective of CLIL by strengthening the use of CLIL for intellectual growth and moral development. On the other side, the use of CLIL with character education gives methods and perspectives to the practice of character education which so far only emphasise contents reforms without learning methods reforms. The research also reveals that the weakness of CLIL in using text for classroom learning can be overcome by the use of specific reading and writing strategies. I develop a practical text strategy which can be effectively used in highly conceptual subject such as sociology of religion. AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan model metodologis yang saya pakai untuk mengintegrasikannya karakter dalam Content and Language Integrated Learning (CLIL) pada pendidikan tinggi di Indonesia. Penelitian ini memperkaya penelitian mengenai pendidikan karakter dan penerapan CLIL di perguruan tinggi, selama ini penelitian semacam itu hanya biasa di level lebih rendah. Penelitian dilakukan di Universitas Negeri Semarang, pada kelas bilingual yang diikuti 25 mahasiswa, dan diujikan pada mata kuliah Sosiologi Agama. Pelajaran dari penelitian ini adalah integrasi karakter dalam CLIL dapat memperkaya CLIL. Sebaliknya penggunaan CLIL untuk mendidikkan karakter di kelas bilingual mampu menjawab berbagai tantangan pendidikan karakter di Indonesia yang sebagian besar masih berupa pengintegrasian karakter dalam kurikulum saja, tanpa disertai perubahan metode pembelajaran. Penelitian juga menunjukkan bahwa kelemahan CLIL dalam mengintegrasikan teksbook dalam pembelajaran kelas bilingual bisa diatasi dengan penggunaan strategi reading dan writing yang spesifik.© 2013 Universitas Negeri Semarang
WARAK NGENDOG: SIMBOL AKULTURASI BUDAYA PADA KARYA SENI RUPA -, Triyanto; Rokhmat, Nur; -, Mujiyono
Komunitas Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2735

Abstract

AbstrakWarak Ngendog merupakan kreativitas budaya lokal yang menjadi maskot dalam tradisi ritual Dugderan masyarakat Kota Semarang.  Penelitian ini bertujuan  mengkaji masalah maskot seni rupa  tersebut  sebagai simbol akulturasi budaya  melalui analisis intra estetik dan ekstra estetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek intra estetik, perwujudan Warak Ngendog sebagai maskot Dugderan merepresentasikan hewan rekaan berkaki empat yang bersifat enigmatik, unik, eksotik, dan ekspresif. Dari aspek  ekstra estetik, maskot tersebut  secara simbolik mencerminkan  akulturasi budaya Jawa, Arab, dan Cina yang merefleksikan pesan-pesan edukatif ajaran moral Islami serta nilai harmoni kehidupan masyarakat multikultur. Interaksi sistemik unsur-unsur ulama, pemerintah, masyarakat,  ritual Dugderan, dan maskot seni rupa Warak Ngendog sebagai simbol akulturasi budaya dapat berperan secara sinergis sebagai model dalam membangun integrasi budaya.AbstractWarak Ngendog, a mascot of Semarang City in Dugderan ritual tradition, is a symbolically laden cultural creativity. This research aims to study visual artwork of a mascot as a symbol of cultural accuturation through intra-aesthetic and extra-aesthetic analysis. The result of the research showed that, from intra-aesthetic aspect, the actualization of Warak Ngendog as Dugderan mascot presents fictional four-legged animal which were enigmatic, unique, exotic, and expressive. In addition, from extra-aesthetic aspects, the mascot symbolically mirrors Javanese, Arabic, and Chinese cultural acculturation reflecting educational messages of Islamic morals and invitation for harmony in a multicultural society. Creating systemic interaction between ulama, government, society, Dugderan ritual and its mascot plays important roles as a model for developing harmony and cultural integrity.© 2013 Universitas Negeri Semarang
GLASS CEILLING DAN GUILTY FEELING SEBAGAI PENGHAMBAT KARIR PEREMPUAN DI BIROKRASI -, Partini
Komunitas Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2740

