Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Pengaruh Pengemasan dan Penyimpanan terhadap Masa Kesegaran Bunga Mawar Potong Dwi Amiarsi
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 1 (2012): Maret 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n1.2012.p94-101

Abstract

Larutan pulsing merupakan suatu larutan nutrisi sebagai sumber karbohidrat dan dapat melindungi tangkai bunga dari serangan mikroorganisme penyebab penyumbatan dan mampu mempertahankan mutu bunga mawar potong. Tujuan penelitian ialah untuk memperoleh cara pengemasan dan penyimpanan yang tepat dalam upaya memperpanjang masa kesegaran bunga mawar potong. Bunga mawar dipanen di daerah Sukabumi, Jawa Barat, pada pagi hari pukul 07:00 dengan stadia kuncup dua petal terluar terbuka, kemudian direndam dalam 20 ppm AgNO3 + 5% gula pasir + 320 ppm asam sitrat selama 12 jam. Selanjutnya bunga mawar dikemas dalam kantong plastik PE dengan ketebalan 0,03 mm sebagai kemasan primer. Setelah itu dimasukkan ke dalam kotak karton ukuran 75 x 20 x 8 cm sebagai kemasan sekunder. Sebagai kontrol digunakan bunga tanpa perlakuan perendaman. Selanjutnya disimpan dalam ruang dingin suhu 5–10oC. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias Pasarminggu, dari bulan Agustus 2006 sampai dengan Maret 2007 menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan dua faktor, yaitu cara pengemasan (A), enam taraf  terdiri atas (a1) pengemasan dalam kantong plastik PE dengan ketebalan 0,03 mm, 16 lubang mikro, kapasitas 10 tangkai bunga mawar potong; (a2) pengemasan dalam kantung plastik PE dengan  ketebalan 0,03 mm, 16 lubang mikro, kapasitas satu tangkai bunga mawar potong; (a3) pengemasan dalam kantong plastik PE dengan  ketebalan 0,03 mm, tanpa lubang, kapasitas 10 tangkai bunga mawar potong; (a4) pengemasan dalam kantong plastik PE dengan  ketebalan 0,03 mm, tanpa lubang, kapasitas 1 tangkai bunga mawar potong; (a5) tanpa pengemasan (langsung dimasukkan ke dalam kotak karton); dan (a6) tanpa pulsing dan pengemasan. Lama penyimpanan (B), tiga taraf terdiri atas (b1) penyimpanan 2 hari; (b2) penyimpanan 4 hari; dan (b3) penyimpanan 6 hari dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengemasan primer dengan kantong plastik PE 0,03 mm, dalam kotak karton single corrugated (ukuran 75 x 20 x 8 cm) dengan lama penyimpanan 2 hari, memberi hasil yang terbaik dengan masa kesegaran mencapai 6,81 hari (2 hari lebih lama dibanding kontrol) dengan diameter bunga berkisar 5,23-7,11 cm dan larutan terserap yang tertinggi. Implikasi ini merupakan metode pengemasan yang dapat digunakan pedagang untuk memperpanjang ketahanan simpan bunga mawar potong sehingga jangkauan distribusi dan pemasaran dapat diperluas.ABSTRACTPulsing solution containing sugar and germicides were used for flower stem dipping before packaging and long storage to serve as carbohydrate sources, prevent the plugged stems from microbe infestation, and keep the quality of rose cut flowers. The objective of the study was to determine the proper packaging and storage of rose cut flowers. The flowers were harvested at a flower rose garden in Sukabumi-West Java at 07:00 AM with two bud opening stages and then they were pulsed with solution of AgNO3 20 ppm + sucrose 5% + 320 ppm citric acid for 12 hours. Each flower was placed in a box (75 x 20 x 8 cm) with capacity of 10 inflorescences. All treated cut flowers were storage at temperature of 5–10oC. The experiment was conducted in Experimental Garden of Indonesian Ornamental Plant Research Institute from August 2006 until March 2007, arranged in a completely randomize design (packaging method, six level: (a1) packaging PE 0.03 mm, pink prick 16 micro, 10 cut rose flowers; (a2) packaging PE 0.03 mm, pink prick 16 micro, 1 cut rose flowers; (a3) packaging PE 0.03 mm, 10 cut rose flowers; (a4) packaging PE 0.03 mm, 1 cut rose flowers (a5) without packaging (put direct into the cartoon box), (a6) control. Storage duration (B), three level: (b1) two days; (b2) four days; and (b3) six days with three replication. The results showed that the primary packaging with polyethylene plastic bag (PE) 0.03 mm, in a cardboard box single corrugated (size 75 x 20 x 8 cm) and storage duration of 2 days, give the best results with the freshness reach 6.81 days (two days longer than the  control), with flower diameter 5.23-7.11 cm and highest take up solution. This method was beneficial to the grower because they can expand their potential to market the flower. 
Karakteristik Mutu dan Ketahanan Simpan Bunga Potong Sedap Malam di Sentra Produksi - Sunarmani; Dwi Amiarsi
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 2 (2011): JUNI 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v21n2.2011.p191-196

