cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Pembangunan Pedesaan
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue " Vol 12, No 1 (2012)" : 8 Documents clear
UJI DAYA HASIL GALUR - GALUR F1 HIBRIDA MENTIMUN (Cucumis sativus L) DI BANDUNG, BLITAR, BOGOR, GARUT DAN SUBANG , Luthfi; Sumpena, U.; Kusandriani, Yeni
Pembangunan Pedesaan Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengujian hasil galur-galur F1 hibirida dilakukan di wilayah Jawa Barat (Bandung, Bogor, Garut, Subang) dan di wilayah Jawa Timur (Blitar) pada ketinggian 20-400 m dpl. Jenis tanahnya adalah aluvial latosol dan berpasir. Penelitian dilakukan pada tahun 2007-2008 selama musim kering. Rancangan yang digunakan adalah RAK dengan tiga kali ulangan. Faktor yang dicoba ada 12 genotip yaitu 10 galur F1 hibrida dan 2 varietas hibrida yang beredar dipasaran (Hercules dan Asian Star) . Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan galur hibrid mentimun terbaik yang akan dikeluarkan sebagai varietas. Hasil analisis statistik DMRT menunjukkan bahwa F1 hibrida genotip 1 dan 7 secara nyata menunjukkan total hasil yang lebih tinggi dibanding varietas hibrida Hercules tetapi tidak berbeda dengan varietas Asian Star.
KEEFEKTIFAN Bacillus sp. DAN Pseudomonas fluorescens MENGENDALIKAN Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici DAN Meloidogyne sp. PENYEBAB PENYAKIT LAYU PADA TOMAT SECARA IN VITRO Rahayuniati, Ruth Feti; Mugiastuti, Endang
Pembangunan Pedesaan Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri antagonis Bacillus sp. dan Pseudomonas fluorescens dari perakaran tanaman tomat yang secara in vitro memiliki kemampuan kitinolitik, mampu menekan Fusarium oxysporum pada tanaman tomat secara invitro, dan memiliki kemampuan untuk menekan penetasan telur nematoda. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Bacillus sp. dan Pseudomonas fluorescens yang berasal dari perakaran tanaman tomat bersifat kitinolitik, (2) kedua bakteri tersebut dapat menekan pertumbuhan F. oxysporum secara invitro sebesar 3,22-66,67%, dan (3) kedua bakteri tersebut secara in vitro dapat menghambat penetasa telur Meloidogyne sebesar 17,15-64,85%.
UPAYA MEMACU PEMBENTUKAN KALUS EKSPLAN EMBRIO KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) DENGAN PEMBERIAN KOMBINASI 2.4-D DAN SUKROSA SECARA KULTUR IN VITRO Fauziyyah, Dieni; Hardiyati, Triani; , Kamsinah
Pembangunan Pedesaan Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kultur kalus salah merupakan satu teknik yang digunakan untuk menghasilhan bibit tanaman bebas penyakit.Pembentukan kalus dapat dipacu dengan penambahan zpt dari golongan auksin seperti 2.4. D dan penambahan karbohidrat seperti sukrosa.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi 2.4-D dan sukrosa terhadap pembentukan kalus eksplan embrio kedelai dan menentukan konsentrasi 2.4-D dan sukrosa yang paling baik untuk memacu pembentukan kalus eksplan embrio kedelai dalam kultur in vitro. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial. Faktor 1: 2.4-D yang terdiri atas 4 taraf, yaitu: 0, 5, 10, dan 15 μM. Faktor 2: Sukrosa yang terdiri atas 4 taraf, yaitu: 0, 20, 30, dan 40 g/l. Oleh karena itu diperoleh 16 kombinasi perlakuan, tiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali, dengan demikian diperoleh 48 unit perlakuan. Hasil penelitian selama 6 minggu menunjukkan bahwa perlakuan 2.4-D dan sukrosa mampu menginduksi kalus eksplan embrio kedelai. Terdapat interaksi antara dua faktor yang dicoba. Kombinasi perlakuan 2.4-D 5 μM dan sukrosa 20 g/l merupakan kombinasi perlakuan terbaik untuk memacu pembentukan kalus eksplan embrio kedelai dengan waktu terbentuknya kalus pada hari ke-4 setelah tanam dan persentase kalus yang terbentuk mencapai 95,83%. Ada dua dua tipe kalus yang terbentuk yaitu kalus embriogenik 62,50% dan kalus proliferatif 33,33%.