Abstract

AbstrakSecara kuantitas pertambahan pegawai negeri sipil perempuan mengalami peningkatan yang signifikan, namun belum diikuti dengan terbukanya akses untuk dapat menjadi pejabat struktural dan pejabat publik yang strategis. Artikel ini membahas faktor-faktor yang menyebabkan belum terbukanya akses untuk menjadi pejabat. Penelitian dilakukan di Aceh. Hasil penelitian menunjukan perasaan  ambigu, kurang percaya diri, dan kurangnya dukungan lingkungan sosial yang disebabkan karena dominasi dari kultur dan struktur menguatkan fenomena glass ceiling. Rendahnya akses perempuan dalam jabatan strategis akan berdampak pada kualitas kebijakan publik yang dirumuskan menjadi tidak sensitif gender.AbstractThe number of female civil servant has increased significantly nowadays. However, this opportunity yet to be followed by the opening access for women in the structural and strategic position. The research aims to discuss factors that inhibit women’s careers. The research was conducted in Nangroe Aceh Darrusalam. The result shows that ambiguous feelings, lack of confidence and social support environment as well as dominance of patriarchal culture and structure inhibit women’s career in bureaucracy. The lack of women’s access in strategic positions would result in gender insensitive public policies.© 2013 Universitas Negeri Semarang
ANALISIS KARAKTER DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI KOTA BANDA ACEH -, Abubakar; -, Anwar
Komunitas Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2758

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan membahas problem-problem dalam pengintegrasian karakter dan kearifan lokal dalam sosiologi. Penelitian dilakukan di kota Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak pengajar belum faham dan tidak menguasai bagaimana membuat rencana pembelajaran  yang sarat dengan nilai-nilai lokal yang perlu dipahami dan diteladani oleh semua pihak sebagai panduan hidupnya,  yang  dijalankan selama ini adalah apa yang telah lama dilakukan, dengan muatan materi yang sangat umum dari buku-buku nasional, bahkan ada yang berpendapat materi dari nilai-nilai lokal tidak diperlukan dengan berbagai alasan,  padahal sesungguhnya apa yang tersurat dalam teori universal faktanya banyak bertebaran pada masyarakat sekitar, usaha pemberdayaan gurupun masih minim, dengan kondisi yang demikian pembelajaran sosiologi pada SMA Kota Banda Aceh belum berbasis lokal,  yang  sedang digalakkan oleh pemerintah daerah sesuai Qanun (perda) Nomor 5 Tahun 2000,  Qanun Nomor 6 Tahun 2000  dan UUPA Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Daerah Aceh. AbstractThis study aims to discuss the problems in the integration of character and wisdom in sociology  learning. The study was conducted in the city of Banda Aceh. The results show that many teachers do not understand and have not mastered the way to make a lesson plan that is loaded with local values??. Learning is not yet based upon lokal wisdom, even some teachers argued that the material of lokal values ??is not necessary for various reasons. Teacher empowerment is still minimum. Therefore, the mandate of Qanun ( regulation ) No. 5 of 2000 , Qanun No. 6 in 2000 and UUPA No. 11 2006 on Regional Government of Aceh for adoption of lokal wisdom has not been achieved. © 2013 Universitas Negeri Semarang
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PASCAERUPSI GUNUNG MERAPI DI JAWA TENGAH DAN YOGYAKARTA -, Masrukin; Sugito, Toto; Suswanto, Bambang; Sabiq, Ahmad
Komunitas Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2736

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan membuat model pemberdayaan masyarakat pascaerupsi Gunung Merapi di lokasi yang terkena dampak paling parah yaitu: di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Desa Jumuyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang dan Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah serta Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta. Menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk melakukan pengkajian keadaan desa secara partisipatif melalui wawancara mendalam, observasi dan focus group discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukan dari keempat lokasi, memiliki kesamaan dalam model pemberdayaan yaitu: (1) Masyarakat  membutuhkan serangkaian kegiatan pemberdayaan secara menyeluruh, antara kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan. Karena selama ini, masyarakat telah mendapat penyuluhan, pelatihan dan bantuan, akan tetapi untuk program pendampingan yang dibutuhkan tidak diberikan. Akibatnya kurang mendukung pada keberlanjutan, peningkatan produktivitas dan pemasaran.  (2) Masyarakat membutuhkan lembaga koperasi yang memiliki badan hukum sebagai pusat usaha perekonomian untuk memenuhi kebutuhan permodalan, bahan baku, dan akses jaringan pemasaran. (3) Masyarakat membutuhkan pelatihan secara periodik dan penguatan kembali kelompok siaga bencana di tingkat desa. AbstractThis research aims to create empowerment model after the eruption of Mount Merapi in locations most severely affected: Tlogolele Village of Selo District in Boyolali Regency, Jumoyo Village of Salam District in Magelang Regency and  Balerante Village in Kemalang District of Klaten Regency in Central Java Province and Kepuharjo Village of Cangkringan District in Sleman Regency in Yogyakarta Province. The research used Participatory Rural Appraisal (PRA) method for assessing participatory village situation through in-depth interviews, observation and focus group discussion (FGD). The results showed that the four villages, had similarities in the empowerment model: (1) Community requires a series and comprehensive of empowerment activities between extension, training and mentoring. (2) Community requires cooperative institution as a business center to obtain capital, raw materials and network marketing access. (3) Finally the community should receive periodic training and transformed to be a disaster task force at the village level.© 2013 Universitas Negeri Semarang
FAKTOR STRUKTURAL DAN KULTURAL PENYEBAB KESENJANGAN SOSIAL: KASUS INDUSTRI BATIK PAMEKASAN MADURA Sutopo, Oki Rahadianto
Komunitas Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2741