Abstract

Sampai saat ini mutu bunga sedap malam (Polianthes tuberose L.) yang diproduksi oleh petani kecil belum dapat memenuhi mutu sesuai kebutuhan pasar. Penurunan mutu bunga sedap malam diduga berkaitan dengan kurangnya keseragaman diameter tangkai bunga, bentuk tangkai bunga, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai karakteristik mutu bunga potong sedap malam komersial di sentra-sentra produksi. Mutu bunga sedap malam sangat ditentukan oleh ukuran tangkai bunga dan kesegaran bunga. Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2006 sampai  dengan Februari 2007. Sampel bunga potong sedap malam dipanen dari daerah Cianjur (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), dan Pasuruan (Jawa Timur) masing-masing sebanyak 100 tangkai untuk diamati karakteristik fisiknya, yaitu panjang tangkai bunga, diameter bunga, panjang bunga, warna, dan kesegaran bunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga potong sedap malam dari daerah Jawa Timur adalah tipe bunga tunggal dengan jumlah bunga per malai 49,1 ± 8,2, stadia kemekaran bunga 1,6±0,5, dan diameter tangkai bunga 10,8±1,5 cm. Aroma bunga sangat tajam, dengan penampilan lebih ramping dibanding bunga potong sedap malam asal Jawa Barat dan Jawa Tengah. Informasi mengenai mutu bunga potong sedap malam  sangat bermanfaat bagi pedagang atau eksportir untuk mendapatkan produk yang diinginkan pasar atau konsumen.Quality of tuberose cut flowers which are produced by small farmers until now has not enough to fulfil market demand. The decrease of tuberose cut flower quality is believed to be related to unavailability of stalk diameter and other flower characteristics. The aim of the study was to determine quality characteristics of fresh tuberose cut flowers harvested from  farmer field  in production centers. Tuberose cut flowers quality is mainly affected by the flowers size and freshness. The research was conducted from July 2006 to February 2007. Tuberose cut flower were freshly harvested at farmer  field in Cianjur (West Java), Bandungan (Central Java), and Pasuruan (East Java), 100 samples collected from each district. The cut flower samples were observed and evaluated for physical appearance i.e. length of flower stalk, diameter, color, and freshness. The results showed that the tuberose cut flower from East Java was a single type with flower number 49.1 ± 8.2, the number of opening flower 1.6 ± 0.5, stem diameter 10.8 ± 1.5 cm. The aroma of the flowers was very keen compared to slimmer appearance of delicate tuberose cut flowers from West Java and Central Java. The information of tuberose cut flowers characteristics will benefit to saler or exporters to obtain the product that demanded by market and consumers.
Pengaruh Transportasi, Kultivar Anggrek Pot terhadap Kesegaran Bunga Selama Peragaan pada Berbagai Kondisi Ruangan Dwi Amiarsi; - Yulianingsih; S D Sabari
Jurnal Hortikultura Vol 16, No 1 (2006): Maret 2006
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v16n1.2006.p%p

