cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpptp06@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 1410959x     EISSN : 25280791     DOI : -
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (JPPTP) adalah media ilmiah penyebaran hasil penelitian/pengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.Jurnal ini memuat hasil penelitian/pengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bernuansa spesifik lokasi. Jurnal diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tahun.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue " Vol 10, No 3 (2007): November 2007" : 8 Documents clear
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI SAYURAN DAN JARINGAN TATANIAGANYA DI KABUPATEN ENREKANG SULAWESI SELATAN , Sunanto; , Yusmasari; , Sahardi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 3 (2007): November 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analysis on the Efficiency of Vegetable Farm Enterprise and Business Network in Enrekang Regency South Sulawesi. This research aims to: 1) analyze the combination use of optimal resources to provide maximum income taking into account the land, labor, technology, and capital constrains owned by farmers, 2) analyze the optimal plant combination providing maximum income, and 3) analyze vegetable distribution. This research was conducted in Enrekang Regency South Sulawesi Province from January to December 2006. The analysis method used was Linier Programming approach. Enrekang Regency has the potency for vegetable development and goat husbandry. The development system for these two commodities was an integration one. To obtain optimum farming, farmers were suggested to allocate 0.75 ha land, 888 kg of potato seeds, 330 kg of shallot seeds, 4.4 kg carrot seeds, 14.11 packs cabbage seeds, 213.94 kg Urea, 150.25 kg SP36, 48.60 kg KCI, 105.70 kg ZA, 1.49 liters PPC, 1,027.14 kg organic manure, 4.05 liters pesticide, and 75.15 labor working days, and have 3 goats/HH. The resource allocation is capable of providing a net income of Rp.11, 267,910/year with inter cropping potato - shallot — cabbage for 0.60 ha, and inters cropping cabbage — potato — potato for 0.07 ha and inters cropping carrot — cabbage — cabbage for 0.08 ha. Marketing chain from farmers to consumers should not be a long one. This is caused by the vegetable characteristic that is easily damaged, so marketed vegetables must reach the consumers quickly. Key words: Efficiency, vegetable farm, marketing chain   Penelitian ini bertujuan; 1) menganalisis kombinasi penggunaan sumberdaya yang optimal dapat memberikan pendapatan maksimal dengan kendala lahan, tenaga kerja, teknologi, dan modal yang dimiliki petani, 2) menganalisis kombinasi jenis tanaman yang optimal dapat memberikan pendapatan maksimal, dan 3) menganalisis distribusi sayuran. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Enrekang Propinsi Sulawesi Selatan, pada bulan Januari hingga Desember 2006. Metode analisis yang digunakan dengan pendekatan linier programming. Kabupaten Enrekang mempunyai potensi untuk pengembangan sayuran dan ternak kambing. Sistem pengembangan kedua komoditas tersebut dilakukan secara integrasi. Untuk memperoleh usahatani yang optimal, maka petani disarankan mengalokasikan sumberdaya lahan 0,75 ha; 888 kg bibit kentang, 330 kg bibit bawang merah, 4,4 kg benih wortel, 14,11 bungkus benih kubis, 213,94 kg Urea, 150,25 kg SP36, 48,60 kg KCL, 105,70 kg ZA, 1,49 It PPC, 1.027,14 kg pupuk kandang, 4,05 It pestisida, dan penggunaan tenaga kerja sewa 75,15 HOK, serta memelihara ternak kambing 3 ekor/KK. Alokasi sumberdaya tersebut mampu memberikan pendapatan bersih sebesar Rp.11.267.910/tahun dengan pola tanam kentang — bawang merah ­kubis seluas 0,60 ha, dan pola tanam kubis — kentang — kentang seluas 0,07 ha serta pola tanam wortel — kubis ­kubis seluas 0,08 ha. Urutan jaringan tata niaga dart produsen (petani) ke konsumen melewati jaringan yang tidak panjang. Hal ini dikarenakan sifat komoditas sayuran itu sendiri yang mudah rusak, maka sayuran yang dipasarkan harus cepat sampai kepada konsumen. Kata kunci : Efisiensi, usahatani sayuran, lataniaga
