cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 02161192     EISSN : 25414054     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian (J.Pascapanen) memuat artikel primer yang bersumber dari hasil penelitian pascapanen pertanian. Jurnal ini diterbitkan secara periodik dua kali dalam setahun oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian" : 6 Documents clear
EKSTRAKSI DAN PENGAMATAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANTIMIKROBA DARI KULIT BUAH POMETIA PINNATA Fransisca C. Faustina; Filiana Santoso
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v11n2.2014.80-88

Abstract

Studi ini meneliti ekstraksi kulit buah matoa (Pometia pinnata), buah dari famili Sapindaceae. Ekstraksi dilakukan dengan teknik maserasi menggunakan 3 pelarut: aseton, etanol dan akuades. Ekstrak tersebut kemudian dievaluasi aktivitas antioksidan dan antimikrobanya. Tes antimikroba menggunakan tes difusi lempeng dan difusi cairan. Aktivitas antioksidan tertinggi dihasilkan oleh ekstrak aseton dengan nilai IC50 15.323 ppm, kemudian ekstrak etanol 143.23 ppm dan 451.306 ppm. Aktivitas antioksidan dari ketiga ekstrak tersebut dibandingkan dengan aktivitas antioksidan dari asam askorbat dan ekstrak aseton menunjukkan kekuatan antioksidan setara dengan 50% dari kekuatan antioksidan dari asam askorbat. Aktivitas anti mikroba dievaluasi terhadap Escherichia coli, Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa semua ekstrak memiliki aktivitas antimikroba dengan karakter bakteriostatis. Karena itu nilai NIC (Non-inhibitory Concentration) ditetapkan untuk semua ekstrak. Aktivitas tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak aseton dan etanol dengan NIC <0.5 ppm terhadapsemua bakteri tes, sementara aktivitas terlemah ditunjukkan oleh ekstrak akuades dengan NIC 5 ppm. Pengukuran kadar fenolik dari semua ekstrak dilakukan dengan tes Folin-Ciocalteau, dan ditemukan adanya korelasi positif antara kadar fenolik dan aktivitas antioksidan dari semua ekstrak. Analisa komponen dengan tes tannin, saponin dan spektrometri juga dilakukan dan hasil menunjukkan adanya kandungan tannin, saponin dan alkaloid di dalam kulit buah matoa.Kata kunci :Matoa, Pometia pinnata, Ekstraksi, Antimikroba, AntioksidanEnglish Version AbstractThis study investigated the extraction of matoa (Pometia pinnata) fruit peels, a fruit in the family of Sapindaceae. The extraction was performed through maceration method using three kinds of solvent: acetone, ethanol and water. The extracts were tested for their antioxidant and antimicrobial activities. DPPH radical scavenging assay was used in evaluating the antioxidant activities. The antimicrobial activity was evaluated using disc-diffusion and broth dilution method. The highest antioxidant activity was showed by acetone crude extract with IC50 value at 15.323 ppm, followed by ethanol and water crude extract at 143.23 ppm and 451.306 ppm, respectively. The antioxidant activities of the crude extracts were compared to L-ascorbic acid and it was found that acetone crude extract exhibited half the strength of the antioxidant activity of L-ascorbic acid. Antimicrobial activity of matoa fruit peel extracts were tested against Escherichia coli, Bacillus cereus and Staphylococcus aureus. The results showed that all crude extracts showed antimicrobial activity with bacteriostatic characteristic. Therefore, Non-Inhibitory Concentration (NIC) was determined for all crude extracts. Acetone and ethanol crude extract possessed the strongest antimicrobial activity at NIC <0.5 ppm against all tested microorganisms, while water crude extract showed the weakest antimicrobial activity with NIC at 5 ppm. The total phenolic content of the crude extracts were measured using Folin-Ciocalteau method. Positive correlation between the antioxidant activities and the total phenolic content of the crude extracts was detected. Saponin and tannin test, as well as spectrometric analyses supported the presence of saponin, tannin and alkaloid in matoa fruit peel.Keywords :Matoa, Pometiapinnata, Extraction, Antimicrobial, Antioxidant
PENGARUH GIBERELIN DAN JENIS KEMASAN UNTUK MENEKAN SUSUT CABAI KOPAY SELAMA PENGANGKUTAN JARAK JAUH Kasma Iswari; Srimaryati Srimaryati
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v11n2.2014.89-100