Abstract

Penelitian bertujuan mendapatkan ketahanan segar tanaman anggrek pot berbunga pada beberapa kondisi ruangan dengan atau tanpa pengangkutan. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias dari bulan Juli 1998 sampai bulan April 1999. Tiga jenis tanaman pot anggrek Dendrobium berbunga (Candy Strip, Bunjet Pink dan Kyomeisabin) diperoleh dari petani bunga di daerah Cibubur, Bogor, Jawa Barat. Tanaman pot anggrek Dendrobium berbunga yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tanaman yang berbunga pertama atau kedua. Pada sebagian tanaman pot dilakukan pengangkutan Jakarta–Bandung pulang pergi selama 10 jam (±308,3 Km). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap, pola faktorial dengan 3 ulangan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa anggrek Dendrobium Candy Strip pot berbunga yang ditempatkan di rumah sere penyinaran 55% tanpa dan dengan transportasi, mempunyai masa peragaan masing-masing 48,3 hari dan 43,9 hari, dengan bunga pertama layu mencapai 28,0 hari dan 24,2 hari, dan bunga mekar mencapai 100% setelah peragaan selama 24,7 hari dan 17,9 hari. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mempertahankan mutu dan masa peragaan anggrek pot Dendrobium sp. berbunga selama pengangkutan, sehingga distribusi pemasarannya dapat lebih luasExperiment was conducted to find out the self-life of flowered potted Dendrobium at several rooms conditions with or without transportation treatment. The experiment was done at Indonesian Ornamental Crops Research Institute from Juli 1998 to April 1999. Three Dendrobium cultivars (Candy Strip, Bunjet Pink and Kyomeisabin) as potted plant were bought from farmers orchid at Cibubur, Bogor, West Jawa. Flowering  Dendrobium with potted plant used in this experiment was at first or second flowering. Potted plant was transported from Jakarta–Bandung vice versa for about 10 hours (±308.3 km). A completely randomized design with 3 replications was used. The results showed that without and with transportation potted plant Dendrobium Candy Strip placed in a screenhouse of 55% lighting, indicated shelf life of 48.3 and 43.9 days, with first flowers wilting and 100% flower opening at 28.0 and 24.2 days and 24.7 and 17.9 days, respectively. This research results were useful to maintain the quality and shelf-life during transportation so that their marketing distribution can be extended.
Pengawet untuk Menjaga Kualitas Bunga Potong Mawar Selama Penyimpanan Dwi Amiarsi; Rahayu Tejasarwana
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 3 (2011): SEPTEMBER 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v21n3.2011.p274-279

Abstract

Bunga mawar yang dikenal saat ini merupakan hibrida yang berasal dari hasil pemuliaan tanaman selama puluhan tahun. Bunga mawar yang beredar di floris dewasa ini mempunyai variasi bentuk dan warna bunga yang menakjubkan seolah-olah tidak ada habis-habisnya kebaruannya. Varietas mawar Pergiwati dan Pergiwa merupakan salah satu produk nasional yang mempunyai warna menawan, namun sebagai bunga potong daya tahan kesegarannya masih terbatas dan perlu upaya untuk meningkatkan kesegarannya, khususnya dengan penggunaan pengawet. Keuntungan dari larutan pengawet ialah dapat mempertahankan mutu dan memperpanjang kesegaran bunga potong. Penelitian dilakukan pada bulan September 2006 sampai dengan Januari 2007 di Laboratorium Fisiologi Hasil Balai Penelitian Tanaman Hias Pasarminggu. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pengawet yang tepat dalam upaya mempertahankan masa kesegaran bunga mawar potong varietas baru yaitu Pergiwati dan Pergiwa. Penelitian menggunakan dua jenis larutan pengawet, yaitu 2,5% sukrose dengan dan tanpa 100 ppm asam benzoat. Suhu penyimpanan yaitu suhu ruang (27-31oC), 20-23oC, dan 5-10oC. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan larutan 2,5% sucrose + 100 ppm asam benzoat pada bunga mawar Pergiwati mempunyai masa kesegaran bunga 28 hari bila disimpan pada suhu 5-10oC dengan persentase bunga mekar mencapai 100%. Implementasi hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengatur suplai bunga potong ke pasar.Rose flower that known this time are origin hybrids of more than 10 years of breeding process. Rose flower available on this time has attractive fine form and color as well as never ending its novelty. Rose varieties such us Pergiwati and Pergiwa generally showed short freshness as a cut flower, therefore to prolong the vaselife, a special treatment should be addressed and application of preservative has potential for this purpose. The advantages of applying preservatives are not only can keep the freshness, but also can maintain flower quality. The research was conducted at Laboratory of Physiological Product of Indonesian Ornamental Crop Research Institute from September 2006 to January 2007. The research objective was to find out the proper preservative combinations to lengthen the freshness of rose cut flower of new varieties i.e. Pergiwati and Pergiwa. Two types of preservative used in the study were 2,5% sucrose with or without 100 ppm benzoic acid. Temperature ranges of flower storage tested in the experiment were 27-31oC, 20-23oC, and 5-10oC. The factorial experiment was arranged in a completely randomized design with five replications. The results showed that using the preservative solution containing 2.5% sucrose + 100 ppm benzoic acid for Pergiwati rose cut flower could prolong the flower freshness up to 28 days at 5-10oC storage with 100% opened-buds. The result implied that the supply of rose cut flower can be regulated through application of the preservative composition.
Peranan Larutan Pengawet terhadap Mutu Bunga Potong Alpinia Selama Peragaan Dwi Amiarsi; Pudji K Utami
Jurnal Hortikultura Vol 21, No 2 (2011): JUNI 2011
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v21n2.2011.p185-190

