cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpptp06@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 1410959x     EISSN : 25280791     DOI : -
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (JPPTP) adalah media ilmiah penyebaran hasil penelitian/pengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.Jurnal ini memuat hasil penelitian/pengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bernuansa spesifik lokasi. Jurnal diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tahun.
Arjuna Subject : -
Articles 634 Documents
PENGARUH WAKTU PINDAH SEMAI DAN VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KESERAGAMAN PENEMPATAN BENIH PADI MENGGUNAKAN TRANSPLANTER DI KALIMANTAN SELATAN Abdul Sabur; Lelya Pramudyani; Eni Siti Rohaeni
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v24n3.2021.p343-354

Abstract

Utilization of Indo Jarwo transplanting machine on rice cultivation must be supported by well prepared rice seedlings to meet rice transplanting machine’s requirement, lowland conditions and seedling transfer time.  Objectives of this research were to study growth performane of rice seedlings with different variety and seedling transfer time, as well as to analyze rice seedling performances after planted with Indo Jarwo transplanter in lowland field of South Kalimantan. This research was conducted in lowland farmers, Tanah Laut regency from December 2019 to February 2020 using Randomized Blok Design with two factors as treatment, i.e.: rice variety (Inpari 30, Inpari 32 and Inpari 40) and the time to move the seedlings to the rice field before the seeds are planted (8, 12 dan 14 days after seeding = das) with four replications. The results of this research showed that root length and seedling height of the three rice varieties at 15 das were significantly different, but leaf number of both the three rice varieties and seedling transfer time was not significantly different. Root length and rice seedlings height at 15 das differed significantly between transplanting time. Seedlings transplanted at 12-14 das were relatively shorter than those of 8 das, therefore, more suitable for planting with the Indo Jarwo Transplanter. Seedling number/clump and seedling clump number per 5 meter line of the three rice varieties and seedling transfer time ranged 2.8 – 3.4 and 24.04 – 24.45 respectively were not significantly different with relatively low deviation standard, i.e. 0,56 - 1,11. These values were still considered normal and meet rice plant population standard. Key words : rice seedling transfer time, rice variety, Indo Jarwo transplanter AbstrakPemanfaatan Indo Jarwo transplanter pada budidaya tanaman padi perlu didukung oleh penyediaan benih padi yang sesuai dengan persyaratan dan kondisi lahan sawah serta pemindahan benih ke petakan lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari keragaan pertumbuhan benih padi dengan varietas dan waktu pindah semai berbeda serta menganalisis keragaan pertanaman dari penggunaan Indo Jarwo transplanter di lahan sawah Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan di lahan sawah petani Kabupaten Tanah Laut pada bulan Desember 2019 - Februari 2020 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor perlakuan, yaitu varietas padi (Inpari 30, Inpari 32 dan Inpari 40) dan waktu pindah semai ke petakan lahan sebelum benih di tanam (8, 12 dan 14 hari setelah semai = hss) dengan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang akar dan tinggi benih ketiga varietas padi pada 15 hss berbeda nyata, akan tetapi jumlah daun ketiga varietas maupun ketiga waktu pindah semai benih tidak berbeda nyata.  Panjang akar dan tinggi benih padi pada 15 hss berbeda sangat nyata antar waktu pindah. Benih yang dipindah pada 12 - 14 hss relatif lebih lebih pendek daripada 8 hss, sehingga lebih sesuai untuk ditanam dengan Indo Jarwo transplanter. Jumlah benih per rumpun dan jumlah rumpun benih per 5 meter baris dari ketiga varietas padi dan ketiga waktu pindah semai tidak berbeda nyata dengan nilai standar deviasi relatif kecil. Jumlah benih per rumpun berkisar 2,8 – 3,4 dan jumlah rumpun benih per 5 meter baris berkisar 24,04 – 24,45 dengan standar deviasi 0,56 - 1,11, masih sesuai dengan standar normalnya. Kata Kunci : waktu pindah semai, varietas padi, Indo Jarwo transplanter
PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN JARAK TANAM TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DI AGRO EKOSISTEM LAHAN RAWA Gusmiatun Gusmiatun; Neni Marlina
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v24n3.2021.p355-366