PERAN AGROINDUSTRI PADI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SUMBANG Sriningsih, Endang; Widjojoko, Tatang; Purwaningsih, Ari
Pembangunan Pedesaan Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agroindustri padi merupakan industri yang menggiling padi menjadi beras dan produk samping berupa merang dan dedak. Keberadaan agroindustri padi di Kecamatan Sumbang menggantikan tempat penumbukkan padi rumah tangga petani yang kurang praktis dan efisien. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan sasaran penelitian pengusaha agroindustri padi dan petani yang memanfaatkan agroindustri tersebut. Penelitian dilaksanakan pada bulan September–Oktober 2011 dengan rancangan pengambilan sampel “Simple Random Sampling”. Hasil penelitian menunjukkan (1) kemampuan rata -rata agroindustri padi menggiling padi menjadi beras adalah 64 ton gabah kering giling per bulan atau 41,2 ton beras per bulan, jumlah produk beras yang dihasilkan di Kecamatan Sumbang 1.030 ton beras per bulan. Sementara itu, produk samping yang dihasilkan dalam bentuk sekam adalah 17.280 ton per bulan, dan dedak adalah 5.120 ton per bulan. Jumlah penghasilan agroindustri adalah Rp. 7.353.127,00 per bulan; (2) Jumlah tenaga kerja yang diserap agroindustri padi rata-rata sebesar 100 HOK per bulan dengan nilai pendapatan tenaga kerja sebesar Rp. 3.186.800,00 per bulan; (3) Nilai tambah agroindustri sebesar 79,20%, sedangkan nilai tambah yang diterima oleh tenaga kerja langsung sebesar 0,01%; dan (4) Pendapatan petani yang memanfaatkan agroindustri padi sebesar Rp. 9.111.140,00 per bulan.
Formulasi Tablet Efervesen dari Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Asiani, Tri Wahyuni; Saifullah Sulaeman, Teuku Nanda; Kurniawan, Dhadhang Wahyu
Pembangunan Pedesaan Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu tanaman obat yang termasuk ke dalam famili Malvaceae. Secara empiris, Rosella berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula yang paling baik dalam pembuatan tablet effervescent dari ekstrak etanol kelopak bunga Rosella dengan variasi kadar Polivinilpirolidon (PVP) sebagai pengikat. Ekstrak etanol kelopak bunga Rosella dibuat menggunakan metode maserasi dalam etanol 70% dengan perbandingan 1:5. Tablet efervesen dibuat menggunakan metode granulasi basah dengan variasi PVP sebesar 0,1%, 0,5%, 1%, 5%, dan 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kadar PVP mempengaruhi sifat fisik tablet yaitu penampilan, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan tablet, friabilitas, dan waktu larut. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa formula I yang paling baik.
KETAHANAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA MISKIN(PERBANDINGAN KASUS DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN KAB. BANYUMAS) Widayaningsih, Neni
Pembangunan Pedesaan Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan membandingkan ketahanan pangan dan pendapatan rumah tangga miskin, yang memiliki kriteria tahan pangan di perdesaan dan perkotaan. Populasi adalah rumah tangga sasaran (RTS) penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Banyumas. Pada perdesaan dan perkotaan masing-masing diambil sampel 100, dengan teknik Multiple Stages Sampling. Metode analisis dengan analisis kualitatif, yaitu Current Population Survey (CPS) Food Security Suplement, dan tabulasi. Hasil penelitian menunjukkan 69 persen rumah tangga miskin di perdesaan dan 49 persen di perkotaan pada status rawan pangan tanpa kelaparan. Hal tersebut terjadi baik pada kelompok rumah tangga yang memiliki maupun tidak memiliki anak di bawah 18 tahun. Status rawan pangan tersebut 73,8 persen di perdesaan dan 72,72 persen di perkotaan dengan kategori miskin kriteria BPS. Rumah tangga yang termasuk tidak miskin maupun hampir miskin tidak selalu pada status tahan pangan, begitu juga sebaliknya. Batas pendapatan rumah tangga tahan pangan di perdesaan >Rp800.000/bulan; di perkotaan >Rp1.100.000/bulan. Dilihat dari pendapatan rumah tangga dan jumlah tanggungan keluarga, terjadi kesamaan perilaku antara perdesaan maupun perkotaan, yaitu rumah tangga dengan pendapatan rendah justru menanggung lebih banyak orang dibandingkan rumah tangga dengan pendapatan lebih tinggi. Kondisi tersebut terjadi pada rumah tangga rawan pangan, baik tanpa kelaparan maupun kelaparan sedang dan lebih parah. Kebijakan yang dapat dilakukan di perdesaan: mengurangi laju konversi lahan produktif; optimasi pemanfaatan irigasi dan jalan desa; konservasi sumberdaya tanah dan air, mempromosikan aneka-ragam pangan berbasis sumberdaya lokal. Di perkotaan melalui P2KP yaitu pengembangan kapasitas masyarakat miskin perkotaan, akses sumber daya kunci, bantuan langsung masyarakat dan badan keswadayaan masyarakat, serta melembagakan budaya kemitraan.
