cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 1,592 Documents
MEMULAI BISNIS DENGAN KEAHLIAN Mohammad Suyanto
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI-SEPTEMBER 2003
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anda dapat memulai bisnis dengan keahlian yang Anda miliki, seperti halnya Soichiro Honda. Berawal dari keahliannya sebagai mekanik, akhirnya Soichiro Honda meraih sukses. Soichiro Honda mendapatkan pekerjaan pertama di bengkel mobil Tokyo pada 1922 setelah keluar dari sekolah. Ia hanya mengenyam pendidikan selama delapan tahun. Anak yang baru berusia 15 tahun dari kota kecil, merasa bangga dengan memperbaiki 10 mobil pada saat ramai. Ia diangkat sebagai asisten mekanik, tetapi pekerjaannya kadang-kadang sebagai "baby-sitter" anak laki-laki pemilik bengkel tersebut. Honda bermimpi untuk menjadi ahli mekanik mobil dan ia tidak pernah mendapat kesempatan itu..  Ia frustasi, kemudian mengemasi tasnya dan keluar dari pekerjaannya dan meninggalkan kota besar. Enam bulan kemudian, bengkelnya membutuhkannya, ia dipanggil untuk membantu memperbaiki mobil, akhirnya tebuka peluang baginya untuk meraih mimpinya. Seperti halnya negara lain, Jepang dihantam depresi besar pada 1930-an. Pada 1938, Soichiro Honda masih sekolah, ketika memulai membuka bengkel dan mengembangkan konsep piston berbentuk cincin. Ia berencana untuk menawarkan idenya kepada Toyota   Ia bekerja siang dan malam, bahkan sering tidur di bengkel. Ia selalu percaya bahwa ia dapat menyempurnakan rancangan dan memproduksi suatu produk yang bermanfaat. Untuk memulai bisnis menggunakan modal berupa perhiasan dari istrinya. Ketika rancangan tersebut dibuat sempel dan ditawarkan kepada Toyota, piston tersebut tidak memenuhi standar. Para teknisi mentertawakan rancangannya. Meskipun gagal, ia tetap kukuh pada pendiriannya. Setelah dua tahun lebih bertahan dan merancang ulang, akhirnya memenangkan kontrak dari Toyota. Kemudian Soichiro Honda membangun pabrik untuk memenuhi permintaan Toyota. Tetapi pabriknya di bom dua kali semasa perang sehingga menjadi berantakan. Ia tetap gigih untuk mewujudkan impiannya untuk mendirikan pabrik, tetapi sekali lagi pabriknya dihancurkan oleh gempa bumi yang dahsyat. Setelah selesai perang, terjadi kekurangan bahan bakar , memaksa orang-orang untuk berjalan atau menggunakan sepeda. Honda membuat mesin kecil dan dapat dipasang di sepeda, tetapi kesulitan material, sehingga tidak memenuhi permintaan. Honda menulis surat kepada 18.000 pemilik toko sepeda, tetapi hasilnya hanya memperoleh uang yang sedikit. Meskipun demikian, dengan uang seadanya tersebut, ia membuat mesin kecil untuk sepeda. Pada model pertama, memakan tempat agar dapat bekerja secara baik, maka ia mengembangkan dan mengadaptasi terus-menerus sampai alhirnya menghasilkan mesin yang kecil. ‘The Super Cub” menjadi kenyataan dan meraih sukses. Sukses di Jepang, Honda mulai mengekspor ke Eropa dan Amerika     Pada 1970-an terjadi kelangkaan bahan bakar, maka di Amerika berpindah dari kendaraan besar ke kendaraan yang lebih kecil. Honda dengan cepat menangkap tren ini. Sekarang, Honda Corporation mempunyai karyawan lebih dari 100,000 orang di Amerika dan Jepang, membawahi 43 perbisnisan di 28 negara, yang merupakan salah satu perbisnisan kendaraan terbesar di dunia dan menjadi perbisnisan peringkat 26 yang paling mengagumkan dunia pada 2003.
MEMULAI BISNIS DARI HOBI Mohammad Suyanto
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI-SEPTEMBER 2003
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hobi merupakan sesuatu yang disenangi. Anda dapat memulai usaha dari hobi. Banyak pengusaha sukses memulai dari hobi. Dalam ilmu psychology of success, dari 2000 orang sukses yang diteliti, ternyata 80 persennya adalah orang yang menyukai apa yang dia lakukan. Faktor menyukai menghadirkan energi sukses yang punya daya dorong luar biasa. Seperti Bill Gates;sewaktu masih muda mempunyai hobi komputer dan melakukannya dengan tekun, sehingga menjadi usaha yang sukses dan terkaya di dunia. Mooryati Soedibyo memulai usaha dari hobi. “Sebagai Putri Keraton sejak dulu saya akrab dengan jamu dan suka membuat  jamu. Saya membuat jamu perawatan kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga. Saya juga biasa menolong teman-teman membuatkan jamu untuk kebutuhan menjelang hari perkawinan, jamu untuk sebelum dan sesudah melahirkan, dan sebagainya. Ini semua saya lakukan secara kekeluargaan atau sosial saja. Setelah pindah ke Jakarta, ternyata masih banyak teman-teman yang suka memesan jamu saya, dan mereka memberikan biaya pengganti bahan-bahan jamu tersebut. “ kata Ibu Mooryati Soedibyo, Pendiri dan Pemilik PT. Mustika Ratu. Pada awalnya ia membuat jamu untuk perawatan kesehatan dalam bentuk minuman segar, seperti beras kencur, kunyit asam, dan sebagainya. Baru kemudian ia membuat jamu lainnya sesuai kebutuhan dan permintaan. Sekarang PT.Mustika Ratu telah membantu mengurangi pengangguran, dengan merekrut sekitar 3000 tenaga kerja. Bisnis ini juga turut menjadi kebanggaan Indonesia sebagai salah satu produk bermutu yang berbahan dasar, dibuat, dan dihasilkan dari sumber daya Indonesia, yang disukai di mancanegara. Demikian halnya, Martha Tilaar memulai usaha juga dari hobi. Martha Tilaar menyukai anak kecil, karena sampai usia 40 tahun belum punya anak. Didorong pula karena beasiswa 250 dolar per bulan untuk kuliah di Indiana University, tidak cukup untuk hidup berdua. Maka Martha Tilaar membuka usaha tempat penitipan anak. Pemasarannya dilakukan dngan menempel pengumuman di kampus Indiana University yang isinya “Saya adalah Baby Sitter, bersedia menampung bayi dan anak-anak”.  