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN MASAM, LAMPUNG Rumbaina Mustikawati, Dewi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 3 (2007): November 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Growth and Yield Performance of Open-pollinated Maize Varieties in Dry Land Acid Soil, Lampung. To evaluate the supremacies and weaknesses of several maize open-pollinated varieties in acid soil, an experiment was conducted at Budi Lestari Village, Tanjung Bintang Sub- district, South Lampung from October 2005 to February 2006. The experiment was designed using a randomized block design with five treatments and five replications. The treatments were open-pollinated maize varieties namely Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning (QPM), Srikandi Putih (QPM) and a local variety as the standard. The plot size was 3 x 3 m. The plant space was 75 x 25 cm. Plants were fertilized with 300 kg Urea + 100 kg SP36 + 150 kg KC1 + 5 tons manure /ha. The performance observed were germination, plant height, yield and pest/disease incidences. Results showed that the best growth and yield performance produced by Sukmaraga variety, followed by the local and Lamuru varieties. The yield of Sukmaraga variety was 5.6 tons/ha, Local 5.02 tons/ha, Lamuru 4.73 tons/ha, Srikandi Putih 4.41 tons/ha and Srikandi Kuning 3.4 tons/ha. Srikandi Putih and Srikandi Kuning varieties were susceptible to downy mildew. The financial analysis showed that maize growing presented a B/C of 0.74 using Sukmaraga variety Key words: Maize, open-pollinated, performance, acid soil   Untuk mengevaluasi keunggulan dan kelemahan beberapa varietas jagung bersari bebas di lahan masam, dilakukan percobaan di Desa Budi Lestari Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan dari bulan Oktober 2005-Februari 2006. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan adalah jagung bersari bebas varietas Lamuru, Sukmaraga, Srikandi kuning (QPM), Srikandi putih (QPM) dan varietas lokal sebagai pembanding. Ukuran petak 3 x 3 m. Jarak tanam 75 x 25 cm. Tanaman dipupuk dengan 300 kg Urea + 100 kg SP36 + 150 kg KCl + 5 t pupuk kandang /ha. Keragaan yang diamati adalah daya tumbuh, tinggi tanaman, hasil dan serangan hama/penyakit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa keragaan pertumbuhan dan hash jagung yang terbaik adalah varietas Sukmaraga, diikuti oleh varietas lokal dan Lamuru. Hasil jagung varietas Sukmaraga 5,6 t/ha, Lokal 5,02 t/ha, Lamuru 4,73 t/ha, Srikandi putih 4,41 t/ha dan Srikandi kuning 3,4 t/ha. Varietas Srikandi putih dan Srikandi Kuning rentan terhadap penyakit bulai. Analisis finansial budidaya jagung memberikan nilai R/C 0,74. dengan menggunakan varietas Sukmaraga Kata kunci: Jagung, bersari bebas, keragaan, lahan masam.
KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI UNGGUL BARU DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI PROVINSI JAMBI , Endrizal; , Jumakir
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 3 (2007): November 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Performance of Several Paddy New Superior Varieties and Feasibility of Paddy Farm Enterprise in Irrigated Rice Field in Jambi Province. The Assessment was conducted at Sri Agung Village, Tungkal Ulu Sub-District, Tanjung Jabung Barat Regency on irrigated land during the 2004/2005 wet season. The assessment involved a farmer group called Sri Maju started with Participatory Rural Appraisal (PRA) study to discover the available farm enterprise potentials and problems. Technology components implemented was