cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Perspektif : Review Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 14128004     EISSN : 25408240     DOI : -
Core Subject : Education,
Majalah Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yang memuat makalah tinjauan (review) fokus pada Penelitian dan kebijakan dengan ruang lingkup (scope) komoditas Tanaman Industri/perkebunan, antara lain : nilam, kelapa sawit, kakao, tembakau, kopi, karet, kapas, cengkeh, lada, tanaman obat, rempah, kelapa, palma, sagu, pinang, temu-temuan, aren, jarak pagar, jarak kepyar, dan tebu.
Arjuna Subject : -
Articles 4 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 1 (2002): Juni 2002" : 4 Documents clear
Pengembangan Kapas Genjah Tahan Hama di Wilayah Kering RUSIM MARDJONO
Perspektif Vol 1, No 1 (2002): Juni 2002
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v1n1.2002.33-40

Abstract

Areal pengembangan kapas di Indonesia seperi Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, NTT, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara sering mengalami hambatan, karena rendahnya produkivitas. Hal ini karena kapas daerah tersebut ditanam di tadah hujan yang memerlukan adanya toleransi yang inggi terhadap keterbatasan air, dan sering terjadi serangan hama, terutama hama Sundapteryx, Helicoverpa dan Pectinophora. Untuk itu diperlukan adanya varietas kapas yang berumur genjah dan tahan hama. Dai hasil persilangan tahun 1991 dan 1992, diperoleh 10 galur harapan dengan potensi produksi antara 2.2 - 3.38 ton/ha kapas berbiji, umur 115 -120 hari, toleran terhadap Sundapteryx, mutu serat tinggi sesuai standar. Pada pengujian di dua lokasi diperoleh 4 galur harapan idak berbeda dengan Kanesia 7. Peluang pengembangan kapas genjah di wilayah kering seperi daerah NTB, NTT, Sulsel, Sultra, dan Jawa Timur dengan bulan basah (>100 mm) antara 2.5 - 3 bulan cukup luas. Pengembangan kapas genjah dapat dilakukan dengan pola tanam monokultur populasi antara 60 000 -80 0 00 tanaman/ha. Apabila ditanam oleh petani diharapkan paling sedikit akan memperoleh 60 -70% (panen I), sehingga petani akan menghasilkan 1 440 - 1 640 kg/ ha atau memperoleh pendapatan sekitar Rp 3 024 000 - Rp 3 444 000/ ha.Kata kunci : Gossypium hirsutum, galur harapan, kapas genjah, tahan hama, wilayah kering
Polemik Kapas-Bt di Indonesia HASNAM, nFN
Perspektif Vol 1, No 1 (2002): Juni 2002
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v1n1.2002.1-8

Abstract

Dalam makalah ini disajikan informasi ilmiah dengan adanya perdebatan mengenai manfaat dan risiko penanaman kapas-Bt di Sulawesi Selatan. Masyarakat mempertanyakan isiko kapas-Bt terhadap kesehatan tnanusia dan keaneka ragaman hayati dengan pelepasan tanaman hasil konstruksi yang mengandung bahan-bahan geneik dari bakteria, virus serta parasit-parasit lainnya. Bukti-bukti menunjukkan bahwa kapas-Bt tidak berpotensi menyebabkan allergi atau menghasilkan bahan beracun, demikian juga penggunaan gen penanda yang menyebabkan ketahanan terhadap antibiotik tidak perlu dikuatirkan. Efeknya terhadap parasit-parasit, predator-predator dan mikroba tanah sangat kecil. Gen-gen penghasil toksin tersebut idak tersebar melalui tepung sari, karena gen-gen plastid hanya dapat diwariskan melalui tetua beina. Manfaat utama penggunaan kapas-Bt di Amerika Serikat adalah pengurangan pemakaian insekisida dan peningkatan produkivitas. Berkembangnya resistensi serangga terhadap protein yang dihasilkan gen Cry IA(c), akan menggagalkan manfaat tersebut di atas. Untuk itu perlu pengaturan dan pemantauan untuk menjaga keberlanjutan penggunaan kapas-Bt. Menghadapi keidakpasian ilmiah dalam pemanfaatan tanaman transgenik, pemerintah Indonesia menganut prinsip kehati-haian yang mensyaratkan dilakukannya penilaian dan pengeIolaan risiko sebelum penggunaan tanaman transgenik.Kata kunci : Bacillus thuringiensis, kapas, Gossypium hirsutum, transformasi, penilaian risiko, ketahanan serangga hama
Pemanfaatan Serbuk Biji Mimba (Azadirachta indica A. Juss) Untuk Pengendalian Serangga Hama Kapas nFN SUBIAKTO
Perspektif Vol 1, No 1 (2002): Juni 2002
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v1n1.2002.9-17