Abstract

Larutan perendam (pulsing) merupakan suatu larutan yang diberikan segera pada bunga sebelum pengiriman untuk memberi tambahan energi, melindungi tangkai bunga dari serangan mikroorganisme penyebab penyumbatan, dan menunda kelayuan. Penelitian ini bertujuan memperoleh komposisi larutan perendam yang tepat dalam upaya memperpanjang masa kesegaran bunga potong Alpinia. Penelitian dilakukan sejak  Agustus 2005 sampai dengan Februari 2006 di Kebun Percobaan Pasarminggu, Balai Penelitian Tanaman Hias.Tiga jenis bahan pengawet digunakan dalam penelitian ini, yaitu gula pasir dengan lima taraf konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25% serta AgNO3 50 ppm dan asam sitrat 50 ppm (pH 3-4) dengan lama perendaman 2 dan 10 jam. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan lima ulangan dan lima tangkai bunga potong per unit perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan perendam yang mengandung  AgNO3 50 ppm + gula 20% + asam sitrat 50 ppm (pH 3-4) dengan perendaman selama 2 jam memberikan hasil terbaik, yaitu masa kesegaran bunga potong mencapai 11,22 hari (atau 5,56 hari lebih lama dibanding tanpa perendaman) dengan persentase pembukaan braktea  sebesar 33,14%. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk merancang pengaturan suplai bunga potong ke pasar.Pulsing solution is commonly used to prolong vaselife by dipping the flower stalks in a solution containing sugars and germicides before delivering to give energy and to prevent the plugging of stalks by microbial growth, and to postpone wilting of flowers. The experiment was conducted to determine the appropriate composition of pulsing solution to prolong vaselife of Alpinia cut flowers. Three kinds of pulsing solution were tested in the experiment i.e. sucrose with concentration levels of 5, 10, 15, 20, and 25%, 50 ppm AgNO3, and 50 ppm citric acid (pH 3-4) with dipping periods of  2 and 10 hours. The experiment was arranged in a completely  randomized block design with five replications and five cut flowers stalks per treatments. The results indicated that pulsing solution containing 50 ppm AgNO3 + 20% sugar + 50 ppm citric acid (pH 3-4) with the 2 hours dipping period was the best treatment exhibited vaselife up to 11.22 days or 5.56 days longer than control, and with bud opening of 33.14%. The result implies that the such method can be exploited to arrange cut flower supply to the market.
Pengaruh Konsentrasi Oksigen dan Karbondioksida Dalam Kemasan Terhadap Daya Simpan Buah Mangga Gedong Dwi Amiarsi
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v22n2.2012.p197-204