Hasilnya datang 13 anak asuh, mulai dari bayi sampai yang sudah duduk di sekolah dasar. Mereka menitipkan anaknya, karena mengikuti kuliah. Dari usaha penitipan anak ini, Martha Tilaar memperoleh pendapatan melebihi beasiswa suaminya.   Dari hasil usaha ini, digunakan untuk masuk ke Academy of Beauty Culture di Bloomington, Indiana. Setelah lulus dari sekolah kecantikan, Martha Tilaar mengumumkan di kampus bukan lagi sebagai baby sitter, tetapi sebagai ahli kecantikan yang siap dipanggil untuk melayani kecantikan. Panggilan membanjiri bisnis baru Martha Tilaar. Pada 1972, setelah pulang dari Amerika, garasi orang tuanya yang sempit, diubah menjadi salon kecantikan dengan nama Martha’s Salon. Martha Tilaar memperkenalkan jamu tradisional yang diramu sendiri dalam salonnya dan ia sebagai kelinci percobaan. Ternyata membuahkan hasil. Ketika ia menunggu kelahiran bayinya, mitra kerjanya mendadak membatalkan kerjasama, menyatakan keluar untuk mendirikan usaha sendiri. Kenangan pahit ini, membuat ia bersyukur “Tuhan Maha Besar. Saya memperoleh bayi, tetapi usaha saya gagal”. Tetapi dari kegagalan ini, Martha mengubahmya menjadi kesuksesan seperti sekarang ini. Bahkan Matha Tilaar merupakan satu-satunya wanita Indonesia yang masuk dalam bukunya John Naisbitt “Megatrends Asia”.
MENDAPATKAN SURGA Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2006
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sikap biasanya digunakan dalam menggambarkan orang dan menjelaskan perilakunya. Sikap dapat didefinisikan sebagai kecenderungan terus-menerus untuk merasakan dan berperilaku dalam sebuah cara yang khusus terhadap suatu obyek. Sedangkan Edwood Chapman mendefinisikan sikap sebagai cara untuk mengkomunikasikan atau mengekspresikan suasana hati atau watak kepada orang lain. Para manajer hendaknya tertarik pada sikap-sikap karyawan mereka karena sikap memberikan peringatan terhadap problem potensial dan karena sikap mempengaruhi perilaku. Karyawan yang terpuaskan dan komitmen, misalnya mempunyai tingkat keluar dan kemangkiran yang lebih rendah. Bila para manajer menginginkan agar permohonan berhenti dan absensi berkurang – terutama di antara karyawan mereka yang produktif – mereka akan menginginkan melakukan hal-hal yang akan membangkitkan sikap kerja yang positif, demikian tulis Stephen Robbins dalam Organizational Behavior. Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu emosi, informasi dan perilaku. Komponen emosi merujuk pada kecerdasan emosi yang berpengaruh terhadap perilaku organisasi. Jenis-jenis emosi dalam dunia kerja terdiri dari marah, takut, senang, cinta, sedih dan terkejut. Kecerdasan rasional (IQ) hanya memberikan sumbangan 4 % dari keberhasilan dunia nyata, menurut Sternberg dalam bukunya Succesfull Intelligence. Dengan demikian peran kecerdasan emosi ini semakin besar. Humor yang merupakan bagian dari rasa senang. “Humor sejauh ini merupakanperilaku paling menonjol yang menunjukkan kecerdasan manusia” kata Edward deBono, seorang tokoh kreatifitas organisasi. ”Kita menyukai organisasi yang tidak kuno, orang dengan selera humor ” jelas Herb Kelleher, CEO Suthwest Airlines. Para staf Macromedia  menggunakan humor dengan menyediakan tangga berputar yang memungkinkan karyawan meluncur dari lantai dua ke dapur perusahaan.  Komponen informasi menyangkut kepercayaan dan informasi individu mengenai suatu obyek. Kepercayaan merupakan kekuatan emosi yang dimulai dengan memiliki harga diri dan makna diri sehingga kita terpanggil untuk memancarkan kepada orang lain, seperti jari-jari sebuah lingkaran, yang akhirnya mengimbas kepada setiap orang dalam tim kita, di departemen kita, di devisi kita atau di seluruh perusahaan, tulis Cooper dan Sawaf dalam buku Executive EQ. “Percaya pada diri sendiri dan siapapun di sekitar Anda sebegitu besar sehingga Anda memberikan 70 % yang Anda miliki dan dalam proses menjadikan ribuan manajer dan karyawan Anda jutawan” kata Bill Gates. “Jaringan kepercayaan itu sangat berharga” kata Minoru Makihara, Direktur Mitsubishi Corporation. Komponen perilaku terdiri dari kecenderungan orang untuk berperilaku  dalam sebuah cara yang khusus terhadap suatu obyek. Komponen perilaku terdiri dari motivasi, cara berpikir, cara bertindak dan cara berinteraksi. Teori motivasi Maslow yang lebih mengutamakan kebutuhan bertahan hidup, yaitu fisiologis, yang berakibat krisis makna yang amat dalam, ketiadaan keyakinan pada apa pun, standar moralitas yang rendah, egoisme yang kejam dan harga diri yang rendah yang merupakan konsekuensinya, ketiadaan tujuan dan nilai, rasa jemu yang menjadi ciri dari sebagian besar kehidupan pada abad 20 di dunia Barat yang maju adalah bukti kuat untuk membalikkan prioritas kapitalisme. Pada akhir hidupnya, Abraham Maslow sendiri merasa bahwa sesungguhnya piramida kebutuhannya terbalik, sehingga kebutuhan yang harus diutamakan adalah kebutuhan aktualisasi diri, yang menjunjung tinggi nilai, standar moral, keyakinan dan kebaikan  serta bermanfaat bagi manusia lain. “Sesungguhnya di dalam surga terdapat rumah-rumah bagi orang-orang yang berbuat baik, termasuk orang yang berbuat baik kepada keluarga dan pengikutnya” sabda Rasulullah saw.
KREATIVITAS DALAM LOMBA KEBERHASILAN GURU Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1997: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.825 KB)