Abstract

Cabai Kopay termasuk jenis cabai keriting spesifik Kota Payakumbuh Propinsi Sumatera Barat, yang mempunyai keunggulan hasil tinggi (18-21 ton/ha), dengan panjang buah 30-35 cm. Kondisi fisik menjadi kendala dalam pengemasan/pengepakan karena mudah patah. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menekan susut selama pengangkutan. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh teknologi menekan susut cabai Kopay selama pengangkutan jarak jauh (750 km). Penelitian terdiri dari dua tahap. Tahap I mengamati kriteria fisik dan kimia cabai Kopay. Tahap II penekanan susut cabai Kopay selama pengangkutan, menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor I adalah konsentrasi Asam giberelat (AG) yaitu (A) : A1) AG (C12H22O5) 20 ppm, A2) AG 30 ppm, dan A3) AG 40 ppm. Faktor ke II adalah jenis kemasan (B) yakni: (B1) kemasan karton dengan bantalan berlapis guntingan kertas koran, (B2) kemasan karton tanpa bantalan, (B3) keranjang bambu dengan bantalan berlapis guntingan kertas koran, (B4) Keranjang bambu tanpa bantalan, (B5) karung plastik dengan bantalan berlapis guntingan kertas koran, (B6) karung plastik tanpa bantalan. Sebagai pembanding diamati cara pedagang, dan kemasan karton tanpa bantalan dan tanpa AG, kemasan keranjang bambu tanpa bantalan dan tanpa AG, serta karung plastik tanpa bantalan dan tanpa AG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, susut cabai Kopay segar selama pengangkutan pada jarak 750 km berhasil ditekan melalui penyemprotan buah cabai segar dengan asam giberelat (AG) 30 ppm dan dikemas dengan karton pakai bantalan berlapis kertas koran dengan losses sebesar 7,31 %, perlakuan petani mengalami kerusakan 38,71%. Kadar vitamin C meningkat menjadi 0,35% dari 0,29% sebelum perlakuan, sedangkan tingkat kekerasan buah dapat dipertahankan pada 127,25 kg/cm2, kadar air 79,12% dan kadar capsaicin 4,65%.Kata kunci :Cabai Kopay, susut, asam giberelat, pengemasanEnglish Version AbstractCurly chili peppers ‘Kopay’ is a chili germ plasm of Payakumbuh city. This variety has superior traits such as high yield potential (18-20 t/ha) and longer fruits (30-35 cm). However, the longer fruits result in difficulty in their packaging and causes breaking or damage of the fruits. The objective of the research was to find technology to suppress the losses of the chili peppers ‘Kopay’ during a long range transportation. Step 1 of the research was to observe the physical and chemical characteristics of the chili fruits, and step 2 was an experiment to find the method for suppress the loses during transportation. The experiment was conducted using a factorial in Completely Randomised Design with three replication. The first factor of GA concentration: 20, 30, and 40 ppm, and the second factor was type of the packaging: (B1) corngated fibreboard with pads chopped used newspaper, (B2) paperboard packaging without pad, (B3) bamboo basket lined with pads of newspaper chopped, (B4) bamboo basket without pad, (B5) plastic bags with pads of newspaper chopped, (B6) without plastic in woven pad. For comparison, the traders methods, cardboard packaging without pads without GA, bamboo basket without pad and without GA, and a plastic without pads without GA. The results showed that losses during long range transportation can be suppressed by spraying the fruit with Gibereline acid (GA) 30 ppm and packed with cardboard disposable pads of newsprint with losses of 7.31%, while without treatment the loses amount is to 38.71%. Levels of vitamin C increased to 0.35% from 0.29% before treatment, whereas the level of fruit hardness can be maintained at 127.25 kg/cm2, water content 79,12%, and 4.65% capsaicin content.Keywords :Chili peppers ‘Kopay’, losses, gibberellic acid, packaging
PENGARUH PERLAKUAN HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA DAN FUNGSIONAL TEPUNG BERAS DAN APLIKASINYA DALAM PEMBUATAN BIHUN BERINDEKS GLIKEMIK RENDAH Sri Widowati; Heti Herawat; Ema S. Mulyani; Fahma Yuliwardi; Tjahja Muhandri
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v11n2.2014.59-66