Abstract

Effect of Organic Fertilizer and Planting Distance on Peanut (Arachis hypogaea L.) Production in Swamp Agroecosystem.  Increasing the production of peanuts (Arachis hypogaea L.) in swamps can be done by applying cultivation technology, including using liquid organic fertilizer and adjusting the spacing. The purpose of this study was to determine the effect of several types of liquid organic fertilizer and plant spacing on peanut crop production and to determine which type of liquid organic fertilizer had the best effect on increasing peanut production in swamps. The layout of the plants in the field was arranged based on the Split Plot Design. Plot size 1.5 m x 2.0 m. As the main plot is liquid organic fertilizer (O), namely O0: control (chemical fertilizer), O1: liquid organic fertilizer of Lamtoro leaves, O2: liquid organic fertilizer of cow urine, O3: liquid organic fertilizer of tofu waste. The subplot is the planting distance (J), consisting of J1: 20 cm x 20 cm, J2 : 20 cm x 30 cm,J3: 15cm x 40cm. The variables observed were the number of primary branches, the total number of pods/plant, number of empty pods/plant, the weight of pods/plant, the weight of 100 seeds (g), and the weight of pods/harvest plot. The results indicated that Liquid organic fertilizer from tofu waste can give better results than liquid organic fertilizer from cow urine and Lamtoro leaves in increasing peanut production in swamps. Liquid fertilizer tofu waste can increase the production of dry pods by 23.98% compared to chemical fertilizers, which can produce 2.585 tons/ha. Cow urine liquid fertilizer can produce 2.295 tons/ha of dry pods, and Lamtoro leaf liquid fertilizer can produce 2.280 tons/ha of dry pods. The application of the right spacing can increase the production of peanuts in swamps, with a spacing of 15 cm x 40 cm (2.62 tons/ha). The production can increase by 25.42% when compared to a spacing of 20 cm x 20 cm (2.09 tons/ha).Keywords: Plant distance, peanuts, organic waste, swamp land                                                  ABSTRAK Peningkatan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L.) di lahan rawa dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi budidaya, diantaranya menggunakan pupuk organik cair serta mengatur jarak tanam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis pupuk organik cair dan jarak tanam terhadap produksi tanaman kacang tanah serta untuk mengetahui jenis pupuk organik cair yang pengaruhnya paling baik dalam meningkatkan produksi kacang tanah di lahan rawa.  Tata letak tanaman di lapang disusun berdasarkan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design).  Luas plot 1,5 m x 2,0 m. Sebagai petak utama adalah pupuk organik cair (O), yaitu O0: kontrol (pupuk kimia), O1: pupuk organik cair daun lamtoro, O2: pupuk organik cair urin sapi, O3: pupuk organik cair limbah tahu. Anak petak adalah jarak tanam (J), terdiri dari J1: 20 cm x 20 cm, J2: 20 cm x 30 cm, J3: 15 cm x 40 cm. Peubah yang diamati yaitu jumlah cabang primer, jumlah polong total/tanaman, jumlah polong hampa/tanaman, berat polong/tanaman, berat 100 biji (g), dan berat polong/petak panen.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair dari limbah tahu dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik cair dari urin sapi maupun daun Lamtoro dalam meningkatkan produksi kacang tanah di lahan rawa.  Pupuk cair limbah tahu dapat meningkatkan produksi polong kering sebesar 23,98% dibandingkan pupuk kimia, yaitu menghasilkan 2,585 ton/ha. Pupuk cair urin sapi dapat menghasilkan polong kering 2,295 ton/ha, dan pupuk cair daun Lamoro dapat menghasilkan polong kering 2,280 ton/ha. Penerapan jarak tanam yang tepat dapat meningkatkan produksi tanaman kacang tanah di lahan rawa, dengan jarak tanam 15 cm x 40 cm (2,62 ton/ha). Produksi meningkat 25,42% jika dibandingkan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm (2,09 ton/ha). Kata kunci: jarak tanam, kacang tanah, limbah organik, lahan rawa
RESPONS KULTIVAR PADI GOGO LOKAL SULAWESI TENGAH PADA PERLAKUAN AIR YANG BERBEDA Ruslan Boy; Didik Indra Dewa; Eka Tarwaca Susila Putra; Budiastuti Kurniasih
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v24n3.2021.p367-379