Abstract

       Siapa yang bilang bahwa guru-guru kita tidak kreatif? Siapa yang bilang bahwa rutinitas guru kita telah menghancurkan kreativitas? Dan siapa yang bilang kreativitas tersebut hanya dimiliki oleh para dosen di perguruan tinggi?  Guru kita, baik guru SD, SLTP, SMU maupun SMK ternyata banyak yang kreatif;  hal ini terbuktikan pada Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (LKGP) Nasional yang peme-nangnya diumumkan bersamaan Peringatan Hari Guru baru-baru ini.       Kali ini, LKGP sudah memasuki tahun kedua. Sebenarnya LKGP serupa esensinya dengan lomba kreativitas karena penilaian terhadap karya guru lebih terfokus pada sejauh mana sang guru dapat mengembangkan kreativitas (plus loyalitas) dalam proses belajar mengajar di kelas dan/atau di luar kelas kepada peserta didiknya.  Penilaian lomba tidak ditekankan pada sejauh mana guru mengembangkan konsep-konsep akademis di dalam tataran teoritik;  akan tetapi lebih difokuskan pada pengalaman mengajar dan/atau pengalaman mengembangkan lembaga pendidikan itu sendiri dari aspek-aspek yang edukatif.       Hampir 1.500 guru  mengirimkan tulisan tentang pengalamannya kepada panitya di tingkat nasional.  Tahun ini Departemen Pendidikan sebagai penyelenggara bersama Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) sebagai sponsor sempat menyediakan hadiah yang menarik, setidak-tidaknya bagi para guru,  antara lain berupa rumah (27 unit), ongkos naik haji bagi yang beragama Islam atau dana sepadan bagi keperluan sejenis bagi yang beragama nonislam, uang tunai, mesin ketik, dan sebagainya.  Namun begitu hadiah-hadiah itu bukan satu-satunya daya tarik bagi guru untuk mengikuti lomba;  buktinya tahun lalu ketika be-lum ada hadiah "seaduhai" itupun peserta lombanya banyak pula.       Apabila guru-guru kita tidak banyak yang kreatif; mana mungkin pihak penyelenggara dapat mengumpulkan naskah empirik yang sede-mikian banyak.
MENGGUGAT NILAI-NILAI NASIONALISME Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2001: HARIAN SUARA MERDEKA
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.34 KB)