Abstract

Pencegahan utama terhadap penyakit Diabetes Mellitus (DM) pada tiap individu dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, seperti diet mengonsumsi pangan Indeks Glikemik rendah (IGr). Bihun adalah salah satu sumber karbohidrat alternatif disamping nasi. Bihun dapat dikonsumsi oleh semua kelompok, termasuk penderita autis yang harus diet bebas gluten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh karakteristik sifat fisikokimia dan fungsional akibat perlakuan Heat Moisture Treatment (HMT) pada tepung beras dan aplikasi produksi bihun IG rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan HMT pada dua varietas padi IR42 dan Ciherang memiliki perbedaan sifat fisikokimia dari bihun beras native. Proses HMT dapat mengurangi tingkat kelengketan bihun, meningkatkan elastisitas, dan meningkatkan kesukaan panelis terhadap bihun tanak. Proses HMT dengan metode dua siklus autoclaving-cooling secara umum dapat meningkatkan kadar amilosa, karbohidrat dan serat pangan, dan menurunkan daya cerna pati dan IG. Proses HMT mempengaruhi sifat fungsional bihun beras. Proses HMT dapat meningkatkan sifat fungsional. Bihun HMT memiliki kadar serat pangan (6,24-6,36%) lebih tinggi dibandingkan dengan bihun beras native (5,28-5,66%), dan daya cerna pati (67,92-69,74%) serta IG (47) yang lebih rendah dibandingkan bihun beras native (daya cerna 72,64-73,52%; IG = 61).Kata kunci :heat-moisture treatment (HMT), karakteristik fisikokimia, sifat fungsional, bihun berasEnglish Version AbstractPrimary prevention of diabetes mellitus (DM) diseases on risk individuals can be done through lifestyle modifications, such as proper diet by consumming low glycemic index (GI) foods. Rice vermicelli is one alternative carbohydrate sources instead of rice. Vermicelli can be consumed for all groups, including people with autism to be compatible with a gluten free diet. This study aimed to obtain the physico-chemical properties and functional changes caused by the heat moisture treatment (HMT) in rice flour and its application in production of low GI rice vermicelli. Results showed HMT treatment in two rice varieties namely IR42 and Ciherang had different physico-chemical properties from native rice vermicelli. HMT process can reduce the stickiness of the vermicelli, improve elasticity and the panelists preference of cook rice vermicelli. HMT processes affect the functional properties of rice vermicelli. HMT processes in rice flour with methods of two cycles autoclaving-cooling in general can increase of amylose, carbohydrate and dietary fiber content, and lowers the starch digestibility and protein content of the flour. HMT rice vermicelli had higher levels of dietary fiber (6.24 to 6.36%) than the native rice vermicelli (5.28 to 5.66%). In vitro starch digestibility of HMT rice vermicelli ranged from 67.92 to 69% was lower than native rice vermicelli (72.64 to 73.52%). HMT rice vermicelli had lower GI (47) than the native one, i.e.61.Keywords :heat-moisture treatment (HMT), physicochemical characteristics, functional properties, rice vermicelli
PENGARUH EKSTRAK KULIT MANGGA (MANGIFERA INDICA L.) CV RUCAH PADA BERBAGAI ISOLAT JAMUR DAN RAGI DIISOLASI DARI KULIT MANGGA Ermi Sukasih; Setyadjit Setyadjit; Dwi Amiarsi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v11n2.2014.101-107