Abstract

AbstrakSecara teoretis, pembangunan ekonomi diandaikan akan menghasilkan pemerataan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Pasca ditetapkan sebagai sentra batik, yang terjadi di Kecamatan Proppo Pamekasan Madura justru sebaliknya, tingkat prasejahtera warga berdasarkan alasan ekonomi justru tertinggi di antara kecamatan yang lain. Dengan menggunakan metode kualitatif secara spesifik dengan teknik wawancara mendalam dan observasi, sebagai studi awal analisis dalam artikel ini akan menjelaskan mengenai faktor struktural, kultural serta proses reproduksi sosial yang menyebabkan kesenjangan sosial tersebut. Reproduksi struktur sosial yang timpang menyebabkan distribusi kuasa juga tidak merata, menciptakan relasi dominasi subordinasi dan pada prosesnya akses juga tidak merata. Struktur sosial yang timpang ini diperkuat dengan kultur patriarkhis yang semakin meneguhkan kesenjangan sosial. AbstractTheoretically, economic development will create equality of wealth distribution to  people. This is not the case in Proppo disctrict Pamekasan Madura after being declared as one of Batik centre, Proppo has the highest rate of disadvantaged people compared to other districts. Using qualitative method, specifically in-depth interview and observation, this article  explains the structural, cultural factors as well as the process of social reproduction that resulted in social inequality in Proppo district. This article concludes that the reproduction of unequal social structure results in unequal power distribution, dominant-subordinant relation and also unequality of access.This unequal social structure is also reinforced by patriarchalculture which later strengthened social inequality.© 2013 Universitas Negeri Semarang
DIVERSITY OF MEDICAL DISCOURSES AND THEIR IMPACT UPON INDIVIDUAL’S NARRATIVES ABOUT ILLNESS IN WEST SUMATERA Majer, Jiri
Komunitas Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2732

Abstract

AbstractThe aim of this article is to give concrete examples of how narratives influence the way person speaks about and interpret his illness. The research was conducted in West Sumatera where people are exposed to a diverse range of health discourses: western medicine, local ethno-medicine or Islamic way of treatment called ruqyah and its discourse changes the interpretation of one`s health condition. This study is part of my research, which focused on the process of creation and negotiation of a diagnosis within a multi-cultural and multi-discursive context of Indonesia. This study concludes that people in West Sumetara withdraws from several different discourses to give meaning to both their health and illness. AbstrakTujuan artikel ini adalah untuk mengilustrasikan contoh konkrit narasi, dan pengaruhnya bagi cara seseorang berbicara dan memaknai penyakit tertentu yang mereka alami. Penelitian dilakukan di Sumatera Barat, yang memiliki keragaman diskursus kesehatan: obat-obatan barat, cara pengobatan tradisional atau pengobatan secara ruqyah di dalam Islam. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian saya, yang difokuskan pada proses kreasi/negosiasi karena keanekaragaman budaya dan wacana kesehatan di Indonesia. Kajian ini menyimpulkan bahwa individu mengambil dari berbagai wacana kesehatan untuk memahami dan memberi makna tentang sehat dan sakit mereka.© 2013 Universitas Negeri Semarang
MODEL PENGELOLAAN AIR BERSIH DESA DI BANTUL YOGYAKARTA -, Hardjono; Dwi Astuti, Nuraini; Widiputranti, Christine Sri
Komunitas Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2737

