cover
Contact Name
Mustiqowati Ummul Fithriyyah
Contact Email
jurnal.marwah@uin-suska.ac.id
Phone
+6285835411041
Journal Mail Official
jurnal.marwah@uin-suska.ac.id
Editorial Address
Pusat Studi Gender dan Anak LPPM UIN Sultan Syarif Kasim Riau Gedung Islamic Center Lantai 1 Jl. H.R. Soebrantas KM. 15.5, Simpangbaru, Tampan Pekanbaru - 28293
Location
Kab. kampar,
Riau
INDONESIA
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender (Online ISSN 2407-1587 | Print ISSN 1412-6095) adalah jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Studi Gender dan Anak pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Jurnal ini sudah terbit sejak tahun 2002 dengan frekuensi dua kali dalam setahun, yaitu bulan Juni dan Desember. Marwah merupakan media komunikasi ilmiah antar peminat dan pemerhati kajian gender, perempuan dan Islam. Dengan tujuan mengangkat harkat dan martabat perempuan dan terpublikasinya bahan bacaan/rujukan tentang kajian-kajian perempuan.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 2 (2017): Marwah" : 7 Documents clear
GENDER MAINSTREAMING IN THE CONTEXT OF ACEH DEVELOPMENT Gunawan Adnan
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender Vol 16, No 2 (2017): Marwah
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/marwah.v16i2.4284

Abstract

Gender mainstreaming is a globally accepted strategy for promoting gender equality. Mainstreaming is not an end in itself but a strategy, an approach, a means to achieve the goal of gender equality. Mainstreaming involves ensuring that gender perspectives and attention to the goal of gender equality are central to all activities - policy development, research, advocacy/dialogue, legislation, resource allocation, and planning, implementation and monitoring of programs and projects. Gender mainstreaming is, therefore, becoming a collective awareness and concern in most countries since it is viewed as one of the most appropriate, comprehensive and representative approaches to solve both the problem of gender inequality and the problem of violence against women and children including in Indonesia in general and Aceh in particular.  This study is aimed at exploring how gender mainstreaming initiatives, attempts to integrate a gender equality approach to post-tsunami and post-conflict reconstruction and development efforts in Aceh, take part in the social and political reconstruction by both reproducing and subverting gendered images of temporality and spatiality as well as promoting a holistic gender equality in all aspects of life. The method used in doing this research is a library method in which all related data and library resources are collected, examined and finally analyzed. The result of this study suggests, among others, that gender mainstreaming should be based on a holistic approach, not only in spirit and conceptual basis but also in practical and social reality basis, such as empowering women in having equal access toward education, access to economic resources, access to the right of possessing property, etc. Moreover, one of another important result of this study is that the violence against women and children that still commonly occur almost everywhere in the world should be viewed as collective enemy and challenge which needs to be faced and eliminated collectively as well.
ASAL MULA PENGKHIANATAN ISTRI DALAM PERSPEKTIF HADIS MISOGINI Ridwan Hasbi
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender Vol 16, No 2 (2017): Marwah
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/marwah.v16i2.4140

Abstract

Nabi Adam dan Hawa keluar dari surga dikarenakan memakan buah yang dilarang oleh Allah untuk dimakan, peristiwa itu disebabkan Hawa merayu suaminya sampai terpedaya mengikuti keinginan istri. Lalu kejadian ini dijadikan asal mula bentuk pengkhianatan istri terhadap suami yang diungkapkan Rasulullah. Pemahaman hadis secara tekstual adalah Hawa diidentikkan sebagai pengkhianat istitusi keluarga pertama dan perbuatannya ini menjadi identitas perempuan tukang pengkhianat suami sepanjang hidup manusia. Namun hadis ini harus dipahami secara kontekstual dari kata “seandainya bukan” adalah bertujuan untuk taubikh (pernyataan jelek), pengkhianat perempuan sebagai kalimat majazi bukan untuk merendahkan martabat perempuan. Ungkapan pengkhianatan dalam hadis bukan perbuatan fahishah tapi sebatas melanggar larangan Allah. Dalam konteks ini, Islam mendudukkan kaum perempuan pada posisi yang terhormat dan tidak ada namanya dosa turun temurun. Asumsi misogini dalam hadis tidak beralasan dengan mengemukan hadis-hadis kemulian perempuan dan hubungan suami istri adalah ikatan dunia akhirat.
PERLINDUNGAN HUKUM PREVENTIF TERHADAP KEKERASAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM HAK ASASI MANUSIA Anggun Lestari Suryamizon
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender Vol 16, No 2 (2017): Marwah
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/marwah.v16i2.4135

Abstract

Penelitian ini mengungkap fenomena kekerasan perempuan dan anak di Indonesia. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab adalah (1) Bagaimana perlindungan preventif terhadap kekerasan perempuan dan anak dalam perspektif  Hak Asasi Manusia ? (2) Bagaimana penegakkan hukum terhadap Kekerasan Perempuan dan anak dalam perspektif Hak Asasi Manusia ? Perlindungan hukum preventif ini diharapkan akan dapat menanggulangi bahkan mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak yang mana kekerasan tersebut adalah melangar Hak Asasi Manusia. Perlindungan preventif ini dilakukan dengan cara merevisi undang-undang terkait kekerasan perempuan dan anak, dan penanganan khusus kepada pemerintah terhadap korban kekerasan perempuan dan anak. Pnegakkan hukum pemerintah mengupayakan keadilan dan penyelesaian yang tuntas terhadap korban kekerasan ini baik yang diderita oleh perempuan dan anak. Tujuan penegakkan hukum, mewujudkan kepastian hukum bagi korban dan untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Hasil penelitian ini adalah dapat mengurangi kekerasan terhadap perempuan dan anak bahkan mencegah terjadinya hal-hal tersebut.
BEBERAPA ASPEK FIKIH BIAS GENDER DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN DAKWAH Johari Johari
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender Vol 16, No 2 (2017): Marwah
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/marwah.v16i2.4136