Abstract

Permasalahan yang dihadapi oleh petani dalam bidang pengendalian serangga hama antara Iain adalah mahalnya harga insekisida kimia dan terjadinya resistensi. Oleh karena itu untuk membantu petani perlu dicai pengendalian alternatif yang efektif, aman, murah, dan dapat diperoleh sendiri. Pemanfaatan serbuk biji mimba (SBM) dengan teknologi produksi sederhana dapat ditawarkan sebagai salah satu alternaif pengendalian serangga hama. Peneliian telah dilakukan untuk memanfaatkan SBM dalam pengendalian hama kapas. Hasil peneliian menunjukkan bahwa pada Helicoverpa armigera SBM bekerja sebagai larvisida dan ovisida. Pada Spodoptera litura SBM bekerja sebagai larvisida, memperpanjang umur ulat dan memperpendek umur imago, mengurangi fekunditas. Hasil efikasi SBM di lapangan menunjukkan bahwa konsentrasi 30 g SBM/liter air efekif menekan populasi ulat H. armigera dan S. litura. Pada beberapa kali aplikasi SBM lebih efekif dibandingkan dengan insektisida komersial azadiraktin 1% dan insekisida kimia sinteik tiodikarb. SBM relatif lebih aman terhadap predator (laba-laba dan Paederus sp). Kinerja SBM dibandingkan dengan insekisida kimia sinteik untuk pengendalian H. armigera pada tanaman kapas menunjukkan bahwa penggunaan SBM dapat mengurangi biaya pengendalian hama sekitar 60% dan meningkatkan tambahan pendapatan atas biaya pengendalian hama sebesar 35%.Kata kunci: Azadirachta indica, Helicoverpa armigera, Spodoptera litura.
Sistem Usahatani Berbasis Kelapa DOAH DEKOK TARIGANS
Perspektif Vol 1, No 1 (2002): Juni 2002
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v1n1.2002.18-32

Abstract

Tanaman kelapa (Cocos nucifera) memiliki peran yang strategis bagi masyarakat Indonesia, bahkan tanaman kelapa termasuk sebagai komoditas sosial kedua setelah padi mengingat produknya merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok masyarakat. Peran strategis demikian terlihat dari total areal 3.74 juta hektar, dan sekaligus sebagai areal perkebunan terluas dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Sekitar 3.59 juta hektar (96%) merupakan perkebunan rakyat yang memiliki berbagai masalah seperi , (1) luas kepemilikan lahan yang sempit ,(2) sebagian besar diusahakan dengan pola monokultur dan bersifat subsistan, (3) produkivitas kelapa rendah, (4) pendapatan usahatani rendah, (5) adopsi teknologi sangat terbatas, (6) produk yang dihasilkan masih dalam bentuk produk primair dan idak kompeiif dan (7) harga produk diingkat petani rendah dan fluktuaif. Berdasarkan kondisi tersebut, dalam dua dekade terakhir telah dilaksanakan penelitian sistem usahatani berbasis kelapa (SUBK) secara intensif dan terencana pada berbagai agroekosistem disentra-sentra produksi kelapa. Hasilpenelitian menyimpulkan bahwa pengembangan tanaman kelapa secara monokultur idak dianjurkan lagi, karena secara teknis maupun ekonomis idak menguntungkan. Saat ini di negara-negara penghasil kelapa utama seperi India, Filipina, Sri Lanka, dan Indonesia merekomendir dikembangkannya SUBK dengan introduksi berbagai tanaman sela yang prospekif. SUBK ini memiliki beberapa keunggulan yaitu (1) pemanfataan lahan usahatani menjadi efisien dan produkif, (2) meningkatkan produkifitas usahatani, (3) meningkatkan pendapatan usahatani, (4) pemakaian input usahatani lebih efisien dan pendapatan petani lebih terjamin. Namun demikian hasil studi SUBK di Indonesia menunjukkan suatu kenyataan bahwa peningkatan luas areal dan produksi belum sepenuhnya diikui dengan peningkatan pendapatan petani. Kondisi ini terutama disebabkan (1) rendahnya produkivitas dan harga produk diingkat petani, (2) rendahnya efisiensi pemanfaatan lahan serta (3) belum optimalnya pengolahan semua produk yang dihasilkan. Masalah tersebut dapat diatasi melalui diversifikasi usahatani horizontal dan vertikal. Penerapan diversifikasi secara terpadu dapat diharapkan (1) kehidupan petani lebih layak, (2) petani kelapa menjadi pelaku didalam sistem agribisnis kelapa, (3) tumbuhnya semangat petani untuk melakukan usahatani kelapa, (4) sumber daya fisik perkebunan kelapa dapat dimanfaatkan secara opimal, (5) terpenuhinya bahan baku untuk industi pengolahan, (6) tumbuh dan berkembangnya kelembagaan dan industri baru dari hasil tanaman campuran, (7) transfer teknologi dapat dipercepat, dan (8) meningkatnya sumbangan kelapa terhadap pendapatan devisa negara.Kata kunci : Kelapa, Cocos nucifera, sistem usahatani, tanaman sela, diversifikasi horisontal, diversifikasi verikal.

Page 1 of 1 | Total Record : 4