Abstract

       Secara implisitis  judul makalah ini,  "Efektivitas Pengajaran Nilai-Nilai Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan Formal" yang disampaikan dalam seminar nasional yang diselenggarakan Yayasan Pendidikan Islam Nasima di Graha Santika Hotel hari ini, menyimpan dua permasalahan sekaligus;  masing-masing ialah tentang nilai-nilai nasionalisme serta pendidikan formal. Selanjutnya dua permasalahan ini terelasikan di dalam suatu konsep hubungan yang akan dicandra efektivitasnya. Apakah jalur pendidikan formal, (masih) efektif untuk mengajarkan nilai-nilai nasionalisme?          Pertanyaan tersebut menjadi penting dan aktual,  mengingat akhir-akhir ini sangat sering muncul berbagai peristiwa sosial yang mengindikasi melunturnya nilai-nilai nasionalisme.  Peristiwa Maluku misalnya,  terjadinya konflik horisontal  antaretnik dan antaragama jelas-jelas mencerminkan ketidak-kokohan nilai-nilai nasionalisme di kalangan orang-orang yang terlibat konflik,  baik dalam skala indi-vidu maupun kelompok.  Seandainya saja kekokohan nilai itu dapat dipertahankan maka konflik yang banyak merenggut korban tentu dapat dihindarkan.          Berbicara tentang nasionalisme  sama halnya dengan  berbicara mengenai kebangsaan;  dan kebangsaan itu sendiri merupakan jiwa dan semangat kebersamaan dari sekelompok orang untuk ber-bangsa (dan bernegara).  Pertanyaan yang kemudian timbul dan menggelitik adalah, sejak kapan manusia Indonesia tumbuh jiwa dan semangatnya untuk berbangsa? Jawaban atas pertanyaan ini adalah,  secara embrional sejak tumbuhnya wawasan kebangsaan Indonesia.  
PERSPEKTIF ANGKA KREDIT GURU Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1989: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.453 KB)

Abstract

       Semenjak dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No: 26/MENPAN/1989 tanggal 2 Mei 1989 tentang angka kredit bagi jabatan guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) maka kita boleh menaruh harap terhadap pengingkatan kualitas pendidikan di Indonesia pada masa-masa yang akan datang melalui sektor manusianya.       Para guru sendiri umumnya banyak yang menyambut positif dan penuh harap atas kehadiran SK tersebut; meskipun banyak di antara mereka yang sebenarnya belum memahami materi SK-nya secara operasional.       Barangkali banyak di antara kita yang bertanya-tanya: dari dimensi mana dapat ditarik korelasi antara  SK Menpan yang mengatur angka kredit jabatan guru dengan peningkatan kualitas pendidikan di negara kita?       Jawabnya tidak terlalu sulit! Salah satu komponen yang menentukan kualitas pendidikan di negara kita ialah faktor keberhasilan guru dalam mendidik para siswanya; jadi kalau SK Menpan tersebut  dapat memotivasi guru sehingga mampu meningkatkan keberhasilan mendidiknya maka secara  otomatis  akan meningkatkan kualitas pendidikan, betapa pun kecilnya nilai peningkatan itu.       Dalam Surat Edaran bersama antara Mendikbud dan Kepala BAKN No:57686/MPK/1989 dan No: 38/SE/1989 secara eksplisit diterangkan  bahwa penetapan angka kredit bagi jabatan guru  adalah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan melalui pening-katan mutu dan prestasi guru.
BELAJAR DARI PENJUAL KORAN (4) Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