the use of new superior varieties through integrated crop managenet (1CM). Paddy varieties used were VUTB Fatmawati, VUB Ciherang VUB, Way Apu Buru, Memberamo and Gilirang. The objectives of the experiment were to observe the performances of some new superior varieties by using integrated plant control method and to analyze financial feasibility on irrigated rice fields. The assessment result showed that the performance of each new variety significantly fluctuates in line with the plant genetic characteristics. The highest production was obtained from Way Apo Buru variety, i.e. (6.5 tons dried husked paddy /ha), followed by Fatmawati (6 tons/ha) and Ciherang (5.8 tons/ha). Meanwhile, the lowest productions were those of Gilirang and Memberamo varieties, i.e. 3.3 and 3.6 tons dried husk paddy/ha respectively .Way Apo Buru and Ciherang varieties are new VUB providing higher benefits and feasibilities compared with Fatmawati ,Memberamo and Gilirang varieties ) with R/C values of 1.66, 2.14 and 2.05. The highest income from Way Apo Buru variety was Rp.6,372,000, followed by Ciherang (Rp.5,832,000), and Fatmawati (Rp.5,119,200), while the incomes from Gilirang and Memberamo were Rp.2,478,000 and Rp.1,890,000 respectively. The farmers responses to new varieties particularly Way Apo Buru and Ciherang were sufficiently good compared with those for Fatmawati, Gilirang and Memberamo. The two varieties possess sufficiently high yield potency, good-tasting rice, and resistant and quite resistant to Helminthosporium and Blast. Fatmawaty variety is less favored by farmers though it has significantly high yield because it is rather difficult to shed and less resistant to Helminthosporium and Blast. Key words: New superior variety, 1CM, paddy farm enterprise, irrigated land Pengkajian dilaksanakan di Desa Sri Agung Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi pada lahan sawah irigasi pada musim hujan (MH) 2004/2005. Pengkajian ini melibatkan kelompok tani Sri Maju yang diawali dengan studi PRA (Participatory Rural Appraisal), untuk menggali potensi dan permasalahan kegiatan usahatni yang ada. Komponen teknologi yang diterapkan adalah penggunaan varietas unggul baru dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Varietas padi yang digunakan adalah VUTB Fatmawati, VUB Ciherang, Way Apo Buru, Memberamo dan Gilirang. Tujuan pengkajian untuk melihat keragaan beberapa varietas padi unggul baru melalui pengelolaan tanaman terpadu dan analisis kelayakan usahatani pada lahan sawah irigasi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa keragaan dari masing­masing varietas cukup beragam sesuai dengan sifat genetis varietas. Produksi padi tertinggi diperoleh pada varietas Way Apo Buru yaitu 6,50 t/ha GKP diikuti varietas Fatmawati dan Ciherang yaitu 6,00 t/ha GKP dan 5,8 t/ha. GKP Sedangkan hasil terendah pada varietas Gilirang 3,00 t/ha dan Memberamo 3,50 t/ha GKP.Varietas Way Apo Buru dan Ciherang merupakan VUB yang memberikan keuntungan dan tingkat kelayakan lebih tinggi dibanding varietas Fatmawati, Memberamo dan Gilirang dengan nilai R/C 1,66 , 2,14 dan 2,05. Penerimaan yang tertinggi dari varietas Way Apo Buru yaitu Rp.6.372.000, diikuti varietas Ciherang yaitu Rp 5.832.000 dan varietas Fatmawati yaitu Rp.5.119.200 sedangkan varietas Memberamo dan Gilirang masing­masing Rp.2.478.600 dan Rp.1.890.000. Respon petani cukup balk terutama pada varietas Ciherang dan Way Apo Buru dibandingkan varietas Fatmawati, Memberamo dan Gilirang. Kedua varietas tersebut memliki potensi hasil cukup baik, rasa nasi pulen, tahan dan agak tahan terhadap penyakit Helmintosporium (Ho) dan Blas. Untuk varietas Fatmawati kurang disukai petani walaupun memiliki potensi hasil cukup tinggi, karena perontokannya agak sulit dan kurang tahan terhadap Ho dan Blas Kata kunci : Varietas unggul baru, PTT, usahatani, lahan irigasi.