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan uji aktivitas antifungal dari ekstrak kulit mangga yang telah disemprot dengan asam salisilat ke dalam kapang dan khamir perusak buah mangga yang diperoleh dari proses isolasi. Dari proses isolasi diperoleh tujuh isolat kapang dan khamir yang diberi kode isolat A, B, C, D, E, F, dan G, dan setelah dimurnikan diperoleh empat isolat (isolat A, B, D dan G). Perlakuannya adalah tingkat kepekatan ekstrak kulit mangga, ada 5 tingkatan yaitu ekstrak yang dievaporasi hingga volumenya ½ nya (ekstak A), dievaporasi hingga 1/3 nya (ekstrak B), dievaporasi hingga ¼ nya (ekstrak C), dievaporasi hingga 1/5 nya (esktrak D) dan dievaporasi hingga 1/6 nya (ekstrak E). Sebagai kontrol adalah etil asetat teknis dan larutan benomyl 500 ppm. Uji aktivitas menggunakan metode sumur, uji resorsinol menggunakan HPLC. Penelitian diulang sebanyak tiga kali. Hasil aplikasi ekstrak pada agar plate menunjukkan bahwa berbagai konsentrasi ekstrak kulit mangga mampu menghambat semua jenis isolat kapang dan khamir, kecuali isolat D. Daya hambat terbesar ditunjukkan pada isolat G, mencapai 31 mm zona hambat yakni pada ekstrak kulit mangga yang dievaporasi hingga 1/6 nya (ekstrak E). Nilai ini lebih besar dari daya hambat oleh benomyl 500 ppm yang hanya 10 mm. Kadar resorsinol pada ekstrak antifungal ini adalah 5.012 ppm. Hasil identifikasi dari isolat adalah: isolat A adalah Aspergillus niger, isolat B adalah Fusarium solari, isolat D adalah Penicillium sp dan isolat G adalah Rhodotorula sp.Kata kunci :ekstrak kulit mangga, antifungal,isolat, kapang dan khamir, resorsinolEnglish Version Abstract(Antifungal Effect Of Mango Peel (Mangifera Indica L) Cv.Rucah Extract On Several Isolates Of Mold And Yeasts From Rotten Mango Peel)The aim of the research was to isolate and identify of molds and yeasts cause rot on mango cv.Indramayu and test the inhibitory activity of mango peel extract that contain antifungal to mold and yeasts the result of the isolation process. Seven earlier isolates have been obtained (isolates A, B, C, D, E, F and G), further purification was obtained 4 isolates (isolates A, B, D and G). The treatments were based on density of the extract, they were evaporated to ½ volume extract (Extract A), evaporation until to 1/3 volume extract (extract B), evaporation to ¼ volume (extract C), evaporation to 1/5 volumes (extract D) and evaporation to 1/6 volume (extract E). As the control were ethyl acetate pure solution and benomyl 500 ppm solution. The research method, antifungal assay using gel well diffusion, determination of resorcinol content using HPLC. This study was three times repeated. Applications on the plate showed that the mango peel extract at various levels of concentration can inhibit the growth of all mold and yeast isolates except isolate D. The greatest inhibition zone indicated on mold isolates G. The mango peel extract which evaporated until the 1/6 volume (extract E) showed of 31 mm zone inhibition, this value is greater than Benomyl 500 ppm solution that is 10 mm. Resorcinol content of this antifungal extract is 5,012 ppm. The end result of the process of identification has been obtained that were Aspergillus niger for isolates A, Fusarium solari for isolates B, Penicillium sp for isolate D and Rhodotorula sp. for isolate G.Keywords :mango peel extract, antifungal, isolate, mold and yeast, resorcinol 
OPTIMASI PROSES GELATINISASI BERDASARKAN RESPON SURFACE METHODOLOGY PADA PENCETAKAN BERAS ANALOG DENGAN MESIN TWIN ROLL Reni Juliana Gultom; Sutrisno Sutrisno; Slamet Budijanto
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v11n2.2014.67-79