              Ia selalu mengantarka koran ke rumah saya dengan meletakkan di meja depan atau di kursi depan, tidak seperti penjual koran lain biasanya dilemparkan. Biasanya sebelum meletakkan koran di meja depan rumah saya mengucapkan salam “Assalamu ‘alaikum Pak”. Saya jawab “wa alaikum salam” dan kadangkala saya jawab lebih lengkap“ wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.”  Dalam surat an-Nisa’ ayat 86 : Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. Kadangkala saya menyongsongnya untuk menghargainya, karena ia telah mengorbankan sedikit waktu untuk menyerahkan koran. Kata-katanya yang meriah dan senyumnya yang tak pernah saya lupakan sambil memberikan koran kepada saya. “Terima kasih Pak” jawab saya sambil menerima koran tersebut. Penjual koran tersebut melanjutkan perjalanannya mengantarkan koran dari rumah ke rumah pelanggan setianya.  Salam pertama kali diajarkan oleh Nabi Adam a.s. Diriwayatkan oleh Tirmizi dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda : Ketika Allah menciptakan Adam, lalu Allah meniup ruh ke dalamnya, Adam lalu bersin, kemudian ia berkata “Segala puji bagi Allah” Diapun membaca tahmid dengan ijin Allah. Lalu Tuhannya berfirman kepadanya “Allah menyayangimu wahai Adam”, pergilah kepada malaikat itu dan ucapkan kepada mereka “Semoga keselamatan bagimu” lalu mereka menjawab “Dan bagimu keselamatan dan rahmat Allah” lalu Adam kembali kepada Tuhannya. Tuhannya berfirman “Sesungguhnya itu adalah salam penghormatan bagimu dan anak keturunanmu di antara mereka.  Menebarkan salam, baik yang menyampaikan salam maupun yang menjawabnya merupakan perbuatan yang terpuji. Menebarkan salam akan menjadikan kita selamat dan mempunyai kedudukan yang tinggi. Rasulullah s.a.w. bersabda : Sebarkanlah salam, kalian akan selamat.  . Rasulullah s.a.w. juga bersabda : Sebarkanlah salam agar kalian menjadi tinggi. Menebarkan salam juga akan menjadikan kita saling mencintai. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda : Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai, maukah kalian aku tunjukkan kepadamu sesuatu jika kalian melaksanakannya kalian akan mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian (Muslim). Demikian pula menebarkan salam merupakan salah satu perbuatan yang memudah kita masuk ke dalam surga. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda : Sebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali silaturahim, dirikanlah shalat pada saat malam ketika orang-orang sedang terlelap dalam tidurnya, niscaya masuklah kalian ke surga dengan selamat. Pelajaran keempat yang kita peroleh dari penjual koran tersebut adalah bahwa ia juga selalu medoakan pelanggannya agar pelanggannya selamat dunia dan akhirat.    
REPOTNYA MEMANDIRIKAN PTN Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.197 KB)

Abstract

       Dalam beberapa hari yang terakhir ini berbagai media massa gencar memberitakan  aktivitas demonstrasi mahasiswa  yang terjadi di berbagai PTN; antara lain di Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Kali ini pangkal persoalannya bukan masalah politik atau hukum  yang ada di luar kampus sebagaimana yang terjadi selama ini; tetapi menyangkut masalah "rumah tangga" para pemrotes dan demonstran tersebut.       Demonstrasi mahasiswa UI  yang melibatkan ratusan personal menuntut pimpinan perguruan tingginya  untuk membatalkan iuran atau pungutan Dana Peningkatan Kualitas Pendidikan (DPKP). Mes-kipun pimpinan UI sudah menjelaskan  bahwa dana tersebut dipakai untuk kepentingan mahasiswa sendiri, dan di dalam penggunaannya pun siap diaudit,  akan tetapi para mahasiswa yang melakukan aksi itu sepertinya tidak mau mengerti.  Seperti diketahui UI memungut DPKP di luar SPP sebesar satu juta rupiah  bagi mahasiswa eksakta dan 750 ribu rupiah bagi mahasiswa sosial.      Demonstrasi mahasiswa UNS dan UPI tidak jauh berbeda per-masalahannya.  Mereka menuntut supaya pimpinan perguruan tinggi mencabut kebijakannya dalam menaikkan SPP mahasiswa; sekalipun kebijakan ini hanya dilakukan bagi mahasiswa baru.       Aksi mahasiswa baik di UI, UPI, maupun di UNS  tidak lagi sebatas mempengaruhi, tetapi sudah menghalangi mahasiswa lainnya untuk membayar DPKP maupun SPP.  Mungkin kita tidak mengerti, apakah fenomena ini  menunjukkan meningkatnya iklim demokrasi di kampus atau justru mengindikasikan kampus yang sedang sakit.
SLTP MENGAPA MASIH DIBERLAKUKAN Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 1990: HARIAN WAWASAN
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.589 KB)