PENGKAJIAN BUDIDAYA ULAT SAGU SEBAGAI SUMBER PROTEIN PAKAN TERNAK Nagib Edrus, Isa; Bustaman, Sjahrul
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 3 (2007): November 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment on Sago Larva Cultivation as a Protein Source of Feed. The area of sago crops in Moluccas is 31.360 ha with the number of sago tree ready to be harvested amounted 86 trees per ha. One of the wastes from harvesting sago crop is the tree sprouts which are not utilized and become places for coconut red beetles (Rhynchophorus ferrugenesis) to lay eggs. Larva from these beetles is known as sago larva, usually consumed by Moluccas and Papua societies. When the sago larvas become adults, they will transform into coconut beetles, which are pests for coconut crops. Research on potencies and cultivation techniques was conducted in 2006 with purposes to obtain: 1) natural and artificial cultivation techniques, 2) spawning time and season, and 3) nutrient value and potencies of sago larva. The estimation on potency was obtained from surveys at sago processing centers in South East Moluccas Regency, Central Moluccas Regency, and Western Seram. Cultivation techniques were differentiated between natural and artificial. Laboratory analysis was conducted to obtain the nutrient value and essential amino acid content. Statistical test was conducted on the data resulting from treatment comparisons. The result of the study shows that larva sago potency in Moluccas is estimated to be equal to 935 tons based on sago crop area, with a productivity of 2.52 kg/ m. Spawning season is all year long with harvesting time of 39-45 days post tree cutting. Natural cultivation is more successful compared to the artificial one. Sago larva contains 13.80% protein, 18.04% fat and essential amino acids. Sago larva is expected to be used as source of proteins to substitute fish meal. Key word: Cultivation, sago larva, Moluccas. Luas areal tanaman sagu di Maluku 31.360 ha dengan jumlah pohon sagu siap panen sebanyak 86 pohon per ha. Salah satu limbah dari hasil panen sagu adalah batang bagian pucuk pohon yang tidak dimanfaatkan, dan tempat bertelurnya kumbang merah kelapa (Rhynchophorus ferrugenesis). Larva dari kumbang ini dikenal dengan ulat sagu, yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat Maluku dan Papua. Apabila ulat sagu menjadi dewasa akan berubah menjadi kumbang kelapa, yang merupakan hama pada tanaman kelapa. Pengkajian besarnya potensi dan teknik budidaya telah dilakukan pada tahun 2006 dengan tujuan: 1) mendapatkan teknik budidaya secara alami dan buatan (artifisial), 2) musim dan waktu pemijahan, 3) besarnya potensi dan nilai gizi ulat sagu. Perkiraan besarnya potensi didapat dari survei di sentra-sentra pengolahan sagu di Maluku pada Kab Maluku Tenggara, Kab Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat. Sedangkan teknik budidaya dibedakan secara alami dan buatan (artifisial). Pengujian laboratorium dilakukan untuk mendapatkan nilai gizi dan kandungan asam amino esensial. Uji statistik dilakukan pada data hasil perbandingan perlakuan. Hasilpengkajian menunjukan berdasarkan ketersediaan luas areal tanaman sagu di Maluku, potensi ulat sagu diperkirakan sebesar 935 t, dengan produktivitas 2,52 kg/m. Musim pemijahan sepanjang tahun dengan waktu panen 39-45 hari dari pasca tebang pohon. Budidaya secara alami lebih berhasil dibandingkan dengan cara buatan (artifisial). Ulat sagu memiliki kandungan protein 13,80%, lemak 18,04% dan asam amino esensial. Ulat sagu diharapkan dapat dipakai sebagai sumber protein pada pembuatan pakan sebagai pengganti tepung ikan. Kata kunci: Budidaya, ulat sagu, Maluku
PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG (Zeuzera coffeae Neitner) PADA TANAMAN KELENGKENG (Dimocarpus longan (Lour) Steud.) , Yulianto
