cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kudus,
Jawa tengah
INDONESIA
PALASTREN
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN" : 12 Documents clear
PEREMPUAN DAN LIMINALITAS PERDAMAIAN: Hubungan Islam-Kristen dalam Liminalitas Simbolik Kain Gandong di Maluku Pattiasina, Sharon Michelle O; Lattu, Izak Y M; Nuban Timo, Ebenhaizer I
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v11i2.3298

Abstract

Tulisan ini menganalisis peran perempuan dan tradisi Kain Gandong dalam liminalitas hubungan Islam-Kristen yang berfokus pada ritual Panas Pela dan ritual Pelantikan raja di negeri Hative Kecil dan Hitumessing, Maluku. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik wawancara, studi dokumenter dan studi pustaka. Hasil penelitian menemukan bahwa perempuan memiliki peran yang penting dalam tradisi Kain Gandong. Perempuan berperan sebagai pemegang Kain Gandong dengan mengacu pada arti dan makna dari kata gandong itu sendiri. Tradisi Kain Gandong menciptakan sebuah ruang kebersamaan yang disebut sebagai ruang liminalitas. Ruang tersebut dapat membebaskan masyarakat dari perbedaan-perbedaan status sosial, budaya dan agama. Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menemukan tiga nilai yang dapat berguna untuk membangun kehidupan bersama, yakni nilai persaudaraan, nilai kesetaraan dan nilai perdamaian.
FENOMENA TABU MAKANAN PADA PEREMPUAN INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI FEMINIS Intan, Tania
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v11i2.3757

Abstract

Fenomena tabu makanan yang dialami perempuan Indonesia berkaitan dengan dominasi kultur patriarki. Menggunakan studi dokumentasi, penelitian ini memperlihatkan bahwa  dalam masyarakat penganut sistem patriarki yang kuat, tabu-tabu, termasuk tabu makanan, lebih banyak diberlakukan pada perempuan dari pada laki-laki, dan bahwa tabu makanan berkaitan dengan kepentingan untuk berbagi sumber daya makanan. Beberapa tabu makanan bertentangan dengan ajaran kesehatan perempuan, terutama yang hamil atau menyusui, justru dilarang mengonsumsi makanan yang berprotein hewani tinggi yang diperlukan tubuh, dengan alasan kesehatan.  Dampak tabu makanan menyebabkan perempuan mengalami defisit gizi yang dapat membahayakan kesehatannya. Intervensi pemerintah dan kalangan akademisi diperlukan untuk mendistribusikan kesadaran perempuan tentang urgensi dari situasi tersebut
POSISI WANITA DALAM IDEOLOGI KANURAGAN WAROK PONOROGO Krismawati, Nia Ulfia
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v11i2.3896

Abstract

Berperan sebagai istri warok, mengharuskan wanita menerima kodrat sebagai wani di tata yakni diharuskan tunduk terhadap suami. Sistem patriarki yang mengakar kuat memposisikan wanita pada golongan lemah. Stereotip menjadi wanita baik (konsep jawa) telah menjadi pedoman hidup dalam berumah tangga dan tanpa disadari membawanya pada posisi yang lemah. Dalam menjalai kehidupan sebagai istri warok, seorang wanita harus rela untuk membagi ranah publik pada gemblak yang berperan sebagai pendamping warok. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis posisi wanita dalam konteks keluarga sebagai konsekuensi dari ideologi kanuragan yang dianut oleh warok. Pasrah dan lega lila adalah dua kata yang dirasa tepat untuk menggambarkan posisi wanita di tengah budaya menggemblak yang hanya bersifat nerimo. Metode yang digunakan adalah historis dengan menggunakan sumber primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kepemilikan atas gemblak yang dinobatkan sebagai tradisi dan konsekuensi dari ideologi kanuragan telah menempatkan wanita pada posisi lemah dalam konteks keluarga.
Teologi Sosial Masyarakat Pinggiran (Konsep Teologi Kaum Perempuan Dalam Memaknai Banjir di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus) shofaussamawati, shofaussamawati; Listiana, Anisa
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v11i2.4158