Abstract

       Setelah Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional berhasil diundangkan maka pemerintah kembali berkiprah merumuskan dan memberlakukan beberapa peraturan pemerintah sebagai penjabaran operasional dari undang-undang tersebut; salah satu di antaranya adalah Peraturan Pemerintah Nomer 28 Tahun 1990, selanjutnya disebut PP 28/1990, tentang pendidikan dasar.       Apabila dibuat diferensiasinya maka undang-undang mengatur pokok-pokok pengaturan dalam sistem pendidikan nasional kita; sementara itu aturan pelaksanaannya yang lebih operasional terdapat dalam peraturan pemerintah.       Dengan diberlakukannya PP 28/1990 tentang pendidikan dasar tentunya merupakan langkah maju dalam sistem pendidikan kita;  karena hal ini mengandung makna bahwa rambu-rambu lalu lintas pendidikan dasar telah ditancapkan. Siapa yang akan berkiprah dalam pendidikan dasar di negara kita harus memperhatikan dan mematuhi rambu-rambu lalu lintasnya.  Barang siapa yang secara sengaja maupun tidak sengaja melanggar rambu-rambu tersebut pasti akan kena "semprit" dari yang berkompeten; dalam hal ini adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud).
DANA PENDIDIKAN KOMPENSASI BBM Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2005: HARIAN JAWA POS
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.467 KB)

Abstract

       Pendidikan nasional akan mendapat ”durian runtuh”, yaitu berupa dana kompensasi BBM yang besarnya sekitar 5,6 triliyun rupiah. Kalau kita banding dengan jumlah anggaran pendidikan tahun 2004 lalu yang nilainya sebesar 15,2 trilyun maka dana kompensasi BBM untuk pendidikan tersebut cukup signifikan besarnya; yaitu mencapai di atas 36,8 persen atau lebih sepertiga dari anggaran yang lalu.          Meskipun masih jauh dari kebutuhan akan tetapi angka 5,6 trilyun rupiah tersebut terhitung besar untuk bidang pendidikan. Itulah sebabnya kemudian muncul berbagai pendapat masyarakat tentang penggunaan dan/atau pengelolaannya. Ada anggota masyarakat yang berpendapat bahwa sebaiknya dana tersebut digunakan untuk merenovasi gedung-gedung sekolah, terutama gedung SD, yang sudah bobrok, untuk menyekolahkan guru-guru yang kualitasnya rendah, untuk melengkapi kebutuhan sekolah seperti alat-alat laboratorium yang masih tidak lengkap, untuk membantu biaya pendidikan penduduk miskin, sampai dengan untuk menggratiskan pendidikan.          Ibaratnya sebuah keluarga miskin yang jarang pegang uang banyak, ketika keluarga tersebut tiba-tiba dapat uang yang cukup banyak jumlahnya maka segala keinginan terus muncul. Dan keluarga tersebut tidak tahu bila uang yang diperoleh tiba-tiba tersebut meskipun relatif banyak jumlahnya tetapi menjadi sedikit ketika dibandingkan dengan keinginannya. 