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 3 (2007): November 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Control of Stem Borer (Zeuzera coffeae Neitner) on Longan Plants (Dimocarpus longan (Lour) Steud.). Stem borer (Zezcera coffeae Neitner) is one of major pests having an economic importance on longan (Dimocarpus longan (Lour) Steud.) in Temanggung Regency of Central Java Province. The larvae bore into the cambium then girdle the stem or branch of longan causing death to the plants starting from the girdled parts. The assessment was designed using Factorial Design with two replicates. The first factor was the severity levels of the attacked plants attacked by the pest, i.e.: a. light, b. medium, c. severe. The second factor was the controlling techniques, i.e.: a. applied with carbofuran G, b. applied with fipronil EC, c. applied with the combination of carbofuran G and fipronil EC, d. without insecticide application as the control. Each severity level consists of 5 plants. The objective of this assessment was to obtain the controlling technique for stem borers on longan. The assessment results show that carbofuran G was more effective in controlling the pest than fipronil EC. Plants attacked with light and medium severity levels which were treated with carbofuran G or carbofuran G + fipronil EC could completely recover and yielded normally. By the controlling method, the plants attacked severely could be 67% and 73% recovered. Key words: Stem borer, longan, carbofuran, fipronil Penggerek batang (Zeu:era coffeae Neitner) adalah salah satu hama utama yang mempunyai arti ekonomi penting pada tanaman kelengkeng (Dimocarpus longan (Lour) Steud.) di Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Larva penggerek batang membuat lubang hingga mencapai kambium kemudian menggerek kayu batang atau dahan melingkar hingga dapat menyebabkan mati ujung tanaman mulai dari bagian yang digerek. Pengkajian ini disusun menggunakan rancangan Faktorial, dengan dua ulangan. Faktor pertama adalah tingkat keparahan tanaman yang diserang penggerek batang, yaitu: a. ringan, b. sedang, c. berat. Faktor kedua adalah teknik pengendalian, yaitu: a. diaplikasi dengan karbofuran G, b. diaplikasi dengan fipronil EC, c. diaplikasi dengan kombinasi karbofuran G dan Fipronil EC, d. tanpa aplikasi insektisida sebagai kontrol. Setiap tingkat keparahan terdiri atas 5 pohon. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan teknik pengendalian penggerek batang pada tanaman kelengkeng. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa insektisida karbofuran G lebih efektif untuk pengendalian hama tersebut daripada fipronil EC. Tanaman yang terserang dengan tingkat keparahan ringan dan sedang yang diaplikasi karbofuran G atau karbofuran G + fipronil EC dapat pulih kembali dan berproduksi normal. Melalui cara pengendalian tersebut, tanaman yang terserang dengan tingkat keparahan berat dapat pulih kembali masing-masing sebanyak 67% dan 73%. Kata kunci: Penggerek batang, kelengkeng, karbofuran, fipronil
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA TERPADU SKALA PEDESAAN DI SULAWESI UTARA G. Kindangen, Jantje
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 3 (2007): November 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Feasibility Analisis on The Developmet of Rural Scale Integrated Coconut Industry in North Sulawesi. Based on the coconut potencial at the rural of coconut central in North Sulawesi indicates that there can be built coconut industry exertion integratedly so that the economical coconut value of the farmers will be shifted to the processed product. The aim of this research is to know the worthiness of developing the integrated coconut industry. The rusult showed that some central villages of coconut have the opportunity to be built integrated coconut industries with the products of more than 200 ton/rural/year. The economical value of famers coconut depends on the primary product, such as coconut shells or copra with the price or 400-500 rupiahs/granule, or 2000-2500 rupiahs/kg of copra. The analysis result of financial indicated that the products of VCO, nata de coco, vinegar acid, charcaol and fiber husk are profitable things, for commercial exertion with the value of B/C is greater than 1, NPV is positive, and IRR value is greater than the rate of return. By applying this integrated industrial exertion, its production value is more than 1 milliard rupiahs or NPV is more than 600 million rupiahs/rural/year. Comparing with the primary products it only has production value of 225 million rupiahs or its NPV only 112.5 million rupuiahs. Beside of that from this exertion it can absorb labourers at least 12-15 workers with the value of 180-225 million rupiahs/year. By the existence of the integrated coconut industry at the rural of coconut central, the economical value of coconut can achieve to 5-7 times from the primary product. Key words: Feasibility exertion, coconut industry, processed, rural Berdasarkan potensi kelapa di Sulawesi Utara, pada desa-desa sentra kelapa sangat berpeluang untuk dibangun usaha industri kelapa secara terpadu sehingga nilai ekonomi kelapanya di tingkat petani akan beralih pada beberapa produk olahan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kelayakan usaha pengembangan industri kelapa secara terpadu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di desa-desa sentra kelapa berpeluang untuk dibangun industri kelapa secara terpadu dimana pada lokasi ini mempunyai potensi produksi kelapa setara kopra lebih dari 200 t/desa/tahun. Nilai ekonomi kelapa yang dinikmati petani masih sangat tergantung dari produk primer, berupa butiran atau kopra dengan harga masing-masing Rp.400 — Rp.500/butir atau Rp.2.000— Rp.2500/kg. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha industri berupa produk VCO, nata de coco, asam cuka, arang tempurung, dan serat sabut adalah layak atau menguntungkan untuk usaha komersial dengan nilai B/Clebih besar 1, NPV bernilai positif, serta nilai IRR lebih besar dari rate of return. Melalui penerapan usaha industri ini secara terpadu diperoleh nilai produksi lebih dari Rp.1 milyar atau nilai kini bersih lebih dari Rp.600 juta/desa/tahun. Dibandingkan dengan produk primer saja hanya diperoleh nilai produksi Rp. 225 juta atau nilai pendapatan bersih hanya Rp.112.5 juta/tahun.. Selain itu, dari usaha ini dapat menyerap tenaga kerja sepanjang tahun sekitar 12-15 orang dengan nilai Rp.180 juta—Rp.225 juta/tahun. Dengan adanya usaha industri kelapa secara terpadu pada desa-desa sentra kelapa, nilai ekonomi kelapa meningkat sekitar 5-7 kali dari produk primer.Kata kunci: Kelayakan usaha, industri kelapa, olahan , pedesaan
PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK TEH HIJAU RAKYAT DI KECAMATAN CIKALONG WETAN-KABUPATEN BANDUNG Herawati, Heny; Nurawan, Agus
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 3 (2007): November 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Increasing the Added Value of Green Tea Product at Cikalong Wetan Sub Distric, Bandung. Green tea has great function such as antioxidant, cholesterol reducer, antivirus, tumor and cancer prevent, stimulant and deodorant. Tea as one of priority commodity in west java is public plantation domain. Tea public plantation still faced several restricted. The alternative of solution increased the added value of public green tea. To Increase the added value of green tea with recovered processing unit, grading and packaging. The assessment held in August 2005 — December 2006 in East Cikalong sub district, Bandung district with involved farmer group such as Tunas Maju, Mekar Harapan, Bale Pulang Cipicung, Merpati and Bintara. The methodology was descriptive method through green tea recovering and shelf life technology. Based on the assessment, farmer income raise with R/C 2,34 or B/C 1,34. Key words: Increasing, added value, green tea   Teh hijau memiliki banyak nilai fungsional diantaranya sebagai antioksidan, menurunkan kolesterol, antivirus, menghambat pertumbuhan tumor dan kanker, stimulant serta penghilang bau (deodorant). Teh merupakan salah satu komoditas unggulan Jawa Barat dengan sebagian besar merupakan perkebunan teh rakyat. Dalam pengusahaannya, teh rakyat masih mengalami beberapa kendala. Salah satu alternatif usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut, dengan jalan meningkatkan nilai tambah teh hijau rakyat. Untuk lebih meningkatkan nilai tambah teh hijau diantaranya yaitu dengan melakukan perbaikan proses pengolahan, kegiatan sortasi dan perbaikan pengemasan teh hijau. Pengkajian dimulai dari bulan Agustus 2005 - Desember 2006 di Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung dengan melibatkan gabungan kelompok tani yang terdiri dari kelompok tani Tunas Maju, Mekar Harapan, Bale Pulang Cipicung, Merpati dan Bintara. Metodologi pendekatan yang dilakukan yaitu dengan metode diskriptif melalui kegiatan perbaikan mutu teh hijau dan teknologi penyimpanan teh hijau. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pengkajian tersebut, diperoleh peningkatan pendapatan petani teh rakyat dengan nilai R/C sebesar 2,34 atau WC sebesar 1,34. Kata kunci: Peningkatan, nilai tambah, teh hijau
PENGKAJIAN PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK KERING BUAH PALA (Stigmina myristicae (Stein.) Mand.-Sum. et Rifai) DI TIDORE KEPULAUAN Lala, Fredy; Assagaf, M.; J. Mejaya, Made