Abstract

ABSTRAK. Pengembangan buah di Indonesia termasuk yang di prioritaskan, namun kesegaran buah tidak dapat bertahan lama. Untuk memperpanjang ketahanan simpannya perlu diberi perlakuan dengan konsentrasi oksigen dan karbondioksida dalam kemasan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai bulan November 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suhu penyimpanan dengan komposisi gas O2 dan CO2 yang tepat dalam pengemasan agar dapat mempertahankan mutu dan memperpanjang daya simpan buah mangga Gedong. Buah mangga dikemas dalam kantong plastik PE tebal 0,04 mm. Perlakuan komposisi gas yang dicoba terdiri dari 5,0% O2 + 5,0-5,8% CO2; 2,5% O2 + 5,0-5,8% CO2; 1,0% O2 + 5,0-5,8% CO2; Udara normal (21,0% O2 + 0,03% CO2), dan Udara terbuka serta suhu penyimpanan adalah 15oC dan 27-30oC. Penelitian disusun dengan Rancangan Acak Lengkap dalam pola Faktorial dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi gas 5,0% O2 + 5,0-5,8% CO2 pada penyimpanan suhu 15oC setelah 21 hari penyimpanan memberikan mutu terbaik dengan kandungan Padatan Total Terlarut 11,56oBrix, pH 4,09, vitamin C 29,44 mg/100g, dan kadar air 87,20% serta persentase busuk buah 13,47%. Penerapan teknik hasil penelitian ini dapat menguntungkan pengguna karena waktu untuk distribusi diperpanjang.ABSTRACT. The effect of gas composition of oxygen and carbon dioxide in the packages on Gedong mango fruit self life. In Indonesia the development of fruit is priority. The self life of mango fruits is short. For prolonging the self life of mango fruits necessary to three gas compositions of oxygen and carbon dioxide treatment followed in the packages. The experiment was conducted from June to November 2007. The aim of the study was to determine both of the proper initial gas composition (CO2:O2) at the best storage temperature for conservation and extention of storage life. The mango fruits were packed in polyethylene bags (0.04 mm) and various initial compositions of O2 and CO2 with two levels of storage temperature. The gas compositions were 5,0% O2 + 5,0-5,8% CO2; 2,5% O2 + 5,0-5,8% CO2; 1,0% O2 + 5,0-5,8% CO2; Normal air (21,0% O2 + 0,03% CO2), and Untreated, and the storage temperature at 15oC and 27-30oC. This experiments was arranged in factorial and Completely Randomized Design with three replications. The results showed that either application of initial gas concentration were 5,0% O2 + 5,0-5,8% CO2 at 15oC after 21 day storage was able to maintain the best quality mango fruit days with total soluble solid 11,56oBrix, pH 4,09, ascorbic acid content of 29,44 mg/100g, moisture content 87,20%, rotten 13,47%. Applying this resulting technique will benefit to user due to lengthen of the distribution time.
Pengaruh Pulsing, Lama Penyimpanan Stok Dan Suhu Peragaan Terhadap Masa Kesegaran Bunga Potong Alpinia purpurata Ira Mulyawanti; Christina Winarti; nFN Widaningrum; nFN Yulianingsih; Dwi Amiarsi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v7n2.2010.94-102

Abstract

Bunga potong Alpinia purpurata mempunyai sifat mudah layu dan rusak, yaitu dengan masa kesegaran yang hanya mampu bertahan 4-5 hari. Salah satu cara untuk mempertahankan kesegaran bunga potong adalah dengan penggunaan larutan perendam (pulsing) dan holding. Penyimpanan dingin juga dapat dijadikan alternatif dalam mempertahankan kesegaran bunga polong. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pulsing dan lama penyimpanan dingin terhadap masa peragaan bunga Alpinia yang diperagakan di suhu ruang (29-30°C) dan suhu 20-22°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pulsing terhadap bunga potong Alpinia purpurata dapat meningkatkan masa peragaannya dibandingkan dengan tanpa pulsing, yaitu 16,3 hari dengan pulsing sukrosa (pa), 13,5 hari dengan pulsing gula dan 10,7 hari dengan tanpa pulsing. Sedangkan lama penyimpanan stok bunga pada pendingin suhu 15°C dan tempat peragaannya tidak mernberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rnasa kesegaran bunga potong Alpinia purpurata, namun semakin lama bunga disimpan pada suhu 15°C kemekarannya menjadi terhambat. Influence Of Pulsing, Stock Storage And Display Temperature On The Vase Life Cut Of Alpinia purpurataAlpinia purpurata cut flowers have withered and easily damaged, and the freshness only 4-5 days. One way to maintain the freshness of cut flowers is using pulsing and holding solution. Cold storage can also be used as an alternative in maintaining the freshness of cut flowers. The research aims to determine the influence of pulsing and cold storage for vase life period of Alpinia purpurata flower on the display at ambient (29-30°C) and temperature 20-22°C. The results showed that the pulsing of cut flowers Alpinia purpurata can improve its display period (16.3 days on sucrose pa pulsing, 13.5 on sugar pulsing and 10.7 all no pulsing). While, the stock period in the cold room (l5°C) and temperature of the display room gave no difference effect on the flower freshness, the longer the flowers are stored in cold room, the bud opening are delayed.
Pengaruh Komposisi Tepung Sukun Komposit Terhadap Kualitas Biskuit nFN Suyanti; Sri Widowati; Dwi Amiarsi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v8n1.2011.19-23