PENERAPAN JUBUNG SEBAGAI ALAT PENURUN JUMLAH BUIH PADA PROSES PEMBUATAN GULA KELAPA Yanto, Tri; Naufalin, Rifda
Pembangunan Pedesaan Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pembuatan gula kelapa pada prinsipnya melalui dua tahap utama yaitu penguapan air dan solidifikasi. Pada waktu pemasakan nira mencapai fase jenuh akan terjadi pembuihan (foaming) dan menghasilkan buih-buih yang berwarna putih hingga kekuningan. Para pengrajin gula kelapa biasanya menambahkan minyak kelapa untuk menghilangkan atau menurunkan buih (defoaming). Kecuali itu dapat juga menggunakan “jubung” atau anyaman yang terbuat dari bambu, diletakan di tengah-tengah wajan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pemberian minyak kelapa dan penggunaan jubung terhadap pembentukan buih dan kualitas gula kelapa cetak. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua kali ulangan. Faktor yang dicoba meliputi pemberian minyak kelapa (M) yang tertdiri atas 0% (M0), 0,005% (M1), 0,01% (M2), 0,015% (M3), dan 0,02% (M4). Serta penggunaan jubung (J) yang terdiri atas tanpa menggunakan jubung (J0), jubung model I (J1), jubung moel II (J2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian minyak kelapa dalam pembuatan gula kelapa menyebabkan tinggi buih menurun sebesar 53,10 persen, kadar lemak meningkat sebesar 0,1013 perseb bk dan tekstur gula kelapa semakin keras dengan nilai 0,0168 mm/g/dt – 0,0054 mm/g/dt. Penggunaan jubung menyebabkan buih terlokalisasi di dalam jubung dan menurunkan jumlah nira di luar jubung. Jubung model I (J1) memberikan tinggi buih sebesar 14,78 cm, sedangakan jubung model II (J2) memberikan tinggi buih sebesar 7,75 cm. Kombinasi pemberian minyak kelapa 0,015% dan jubung model II (M3J2) menghasilkan gula kelapa cetak terbaik ditinjau dari sifat fisikokimia dan sensoris yaitu dengan tinggi nira akan berbuih 4,84 cm; tinggi buih 7,5 cm; kadar lemak gula kelapa 0,0793 persen bk; kadar air 8,42 persen bb; kadar abu 1,70 persen bk; kadar gula reduksi 7,57 persen bk; tekstur 0,0047 mm/g/dt; total pdatan 1,18 persen bk; warna coklat tua (2,4); tekstur keras (3,3); aroma mendekati khas gula kelapa (2,5); rasa berminyak mendekati tidak terasa (3,7) dan memiliki nilai kesukaan mendekati suka (2,5).
POTENSI Lactobacillus acidophillus dan Lactobacillus plantarum UNTUK PENURUNKAN KOLESTEROL PADA MINUMAN PROBIOTIK OKARA Handayani, Isti; Sustriawan, Budi
Pembangunan Pedesaan Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi L. acidophillus dan L. plantarum sebagai agensia probiotik penurun kolesterol pada minuman probiotik okara. Produk dibuat menggunakan tepung ampas tahu sebagai bahan dasar. Penurunan kolesterol dipelajari secara in vitro dengan menambahkan kolesterol pada produk. Dipelajari juga perubahan pH produk selama fermentasi. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok. Faktor yang dicoba berupa bakteri asam laktat yang terdiri dari 2 jenis yaitu L. acidophillus dan L. plantarum, dan lama fermentasi yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0, 2, 4 dan 6 hari. Hasil penelitian menunjukkan L. acidophillus dan L. plantarum potensial sebagai agensia probiotik pada minuman probiotik okara. Penggunaan L. plantarum menghasilkan jumlah sel sebesar 7,94x10 7 CFU/ml, sedangkan penggunaan L. acidophilus menghasilkan jumlah sel sebesar 6,17x10 7 CFU/ml. L. acidophillus dan L. plantarum mampu menurunkan kolesterol pada minuman probiotik okara. L. acidophilus lebih mampu menurunkan kolesterol dibandingkan L. plantarum. Selama fermentasi juga terjadi penurunan pH, tetapi penggunaan jenis bakteri yang berbeda tidak menyebabkan perbedaan pada pH

Page 1 of 1 | Total Record : 8