Abstract

AbstrakArtikel ini bertujuan mendeskripsikan model pengelolaan air minum desa dan permasalah yang dihadapinya. Penelitian dilakukan di wilayah Pucung Desa Wukirsari Bantul Yogyakarta. Permasalahan yang dikaji adalah bagaimana pengelolaan  ditinjau dari aspek kelembagaan, ketersediaan air, jumlah pengguna, kebutuhan air bersih, pedoman yang mengatur dan manajemen keuangannya. Jenis penelitian survai dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Subyek penelitian kepala keluarga. Hasil penelitian Pengelolaan Air Bersih (PAB) Pucung dikelola berbasis masyarakat (tipe C), namun belum melibatkan pelanggan dalam pengelolaannya. Ketersediaan air sangat cukup, tetapi kebutuhan pelanggan belum terpenuhi secara maksimal. Apabila PAB Pucung dapat beroperasi secara efektif dan efisien masyarakat Pucung tidak akan kekurangan air bersih karena dalam satu bulan masih tersedia 13.445 m3, yang setara  dengan pemenuhan kebutuhan air bersih rata–rata 259 jiwa/bulan.AbstractThis article aims to describe a village water management model and the problems it faces. The study was conducted in the area of ??Bantul, Yogyakarta, to be exactly in Wukirsari village. The article studies water management in the aspect of institutional management, water availability, number of users, the need for clean water, and guidelines governing financial management. The results of the study reveals that the water is managed by the community (type C), and do not involve the customer in its management. Though water is abundant, the management does not meet customer needs to the fullest. If PAB Pucung can operate effectively and efficiently Pucung people will not lack of clean water because of lack of clean water is still available in a month 13 445 m3, which is equivalent to a clean water supply on average 259 people/month.© 2013 Universitas Negeri Semarang
MODEL PENDIDIKAN PARTISIPATIF EMPAT PILAR BANGSA BAGI INTEGRASI NASIONAL
Komunitas Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2742

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pendidikan partisipatif tentang empat pilar bangsa pada masyarakat akar rumput. Penelitian ini dilakukan di Sudiroprajan. Penelitian dirancang menerapkan Participatory Action Research, dengan siklus planning, act, observe, dan reflection. Integrasi dianalisis dengan fungsionalisme struktural, sebatas Cina-Jawa, dan sebatas variabel tingkat pengamalan 4 pilar bangsa.  Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui gambar dan tulisan yang mereka tuangkan dalam media mural, penelitian menunjukkan bahwa mereka memahami isi 4 pilar bangsa (Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI) dan merepresentasikan pengamalan dan penghayatannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui mural, selain menjadikan tembok tampak terawat, terlihat bersih dan enak dipandang, juga dapat mengaktualisasikan pesan asimilasi alamiah di kampung Mbalong menjadi representasi bahwa mereka tidak lagi mempermasalahkan etnisitas, mampu mereduksi ikatan primordialisme, menguatkan persatuan, nasionalisme, dan mengokohkan integrasi nasional. AbstractThis study aims to develop a participatory education model for educating four nation pillars in grassroots level. The research was concluded in Sudiroprajan Surakarta using participatory action research. The result shows that throught mural citizen can express their understanding of four nation pillars concern on the form of mural drawings and writings indicate that they understanding the content and practice the four nation pillars (Pancasila, the 1945 Constitution, Unity in Diversity, The Unity State Republic of Indonesia) in the everyday life. The murals do not only make the walls clean and pleasing. They also can actualize the message of natural assimilation. This is illustrated in Mbalong mural which suggests an idea that ethnicity there, is not longer a problem, that they can reduce primordial ties, strengthen unity, nationalism, and the national integration.  © 2013 Universitas Negeri Semarang
PROTEST AND CONSUMER: A CONTENT ANALYSIS OF EBSCO ELECTRONIC DATABASE ACROSS 50 YEARS
Komunitas Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v5i2.2733

Abstract

AbstractThe objective of this research is to review the articles of protest and consumer in EBSCO electronic journal. The objective will be achieved by answering the following questions: (i) what is the method of reviewed articles with the topic of protest; and (ii) what agenda of future research? The results showed that most reviewed articles  used qualitative approach. Most research are empirical in nature. For articles of empirical research, most of the data were obtained through observation and were analyzed descriptively. Literature on protest and consumer can be classified into 3 main categories: (1) discussing about the frequency, cause, and objective of protest; (2) discussing about the consequence of protest; and (3) discussing about the  motivation of individuals in taking part in the protest. This review also showed that there are major gaps from the previous research including the fact that attitude is not the focal point in explaining why consumers take part in protest and no article discussed consumers’ attitude to the object taking part in the protest.  AbstrakTujuan penelitian ini adalah melakukan ulas balik artikel-artikel bertopik protes dan konsumen pada database elektronik EBSCO. Tujuan tersebut akan dicapai dengan menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut: (i) apa metode dan sifat dasar dari artikel yang bertopik protes; dan (ii) agenda penelitian apa yang masih terbuka ke depan? Hasil analisis menunjukkan bahwa kebanyakan artikel yang direview menggunakan pendekatan kualitatif. Kebanyakan artikel merupakan penelitian empiris. Untuk artikel penelitian empiris, mayoritas data diperoleh dengan cara observasi, dan dianalisis secara deskriptif. Literatur tentang protes dan konsumen dapat digolongkan dalam 3 bagian besar, yaitu (1) yang membahas tentang frekuensi, sebab, dan tujuan protes; (2) yang membahas tentang konsekuensi dari protes; dan (3) yang membahas tentang motivasi individu yang mendasari untuk berpartisipasi dalam protes. Ada beberapa kesenjangan dalam penelitian-penelitian  sebelumnya, diantaranya adalah bahwa sikap bukan merupakan fokus dalam menjelaskan mengapa konsumen melakukan protes dan belum ada dari artikel tersebut yang melihat sikap konsumen terhadap objek yang melakukan protes. © 2013 Universitas Negeri Semarang