Abstract

The Undaan Kudus Community is the majority of farmers on the outskirts of the industrial city, Kudus, which are often affected by floods. Responding to these conditions the women of Undaan have ways and systems to consolidate existing elements through religious and cultural values. The religious and cultural values they use are in the form of recitation, yasinan, hadrah every Friday night and Monday night. The activities that shape the structure of their view of floods that often hit are different from those in other areas. For them, disaster or flood disaster is a part of life affairs that must be addressed wisely, recovery, rehabilitation and resilience. This study discusses how the theological transformation of Undaan women in interpreting the flood cycle in the Undaan region? The results show that Undaan women's theology views floods as a symbol of collective destruction, destruction of meaning, and dealing with danger. Therefore the ethics of dealing with floods is istirja ', patience, learning, and obedience to God.
TRADISI PEMBERIAN PITI BALANJO PADA PEREMPUAN DALAM MASA PINANGAN DI NAGARI MANGGILANG Salma, Salma; Aliya, Kharisma; Yunita, Masna
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v11i2.3750

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendalami dan mengungkapkan satu tradisi unik masyarakat Nagari Manggilang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Laki-laki yang melamar seorang perempuan memberikan piti balanjo setiap minggu kepada perempuan yang dilamarnya selama dalam masa pertunangan. Piti balanjo itu adalah sejumlah uang yang diberikan oleh laki-laki pada tunangannya dan tidak bagian dari mahar. Dalam hukum Islam, lamaran dan masa tunggu sampai pada akad perkawinan tidak menimbulkan kewajiban terhadap seorang laki-laki untuk memberikan uang belanja atau nafkah apapun pada perempuan yang menerima lamarannya. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pasangan bertunangan maupun pasangan menikah yang sebelumnya memberikan piti balanjo, keluarga inti, ninik mamak kepala suku dan ulama lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tradisi maagiah pitih balanjo sudah ada sejak lama dan turun-temurun di Nagari Manggilang. Makna pemberian piti balanjo adalah bukti kesungguhan, pengikat dan tanggung jawab laki-laki pada tunangannya. Adapun piti balanjo ini diberikan kepada perempuan melalui wali perempuan dan tidak dibenarkan adat untuk langsung diberikan oleh laki-laki yang melamar. Alasan masyarakat Manggilang mempertahankan tradisi ini adalah untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa seorang perempuan telah dilamar oleh seorang laki-laki agar laki-laki lain tidak mengambil kesempatan untuk melamar perempuan dalam pinangan. Oleh karena itu, piti balanjo ini termasuk pada kelompok hibah, karena piti balanjo ini diberikan atas dasar kerelaan hati dan bertujuan memuliakan perempuan.
Kontestasi Teodisi dan Aksi Antara Islam Moderat dan Radikal Dalam Bencana Palu dan Lombok Zahra, Fathimatuz; Hakim, M. Nasrul
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v11i2.4056