Abstract

Umumnya, penelitian ini menyajikan beberapa apik fikih bias gender yang pengaruhnya terhadap perkembangan misionaris agama. Produk berbasis Fikih cenderung menghasilkan pemikiran yang bias. Al-Jabiri menyebutnya "bayani epistimologi" dan Syahrur menyebutnya al-Qira'ah al-mustabiddah. Beberapa bias gender ada pada ibadah, pernikahan, kepemimpinan publik, dan sebagainya. Semua pengaruh terhadap perkembangan misionaris religius karena tidak semua aktivitas misionaris memiliki kepekaan gender. Begitu. Sangat dibutuhkan untuk mengembangkan produk fikih, yang menjamin wanita dalam kondisi aman dan terlindungi yang membatasi kegiatan dan kreativitas mereka.
PERANAN BAPA DALAM MEWUJUDKAN KEADILAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA: ISLAM DAN SAINS Nurazidawati Mohamad Arsad; Rian Vabrianto; Alaniyah Syafaren; Tuan Mastura Tuan Soh
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender Vol 16, No 2 (2017): Marwah
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/marwah.v16i2.4138

Abstract

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, keluarga terutama orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan anak. Orang tua terdiri dari ayah dan ibu. Peran ibu dalam pendidikan anak sudah lazim dikenal. Sementara peran ayah seakan diabaikan. Idealnya dilihat dari sisi Islam diketahui bahwa Allah berkehendak bagi orang tua untuk menemukan peran atau misi (mission) dan Tujuan (purpose) untuk mendidik anak sesuai dengan fitrahnya. Secara Sains diketahui bahwa permpuan dan laki-laki memiliki perbedaan secara morfologi dan fisiologisnya, namun begitu ada juga persamaannya. Dengan persamaan ini menjadikan laki-laki bisa mengerjakan apa yang dikerjakan perempuan dan begitu sebaliknya. Tulisan ini mendiskusikan bagaimana laki-laki (ayah) mewujudkan keadilan gender dalam rumah tangga. Makalah ini berbasis library research. Ditemukan bahwa seorang ayah yang memiliki wawasan Agama dan Sains yang baik maka dengan sadar mengambil peranan yang saling melengkapi dalam kehidupan rumah tangga dan perkawinannya sehingga keadilan gender dalam rumah tangga akan dapat terwujud, keduanya harus bersama-sama mengambil peran dalam perkembangan anaknya.  Oleh keran itu dapat disimpulkan bahwa Peran ayah merupakan bagian dari parenting yang dapat mewujudkan kedilan gender dalam berumah tangga.
HAK-HAK PEREMPUAN MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN Nurhayati B; Mal Al Fahnum
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender Vol 16, No 2 (2017): Marwah
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/marwah.v16i2.4139

Abstract

Ajaran Islam hakikatnya tidak membedakan antara hak perempuan dan laki-laki dalam kehidupan berumahtangga maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam Al-quran banyak di temui ayat-ayat tentang penghormatan atas hak perempuan tersebut. Dengan melakukan penafsiran secara textual dapat dilihat bahwa perempuan juga mempunyai hak sebagaimana kaum laki laki, kendati pada hal-hal tertentu ada yang tidak sama, hal ini di sebabkan fungsi dan tugas utama yang di emban kaum laki-laki.Dalam islam perempuan juga mempunyai hak sebagaimana kaum laki-laki, namun pada hal-hal tertentu ada yang tidak sama, hal ini disebabkan fungsi dan tugas utama yang diemban kaum laki-laki. Diantara hak-hak perempuan itu adalah: hak mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan mahar dan nafkah, hak minta cerai apabila telah cukup syarat-syaratnya dan kalau diteruskan akan menimbulkan kemudharatan, hak dalam bidang kewarisan dan hak materi.
TINGGINYA ANGKA CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA PEKANBARU DAN RELEVANSINYA DENGAN KONSEP KESETARAAN Johar Arifin
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender Vol 16, No 2 (2017): Marwah
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/marwah.v16i2.4137

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjawa pertanyaan, apakah ada relevansi konsep kesetaraan gender dengan tingginya angka cerai gugat di PA Pekanbaru? Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang dituangkan dalam bentuk kualitatif dengan menggunakan pendekatan gender dalam Islam. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten secara purposive sampling. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa paradigma kesetaraan gender termasuk faktor penyumbang tingginya cerai gugat di PA Pekanbaru, walaupun bukan sebagai faktor utama. Kesetaraan gender di sini bisa bermakna positif apabila dikaitkan dengan kesadaran hukum bagi perempuan sebagai solusi atas kekisruhan rumah tangga yang dialaminya. Sebaliknya, kesetaraan gender berkonotasi negatif apabila kelebihan yang dimiliki oleh perempuan tersebut dijadikan alasan untuk menggugat cerai suaminya. Walaupun para informan tidak terlalu paham terhadap konsepsi tentang gender, namun secara umum pandangan para informan memiliki kesesuaian konseptual dengan pandangan feminisme liberal, di mana perempuan harus mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. 

Page 1 of 1 | Total Record : 7