Page 2 of 160 | Total Record : 1592


Filter by Year

1982 2010


Filter By Issues
All Issue 2010: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2010 2010: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI-MARET 2010 2010: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2010 2010: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI-MARET 2010 2010: HARIAN JAWA POS 2010: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2010: HARIAN MEDIA PIKIRAN RAKYAT 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN KOMPAS 2009: HARIAN JAWA POS 2009: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2009: HARIAN MEDIA INDONESIA 2009: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2009: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2009: HARIAN SUARA KARYA 2009: HARIAN SINAR HARAPAN 2009: HARIAN SINAR HARAPAN 2009: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2009: HARIAN JAWA POS 2009: HARIAN KOMPAS 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN SINAR HARAPAN 2008: HARIAN JAWA POS 2008: HARIAN JAWA POS 2008: HARIAN SINAR HARAPAN 2008: HARIAN SUARA MERDEKA 2008: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2008: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2008: HARIAN KOMPAS 2008: HARIAN KOMPAS 2008: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2008: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2007 2007: MOZAIK OBITUARI 2007: HARIAN MEDIA INDONESIA 2007: HARIAN KOMPAS 2007: MAJALAH FASILITATOR 2007: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2007: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2007: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2007: MAJALAH FASILITATOR 2007: HARIAN MEDIA INDONESIA 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2006 2006: MAJALAH FASILITATOR 2006: MAJALAH METODIKA 2006: MAJALAH FASILITATOR 2006: HARIAN MEDIA INDONESIA 2006: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2006: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2006: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2006: HARIAN SUARA MERDEKA 2006: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2006: HARIAN JAWA POS 2006: HARIAN SUARA MERDEKA 2006: HARIAN KOMPAS 2006: HARIAN KOMPAS 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2005: MAJALAH FASILITATOR 2005: HARIAN MEDIA INDONESIA 2005: HARIAN JAWA POS 2005: HARIAN MEDIA INDONESIA 2005: HARIAN JAWA POS 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2004 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN MEDIA INDONESIA 2004: HARIAN MEDIA INDONESIA 2004: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2004: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2004: MAJALAH FASILITATOR 2004: HARIAN KOMPAS 2004: HARIAN KOMPAS 2004: HARIAN JAWA POS 2004: MAJALAH FASILITATOR 2004: HARIAN JAWA POS 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI APRIL-JUNI 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI APRIL-JUNI 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI OKTOBER-DESEMBER 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI-SEPTEMBER 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI-SEPTEMBER 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI OKTOBER-DESEMBER 2003 2003: HARIAN KOMPAS 2003: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2003: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2003 2003: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2002: Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA 2002: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2002: HARIAN SUARA KARYA 2002: HARIAN KOMPAS 2002: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2002: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2002: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2002: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2002: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2002: HARIAN KOMPAS 2001: MAJALAH PUSARA 2001: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2001: HARIAN SUARA KARYA 2001: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2001: HARIAN KOMPAS 2001: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2001: HARIAN SUARA MERDEKA 2001: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2001: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2001: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2000: HARIAN SUARA KARYA 2000: MAJALAH TRANSFORMASI 2000: MAJALAH PUSARA 2000: HARIAN SUARA KARYA 2000: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2000: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2000: HARIAN SUARA MERDEKA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2000: MAJALAH PUSARA 2000: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2000: HARIAN KOMPAS 2000: HARIAN MEDIA INDONESIA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2000: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2000: HARIAN KOMPAS 1999: HARIAN SUARA MERDEKA 1999: MAJALAH PUSARA 1999: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1999: HARIAN SUARA KARYA 1999: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1999: HARIAN REPUBLIKA 1999: HARIAN SUARA KARYA 1999: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1999: HARIAN KOMPAS 1999: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1999: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1999: MAJALAH PUSARA 1998: MAJALAH PUSARA 1998: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1998: HARIAN SRIWIJAYA POS 1998: HARIAN SUARA KARYA 1998: HARIAN SUARA MERDEKA 1998: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1998: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1998: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1998: HARIAN SUARA KARYA 1998: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1998: HARIAN BALI POS 1998: MAJALAH PUSARA 1997: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1997: HARIAN BERITA NASIONAL 1997: HARIAN KOMPAS 1997: HARIAN BALI POS 1997: HARIAN SUARA KARYA 1997: HARIAN SRIWIJAYA POS 1997: HARIAN SUARA MERDEKA 1997: HARIAN KOMPAS 1997: HARIAN BALI POS 1997: HARIAN YOGYA POS 1997: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1997: HARIAN SRIWIJAYA POS 