Abstract

Sumber karbohidrat lokal seperti singkong, jagung dan sagu aren dapat dijadikan beras analog mendukung program diversifikasi pangan. Penelitian ini bertujuan untuk pembuatan formula beras analog dan rekayasa proses untuk mendapatkan kondisi optimum proses gelatinisasi pada pencetakan beras analog menggunakan mesin twin roll. Optimasi proses menggunakan Respon Surface Methodology (RSM) dengan tiga variabel proses yaitu suhu (67 oC,72 oC,77 oC), kadar air (52%, 54%, 56%) dan waktu proses gelatinisasi (19’, 23’, 27’). Kondisi proses optimum diperoleh pada suhu 77oC pada kadar air 52% dan lama proses gelatinisasi pada saat pemasakan 20 menit. Mutu kekerasan beras analog masih kurang dari target maksimum yang diinginkan, sedangkan derajat gelatinisasi, kelarutan dalam air dan penyerapan air dan kecerahan telah mencapai target yang diinginkan. Analisis produk akhir menunjukkan bahwa beras analog yang dihasilkan memiliki kekerasan,derajat gelatinisasi, daya serap air, kelarutan dalam air dan kecerahan warna sebesar 2,14 kg, 50,99 %, 1,68 g/ml, 0,006 g/2 ml dan 70,37 dengan desirability 0,863.Kata kunci :pencetakan, gelatinisasi, mesin twin roll, beras analog, respon surface methodology 
PERUBAHAN KUALITAS BAWANG MERAH (Allium Ascalonicum L.) SELAMA PENYIMPANAN PADA TINGKAT KADAR AIR DAN SUHU YANG BERBEDA ((Allium ascalonicum l.) During Storage at Different Temperature and Water Content) A.Khairun Mutia; Y.Aris Purwanto; Lilik Pujantoro
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v11n2.2014.108-115

Abstract

Bawang merah merupakan salah satu jenis komoditas yang menjadi kebutuhan masyarakat. Namun bawang merah sangat mudah mengalami perubahan mutu seperti susut bobot, perubahan volatile dan mengalami kerusakan karena memiliki kandungan air yang tinggi, sehingga diperlukan metode penyimpanan yang baik untuk mempertahankan kesegarannya selama penyimpanan. Salah satu cara untuk mempertahankan kesegaran dan kualitas bawang merah adalah menyimpan pada suhu rendah dengan tingkat kadar air tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kadar air dan suhu penyimpanan yang mempertahankan mutu bawang merah konsumsi, serta pendugaan mutu bawang merah hingga penyimpanan 6 bulan. Bawang merah dikeringkan hingga kadar air mencapai 85% dan 80% kemudian dimasukkan kedalam kemasan rajut masing-masing sebanyak 2 kg dan dilakukan penyimpanan pada suhu 5°C dengan RH 65-70%, 10°C dengan RH 65-70% dan suhu ruang (25-30°C) dengan RH 52-88% selama 8 minggu. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan bawang merah yang terbaik pada kadar air 80% dengan suhu 5°C RH 65-70%, menghasilkan susut bobot 7,06%, kadar air 79,48%, kerusakan 0,37%, kekerasan 4,38 N, dan VRS 26,53 ?Eq/g. Berdasarkan pendugaan daya simpan, susut bawang merah hingga penyimpanan 6 bulan dengan penyimpanan pada suhu 5°C dengan kadar air 80% sebesar 21,466%.Kata kunci :bawang merah, suhu, kadar air, penyimpanan, kualitas.English Version AbstractShallot is one of the types of commodities into the needs of society. But shallots are very susceptible to changes in quality such as weight loss, changes in the volatile and damaged because it has a high water content, so it needed a good storage method for maintaining freshness during storage. One way to maintain the freshness and quality of shallot is storing at low temperatures with a certain level of water content. The aim of this study was to determine the level of water content and storage temperature to maintain the quality of shallot consumption, and shallot estimation quality until 6 months of storage. Shallots were dried to water content reached 85% and 80% and then inserted into the knited packaging each of 2 kg and then stored at 5°C with RH 65-70%, 10°C with RH 65-70% and room temperature (25-30°C) with RH 52-88% for 8 weeks. The result of the experiment showed that storage of shallot in water content of 80% at 5°C RH 65-70%, resulting in a weight loss of 7,06%, the water content of 79.48%, disorder 0,37%, hardness 4,18 N and VRS 26.53 ?Eq / g. Based on the estimation of shelf life, storage losses of shallot until 6 months with storage at 5 °C with water content of 80% of to 21.466%.Keywords :shallot, suhu, water content, storage, quality.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 18, No 3 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 3 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 17, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 3 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 3 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 15, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 3 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 3 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Journal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Pascapanen Pertanian Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 2 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 4, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 3, No 1 (2006): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 2 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 2, No 1 (2005): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 1, No 1 (2004): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian More Issue