Abstract

Bencana merupakan  keniscayaan dalam kehidupan manusia dan memunculkan berbagai respon bagi masyarakat sekitarnya. Bencana sering terjadi di Indonesia, pada tahun 2018 di antaranya adalah gempa bumi Lombok dan Palu.Objek kajian yang dipilih adalah menyangkut respon organisasi masyarakat berbasiskan Islam terhadap bencana Lombok dan Palu. Dalam penelitian ini lebih khusus lagi diambil dari pemahamahan teodisi dan aksi organisasi Islam moderat dan radikal. Organisasi keislaman  memproduksi teks berupa fatwa, surat keputusan, atau artikel-artikel yang disebarkan pada lingkup internal. Teks-teks tersebut sebagai data kontestasi teodisi dalam organisasi keislaman. Analisis terhadap interpretasi tersebut digunakan untuk melihat respon tindakan yang dilakukan organisasi keislaman sebagai pelaksanaan dari teks. Bencana Palu dan Lombok menunjukkan Islam moderat memahami teodisi dalam bencana sebagai kasih sayang Tuhan sehingga dalam tindakan pun menggunakan dalil-dalil yang fleksibel. Sedangkan Islam radikal memunculkan kontestasi teodisi bahwa bencana yang turun merupakan azab, sehingga mereka dalam tindakan pun menggunakan dalil-dalil yang keras.Kata Kunci : Kontestasi, teodisi,  islam moderat dan islam radikal, bencanaAbstract :                                                                                               Disaster is a necessity in human life and raises various responses for the surrounding community. Disasters often occur in Indonesia, so here a study of disasters is needed. The disasters that occurred in Indonesia this year included the Lombok and Palu earthquakes. The study subjects chosen were related to the response of Islamic-based community organizations to the disasters of Lombok and Palu. In this paper, it is more specifically taken from the understanding of theodicy and the actions of moderate and radical Islamic organizations.Every Islamic organization produces texts in the form of fatwas, decrees, or articles that are disseminated in the internal sphere. These texts will be the data of theodic contestation in Islamic organizations. Then, the analysis of the interpretation is used to see the response of actions taken by Islamic organizations as the implementation of the text that has been produced.Keywords: Contestation, theodicy, action, moderate Islam and radical Islam, disaster
FENOMENA TABU MAKANAN PADA PEREMPUAN INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI FEMINIS Tania Intan
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v11i2.3757

Abstract

Fenomena tabu makanan yang dialami perempuan Indonesia berkaitan dengan dominasi kultur patriarki. Menggunakan studi dokumentasi, penelitian ini memperlihatkan bahwa  dalam masyarakat penganut sistem patriarki yang kuat, tabu-tabu, termasuk tabu makanan, lebih banyak diberlakukan pada perempuan dari pada laki-laki, dan bahwa tabu makanan berkaitan dengan kepentingan untuk berbagi sumber daya makanan. Beberapa tabu makanan bertentangan dengan ajaran kesehatan perempuan, terutama yang hamil atau menyusui, justru dilarang mengonsumsi makanan yang berprotein hewani tinggi yang diperlukan tubuh, dengan alasan kesehatan.  Dampak tabu makanan menyebabkan perempuan mengalami defisit gizi yang dapat membahayakan kesehatannya. Intervensi pemerintah dan kalangan akademisi diperlukan untuk mendistribusikan kesadaran perempuan tentang urgensi dari situasi tersebut
Kontestasi Teodisi dan Aksi Antara Islam Moderat dan Radikal Dalam Bencana Palu dan Lombok Fathimatuz Zahra; M. Nasrul Hakim
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v11i2.4056