Abstract

Central Sulawesi is known to have diverse local gogo rice cultivars, as a potential genetic resource to be developed on dry land. Development opportunities are wide open because it is supported by the availability of dry land which amounts to 241,220 hectares, with an average production potential of 2.85 tons per hectare. This paper aims to determine the response of local upland rice cultivars to different water treatments. The study was conducted April - September 2017 in Wonocatur Village, Banguntapan District, Bantul Regency, D.I. Yogyakarta. The study was designed using a factorial Completely Randomized Block Design (RAK), which applied 20 local upland rice cultivars with watering at intervals of once a day every and eight days. Upland rice cultivars consist of: Habo, Ranta, Sunggul, Sampara, Mea, Landaeo, Moringa, Batu, Gado, Ngofa, Ngkaru, Tarumbu, Makuni, Lambara, Makole, Paria, Dupa, Berra, Wanga and Hiwanggu. Parameters observed were plant height (cm), total tillers, flowering age (days), harvest age (days), panicle length (cm), number of grain per panicle, and grain yield per clump (gr). The collected data were analyzed using ANOVA, followed by the HSD-Tukey test. The results of the analysis showed that the most responsive cultivar to watering at daily and 8-day intervals was Habo, followed by Sampara, Mea and Dupa, while the less responsive cultivars were Paria, Ngkaru, and Lambara. The implication, to develop local gogo rice on dry land it is necessary to prepare adequate water supply facilities, so that plants can be watered every day. Keywords: local upland rice, cultivar, water treatment, responseABSTRAKSulawesi Tengah dikenal memiliki kultivar padi gogo lokal yang beragam, sebagai sumber daya genetik yang potensial untuk dikembangkan di lahan kering. Peluang pengembangannya terbuka luas karena didukung ketersediaan lahan kering yang jumlahnya mencapai 241.220 hektar, dengan potensi produksi rata-rata 2,85 ton per hektar. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui respons kultivar padi gogo lokal terhadap perlakuan air yang berbeda. Pengkajian dilaksanakan April - September 2017 di Desa Wonocatur, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul D.I. Yogyakarta.  Pengkajian dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAK) factorial, yang mengaplikasikan 20 kultivar padi gogo lokal dengan penyiraman pada interval satu hari sekali dan delapan hari sekali. Jenis kultivar padi gogo terdiri dari:  Habo, Ranta, Sunggul, Sampara, Mea, Landaeo, Kelor, Batu, Gado, Ngofa, Ngkaru, Tarumbu, Makuni, Lambara, Makole, Paria, Dupa, Berra, Wanga serta Hiwanggu. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah anakan total, umur berbunga (hari), umur panen (hari), panjang malai (cm), jumlah gabah per malai, serta hasil gabah per rumpun (gr). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan ANOVA, dilanjutkan dengan uji HSD-Tukey. Hasil analisis menunjukkan kultivar yang paling responsif terhadap penyiraman dengan interval setiap hari dan interval 8 hari sekali adalah Habo, diikuti Sampara, Mea, dan Dupa, sedangkan kultivar yang kurang responsif terjadi pada Paria, Ngkaru, dan Lambara. Implikasinya, untuk mengembangkan padi gogo lokal di lahan kering perlu dipersiapkan fasilitas penyediaan air yang memadai, agar tanaman dapat disiram setiap hari. Kata kunci: padi gogo lokal, kultivar, perlakuan air, respons
RESPONS PETANI TERHADAP VARIETAS UNGGUL BARU PADI GOGO DI SULAWESI SELATAN Sunanto Sunanto; Abdul Wahid Rauf; Eka Triana Yuniarsih
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v23n1.2020.p121-130