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi terbaik tepung komposit berbasis tepung sukun pada pembuatan biskuit. Tepung komposit sebagai bahan baku biskuit terdiri atas tepung sukun, tepung sorgum dan tepung gandum lokal. Enam formula biskuit dibuat dengan persentase perbandingan tepung sukun : tepung sorgum : tepung gandum lokal, yaitu 100:0:0; 60:40:0; 60:30:10; 60:20:20; 60:10:30; dan 60:0:40. Keenam formula tepung selanjutnya dibuat biskuit dengan penambahan mentega, gula halus, telur kuning, baking powder dan maizena. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan ulangan tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan biskuit terbaik dengan formula tepung sukun: tepung sorgum: tepung gandum lokal = 60:30:10. Biskuit tersebut mempunyai kadar air 4,7%, abu 1,7%, lemak 28,39%, protein 7,91%, dan karbohidrat 57,20%, serta energi 660 kkal/100g, warna, rasa dan kerenyahan disukai dan rendemen 91,01%. The Effect Of Composition Of Breadfruit Flour Composite On Quality Of Biscuits.The aim of this study was to obtain the best composition of breadfruit flour composite for making biscuits. The composite flour consisted of breadfruit flour, sorghum flour and local wheat flour. Six formulas of the composite flour were prepared based on breadfruit flour:sorghum flour:local wheat flour ratio. The six formulas tested were 100:0:0, 60:40:0, 60:30:10, 60:20:20, 60:10:30; and 60:0:40. Butter, powdered sugar, egg yolks, baking powder and cornstarch were added to each formula and the dough was then baked The experiment was arranged in a completely randomized design with three replications. The result showed that the formula consisting of breadfruit flour:sorghum flour:local wheat flour = 60:30: 10 produced biscuits with the best characteristics and acceptability. The biscuits contained 4.7% moisture, 1.7% ash, 28.39% fat, 7.91% protein, 57.20% carbohydrate, 660 kkal/100g energy and the biscuits' yield was 91.01%. The sensory characteristics of biscuits (color, taste and crispness) were generally acceptable.
TEKNOLOGI PENGEMASAN ATMOSFIR TERMODIFIKASI (MODIFIED ATMOSPHERE PACKAGING/MAP) DAN VAKUM PADA BUAH DURIAN Ira Mulyawanti; Enrico Syaefullah; Dwi Amiarsi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v14n1.2017.1-10

Abstract

Durian tergolong buah klimakterik dengan tingkat respirasi tinggi, sehingga menyebabkan umur simpannya pendek karena proses pematangan buah berlangsung cepat. Laju respirasi dapat ditekan dengan mengatur kondisi atmosfir lingkungan dan penyimpanan pada suhu rendah. Mengkondisikan atmosfir lingkungan untuk buah dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teknik pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosphere Packaging/MAP) dan vakum. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi teknik pengemasan terhadap umur simpan buah durian. Penelitian dilakukan terhadap buah durian Perwira dengan tingkat ketuaan 1-3 hari sebelum jatuh yang berasal dari Majalengka, Jawa Barat, Indonesia. Sebelum dilakukan pengemasan, buah durian dibersihkan kemudian dicelupkan ke dalam ekstrak lengkuas 5%, dicelupkan dalam larutan lilin 4 % dan selanjutnya ditiriskan. Masing-masing sebanyak 16 buah durian yang sudah kering kemudian dikemas secara MAP menggunakan plastik PE ketebalan 0,04 dan 0,06 mm dengan 16 perforasi berdiameter 0,5 cm dan secara vakum. Buah yang sudah dikemas kemudian disimpan pada suhu 13-15°C dan 20-22°C. Respon yang diamati meliputi umur simpan, total padatan terlarut (TPT), keretakan, pH, vitamin C, total asam, warna, tekstur, dan organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kemasan vakum menunjukkan kandungan TPT dan tingkat keretakan buah yang lebih rendah dibandingkan dengan kemasan MAP, namun tidak berpengaruh terhadap pH, vitamin C, dan total asam. Jenis kemasan juga tidak berpengaruh terhadap warna buah durian, namun pada tekstur menunjukkan bahwa jenis kemasan vakum dapat mempertahankan tekstur lebih baik dibandingkan dengan kemasan MAP. Buah durian dikemas secara MAP menggunakan plastik PE berketebalan 0,06 mm dengan perforasi 0,5 cm ataupun vakum dan disimpan pada suhu dingin 12-15°C dapat meningkatkan umur simpan buah durian hingga 21 hari.
Pembekuan Cepat Puree Mangga Arumanis dan Karakteristiknya Selama Penyimpanan Kun Tanti Dewandari; Ira Mulyawanti; Dwi Amiarsi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.27-33