1997: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1997: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1997: HARIAN SUARA KARYA 1997: MAJALAH PUSARA 1997: MAJALAH PUSARA 1997: HARIAN BERITA NASIONAL 1997: HARIAN SURYA POS 1997: HARIAN SUARA MERDEKA 1997: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1996: HARIAN SUARA KARYA 1996: MAJALAH PUSARA 1996: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1996: HARIAN YOGYA POS 1996: HARIAN SURYA POS 1996: HARIAN KOMPAS 1996: HARIAN BERITA NASIONAL 1996: HARIAN SURYA POS 1996: HARIAN SUARA MERDEKA 1996: MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH 1996: MAJALAH PUSARA 1996: HARIAN BALI POS 1996: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1996: HARIAN YOGYA POS 1996: HARIAN SUARA KARYA 1996: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1996: HARIAN BISNIS INDONESIA 1996: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1996: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1996: HARIAN BALI POS 1995: HARIAN SURABAYA POS 1995: HARIAN BERNAS 1995: HARIAN SUARA KARYA 1995: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1995: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1995: HARIAN BERNAS 1995: HARIAN SUARA MERDEKA 1995: HARIAN BALI POS 1995: HARIAN BALI POS 1995: HARIAN SURABAYA POS 1995: HARIAN SUARA KARYA 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1995: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1995: HARIAN JAWA POS 1995: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1995: HARIAN SUARA MERDEKA 1994: HARIAN BALI POS 1994: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1994: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1994: HARIAN BERNAS 1994: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1994: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1994: HARIAN SUARA KARYA 1994: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1994: HARIAN BALI POS 1994: HARIAN SURABAYA POS 1994: HARIAN SUARA KARYA 1994: HARIAN SUARA MERDEKA 1994: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1994: HARIAN SURABAYA POS 1993: HARIAN SURABAYA POS 1993: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1993: HARIAN JAWA POS 1993: HARIAN BERNAS 1993: HARIAN KOMPAS 1993: HARIAN SUARA KARYA 1993: HARIAN SURABAYA POS 1993: HARIAN BALI POS 1993: HARIAN SUARA KARYA 1993: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1993: HARIAN BERNAS 1993: HARIAN BALI POS 1993: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1992: HARIAN BALI POS 1992: HARIAN WAWASAN 1992: HARIAN SUARA MERDEKA 1992: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1992: HARIAN SURABAYA POS 1992: HARIAN SURABAYA POS 1992: HARIAN SUARA KARYA 1992: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1992: HARIAN SUARA MERDEKA 1992: HARIAN WAWASAN 1992: HARIAN BALI POS 1992: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1992: HARIAN BERNAS 1992: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1992: HARIAN SUARA KARYA 1991: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1991: HARIAN SUARA MERDEKA 1991: HARIAN SUARA MERDEKA 1991: HARIAN YOGYA POS 1991: HARIAN YOGYA POS 1991: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1991: HARIAN WAWASAN 1991: HARIAN SURABAYA POS 1991: HARIAN SUARA KARYA 1991: HARIAN BALI POS 1991: HARIAN MEDIA INDONESIA 1991: HARIAN SURABAYA POS 1991: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1991: HARIAN BALI POS 1991: HARIAN SUARA KARYA 1991: HARIAN BERNAS 1990: MAJALAH POPULASI 1990: HARIAN SUARA MERDEKA 1990: HARIAN YOGYA POS 1990: HARIAN SUARA MERDEKA 1990: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1990: HARIAN WAWASAN 1990: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1990: HARIAN KOMPAS 1990: HARIAN BALI POS 1990: HARIAN JAWA POS 1990: HARIAN WAWASAN 1990: HARIAN KOMPAS 1990: HARIAN MEDIA INDONESIA 1990: HARIAN SURYA POS 1990: HARIAN BALI POS 1990: HARIAN YOGYA POS 1990: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1990: HARIAN SUARA KARYA 1990: MAJALAH PUSARA 1990: HARIAN SUARA KARYA 1990: MAJALAH PUSARA 1990: HARIAN MEDIA INDONESIA 1989: MAJALAH PUSARA 1989: HARIAN WAWASAN 1989: HARIAN JAWA POS 1989: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1989: HARIAN SUARA KARYA 1989: HARIAN YOGYA POS 1989: HARIAN SUARA KARYA 1989: HARIAN SUARA MERDEKA 1989: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1989: MAJALAH PENDOPO 1989: HARIAN WAWASAN 1989: HARIAN JAWA POS 1988: HARIAN SURYA POS 1988: HARIAN SUARA KARYA 1988: HARIAN KOMPAS 1988: MAJALAH PENDOPO 1988: HARIAN WAWASAN 1988: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1988: HARIAN SURYA POS 1988: HARIAN SUARA MERDEKA 1988: HARIAN SUARA MERDEKA 1988: HARIAN WAWASAN 1988: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1988: HARIAN SUARA KARYA 1987: HARIAN KOMPAS 1987: HARIAN SUARA KARYA 1987: HARIAN JAWA POS 1987: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1987: HARIAN SURYA POS 1987: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1987: HARIAN KOMPAS 1987: HARIAN WAWASAN 1987: HARIAN SUARA MERDEKA 1987: HARIAN SUARA KARYA 1987: HARIAN SUARA MERDEKA 1987: HARIAN PRIORITAS 1987: HARIAN PRIORITAS 1987: HARIAN SURYA POS 1987: HARIAN JAWA POS 1986: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1986: HARIAN SUARA MERDEKA 1986: HARIAN SUARA KARYA 1986: HARIAN PRIORITAS 1986: HARIAN SUARA MERDEKA 1986: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1986: MAJALAH ARENA 1986: HARIAN JAWA POS 1986: HARIAN PRIORITAS 1985: MAJALAH PUSARA 1985: HARIAN SUARA MERDEKA 1985: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1985: HARIAN SUARA MERDEKA 1985: MINGGUAN MINGGU PAGI 1985: HARIAN BERITA NASIONAL 1985: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1985: MAJALAH PUSARA 1984: HARIAN BERITA NASIONAL 1984: HARIAN MASA KINI 1984: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1984: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1984: HARIAN BERITA NASIONAL 1984: MINGGUAN MINGGU PAGI 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1983: HARIAN MASA KINI 1983: HARIAN BERITA NASIONAL 1983: MAJALAH MAHASISWA 1983: MAJALAH PUSARA 1982: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1982: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT More Issue