Abstract

Bencana merupakan  keniscayaan dalam kehidupan manusia dan memunculkan berbagai respon bagi masyarakat sekitarnya. Bencana sering terjadi di Indonesia, pada tahun 2018 di antaranya adalah gempa bumi Lombok dan Palu.Objek kajian yang dipilih adalah menyangkut respon organisasi masyarakat berbasiskan Islam terhadap bencana Lombok dan Palu. Dalam penelitian ini lebih khusus lagi diambil dari pemahamahan teodisi dan aksi organisasi Islam moderat dan radikal. Organisasi keislaman  memproduksi teks berupa fatwa, surat keputusan, atau artikel-artikel yang disebarkan pada lingkup internal. Teks-teks tersebut sebagai data kontestasi teodisi dalam organisasi keislaman. Analisis terhadap interpretasi tersebut digunakan untuk melihat respon tindakan yang dilakukan organisasi keislaman sebagai pelaksanaan dari teks. Bencana Palu dan Lombok menunjukkan Islam moderat memahami teodisi dalam bencana sebagai kasih sayang Tuhan sehingga dalam tindakan pun menggunakan dalil-dalil yang fleksibel. Sedangkan Islam radikal memunculkan kontestasi teodisi bahwa bencana yang turun merupakan azab, sehingga mereka dalam tindakan pun menggunakan dalil-dalil yang keras.Kata Kunci : Kontestasi, teodisi,  islam moderat dan islam radikal, bencanaAbstract :                                                                                               Disaster is a necessity in human life and raises various responses for the surrounding community. Disasters often occur in Indonesia, so here a study of disasters is needed. The disasters that occurred in Indonesia this year included the Lombok and Palu earthquakes. The study subjects chosen were related to the response of Islamic-based community organizations to the disasters of Lombok and Palu. In this paper, it is more specifically taken from the understanding of theodicy and the actions of moderate and radical Islamic organizations.Every Islamic organization produces texts in the form of fatwas, decrees, or articles that are disseminated in the internal sphere. These texts will be the data of theodic contestation in Islamic organizations. Then, the analysis of the interpretation is used to see the response of actions taken by Islamic organizations as the implementation of the text that has been produced.Keywords: Contestation, theodicy, action, moderate Islam and radical Islam, disaster
POSISI WANITA DALAM IDEOLOGI KANURAGAN WAROK PONOROGO Nia Ulfia Krismawati
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v11i2.3896

Abstract

Berperan sebagai istri warok, mengharuskan wanita menerima kodrat sebagai wani di tata yakni diharuskan tunduk terhadap suami. Sistem patriarki yang mengakar kuat memposisikan wanita pada golongan lemah. Stereotip menjadi wanita baik (konsep jawa) telah menjadi pedoman hidup dalam berumah tangga dan tanpa disadari membawanya pada posisi yang lemah. Dalam menjalai kehidupan sebagai istri warok, seorang wanita harus rela untuk membagi ranah publik pada gemblak yang berperan sebagai pendamping warok. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis posisi wanita dalam konteks keluarga sebagai konsekuensi dari ideologi kanuragan yang dianut oleh warok. Pasrah dan lega lila adalah dua kata yang dirasa tepat untuk menggambarkan posisi wanita di tengah budaya menggemblak yang hanya bersifat nerimo. Metode yang digunakan adalah historis dengan menggunakan sumber primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kepemilikan atas gemblak yang dinobatkan sebagai tradisi dan konsekuensi dari ideologi kanuragan telah menempatkan wanita pada posisi lemah dalam konteks keluarga.
PEREMPUAN DAN LIMINALITAS PERDAMAIAN: Hubungan Islam-Kristen dalam Liminalitas Simbolik Kain Gandong di Maluku Sharon Michelle O Pattiasina; Izak Y M Lattu; Ebenhaizer I Nuban Timo
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v11i2.3298

Abstract

Tulisan ini menganalisis peran perempuan dan tradisi Kain Gandong dalam liminalitas hubungan Islam-Kristen yang berfokus pada ritual Panas Pela dan ritual Pelantikan raja di negeri Hative Kecil dan Hitumessing, Maluku. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik wawancara, studi dokumenter dan studi pustaka. Hasil penelitian menemukan bahwa perempuan memiliki peran yang penting dalam tradisi Kain Gandong. Perempuan berperan sebagai pemegang Kain Gandong dengan mengacu pada arti dan makna dari kata gandong itu sendiri. Tradisi Kain Gandong menciptakan sebuah ruang kebersamaan yang disebut sebagai ruang liminalitas. Ruang tersebut dapat membebaskan masyarakat dari perbedaan-perbedaan status sosial, budaya dan agama. Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menemukan tiga nilai yang dapat berguna untuk membangun kehidupan bersama, yakni nilai persaudaraan, nilai kesetaraan dan nilai perdamaian.

Page 1 of 2 | Total Record : 12