Abstract

Mangga merupakan buah tropika di Indonesia yang tinggi produksinya, mencapai 1.621.997 ton pada tahun 2006. Pada saat musim puncak dan berlimpah, buah mangga mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pengolahan buah mangga menjadi produk antara, seperti puree. Puree mangga dapat digunakan sebagai bahan baku sirup, jeli, permen, dodol, dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik puree beku yang dibekucepatkan dan dikemas dengan plastik PE selama penyimpanan 6 bulan pada suhu beku. Rancangan yang digunakan adalah acak lengkap dengan 2 faktor, yaitu ketebalan plastik (0,04mm dan 0,06mm) dan lama pencelupan (50, 60 dan 70 detik) dengan 4 kali ulangan. Buah mangga Arumanis matang, dipilih yang bagus dan tidak cacat, kemudian dicuci dan dikupas. Daging mangga dihancurkan dengan pulper dan dikemas dengan plastik PE isi 250g/sampel. Sampel kemudian dibekucepatkan dengan nitrogen cair. Sampel puree beku kemudian disimpan pada suhu -30oC selama 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama penyimpanan terjadi perubahan sifat fisik dan kimia puree, yaitu terjadi penurunan total padatan terlarut, pH, vitamin C, kekentalan, dan kecerahan, sedangkan total asam dan Hue mengalami peningkatan. Sifat fisik dan kimia terbaik pada akhir penyimpanan bulan ke-6 adalah lama pencelupan 70 detik dan  ketebalan plastik 0,06 mm dengan karakteristik TPT 14,1obrix, pH 4,1, vitamin C 31,82mg/100g, total asam 0,57%, kekentalan 1600 cps, kecerahan 54,18, Hueo 98, dan total mikroba 1,6x103. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar, baik mutu maupun karakteristik puree beku untuk pembekuan cepat. Cryogenic Freezing Of Mango Puree cv. Arumanis And Its Cbaracrertstic During StorageMango is one of tropical fruit in Indonesia that is high in national production, reached 1.621.997 tonnes in 2006. At the peak season, mango price decreased drastically. To overcome this problem, mango fruit can be processed to become an intermediate products, such as puree. Puree mango can be used as raw material for syrup, jelly, confectionary, jam, and others. The objective of the research is to know the characteristic and quality of mango puree during 6 month freezed storage. The experimental design was CRD with two factors, of plastic thickness ( 0.04mm and 0.06mm) and freezing time (50, 60 and 70 seconds) and 4 replicates. This research using good quality and no defect ripe mango cv. Arumanis then cleaned and peeled. Mango sliced pulped using pulper and packed in plastic poliethylene bag of each of 250g/sample. Mango puree in liquid nitrogen. Freezed, mango puree was stored in freezer temperature set -30°C for 6 months. The results showed that during storage, chemical and physical characteristic of mango puree decreased, i.e Soluble solid, pH, vitamin C, viscosity, and lightness. On the other hand, total acid and hue were increased. The best treatment is time of deeping 70 seconds and using plastic thickness 0.06mm with characteristics, of TPT 4.lobrix, pH 14.1, vitamin C 31.82 mg/100g, total acid 0.57%, viscosity 1600 cps, lightness 54.18, Hue= 98 and total plate count 1.6 xl 03 Results of this study provided a recommendation based on both quality and appropriate characters for producing quick frozen puree.