Abstract

ABSTRAKPadi gogo merupakan komoditas tanaman pangan yang turut mendukung swasembada pangan. Kebutuhan pangan, khususnya beras terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Karena semakin tingginga kebutuhan pangan dan semakin sempitnya lahan subur, karena alih fungsi lahan. Maka pemanfaatan lahan sub optimal dengan komoditas tanaman pangan yang sesuai. Potensi lahan sub optimal di Sulawesi Selatan mencapai 274.549 ha. tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan lahan sub optimal dan penilaian petani terhadap padi gogo. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wajo dan Jeneponto pada bulan Januari hingga Desember 2017. Penelitian menggunakan metode survei dan displai tanaman padi VUB Badan Litbang Pertanian di lapangan. Jumlah petani yang diambil sebagai sampel sebanyak 80 petani. Teknik pengumpulan data dengan metode wawancara dan pengamatan vegetatif dan gereratif displai tanaman padi gogo. Data yang terkumpul kemudian ditabulasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan uji kesepakatan serta kelayakan usaha. Kegiatan usahatani padi pada lahan sub optimal dilakukan oleh petani yang memiliki usia produktif. Penerapan teknologi usahatani padi pada lahan sub optimal belum intensif. Displai tanaman padi gogo VUB hasil Badan Litbang Pertanian sesuai ditanam pada lahan sub optimal lahan kering maupun lahan sawah irigasi terbatas. Pemahaman petani terhadap padi gogo unggul belum optimal (77,50 %). Preferensi petani siqnifikan terhadap petani gogo unggul. Usahatani padi gogo yang dikelola oleh petani memberikan pendapatan (implisif) Rp. 4.575.000/ha, (eksplisif) Rp. 7.245.000/ha, dan R/C (implisif) 1,62 serta (eksplisif) 2,53.  Kata Kunci : Padi gogo, VUB, lahan, dan sub optimal. ABSTRACTThe Gogo rice is a food crop that contributes to food self-sufficiency. Food demand, especially rice continues to increase along with population growth. Because of the higher food needs and the narrowness of fertile land, due to land conversion function. So the utilization of sub-optimal land with appropriate food crops. The potence of sub-optimal area in South Sulawesi is 274,549 ha. The purpose of this research is to know how sub optimal land use and farmer appraisal to gogo rice. This research was conducted in Wajo and Jeneponto Regencyies in January to December 2017. The research used survey method and display of rice plant NSV of Agricultural Research Agency in the field. The number of farmers taken as a sample of 80 farmers. Technique of collecting data by interview method and observation of vegetative and gereratif of display gogo rice plant. The collected data are then tabulated and then analyzed descriptively and test the agreement and business feasibility. The activities of rice farming on sub optimal land are done by farmers who have productive age. The application of rice farming technology to sub optimal land has not been intensive yet. Displai VOG rice plant VUB results Agricultural Research Agency appropriate to be planted on sub-optimal land of dry land and irrigated rice fields limited. Understanding farmers on superior gogo rice is not optimal (77.50%). Farmer's preference to superior gogo farmers. Rice farming farmed by farmers provide income (implicative) Rp. 4.575.000 / ha, (explicit) Rp. 7.245.000 / ha, and R / C (implicative) 1.62 and (explicit) 2.53.Keywords: Upland rice, VUB, land, and sub optimal.

Filter by Year

2003 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021 Vol 24, No 2 (2021): Juli 2021 Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 23, No 3 (2020): November 2020 Vol 23, No 2 (2020): Juli 2020 Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 22, No 3 (2019): November 2019 Vol 22, No 2 (2019): Juli 2019 Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 21, No 3 (2018): November 2018 Vol 21, No 2 (2018): Juli 2018 Vol 21, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 20, No 3 (2017): November 2017 Vol 20, No 2 (2017): Juli 2017 Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 19, No 3 (2016): November 2016 Vol 19, No 2 (2016): Juli 2016 Vol 19, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 18, No 3 (2015): November 2015 Vol 18, No 2 (2015): Juli 2015 Vol 18, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 17, No 3 (2014): November 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 16, No 3 (2013): November 2013 Vol 16, No 2 (2013): Juli 2013 Vol 16, No.1 (2013): Maret 2013 Vol 15, No 2 (2012): Juli 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 More Issue