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 3 (2007): November 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Assessment on the Control of Dry Blight Nutmeg Fruit (Stigmina myristicae (Stein.) Mand.-Sum. et Rifai) in Tidore Island. North Maluku is one of the nutmeg central areas with its productivity of 0.25 t per hektar. Low productivity is due to the high invation of dry blight desease on nutmeg fruit of appoximately 50 percent. The assesment was aimed to optain the production technology to control effectively dry blight desease, increase production, and enhance farmers income. The assessment was conducted at Jaya village, Tidore Kepulauan city, North Maluku Province from March to November 2006 by applying before and after application approach. The number of cooperator farmers were twelve people, each farmer have ten nutmeg tree which were productive and more than 15 years old trees. Introduction technology package were mechanism technis + cultural + chemical and were comparised to farmers technology. The observation parameter is fresh fruits number, infected fruits number, desease intencity, nutmeg fruit production and farmers response to technology. Technically and financially technology properness were measured using R/C, B/C and MBCR indicators. The result of the assessment was the introduction technology package to control effective dry blight desease of until 28.7 percent, increased nutmeg fruit production 76.1 percent and increased income 76.1 percent. Introduction technology package is proper at R/C = 7.75 and B/C = 6.75, and acceptanced and recommended proper at MBCR = 5.29 Farmers response was positive and it gave a satisfying value on the introduction of technology package. Key words: Nutmeg fruit, control, dry blight Maluku Utara adalah salah satu daerah sentra tanaman pala dengan tingkat produktifitas 0,25 t/ha. Rendahnya produktifitas salah satunya disebabkan tingginya tingkat serangan penyakit busuk kering pada buah pala yaitu hingga 50%. Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan teknologi produksi yang efektif mengendalikan penyakit busuk kering, meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Kajian dilakukan di Kelurahan Jaya, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara, dari bulan Maret sampai November 2006 dengan menggunakan pendekatan sebelum dan sesudah perlakuan. Jumlah petani kooperator 12 orang dan masing-masing memiliki 10 pohon pala yang produktif dan berumur diatas 15 tahun. Paket teknologi introduksi yaitu teknik mekanis + kultural + kimia dan sebagai pembanding yaitu teknologi petani. Parameter pengamatan adalah jumlah buah sehat, buah terserang penyakit, intensitas serangan penyakit, produksi buah pala dan respon petani terhadap teknologi. Kelayakan teknologi secara teknis dan finansial diukur dengan indikator R/C, B/C dan MBCR. Hasil pengkajian diperoleh paket teknologi introduksi yang efektif mengendalikan penyakit busuk kering buah pala hingga 28,7%, meningkatkan produksi buah pala sehat sebesar 76,1% dan menambah pendapatan petani sekitar 76,1%. Nilai R/C : 7,75 dan B/C : 6,75 menunjukkan bahwa introduksi paket teknologi layak untuk dilakukan sedangkan MBCR = 5,29 menunjukkan bahwa introduksi paket teknologi dapat diterima oleh petani dan layak direkomendasikan. Respon petani positif dan memberikan nilai yang memuaskan terhadap introduksi paket teknologi.Kata kunci : Pala, pengendalian, busuk kering

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2007 2007


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021 Vol 24, No 2 (2021): Juli 2021 Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 23, No 3 (2020): November 2020 Vol 23, No 2 (2020): Juli 2020 Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 22, No 3 (2019): November 2019 Vol 22, No 2 (2019): Juli 2019 Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 21, No 3 (2018): November 2018 Vol 21, No 2 (2018): Juli 2018 Vol 21, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 20, No 3 (2017): November 2017 Vol 20, No 2 (2017): Juli 2017 Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 19, No 3 (2016): November 2016 Vol 19, No 2 (2016): Juli 2016 Vol 19, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 18, No 3 (2015): November 2015 Vol 18, No 2 (2015): Juli 2015 Vol 18, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 17, No 3 (2014): November 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 16, No 3 (2013): November 2013 Vol 16, No 2 (2013): Juli 2013 Vol 16, No.1 (2013): Maret 2013 Vol 15, No 2 (2012): Juli 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 More Issue