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

2013 2013


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 1 (2023): March Vol 14, No 2 (2022): September 2022 Vol 14, No 1 (2022): March 2022 Vol 14, No 2 (2022): September Vol 13, No 2 (2021): September 2021 Vol 13, No 1 (2021): March 2021 Vol 12, No 2 (2020): September 2020 Vol 12, No 1 (2020): March 2020 Vol 12, No 2 (2020): September Vol 12, No 1 (2020): March Vol 11, No 2 (2019): September 2019 Vol 11, No 1 (2019): March 2019 Vol 11, No 1 (2019): Komunitas, March 2019 Vol 11, No 2 (2019): September Vol 10, No 2 (2018): Komunitas, September 2018 Vol 10, No 2 (2018): September 2018 Vol 10, No 1 (2018): Komunitas, March 2018 Vol 10, No 1 (2018): March 2018 Vol 10, No 1 (2018): Komunitas, March Vol 9, No 2 (2017): Komunitas, September 2017 Vol 9, No 2 (2017): September 2017 Vol 9, No 1 (2017): March 2017 Vol 9, No 1 (2017): Komunitas, March 2017 Vol 9, No 1 (2017): Komunitas, March 2017 Vol 8, No 2 (2016): Komunitas, September 2016 Vol 8, No 2 (2016): September 2016 Vol 8, No 2 (2016): Komunitas, September 2016 Vol 8, No 1 (2016): Komunitas, March 2016 Vol 8, No 1 (2016): Komunitas, March 2016 Vol 8, No 1 (2016): March 2016 Vol 7, No 2 (2015): Komunitas, September 2015 Vol 7, No 2 (2015): September 2015 Vol 7, No 2 (2015): Komunitas, September 2015 Vol 7, No 1 (2015): Komunitas, March 2015 Vol 7, No 1 (2015): March 2015 Vol 7, No 1 (2015): Komunitas, March 2015 Vol 6, No 2 (2014): Komunitas, September 2014 Vol 6, No 2 (2014): Komunitas, September 2014 Vol 6, No 2 (2014): September 2014 Vol 6, No 1 (2014): March 2014 Vol 6, No 1 (2014): Lokalitas, Relasi Kuasa dan Transformasi Sosial Vol 6, No 1 (2014): Lokalitas, Relasi Kuasa dan Transformasi Sosial Vol 5, No 2 (2013): September 2013 Vol 5, No 1 (2013): March 2013 Vol 5, No 2 (2013): Tema Edisi: Model-Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Karakter Bangsa Vol 5, No 2 (2013): Tema Edisi: Model-Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Karakter Bangsa Vol 5, No 1 (2013): Tema Edisi: Multikulturalisme dan Interaksi Sosial Vol 5, No 1 (2013): Tema Edisi: Multikulturalisme dan Interaksi Sosial Vol 4, No 2 (2012): September 2012 Vol 4, No 1 (2012): March 2012 Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas Vol 4, No 1 (2012): Tema Edisi: Kearifan Lokal Tidak Pernah Kering Vol 4, No 1 (2012): Tema Edisi: Kearifan Lokal Tidak Pernah Kering Vol 3, No 2 (2011): September 2011 Vol 3, No 1 (2011): March 2011 Vol 3, No 2 (2011): Tema Edisi: Pendidikan Karakter Perspektif Sosial Budaya Vol 3, No 2 (2011): Tema Edisi: Pendidikan Karakter Perspektif Sosial Budaya Vol 3, No 1 (2011): Tema Edisi: Tempat sebagai Aspek Kebudayaan Vol 3, No 1 (2011): Tema Edisi: Tempat sebagai Aspek Kebudayaan Vol 2, No 2 (2010): September 2010 Vol 2, No 2 (2010): Tema Edisi: Perempuan - Perempuan Marginal Vol 2, No 2 (2010): Tema Edisi: Perempuan - Perempuan Marginal More Issue